• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV KEBIJAKAN HAMBATAN KUANTITATIF DALAM

B. Pengendalian Perdagangan Luar Negeri

Pengendalian perdagangan luar negeri adalah merupakan kontrol atas perdagangan yang berarti bahwa berbagai bentuk pembatasan terhadap kelancaran arus perdagangan internasional seperti tarif, kuota, ketentuan kebijakan perdagangan lainnya.227 Dibutuhkannya pengendalian dalam perdagangan luar negeri yang pada hakikatnya terjadinya perdagangan lintas negara disebabkan oleh kemajuan globalisasi yang tak terbendung serta meruntuhkan segala macam dinding.228 Maka dibutuhkanlah suatu pengendalian perdagangan luar negeri yang dapat dilakukan melalui cperijinan, standar, dan pelarangan dan pembatasan.229

1. Perizinan

Dalam hal perizinan perdagangan luar negeri, diatur dalam pasal 49 UU Perdagangan yang mengatur:230

a. Untuk kegiatan ekspor dan impor, menteri mewajibkan eksportir dan importir untuk memiliki perijinan yang dapat berupa persetujuan, pendaftaran, penetapan, dan/atau pengakuan.

b. Menteri mewajibkan eksportir dan importir untuk memiliki perijinan dalam melakukan ekspor sementara dan impor sementara.

c. Menteri dapat melimpahkan atau mendelegasikan pemberian perizinan kepada pemerintah daerah atau instansi teknis tertentu.

d. Dalam rangka peningkatan daya saing nasional menteri dapat mengusulkan keringanan atau penambahan pembebanan bea masuk terhadap barang impor sementara.

227

Salvatore (Buku II), Op. Cit., hlm. 248. 228

Ian Bremmer, Akhir Pasar Bebas (Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 2010), hlm. 5.

229

Pasal 38 ayat 4 Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2014 tentang Perdagangan. 230

Aturan perijinan perdagangan luar negeri ini diatur lebih lanjut dalam Peraturan Menteri Perdagangan Republik Indonesia Nomor: 30/M-DAG/PER/6/2009 tentang Jenis Perijinan Ekspor dan Impor, Prosedur Operasi Standar (Standard Operating Procedure) dan Tingkat Layanan (Service Level Arrangement) dengan Sistem Elektronik melalui INATRADE dalam Kerangka

Indonesia National Single Window dan Peraturan Direktur Jenderal Perdagangan Luar Negeri Nomor 14/DAGLU/KEP/8/2009 tentang Dokumen Persetujuan Hak Akses INATRADE dalam Kerangka Indonesia National Single Window

2. Standardisasi barang

Standarisasi adalah proses merumuskan, menetapkan, menerapkan, memelihara, memberlakukan, dan mengawasi Standar yang dilaksanakan secara tertib dan bekerja sama dengan semua pihak.231 Adapun standar disini diartikan sebagai persyaratan teknis atau sesuatu yang dibakukan, termasuk tata cara dan metode yang disusun berdasarkan konsensus semua pihak/pemerintah/keputusan internasional yang terkait dengan memperhatikan syarat keselamatan, keamanan, kesehatan, lingkungan hidup, perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, pengalaman, serta perkembangan pada masa kini dan masa depan untuk memperoleh manfaat yang sebesar-besarnya.232

Salah satu alat pendorong untuk menciptakan keunggulan kompetitif adalah peningkatan mutu dan efisiensi dengan memfokuskan pada kegiatan standarisasi. Daya saing perdagangan suatu negara di era perdagangan bebas tidak hanya bergantung pada instrumen tarif semata, tetapi juga harus didukung oleh kemampuan teknologi, industri dan inovasi untuk menghasilkan barang dan jasa

231

Pasal 1 angka (9) Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2014 tentang Perdagangan. 232

yang memenuhi standar sehingga dapat meningkatkan akses pasar baik di dalam maupun luar negeri. Persaingan perdagangan internasional serta laju perkembangan teknologi dan industri menempatkan standar dan penilaian kesesuaian pada peran penting, baik dari sisi manfaat komersial maupun sebagai instrument daya saing barang dan jasa nasional.233

Perhatian dunia terhadap standardisasi sebagai salah satu instrumen dalam memperlancar arus perdagangan semakin meningkat pelaksanaanya. Untuk memudahkan transaksi perdagangan, standar yang diacu seyogyanya berasal dari standar yang disusun oleh lembaga standardisasi internasional seperti ISO (Internasional Organization For Standardization), IEC (International Electrotechnical Commission) dan organisasi standardisasi dunia lainnya. Lahirnya tuntutan akan kepastian dan jaminan kualitas barang dan jasa dikembangkan melalui regulasi teknis yang berdasarkan standar untuk memberikan perlindungan konsumen dari aspek kesehatan, keselamatan, keamanan dan kelestarian fungsi lingkungan hidup sesuai dengan ketentuan WTO yaitu TBT (Technical Barier to Trade) dan SPS (Sanitary and Phytosanitary Agreements).234

Adapun pengaturan Standarisasi menurut UU Perdagangan adalah:

Adapun di Indonesia standarisasi ini dikenal dengan SNI yakni standar yang ditetapkan oleh lembaga yang menyelenggarakan pengembangan dan pembinaan di bidang standardisasi.

235 a. Barang yang diperdagangkan di dalam negeri harus memenuhi:

1) SNI yang telah diberlakukan secara wajib; atau

233

“Profil Direktorat Standarisasi”, Direktorat Standarisasi, 15.05 WIB.

234 Ibid. 235

2) Persyaratan teknis yang telah diberlakukan secara wajib.

b. Pelaku usaha dilarang memperdagangkan barang di dalam negeri yang tidak memenuhi SNI yang telah diberlakukan secara wajib atau persyaratan teknis yang telah diberlakukan secara wajib.

c. Pemberlakuan SNI atau persyaratan teknis sebagaimana dimaksud pada poin pertama ditetapkan oleh menteri atau menteri sesuai dengan urusan pemerintahan yang menjadi tugas dan tanggung jawabnya.hukumonline.com

d. Pemberlakuan SNI atau persyaratan teknis dilakukan dengan mempertimbangkan aspek:

1) keamanan, keselamatan, kesehatan, dan lingkungan hidup; 2) daya saing produsen nasional dan persaingan usaha yang sehat; 3) kemampuan dan kesiapan dunia usaha nasional; dan/atau 4) kesiapan infrastruktur lembaga penilaian kesesuaian.

e. Barang yang telah diberlakukan SNI atau persyaratan teknis secara wajib, harus dibubuhi tanda SNI atau tanda kesesuaian atau dilengkapi sertifikat kesesuaian yang diakui oleh pemerintah.

f. Barang yang diperdagangkan dan belum diberlakukan SNI secara wajib dapat dibubuhi tanda SNI atau tanda kesesuaian sepanjang telah dibuktikan dengan sertifikat produk penggunaan tanda SNI atau sertifikat kesesuaian.

g. Pelaku usaha yang memperdagangkan barang yang telah diberlakukan SNI atau persyaratan teknis secara wajib, tetapi tidak membubuhi tanda

SNI, tanda kesesuaian, atau tidak melengkapi sertifikat kesesuaian dikenai sanksi administratif berupa penarikan barang dari distribusi. h. Tanda SNI, tanda kesesuaian, atau sertifikat kesesuaian diterbitkan oleh

lembaga penilaian kesesuaian yang terakreditasi oleh lembaga akreditasi sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

i. Standar atau penilaian kesesuaian yang ditetapkan oleh negara lain diakui oleh Pemerintah berdasarkan perjanjian saling pengakuan antarnegara.

Pengaturan lebih lanjut dapat dilihat dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2014 tentang Standardisasi dan Penilaian Kesesuaian.

3. Larangan dan pembatasan ekspor dan impor

Larangan dan pembatasan ekspor dan impor pada dasarnya bertentangan dengan konsep perdagangan bebas yang menghendaki hambatan perdagangan yang seminimal mungkin. Dan semua barang pada hakikatnya dapat diekspor dan diimpor kecuali yang dilarang, dibatasi atau ditentukan lain oleh Undang-Undang.236

Adapun alasan pemerintah dapat melarang ekspor dan impor barang adalah dengan alasan:237

a. untuk melindungi keamanan nasional atau kepentingan umum, termasuk sosial, budaya, dan moral masyarakat;

b. untuk melindungi hak kekayaan intelektual; dan/atau

c. untuk melindungi kesehatan dan keselamatan manusia, hewan, ikan, tumbuhan, dan lingkungan hidup.

236

Pasal 50 ayat (1) Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2014 tentang Perdagangan. 237

Kemudian alasan pemerintah dapat menghapuskan ekspor dan impor barang adalah:

a. untuk melindungi keamanan nasional atau kepentingan umum; dan/atau b. untuk melindungi kesehatan dan keselamatan manusia, hewan, ikan,

tumbuhan, dan lingkungan hidup.

C.Pembatasan Kuantitatif sebagai Bentuk Pengendalian Perdagangan Luar

Dokumen terkait