• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 5 Akhlak Mulia dalam Kehidupan

A. Pengertian Akhlak

Sejak dahulu, akhlak tampil mengawal dan memandu perjalanan hidup manusia agar selamat di dunia dan akhirat. Tidaklah berlebihan jika misi utama kerasulan Muhammad Saw. adalah untuk menyempurnakan akhlak yang mulia. Sejarah mencatat bahwa salah satu faktor keberhasilan dakwah beliau ialah karena keluhungan akhlak beliau.

Secara etimologi, akhlak adalah bentuk jamak dari “khuluq”, artinya “perangai”

atau “tabiat”. Sedangkan secara terminologi, para ulama telah banyak mendefinisikan akhlak. Di antaranya, Ibnu Miskawaih, dalam bukunya Tahdzibul Akhlak, mengatakan bahwa akhlak adalah jiwa seseorang yang mendorongnya untuk melakukan perbuatan tanpa terlebih dahulu melalui pemikiran dan pertimbangan.98 Selanjutnya, dalam Ihya’

‘Ulumiddin, Imam al-Ghazali menyatakan bahwa akhlak adalah gambaran tingkah laku dalam jiwa yang darinya lahir perbuatan-perbuatan dengan mudah tanpa memerlukan pemikiran dan pertimbangan.

Berdasarkan dua definisi tersebut di atas, dapat disimpulkan bahwa suatu perbuatan atau sikap dapat dikategorikan akhlak apabila memenuhi kriteria sebagai berikut. Pertama, perbuatan akhlak adalah perbuatan yang tertanam dalam jiwa seseorang

Program StudiTeknologiLaboratoriumMedik FakultasFarmasiInstitutKesehatanMedistraLubukPakam

36

sehingga telah menjadi kepribadiannya. Kedua, perbuatan akhlak adalah perbuatan yang dilakukan dengan mudah tanpa pemikiran. Ketiga, perbuatan akhlak adalah perbuatan yang timbul dari dalam diri orang yang mengerjakannya tanpa paksaan atau tekanan dari luar. Keempat, perbuatan akhlak adalah perbuatan yang dilakukan dengan sesungguhnya, bukan main-main, berpura-pura, atau karena bersandiwara.

Akhlak melekat dalam perilaku dan perbuatan. Apabila perilaku itu buruk, maka disebut akhlak yang buruk (akhlak madzmumah), seperti bohong, munafik, sombong, takabur, riya’, iri hati, dan sebagainya.

Sedangkan, apabila perilaku itu baik, maka disebut akhlak baik (akhlak mahmudah), seperti jujur, baik hati, amanah, berlaku hemat, qana’ah, rasa kasih sayang, dan sebagainya.

Dalam perkembangan selanjutnya, akhlak tumbuh menjadi suatu disiplin ilmu yang berdiri sendiri, yaitu ilmu yang memiliki ruang lingkup pembahasan, tujuan, rujukan, aliran, dan tokoh yang mengembangkannya.

Sementara itu, ada beberapa istilah terkait dengan akhlak.

Pertama, budi pekerti, yang dalam kamus bahasa Indonesia merupakan kata majemuk dari kata budi dan pekerti.99 Budi berarti sadar atau yang menyadarkan atau alat kesadaran.Pekerti berarti kelakuan. Secara terminologi, kata budi ialah sesuatu yang ada pada manusia yang berhubungan dengan kesadaran, yang didorong oleh pemikiran.

Program StudiTeknologiLaboratoriumMedik FakultasFarmasiInstitutKesehatanMedistraLubukPakam

36

Kedua, rasio, yang disebut dengan istilah karakter. Pekerti ialah sesuatu yang terlihat dalam perilaku manusia karena dorongan perasaan hati, yang disebut behavior. Dengan demikian, budi pekerti merupakan hasil perpaduan antara rasio dan rasa yang bermanifestasi dalam karsa dan tingkah laku manusia. Dalam realitasnya, budi pekerti dapat bersifat positif maupun negatif. Sementara itu, rasio mempunyai tabiat cenderung kepada rasa ingin tahu dan mau menerima sesuatu yang logis, yang masuk akal, dan sebaliknya tidak mau menerima sesuatu yang tidak masuk akal.

Ketiga, karsa, disebut dengan kemauan atau kehendak. Hal ini tentunya berbeda dengan keinginan. Keinginan lebih dekat kepada senang atau cinta, yang terkadang antara satu keinginan dengan keinginan lainnya berbeda-beda dari masing-masing orang pada waktu yang sama. Keinginan belum menuju pada pelaksanaan. Sedangkan, kehendak atau kemauan adalah keinginan yang dipilih di antara keinginan-keinginan yang banyak untuk dilaksanakan. Adapun kehendak muncul melalui sebuah proses. Perbuatan yang dilaksanakan dengan kesadaran dan dengan kehendaklah yang disebut perbuatan budi pekerti.

Keempat, moral, etika, dan akhlak memiliki pengertian yang sangat berbeda.Moral berasal dari bahasa Latin, yaitu mos, yang berarti adat istiadat yang menjadi dasar untuk mengukur apakah perbuatan seseorang baik atau buruk.

Program StudiTeknologiLaboratoriumMedik FakultasFarmasiInstitutKesehatanMedistraLubukPakam

36

Sedangkan, akhlak adalah tingkah laku baik, buruk, salah, benar.Penilaian ini dipandang dari sudut hukum yang ada di dalam ajaran agama.Perbedaan dengan etika adalah ilmu yang membahas tentang moralitasatau tentang manusia sejauh berkaitan dengan moralitas.Etika terdiri atas tiga pendekatan, yaitu etika deskriptif, etikanormatif, dan meta-etika. Kaidah etika yang biasa dimunculkan dalam etikadeskriptif adalah adat kebiasaan, anggapan-anggapan tentang baik danburuk, tindakan-tindakan yang diperbolehkan atau tidak diperbolehkan.

Sedangkan kaidah yang sering muncul dalam etika normatif, yaituhati nurani, kebebasan dan tanggung jawab, “nilai” dan “norma”, sertahak dan kewajiban.

Selanjutnya yang termasuk kaidah dalam meta-etikaadalah ucapan-ucapan yang dikatakan pada bidang moralitas. Daripenjelasan tersebut, dapat diambil kesimpulan bahwa etika adalah ilmu, moral adalah ajaran, dan akhlak adalah tingkah laku manusia.Akhlak menilai perbuatan manusia dengan tolok ukur al-Qur’andan hadits, etika dengan pertimbangan akal pikiran, sedangkan moralmenggunakan tolok ukur adat istiadat yang berlaku dalam masyarakat tertentu. Perbedaan secara khusus antara moral dan etika adalah, etikalebih banyak bersifat teoretis, sedangkan moral lebih bersifat praktis.

Disamping itu, etika lebih bersifat universal, sedang moral lebih bersifatlokal.

Program StudiTeknologiLaboratoriumMedik FakultasFarmasiInstitutKesehatanMedistraLubukPakam

37

Perbuatan indah yang keluar dari kekuatan jiwa tanpa keterpaksaanitu disebut akhlak yang baik, seperti kemurahan hati, lemah lembut,sabar, teguh, mulia, berani, adil, ihsan, dan akhlak-akhlak mulia sertakesempurnaan jiwa lainnya. Begitu juga jika ditelantarkan, tidak disentuholeh pendidikan yang memadai atau tidak dibantu untuk menumbuhkan unsur-unsur kebaikannya yang tersembunyi di dalam jiwanya ataubahkan dididik oleh pendidikan yang buruk sehingga kejelekan menjadikegemarannya, kebaikan menjadi kebenciannya, dan “omongan” sertaperbuatan tercela mengalir tanpa merasa terpaksa, maka jiwa yangdemikian disebut akhlak buruk. Perkataan dan perbuatan tercela yang keluar darinya disebut akhlak tercela, seperti ingkar janji, khianat,dusta, putus asa, tamak, kasar, kemarahan, kekejian, berkata kotor danpendorongnya, dan lain sebagainya.

Di sini, Islam menyeru kepada akhlak yang baik dan mengajak kepada pendidikan akhlak di kalangan kaum muslimin, menumbuhkannya di dalam jiwa mereka, dan menilai keimanan seorang dengan kemuliaan akhlaknya. Allah Swt. memuji Nabi-Nya Saw. karena akhlaknya yang agung, sebagaimana firman-Nya sebagai berikut:

“Dan sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti yang agung.” (QS.al-Qalam [68]: 4).

Dengan lebih tegas, Allah-pun memberikan penjelasan secara transparan bahwa akhlak Rasulullah Saw. sangat layak dijadikan standar moral bagi umatnya, sehingga

Program StudiTeknologiLaboratoriumMedik FakultasFarmasiInstitutKesehatanMedistraLubukPakam

37

layak dijadikan idola, diteladani sebagai uswatunhasanah. Hal ini sesuai dengan firman-Nya sebagai berikut:

“Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baikbagimu, (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan)hari kiamat, dan dia banyak menyebut Allah.” (QS. al-Ahzab [33]: 21).

Ayat tersebut memberikan penegasan bahwa Rasulullah Sawmerupakan contoh yang layak ditiru dalam segala sisi kehidupannya.Karena itu, tidak ada satu “sisi gelap”

pun yang pada diri Rasulullah Saw.Ayat di atas juga mengisyaratkan bahwa Rasulullah Saw. Diproyeksikanoleh Allah Swt. untuk menjadi “lokomotif” akhlak umat manusia secarauniversal, karena beliau diutus sebagai rahmatan lil ‘alamin. Apalagi,beliau pernah bersabda:

“Sesungguhnya aku diutus hanyalah untuk menyempurnakan akhlak yangmulia.”

Karena akhlak menempati posisi kunci dalam kehidupan umatmanusia, maka substansi misi Rasulullah Saw. itu sendiri adalah untukmenyempurnakan akhlak seluruh umat manusia agar dapat mencapaiakhlak yang mulia. Adapun yang menjadi pertanyaan di sini adalahbagaimana akhlak Rasulullah Saw. itu? Dalam hal ini, para sahabat pernahbertanya

Program StudiTeknologiLaboratoriumMedik FakultasFarmasiInstitutKesehatanMedistraLubukPakam

38

kepada istri Rasulullah Saw., yakni Aisyah Ra. yang dipandanglebih mengetahui akhlak beliau dalam kehidupan sehari-hari. Maka Aisyahmenjawab:

“Akhlak Rasulullah adalah al-Qur’an.”

Dari jawaban singkat tersebut, dapat diketahui bahwa akhlakRasulullah Saw.

yang tercermin lewat semua tindakan, ketentuan, atauperkataannya senantiasa selaras dengan al-Qur’an, dan benar-benarmerupakan praktik riil dari kandungan al-Qur’an.

Semua perintah dilaksanakan,semua larangan dijauhi, dan semua isi al-Qur’an dilaksanakannyadalam kehidupan sehari-hari.Oleh karena itu, ibadah dan akhlak merupakan pasangan yangtidak dapat dipisahkan satu dengan lainnya. Ibadah dan akhlak laksanapohon dengan buahnya. Kualitas akhlak merupakan cermin dari kualitasibadah seseorang. Dan setiap akhlak al-karimah merupakan buah dariketaataannya kepada Allah Swt.