• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN TEORITIS DAN KERANGKA TEORITIS

B. Pengertian Belajar dan Hasil Belajar

a. CTL adalah pendekatan pembelajaran yang menekankan pada aktivitas siswa secara penuh, baik fisik maupun mental.

b. CTL memandang bahwa belajar bukan menghafal, akan tetapi proses berpengalaman kehidupan nyata.

c. Kelas dalam pembelajaran CTL bukan sebagai tempat untuk memperoleh informasi, akan tetapi sebagai tempat untuk menguji data hasil temuan mereka dilapangan.

d. Materi pelajaran ditemukan oleh siswa sendiri, bukan hasil pemberian dari orang lain.

B. Pengertian Belajar dan Hasil Belajar 1. Pengertian Belajar.

Belajar merupakan sebuah proses yang kompleks yang terjadi pada semua orang dan berlangsung seumur hidup. Sejak masih bayi (bahkan dalam kandungan) hingga liang lahat. Salah satu pertanda bahwa seseorang telah belajar sesuatu adalah adanya perubahan tingkah laku dalam dirinya. Perubahan tingkah laku dalam dirinya. Perubahan tingkah laku tersebut menyangkut perubahan yang bersifat pengetahuan (kognitif) dan keterampilan (psikomotor) maupun yang menyangkut nilai dan sikap (afektif).24 Dengan adanya belajar maka seseorang akan mengalami perubahan kearah yang lebih baik, karena akan mengalami perubahan pengetahuan, keterampilan, dan sikap.

Belajar mengajar adalah suatu kegiatan yang bernilai edukatif. Nilai edukatif mewarnai interaksi yang terjadi antara guru dan anak didik. Interaksi yang bernilai edukatif dikarenakan kegiatan belajar mengajar yang dilakukan, diarahkan untuk mencapai tujuan tertentu yang telah dirumuskan sebelum pengajaran dilakukan.25 Sihingga dapat diartikan belajar meiliki nilai edukatif yang nantinya memberikan perubahan. Dalam

24

Eveline Siregar, dkk,Teori Belajar dan Pembelajaran(Bogor, Ghalia Indonesia : 2010) h.3

25

Syaiful Bahri Djamarah, dkk,Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta: Rineka Cipta,2006), h.1.

18

buku muhibin syah dijelaskan definisi dari belajar, belajar adalah kegiatan yang berproses dan menerapkan unsure yang sangat fundamental dalam penyelenggaraan setiap jenis dan jenjang pendidikan. Ini berarti, bahwa berhasil atau gagalnya pencapaian tujuan pendidikan itu amat bergantung pada proses belajar yang dialami siswa baik ketika ia berada di sekolah maupun di lingkungan rumah atau keluarganya sendiri.26

Belajar adalah sebuah proses yang kompleks yang di dalamnya terkandung beberapa aspek. Aspek-aspek tersebut adalah:27

a) Bertambahnya jumlah pengetahuan

b) Adanya kemampuan mengingat dan memproduksi c) Ada penerapan pengetahuan

d) Menyimpulkan makna

e) Menafsirkan dan mengaitkannya dengan realitas, dan f) Adanya perubahan sebagai pribadi.

Dengan demikian belajar merupakan suatu proses yang saling memiliki keterkaitan antara satu proses dengan proses yang lain, menghubungkan proses pengalaman atau bahan yang dipelajari dengan pengertian yang sudah dimiliki seseorang sehingga pengertiannya dapat dikembangkan dalam pengetahuan yang baru.

Benyamin Bloom, mengklasifikasikan kemampuan hasil belajar

kedalam tiga ranah, yaitu ranah kognitif, ranah afektif dan ranah psikomotorik. Ketiga tingkatan itu dikenal dengan istilah Bloom’s

Taxonomy (Taksonomi Bloom). Taksonomi Bloom digunakan merupakan

taksonomi Bloom yang telah direvisi oleh Anderson dan Krathwohl. Pada penelitian ini, penulis penulis hanya akan mengungkapkan hasil belajar pada ranah kognitif saja. Ranah kognitif meliputi kemampuan pengembangan intelektual (knowledge) dengan tingkatan-tingkatan sebagai berikut:28

26

Muhibin Syah,Psikologi Belajar,(Jakarta:Rajawali Pers,2012), h.64 27

Eveline Siregar, dkk,op.cit,h.6. 28

19

a. Mengingat (Remember) C1

Mengingat merupakan usaha mendapartkan kembali

pengetahuan dari memori atau ingatan yang telah lampau, baik yang baru saja didapatkan maupun yang sudah lama didapatkan. Mengingat merupakan dimensi yang berperan penting dalam proses pembelajaran yang bermakna (meaningful learning) dan pemecahan masalah (problem solving). Kemampuan ini dimanfaatkan untuk menyelesaikan berbagai permasalahan yang jauh lebih kompleks. Mengingat meliputi mengenali (recognition) dan memanggil kembali (recalling). Mengenali berkaitan dengan mengetahui pengetahuan masa lampau yang berkaitan dengan hal-hal yang konkret, misalnya tanggal lahir, alamat rumah, dan usia, sedangkan memanggil kembali (recalling) adalah proses kognitif yang membutuhkan pengetahuan masa lampau secara cepat dan tepat.

b. Memahami (Understanding) C2

Memahami berkaitan dengan membangun sebuah pengertian dari berbagai sumber seperti pesan, bacaan dan komunikasi.

Memahami berkaitan dengan aktivitas mengklasifikasikan

(classification) dan membandingkan (comparing). Mengklasifikasikan akan muncul ketika seorang siswa berusaha mengenali pengetahuan yang merupakan anggota dari kategori pengetahuan tertentu. Mengklasifikasikan berawal dari suatu contoh atau informasi yang spesifik kemudian ditemukan konsep dan prinsip umumnya. Membandingkan merujuk pada identifikasi persamaan dan perbedaan dari dua atau lebih obyek, kejadian, ide, permasalahan, atau situasi. Membandingkan berkaian dengan proses kognitif menemukan satu persatu cirri-ciri dari obyek yang diperbandingkan.

c. Menerapkan (Apply) C3

Menerapkan menunjukan pada proses kognitif memanfaatkan atau mempergunakan suatu prosedur untuk melaksanakan pecobaan atau menyelesaikan permasalahan. Menerapkan berkaitan dengan

20

dimensi pengetahuan procedural (procedural knowledge). Menerapkan

meliputi kegiatan menjalankan procedural (executing) dan

mengimplementasikan (implementing).

Menjalankan prosedur merupakan proses kognitif siswa dalam menyelesaikan masalah dan melaksanakan percobaan dimana siswa sudah mengetahui informasi tersebut dan mampu menetapkan dengan pasti prosedur apa saja yang harus dilakukan. Jika siswa tidak mengetahui prosedur yang harus dilaksanakan dalam menyelesaikan permasalahan maka siswa diperbolehkan melakukan modifikasi dari prosedur baku yang sudah ditetapkan.

Mengimplementasikan muncul pabila siswa memilih dan menggunakan prosedur untuk hal-hal yang belum diketahui atau masih asing. Karena siswa masih merasa asing dengan hal ini maka siswa perlu mengenal dan memahami permasalahan terlebih dahulu kemudian baru menetapkan prosedur yang tepat untuk menyelesaikan masalah. Mengimplementasikan berkaitan erat dengan dimensi proses kognitif yang lain yaitu mengerti dan menciptakan.

Menerapkan merupakan proses yang kontinu, dimulai dari siswa menyelesaikan suatu permasalahan menggunakan prosedur baku atau standar yang sudah diketahui. Kegiatan ini berjalan teratur sehingga siswa benar-benar mampu melaksanakan prosedur ini dengan

mudah, kemudian berlanjut pada munculnya

permasalahan-permasalahan baru yang asing bagi siswa, sehingga siswa dituntut untuk mengenal dengan baik permasalahan tersebut dan memilih prosedur yang tepat untuk menyelesaikan permasalahan.

d. Menganalisis (Analyze) C4

Menganalisis merupakan memecahkan suatu permasalahan dengan memisahkan tiap-tiap bagian dari permasalahan dan mencari keterkaitan dari tiap-tiap bagian tersebut dan mencari tahu bagaimana keterkaitan tersebut dapat menimbulkan permasalahan. Kemampuan menganalisis merupakan jenis kemampuan yang banyak dituntut dari

21

kegiatan pembelajaran di sekolah-sekolah. Berbagai mata pelajaran menuntut siswa memiliki kemampuan menganalisis dengan baik. Tuntutan terhadap siswa untuk memiliki kemampuan menganalisis sering kali cenderung lebih penting daripada dimensi proses kognitif yang lain seperti mengevaluasi dan menciptakan. Kegiatan pembelajaran sebagian besar mengarahkan siswa untuk mampu membedakan fakta dan pendapat, menghasilkan kesimpulan dari suatu informasi pendukung.

Menganalisis berkaitan dengan proses kognitif memberi atribut (attributeing) dan mengorganisasikan (organizing). Memberi atribut akan muncul apabila siswa menemukan permasalahan dan kemudian memerlukan kegiatan membangun ulang hal yang menjadi permasalahan. Kegiatan mengarahkan siswa pada informasi-informasi asal mula dan alasan suatu hal ditemukan dan diciptakan. Mengorganisasikan menunjukkan identifikasi unsur-unsur hasil komunikasi atau situasi dan mencoba mengenali bagaimana unsur-unsur ini dapat menghasilkan hubungan yang baik. Mengorganisasikan memungkinkan siswa membangun hubungan yang sistematis dan koheren dari potongan-potongan informasi yang diberikan. Hal pertama yang harus dilakukan oleh siswa adalah mengidentifikasi unsur yang paling penting dan relevan dengan permasalahan, kemudian melanjutkan dengan membangun hubungan yang sesuai dari informasi yang telah diberikan.

e. Mengevaluasi (Evaluate) C5

Evaluasi berkaitan dengan proses kognitif memberikan penilaian berdasarkan kriteria dan standar yang sudah ada. Kriteria yang biasanya digunakan adalah kualitas, efektivitas, efisiensi, dan konsistensi. Kriteria atau standar ini dapat pula ditentukan sendiri oleh siswa. Standar ini dapat berupa kuantitatif maupun kualitatif serta dapat ditentukan sendiri oleh siswa. Perlu diketahui bahwa tidak semua kegiatan penilaian merupakan dimensi mengevaluasi, namun hampir

22

semua dimensi proses kognitif memerlukan penilaian. Perbedaan antara penilaian yang dilakukan siswa dengan penilaian yang merupakan evaluasi adalah pada standar dan kriteria yang dibuat oleh siswa. Jika standar atau kriteria yang dibuat mengarah pada keefektifan hasil yang didapatkan dibandingkan dengan perencanaan dan keefektifan prosedur yang digunakan maka apa yang dilakukan siswa merupakan kegiatan evaluasi.

Evaluasi meliputi mengecek (checking) dan mengkritisi (critiquing). Mengecek mengarah pada kegiatan pengujian hal-hal yang tidak konsisten atau kegagalan dari suatu operasi atau produk.

Jika dikaitkan dengan proses berpikir merencanakan dan

mengimplementasikan maka mengecek akan mengarah pada penetapan sejauh mana suatu rencana berjalan dengan baik. Mengkritisi mengarah pada penilaian suatu produk atau operasi berdasarkan pada kriteria dan standar eksternal. Mengkritisi berkaitan erat dengan berpikir kritis. Siswa melakukan penilaian dengan melihat sisi negatif dan positif dari suatu hal, kemudian melakukan penilaian menggunakan standar ini.

f. Menciptakan (Create) C6

Menciptakan mengarah pada proses kognitif meletakkan unsur-unsur secara bersama-sama untuk membentuk kesatuan yang koheren dan mengarahkan siswa untuk menghasilkan suatu produk baru dengan mengorganisasikan beberapa unsur menjadi bentuk atau pola yang berbeda dari sebelumnya. Menciptakan sangat berkaitan erat dengan pengalaman belajar siswa pada pertemuan sebelumnya. Meskipun menciptakan mengarah pada proses berpikir kreatif, namun tidak secara total berpengaruh pada kemampuan siswa untuk menciptakan. Menciptakan di sini mengarahkan siswa untuk dapat melaksanakan dan menghasilkan karya yang dapat dibuat oleh semua siswa. Perbedaan menciptakan ini dengan dimensi berpikir kognitif lainnya adalah pada dimensi yang lain seperti mengerti, menerapkan, dan

23

menganalisis siswa bekerja dengan informasi yang sudah dikenal sebelumnya, sedangkan pada menciptakan siswa bekerja dan menghasilkan sesuatu yang baru.

Menciptakan meliputi menggeneralisasikan (generating) dan memproduksi (producing). Menggeneralisasikan merupakan kegiatan merepresentasikan permasalahan dan penemuan alternatif hipotesis yang diperlukan. Menggeneralisasikan ini berkaitan dengan berpikir divergen yang merupakan inti dari berpikir kreatif. Memproduksi mengarah pada perencanaan untuk menyelesaikan permasalahan yang diberikan. Memproduksi berkaitan erat dengan dimensi pengetahuan yang lain yaitu pengetahuan faktual, pengetahuan konseptual, pengetahuan prosedural, dan pengetahuan metakognisi.

2. Jenis-Jenis Belajar Menurut Gagne

Manusia memiliki beragam potensi, karakter, dan kebutuhan dalam belajar. Karena, banyak tipe-tipe belajar yang dilakukan manusia. Gagne mencatat ada delapan tipe belajar, yaitu sebagai berikut:29

a) Belajar isyarat (signal Learning). Menurut Gagne, ternyata tidak semua reaksi spontan manusia terhadap stimulus sebenarnya tidak menimbulkan respons. Dalam konteks inilahsignal learningterjadi. b) Belajar stimulus respons. Belajar tipe ini memberikan respon yang

tepat terhadap stimulus yang diberikan. Reaksi yang tepat diberikan penguatan (reinforcement) sehingga terbentuk perilaku tertentu (shaping).

c) Belajar merantaikan (chaining). Tipe belajar chaining merupakan cara belajar dengan membuat gerakan-gerakan motorik, sehingga akhirnya membentuk rangkaian gerak dalam urutan tertentu.

d) Belajar asosiasi verbal (verbal association). Tipe belajar verbal

association merupakan belajar menghubungkan suatu kata dengan

29

24

suatu objek yang berupa benda, orang atau kejadian dan mengkaitkan sejumlah kata dalam urutan yang tepat.

e) Belajar membedakan (discrimination). Tipe belajar discrimination memberikan reaksi yang berbeda-beda pada stimulus yang mempunyai kesamaan.

f) Belajar konsep (concept learning). Belajar mengklasifikasikan stimulus, atau menempatkan objek-objek dalam kelompok tertentu yang membentuk suatu konsep. (konsep: satuan arti yang mewakili sejumlah objek yang memiliki kesamaan ciri).

g) Belajar dalil (Rule Learning). Tipe belajar Rule Learning merupakan tipe belajar untuk menghasilkan aturan kaidah yang terdiri dari penggabungan beberapa konsep. Hubungan antara konsep biasanya dituangkan dalam bentuk kalimat.

h) Belajar memecahkan masalah(Problem Solving). Tipe belajarProblem

Solvingmerupakan tipe belajar yang menggabungkan beberapa kaidah

untuk memecahkan masalah, sehingga terbentuk kaidah yang lebih tinggi (Higher Order Rule).

3. Pengertian Hasil Belajar

Hasil belajar adalah kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya.30 Karena belajar merupakan proses belajar dari perkembangan hidup manusia maka dengan belajar dasar dari perkembangan hidup manusia maka dengan belajar manusia melakukan perubahan-perbahan kualitatif individu sehingga tingkah lakunya berkembang. Semua aktivitas dan prestasi hidup manusia tidak lain adalah hasil belajar. Proses belajar akan menghasilkan sesuatu yang biasanya disebut dengan hasil belajar. Hasil belajar dapat dilihat dari apa yang dilakukan oleh sisiwa.

30

Nana Sujana,Penilaian Hasil Belajar Mengajar,(Bandung: Remaja Rosdakarya, 2008). Cet XI, h. 22

25

Hasil belajar yang dicapai siswa melalui proses pembelajaran yang optimal cenderung mewujudkan hasil yang berciri sebagai berikut:31 a) Kepuasan dan kebanggan yang dapat menumbuhkan motivasi belajar

instrinsik pada diri siswa.

b) Menambah keyakinan akan kemampuan dirinya. c) Hasil belajar yang dicapai bermakna bagi dirinya.

d) Hasil belajar diperoleh siswa secara menyeluruh (komprehensif). e) Kemampuan siswa untuk mengontrol atau menilai dan mengendalikan

dirinya, terutama dalam menilai hasil yang dicapai maupun menilai dan mengendalikan proses dan usaha belajarnya.

4. Macam- Macam Hasil Belajar

Kisley membagi hasil belajar menjadi tiga macam yaitu, keterampilan dan kebiasaan, pengetahuan dan pengertian, sikap dan cita-cita.32 Gagne membagi hasil belajar menjadi lima kategori, yaitu: informasi verbal, keterampilan intelektual, strategi kognitif, sikap, keterampilan motoris. Informasi verbal diperoleh sebagai hasil belajar di sekolah dan juga dari kata-kata yang diucapkan orang, dari membaca dan lain-lain. Keterampilan intelektual didapat dari berinteraksi dengan lingkungannya melalui pengguanaan simbol-simbol atau gagasan-gagasan. Strategi kognitif digunakan siswa apabila ia ingin memilih dan mengubah perhatian, pola belajar, ingatan dan proses berpikir dalam memecahkan masalah. Sikap terutama sikap sosial yang muncul dapat mempengaruhi prilaku seseorang terhadap benda-benda. Menggunakan alat di laboratorium contohnya alat destilasi dalam pembelajaran kimia merupakan contoh dari keterampilan motoris yang digabungkan dengan keterampilan intelektual.

Hasil belajar yang dicapai oleh siswa menrut Bloom mencakup tiga ranah, yaitu: ranah kognitif, afektif, dan psikomotorik. Ranah kognitif

31

Ibid, h. 56-57 32

26

mencakup nilai yang berhubungan dengan ingatan, pengetahuan, pemahaman, aplikasi, kemampuan analisis, sintesis, dan evaluasi. Ranah afektif mencakup nilai yang berhubungan dengan sikap, nilai, perasaan, dan minat. Ranah psikomotorik berkenaan dengan nilai keterangan gerak maupun keterampilan gerak maupun keterampilan ekspresi verbal dan nonverbal.

5. Pengukuran Hasil Belajar

Penilaian adalah suatu proses untuk mengambil keputusan dengan menggunakan informasi yang diperoleh melalui pengukuran hasil belajar, baik yang menggunakan instrumen tes atau non tes. Dalam hal ini, pengertian penilaian belajar dan pembelajaran dimaknai sebagai suatu proses pembuatan keputusan nilai keberhasilan belajar dan pembelajaran secara kualitatif.33 Hasil belajar dapat diketahui dari hasil evaluasi yang diadakan. Penilaian terhadap hasil belajar penguasaan materi bertujuan untuk mengukur penguasaan dan pemilihan konsep dasar keilmuan (content objectives) berupa materi-materi esensial sebagai konsep kunci dan prinsip utama.34 Hal ini dapat digunakan sebagai umpan balik yang sangat diperlukan dalam menentukan strategi belajar siswa. Hasil belajar juga dipengaruhi oleh integrasi dan penguasaan awal anak tentang materi yang akan dipelajari. Ini berarti bahwa guru perlu menetapkan tujuan belajar sesuai dengan kapasitas intelegensi anak dan pencapaian tujuan belajar perlu menggunakan bahan apresiasi, yaitu bahan yang dikuasai anak sebagai batu loncatan untuk menguasai pelajaran baru.

Hasil belajar anak dipengaruhi oleh kesempaan yang diberikan kepada anak, ini berarti guru perlu menyusun rancangan dan mengelola pembelajaran yang memungkinkan anak bebas untuk melakukan eksplorasi terhadap lingkungannya. Penilaian untuk mengukur hasil belajar ini dapat mengunakan suatu alat ukur yang berbentuk tes atau non

33

EvelineSiregar, dkk,op.cit,h.141. 34

Ahmad Sofyan, dkkEvaluasi Pembelajaran IPA Berbasis Kompetensi,(Jakarta: UIN Press, 2006), h.14.

27

tes. Tes adalah kumpulan pertanyaan atau soal yang harus dijawab oleh siswa dengan menggunakan pengetahuan-pengetahuan serta kemampuan penalarannya. Sedangkan, alat ukur yang berbentuk non tes mencangkup angket, skala sikap dan sebagainya.

Tes dapat diklasifikasikan ke dalam dua golongan yakni tes uraian dan tes obyektif. Perbedaannya ialah tes uraian meminta jawaban berupa uraian singkat yang disusun siswa. sedangkan tes obyektif dijawab siswa dengan memilih salah satu jawaban dari alterbatif jawaban yang telah disediakan untuk melengkapi pernyataan yang belum sempurna.35dengan demikian hasil belajar dapat diukur dengan alat tes berupa tes maupun non tes.

Tes obyektif dan tes uraian mempunyai keunggulan dan kelemahan masing-masing sebagaimana yang dituliskan di bawah ini:36

Tabel 2.1 Keungulan dan Kelemahan Tes Obyektif

Keunggulan Kelemahan

1. Dapat mencakup materi pelajaran yang lebih luas dan terperinci. 2. Memudahkan

pemeriksaan

1. Lebih sukar disusun

2. Membuka peluang untuk terjadinya penembakan terhadap jawaban benar 3. Sukar dirumuskan untuk mengukur

jenjang tinggi

4. Memerlukan biaya yang lebih besar

35

Ahmad Sofyan, dkk,op.cit,h.54 36

28

Tabel 2.2 Kesukaran dan Kelemahan Tes Uraian

Keunggulan Kelemahan

1. Tepat untuk mengukur

kemampuan jenjang tinggi yang sukar diukur melalui tes obyektif

2. Melatih siswa merumuskan

jawaban dengan kata-kata sendiri 3. Tidak memungkinkan terjadinya

penembakan

4. Lebih mudah disusun

5. Mendorong siswa mengerti lebih dalam tentang suatu gagasan atau hubungan-hubungan

1. Lingkup pelajaran yang dicakup sangat terbatas

2. Menyukakarkan padapnentuan

sekor terhadap piihan siswa

3. Unsur subjektivitas masuk

dalam penentuan skor

4. Faktor-faktor yang tidak relevan mempengaruhi penentuan skor misalnya kualitas tulisan dan kemampuan bahasa.

Dalam penelitian ini yang digunakan adlaah tes uraian diamana hasil penilaian belajar yang digunakan hanya mengukur kemampuan kognitif siswa pada jenjang C1 - C4, sesuai dengan level kognitif revisi Bloom.

6. Pengertian Pembelajaran

Pembelajaran adalah seperangkat tindakan yang dirancang untuk mendukung proses belajar siswa, dengan memperhitungkan kejadian-kejadian ekstrim yang berperan terhadap rangakaian kejadian-kejadian-kejadian-kejadian intern yang berlangsung dialami siswa.37

Dari beberapa pengertian pembelajaran yang telah dikemukakan, maka dapat disimpulkan beberapa ciri pembelajaran sebagai berikut:38

a. Merupakan upaya sadar dan disengaja. b. Pembelajaran harus membua siswa belajar

c. Tujuan harus ditetapkan terlebih dahulu sebelum proses dilaksanakan.

37

Eveline Siregar,op.cit. H.12 38

29

d. Pelaksanaannya terkendali, baik isinya, waktu, proses, maupun hasilnya.

Dokumen terkait