• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

2. Pengertian Belajar

Belajar merupakan suatu perubahan dalam tingkah laku, dimana perubahan itu dapat mengarah pada tingkah laku yang lebih baik, tetapi juga ada kemungkinan mengarah kepada tingkah laku yang lebih buruk (Purwanto, 1988: 86), sedangkan menurut Good dan Brophy dalam bukunya Uno (2007: 15) menyatakan bahwa belajar merupakan suatu proses atau interaks yang dilakukan seseorang dalam memperoleh sesuatu yang baru dalam bentuk perubahan perilaku sebagai hasil dari pengamatan itu sendiri.

Dengan demikian prestasi belajar adalah hasil usaha seseorang untuk perubahan tingkah laku kepada yang lebih baik ataupun perubahan yang lebih buruk.

a. Teori-teori belajar

Teori belajar yang dikenal dalam psikologi antara lain: 1) Teori conditioning

a) Teori classical conditionaling ( Pavlov dan Watson)

Gerakan-gerakan refleks itu dapat dipelajari, dapat berubah karena mendapat latihan.Sehingga dengan demikian dapat dibedakan dua macam refleks, yaitu refleks wajar (unconditioned reflex) dan refleks bersyarat/refleks yang dipelajari (conditioned reflex) yang terpenting dalam belajar menurutteori conditioning ialah adanya latihan-latihan yang kontinu.

b) Teori conditioning dari Guthrie

Guthrie mengemukakan bahwa Ulangan-ulangan atau latihan yang berkali-kali memperkuat asosiasi yang terdapat antara unit tingkah laku yang satu dengan unit tingkah laku yang berikutnya.

c) Teori Operant Conditioning (Skinner)

Skinner membedakan adanya dua macam respon, yaitu: Respondent response (reflexive response) respon yang ditimbulkan oleh perangsang-perangsang tertentu, Operant

response (instrumental response) respon yang timbul dan berkembangnya diikuti oleh perangsang-perangsang tertentu. Seseorang anak yang belajar (telah melakukan perbuatan) lalu mendapat hadiah, maka ia akan menjadi lebih giat belajar (responnya menjadi lebih intensif/kuat).

d) Teori Systematic Behavior (Hull)

Clark C. Hull mengemukakan teorinya, yaitu bahwa suatu kebutuhan atau ”keadaan terdorong’’ (oleh motif, tujuan, maksud, aspirasi, ambisi) harus ada dalam diri seorang yang belajar, sebelum suatu respon dapat diperkuat atas dasar pengurangan kebutuhan itu.

2) Teori Conectionism (Thorndike)

Proses belajar menurut Thorndike melalui proses:

a) Trial and error (mencoba-coba dan mengalami kegagalan) dand

b) Law of effect yang berarti bahwa segala tingkah laku yang berakibatkan suatu keadaan yang memuaskan (cocok dengan tuntutan situasi) akan diingat dan dipelajari dengan sebaik-baiknya.

3) Teori Belajar menurut Psikologi Gestalt

Belajar menurut psikologi Gestalt dapat diterangkan sebagai berikut.Pertama dalam belajar faktor pemahaman atau pengertian (insight) merupakan faktor yang penting.Kedua,

dalam belajar pribadi atau organisme memegang peranan yang paling sentral. Belajar tidak hanya dilakukan secara reaktif-mekanistis belaka, tetapi dilakukan dengan sadar, bermotif dan bertujuan (Purwanto, 1988: 91-105)

b. Tujuan Belajar

Menurut Sardiman (2009: 26-28) tujuan belajar ada tiga jenis yaitu:

1) Untuk mendapatkan pengetahuan

Pemilikan pengetahuan dan kemampuan berpikir sebagai yang tidak dapat dipisahkan.

2) Penanaman konsep dan keterampilan

Penanaman konsep atau merumuskan konsep, juga memperlukan suatu keterampilan yang berupa jasmani maupun rohani.Keterampilan memang dapat dididik, yaitu dengan banyak melatih kemampuan.

3) Pembentukan sikap

Dalam interaksi belajar-mengajar guru akan senantiasa diobservasi, dilihat, didengar, ditiru semua perilakunya oleh para siswanya.

Jadi pada intinya, tujuan belajar itu adalah ingin mendapatkan pengetahuan, keterampilan dan penanaman sikap mental/nilai-nilai.

1) Agar seseorang benar-benar belajar ia harus mempunyai suatu tujuan.

2) Tujuan itu harus timbul dari atau berhubungan dengan kebutuhan hidupnya dan bukan karena dipaksa oleh orang lain. 3) Orang itu harus bersedia mengalami bermacam-macam

kesukaran dan berusaha dengan tekun untuk mencapai tujuan yang berharga baginya.

4) Belajar itu harus terbukti dari perubahan tingkahlakunya. 5) Selain tujuan pokok yang hendak dicapai, diperolehnya juga

hasil-hasil sambilan atau sampingan.

6) Belajar lebih berhasil dengan jalan berbuat atau melakukan. 7) Seorang belajar sebagai keseluruhan, tidak dengan otaknya,

atau secara intelektual saja tetapi juga secara social, emosional, etis dan sebagainya.

8) Dalam hal belajar seseorang memperlukan bantuan dan bimbingan dari orang lain.

9) Untuk belajar diperlukan “insight”. Apa yang dipelajari harus benar-benar dipahami.

10)Di samping mengejar tujuan belajar yang sebenarnya, seorang sering mengejar tujuan-tujuan lain.

11)Belajar lebih berhasil, apabila usaha itu memberi sukses yang menyenangkan.

12)Ulangan dan latihan perlu akan tetapi harus didahului oleh pemahaman.

13)Belajar hanya mungkin kalau ada kemauan dan hasrat untuk belajar. (Abror, 1993: 92)

Jadi pada prinsipnya belajar itu harus mempunyai tujuan yang dapat merubah perilaku yang lebih baik, apa yang dipelajari harus benar-benar dipahami dan akan berhasil apabila adanya kemauan untuk belajar terus-menerus.

d. Macam-macam Evaluasi belajar

Evaluasi berasal dari bahasa Inggris evaluation yang berarti mengacu pada suatu tindakan atau proses untuk menentukan nilai sesuatu (Arifin, 1998: 1).

Evaluasi dapat dibagi menjadi 4 macam yaitu: 1) Evaluasi Formatif

- Fungsi: untuk memperbaiki proses belajar mengajar ke arah yang lebih baik, atau memperbaiki program satuan pengajaran yang telah digunakan.

- Tujuan: untuk mengetahui hingga di mana penguasaan murid tentang bahan yang telah diajarkan dalam suatu program satuan pelajaran.

2) Evaluasi Sumatif

- Fungsi: untuk menentukan angka/nilai murid setelah mengikuti program pengajaran dalam satu caturwulan,

semester, akhir tahun atau akhir dari suatu program bahan pengajaran dari suatu unit pendidikan.

- Tujuan: untuk mengetahui taraf hasil belajar yang dicapai oleh murid setelah menyelesaikan program bahan pengajaran.

c) Evaluasi Placement (penempatan)

- Fungsi: untuk mengetahui keadaan anak termasuk keadaan seluruh pribadinya, agar anak tersebut dapat ditempatkan pada posisinya yang tepat.

- Tujuan: untuk menempatkan anak didik pada kedudukan yang sebenarnya, berdasarkan bakat, minat, kemampuan, kesanggupan serta keadaan-keadaan lainnya, sehingga anak tidak mengalami hambatan dalm mengikuti setiap program/bahan yang disajikan guru.

d) Evaluasi Diagnostik

- Fungsi: untuk mengetahui masalah-masalah apa yang diderita atau yang mengganggu anak didik, sehingga ia mengalami kesulitan, hambatan atau gangguan ketika mengikuti program tertentu. Dan bagaimana usaha untuk memecahkannya.

- Tujuan: untuk mengatasi/membantu pemecahan kesulitan atau hambatan yang dialami anak didik waktu mengikuti

kegiatan belajar mengajar pada suatu bidang studi atau keseluruhan program pengajaran (Ahmadi, 2004: 201-203)

Jadi dapat disimpulkan bahwa evaluasi digunakan untuk memperbaiki proses belajar mengajar ke arah yang lebih baik, untuk menentukan angka/nilai murid setelah mengikuti program pengajaran, mengetahui keadaan anak termasuk keadaan seluruh pribadinya dan untuk mengetahui masalah-masalah apa yang diderita atau yang mengganggu anak didik, sehingga ia mengalami kesulitan, hambatan atau gangguan ketika mengikuti proses pembelajaran. e. Ciri-ciri perubahan tingkah laku belajar

Adapun ciri-ciri perubahan tingkah laku belajar menurut Slameto (1991: 3-5) sebagai berikut:

1) Perubahan yang terjadi secara sadar

Ini berarti bahwa individu yang belajar akan menyadari terjadinya perubahan itu atau sekurang-kurangnya individu merasakan telah terjadi perubahan dalam dirinya.

2) Perubahan dalam belajar bersifat kontinu dan fungsional

Sebagai hasil belajar, perubahan yang terjadi dalam diri individu berlangsung terus menerus dan tidak statis. Satu perubahan yang terjadi akan menyebabkan perubahan berikutnya dan akan berguna bagi kehidupan ataupun proses belajar berikutnya.

3) Perubahan dalam belajar bersifat positif dan aktif

Dalam perubahan belajar, perubahan-perubahan itu senantiasa bertambah dan bertujuan untuk memperoleh sesuatu yang lebih baik dari sebelumya.Perubahan yang bersifat aktif artinya bahwa perubahan itu tidak terjadi dengan sendirinya melainkan karena usaha individu sendiri.

4) Perubahan dalam belajar bukan bersifat sementara

Perubahan yang terjadi karena proses belajar bersifat menetap atau permanen. Ini berarti bahwa tingkah laku yang terjadi setelah belajar akan bersifat menetap.

5) Perubahan dalam belajar bertujuan atau terarah

Ini berarti bahwa perubahn tingkah laku itu terjadi karena ada tujuan yang akan dicapai. Perubahan belajar terarah kepada perubahan tingkah laku yang benar-benar disadari.

6) Perubahan mencakup seluruh aspek tingkah laku

Perubahan yang diperoleh individu setelah melalui suatu proses belajar meliputi perubahan keseluruhan tingkah laku.

Dengan demikian perubahan yang diharapkan dalam proses belajar mengajar mempunyai ciri-ciri yaitu terjadi secara sadar, terus menerus, berusaha untuk yang lebih baik, menetap atau tidak berubah-ubah, memiliki tujuan dan perubahan tingkah laku.

Dokumen terkait