• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN A. TINJAUAN PUSTAKA

1. Pengertian Biaya

Biaya adalah sumber daya yang dikorbankan (sacrificed) atau dilepaskan (forgone) untuk mencapai tujuan tertentu (Horngren, Datar, Foster, 2008: 31).

Mulyadi (2003 : 4) mengemukakan bahwa biaya (expense) adalah kos sumber daya yang telah atau akan dikorbankan untuk mewujudkan tujuan tertentu.

Dari kutipan diatas dapat disimpulkan bahwa biaya adalah sumber daya yang dikorbankan dan harga perolehan yang diperlukan oleh organisasi untuk mencapai tujuan tertentu.

Biaya diklasifikasikan menjadi dua:

a. Biaya langsung dari objek biaya berkaitan dengan objek biaya tertentu dan dapat ditelusuri ke objek biaya tersebut dengan cara yang layak secara ekonomi (efektif–biaya). Contoh: biaya kaleng atau botol merupakan biaya langsung bagi perusahaan minuman kemasan kaleng. b. Biaya tidak langsung dari objek biaya berkaitan dengan objek biaya

tertentu namun tidak dapat ditelusuri ke objek biaya tersebut dengan cara yang layak secara ekonomis (efektif–biaya). Contoh: gaji supervisor (Horngren, Datar, Foster, 2008 : 31).

Menurut Garrison, Noreen, Brewer (2003 : 69) pembebanan biaya ke objek biaya, di bagi menjadi biaya langsung dan tak langsung.

a. Biaya langsung (direct cost) adalah biaya yang dapat dengan mudah ditelusuri ke objek biaya yang bersangkutan,

b. Biaya tidak langsung (indirect cost) adalah biaya yang tidak dapat ditelusuri dengan mudah ke objek biaya yang bersangkutan.

Dari kutipan diatas dapat disimpulkan bahwa biaya langsung adalah biaya tertentu yang dapat mudah ditelusuri ke objek biaya bersangkutan dengan cara efektif biaya, sedangkan biaya tidak langsung adalah biaya yang tidak dapat dengan mudah ditelusuri ke objek biaya yang bersangkutan secara ekonomis (efektif – biaya).

Akuntansi biaya adalah sistem informasi yang menghasilkan informasi biaya dan informasi operasi untuk memberdayakan personel organisasi dalam pengelolaan aktivitas dan pengambilan keputusan yang lain.

2. Perilaku Biaya

Menurut Garrison, Noreen, Brewer (2006: 256) menyatakan bahwa perilaku biaya berarti bagaimana biaya akan bereaksi atau merespon perubahan aktivitas bisnis.

Perilaku biaya adalah istilah umum untuk menggambarkan apakah biaya berubah seiring dengan perubahan output (Hansen Mowen, 2006: 84).

Berdasarkan kutipan diatas dapat diambil kesimpulan bahwa perilaku biaya adalah biaya yang timbul, berubah dan bereaksi seiring perubahan aktivitas bisnis dan outputnya.

Perilaku biaya dapat dibagi menjadi 3 yaitu:

a. Biaya tetap adalah suatu biaya yang jumlah totalnya tetap konstan dalam retang yang relevan ketika tingkat output aktivitas berubah. b. Biaya variabel adalah biaya yang dalam jumlah total, bervariasi secara

proporsional terhadap perubahan output.

c. Biaya campuran adalah biaya yang memiliki komponen tetap dan variabel (Hansen. Mowen: 2006: 84).

Carter Usry (2005: 43) mengemukakan bahwa perilaku biaya dibagi menjadi tiga yaitu:

a. Biaya tetap adalah bersifat konstan secara total dalam rentang yang relevan. Contoh biaya tetap: biaya gaji, biaya depresiasi, biaya sewa, biaya pemeliharaan dan perbaikan gedung.

Aktivitas Biaya

Garis biaya tetap Volume Aktivitas

Gambar II.I Biaya Tetap

b. Biaya variabel adalah jumlah total biaya variabel berubah secara proporsional terhadap perubahan aktivitas dalam rentang yang relevan. Contoh biaya variabel: biaya perlengkapan, biaya peralatan, biaya bahan bakar, biaya upah lembur.

Biaya

Garis biaya variabel

Volume Aktivitas Gambar II.2 Biaya Variabel

c. Biaya semi variabel adalah beberapa jenis biaya yang memiliki elemen biaya tetap dan variabel.

Contoh biaya semi variabel: biaya listrik, biaya air, biaya pemeliharaan mesin pabrik.

Biaya

Garis biaya

Volume Aktivitas Gambar II.3 Biaya Campuran

Garrison, Noreen dan Brewer (2006: 257) mengemukakan perilaku biaya dibagi menjadi dua yaitu:

a. Biaya tetap adalah biaya yang selalu tetap secara keseluruhan tanpa terpengaruh oleh tingkat aktivitas. Tidak terpengaruhi oleh perubahan

aktivitas. Contoh biaya tetap: biaya depresiasi gedung, peralatan, pajak bangunan, gaji karyawan dan biaya iklan.

b. Biaya variabel adalah biaya yang berubah secara proporsional dengan perubahan aktivitas. Aktivitas tersebut dapat di wujudkan dengan berbagai bentuk seperti unit yang diproduksi, unit yang dijual, jarak kilometer yang dituju, jumlah tempat tidur yang digunakan, jam kerja. Contoh biaya variabel: bahan habis pakai, biaya perjalanan, biaya listrik.

3. Metode Penentuan Harga Pokok Produksi

a. Full Costing merupakan salah satu metode penentuan kos produk, yang membebankan seluruh biaya produksi sebagai kos produk, baik biaya produksi yang berperilaku variabel maupun tetap.

Biaya Bahan Baku xxx

Biaya Tenaga Kerja Langsung xxx

Biaya Overhead Pabrik Tetap xxx

Biaya Overhead Pabrik Variabel xxx

Total Biaya Produksi xxx

BOP dalam metode full costing baik yang berperilaku tetap maupun variabel dibebankan pada produk yang diproduksi, karena itu BOP sediaan produk akan melekat pada kos sediaan produk dalam proses dan sediaan produk jadi yang belum laku dijual dan baru dianggap sebagai biaya bila produk jadi tersebut telah dijual.

b. Variabel Costing merupakan salah satu metode penentuan kos produk, yang membebankan hanya biaya produksi yang berperilaku variabel saja kepada produk.

Biaya Bahan Baku xxx

Biaya Tenaga Kerja Variabel xxx

Biaya Overhead Pabrik Variabel xxx

Total Biaya Produksi xxx

Biaya Overhead Pabrik tetap dalam metode variabel costing diperlakukan sebagai period cost dan bukan sebagai unsur kos produk sehingga BOP tetap dibebankan sebagai biaya dalam periode terjadinya. Dengan demikian dalam metode variabel costing tidak melekat pada sediaan produk yang belum laku dijual, tetapi langsung dianggap sebagai biaya dalam periode terjadinya.

c. Activity-Based Costing merupakan metode penentuan kos produk yang menitikberatkan penentuan kos produk di semua fase pembuatan produk, sejak fase desain dan pengembangan produk, fase produksi, sampai dengan penyerahan produk kepada customers (Mulyadi, 2003: 18).

Sri Hanggana (2008: 12) mengemukakan bahwa sistem harga pokok produksi dibagi tiga yaitu:

a. Full Costing adalah sistem penghitungan harga pokok produksi, dimana semua biaya produksi baik yang berperilaku variabel maupun tetap dimasukkan dalam penghitungan harga pokok produksi, yaitu

meliputi biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung, biaya overhead pabrik variabel, biaya overhead pabrik tetap.

b. Variabel costing adalah sistem penghitungan harga pokok produksi, dimana hanya biaya produksi variabel saja yang dimasukkan dalam penghitungan harga pokok produksi, yang meliputi biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung, biaya overhead pabrik variabel, sedangkan biaya overhead pabrik tetap diakui sebagai biaya periodik. c. ABC (Activity-Based Costing) adalah penghitungan harga pokok

produksi yang memasukkan semua biaya tetap dan variabel, dan semua biaya yang berkaitan dengan aktivitas memproduksi dan menjual suatu barang. Biaya ini meliputi biaya riset dan pengembangan, perencanaan produksi, biaya produksi, biaya pemasaran, sampai biaya purna jual seperti garansi.

Metode full costing dan variabel costing bertujuan terutama untuk keperluan penilaian sediaan yang dicantumkan dalam neraca dan dalam perhitungan laba rugi bagi pihak luar perusahaan. Selain itu kedua metode tersebut memfokuskan biaya penuh yang bersangkutan dengan produk, terbatas pada biaya–biaya yang terjadi dalam fase produksi. Activity-Based Costing ditujukan untuk menyajikan informasi kos produk secara cermat bagi kepentingan manajemen. 4. Penentuan Harga Jual

Dalam keadaan normal harga jual harus mampu menutup biaya penuh dan menghasilkan laba yang sepadan dengan investasi.

a. Penentuan Harga Jual Normal

Metode penentuan harga jual normal sering disebut cost–plus pricing, karena harga jual ditentukan dengan menambah biaya masa yang akan datang dengan suatu persentase markup (tambahan atas jumlah biaya) yang dihitung dengan formula tertentu. Harga jual produk atau jasa dalam keadaan normal ditentukan dengan formula sebagai berikut:

Rumus perhitungan harga jual per unit

Persentase markup dihitung dengan rumus

b. Penentuan Harga Jual dalam Cost–type Contract (Cost–type Contract Pricing)

Cost–type Contract adalah kontrak pembuatan produk atau jasa yang pihak pembeli setuju untuk membeli produk atau jasa pada harga yang didasarkan pada total biaya yang sesungguhnya dikeluarkan oleh

Harga Jual = Taksiran biaya penuh + Laba yang diharapkan

Biaya yang berhubungan

Harga Jual per Unit = langsung dengan volume + Persentase

(per unit) Markup

Laba yang Biaya yang tidak Diharapkan + dipengaruhi langsung

oleh volume produk Persentase Markup =

Biaya yang dipengaruhi langsung oleh volume produk

produsen ditambah dengan laba yang dihitung sebesar persentase tertentu dari total biaya sesungguhnya tersebut.

Dalam Cost–type Contract harga jual yang dibebankan kepada pengguna barang atau jasa dihitung berdasarkan biaya penuh sesungguhnya yang telah dikeluarkan untuk memproduksi dan memasarkan produk.

c. Penentuan Harga Jual Pesanan Khusus

Pesanan khusus merupakan pesanan yang diterima oleh perusahaan di luar pesanan regular perusahaan. Biaya diferensial dipakai sebagai landasan dalam penentuan harga jual pesanan khusus yang terdiri dari biaya variabel dan biaya tetap, bila pesanan khusus diperkirakan menyebabkan perubahan volume kegiatan yang menjadikan biaya tetap bertambah.

d. Penentuan Harga Jual Produk atau Jasa yang Dihasilkan oleh Perusahaan yang Diatur dengan Peraturan Pemerintah

Dalam penentuan harga jual yang diatur dengan peraturan Pemerintah, biaya penuh masa yang akan datang sebagai dasar penentuan harga jual dihitung menggunakan pendekatan Full Costing

saja, karena pendekatan Variabel Costing tidak diterima sebagai prinsip akuntansi yang lazim (Mulyadi, 2001: 362).

5. Metode untuk memisahkan Biaya Campuran ke dalam komponen biaya Tetap dan Variabel

Hansen Mowen (2006: 103) mengemukakan bahwa metode untuk memisahkan biaya campuran ke dalam komponen biaya tetap adalah sebagai berikut:

a. Metode Tinggi Rendah

Biaya variabel per unit = (Biaya tinggi–biaya rendah) / (output tinggi – Output Rendah)

Biaya Tetap = Biaya total titik tinggi – (Biaya variabel per unit x output tinggi)

b. Metode Scatterplot

Metode Scatterplot adalah metode penentuan persamaan suatu garis dengan memplot data dalam suatu grafik.

Dengan memilih garis terbaik adalah garis yang melalui titik satu dan titik tiga.

Rumus biaya dengan metode Scatterplot dinyatakan sebagai berikut: Total Biaya = biaya tetap + (biaya variabel x Jam TKL) c. Metode Kuadrat Terkecil

Metode kuadrat terkecil mengidentifikasi garis yang paling sesuai. Penggunaan pertimbangan dalam metode scatterplot jauh lebih baik daripada metode tinggi rendah.

Rumus perhitungan a dan b dapat ditentukan dengan cara sebagai berikut: b = n ∑( xy ) - ∑x ∑ y n∑x2 - (∑x)2 a = ∑ y - b ( ∑x ) n

Dokumen terkait