TINJAUAN UMUM MENGENAI PENANAMAN MODAL ASING DALAM PERTUMBUHAN EKONOMI
A. Penanaman Modal dalam Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 Tentang Penanaman Modal
1. Pengertian dan Asas Penyelenggaraan Modal
Penanaman modal berdasarkan Pasal 1 angka (1) UU Penanaman Modal diartikan sebagai salah satu bentuk kegiatan menanam modal, baik oleh penanam modal dalam negeri maupun penanam modal asing untuk melakukan usaha di wilayah negera Republik Indonesia. Pengertian penanaman modal dalam UU ini hanya meliputi penanaman modal secara langsung yang ditegaskan pada penjelasan Pasal 2 bahwa yang dimaksud dengan penanaman modal di semua sektor di wilayah negara Republik Indonesia adalah penanaman modal secara langsung dan tidak termmasuk penanaman modal tidak langsung atau portofolio.
Penanaman modal dibagi dua yaitu penanaman modal dalam negeri dan penanaman moal asing. Pasal 1 angka 2 menyebutkan Penanaman modal dalam negeri sebagai kegiatan menanam modal untuk melakukan usaha di wilayah negara Republik Indonesia yang dilakukan oleh penanam dalam negeri dengan menggunakan modal dalam negeri sedangkan “Penanaman modal asing” dalam Pasal 1 angka 3 diartikan sebagai kegiatan menanam modal untuk melakukan usaha di wilayah negera Republik Indonesia yang dilakukan penanam modal asing, baik yang menggunakan modal asing sepenuhnya maupun yang berpatungan dengan penanam modal dalam negeri.
Berdasarkan bunyi pasal tersebut, yang dimaksud dengan penanaman modal asing (foreign investment) tidak berarti bahwa modal tersebut berasal dari luar negeri semata, melainkan dapat juga yang sifatnya patungan, dimana terdapat gabungan modal dari penanam modal asing dan modal dari penanam modal dalam negeri. Dalam Pasal 1 angka 4 dijelaskan bahwa penanam modal adalah perseorangan atau badan usaha yang melakukan penanaman modal yang dapat berupa penanam modal dalam negeri dan penanam modal asing. Lebih lanjut dalam Pasal 1 angka 6 dijelaskan bahwa penanam modal asing adalah perseorangan warga negara asing, badan usaha asing, dan/atau pemerintah asing yang melakukan penanaman modal di wilayah negara Republik Indonesia.
Munir Fuady menafsirkan penanaman modal asing (foreign investment) sebagai suatu tindakan dari orang asing atau badan hukum asing untuk melakukan investasi modal dengan motif untuk berbisnis dalam bentuk apapun ke wilayah suatu negara lain.27
Penanaman modal langsung dilakukan baik berupa mendirikan perusahaan patungan (joint venture company) dengan mitra lokal, dengan melakukan kerja sama (joint operation scheme) tanpa membentuk perusahaan baru, dengan mengkonversikan pinjaman menjadi penyertan mayoritas dalam perusahaan lokal, dengan memberikan bentuan teknis dana manajerial (technical and management assistance), dengan memberikan lisensi, dan lain-lain.28
Dalam Undang-undang Penanaman Modal ada dicantumkan sejumlah asas yang menjiwai norma yang ada dalam undang-undang penanaman modal.
Tampaknya pembentuk undang-undang berupaya untuk menangkap nilai-nilai
27 Munir Fuady, Pengantar Hukum Bisnis: Menata Bisnis Modern di Era Global (Bandung:
PT. Citra Aditya Bakti, 2012), hlm 67
28 Ana Rokhmatussa’dyah dan Suratman, op.cit., hlm 5
yang hidup dalam tatanan pergaulan masyarakat baik di tingkat nasional maupun di dunia internasional. Artinya dengan keikutsertaan Indonesia dalam berbagai forum internasional, maka berbagai nilai yang dianggap telah menjadi norma universal diakomodasikan ke dalam hukum nasional.29
Mengenai asas penyelenggaraan modal dalam Undang-Undang Penanaman Modal diatur dalam Pasal 3 ayat (1) serta penjelasannya bahwa penanaman modal diselenggarakan berdasarkan asas:
a. Kepastian hukum adalah asas dalam negara hukum yang meletakkan hukum dan ketentuan peraturan perundang-undangan sebagai dasar huku dalam setiap kebijakan dan tindakan dalam bidang penanaman modal.
b. Ketebukaan adalah asas yang terbuka terhadap hak masyarakat untuk memperoleh informasi yang benar, jujur, dan tidak diskriminatif tentang kegiatan penanaman modal.
c. Akuntabilitas adalah asas yang menentukan bahwa setiap kegiatan dan hasil akhir dari penyelenggaraan penanaman modal harus dipertanggungjawabkan kepada masyarakat atau rakyat sebagai pemegang kedaulatan tertinggi negara sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
d. Perlakuan yang sama dan tidak membedakan asal negara adalah asas perlakuan pelayanan nondiskriminasi berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan, baik antara penanam modal dalam negeri dan penanam modal asing maupun antara penanam modal asing dari satu negara asing dan penanam modal asing dari negara lainnya.
29 Hendrik Budi Untung, Hukum Investasi, (Jakarta : Sinar Grafika, 2010) hlm 45
e. Kebersamaan adalah asas yang mendorong peran seluruh penanam modal secara bersama-sama dalam kegiatan usahanya untuk mewujudkam kesejahteraan rakyat.
f. Efisiensi berkeadilan adalah asas yang mendasari pelaksanaan penanaman modal dengan mengedepankan efisiensi berkeadilan dalam usaha untuk mewujudkan iklim usaha yang adil, kondusif, dan berdaya asing.
g. Berkelanjutan adalah asas yang secara terencana mengupayakan berjalannya proses pembangunan melalui penanaman modal untuk menjamin kesejahteraan dan kemajuan dalam segala aspek kehidupanm baik utnuk masa kini maupun yang akan datang.
h. Berwawasan lingkungan adalah asas penanaman modal yang dilakukan dengan tetap memperhatikan dan mengutamakan perlindungan dan pemeliharaan lingkungan hidup.
i. Kemandirian adalah asas penanaman modal yang dilakukan dengan tetap mengedepankan potensi bangsa dan negara dengan tidak mennutup diri pada masuknya modal asing demi terwujudnya pertumbuhan ekonomi; dan j. Keseimbangan kemajuan dan kesatuan ekonomi nasional adalah asas yang
berupaya menjaga keseimbangan kemajuan ekonomi wilayah dalam kesatuan ekonomi nasional.
Kesepuluh asas tersebut yang dituangkan dalam pasal-pasal terkait untuk menjamin tercapainya tujuan yang ditetapkan dalam UUPM. Yang perlu diperhatikan bahwa asas (hukum) penanaman modal tersebut mempertautkan dengan hukum atau undang-undang lain. Bahkan pertautan tidak saja dikontruksi intra-bidang, melainkan juga antar-bidang seperti ekonomi,
perdagangan internasional.30 Selain asas-asas yang secara jelas diatur dalam Pasal 3 ayat (1) UUPM, terdapat juga asas-asas lainnya yang tidak diatur dalam Pasal 3 ayat (1) tersebut, antara lain:
1. Asas pembatasan bidang usaha, yaitu asas yang diatur dalam Pasal 12 UUPM, yang membatasi bidang usaha dalam penanaman modal yang tebatas pada 3 jenis bidang usaha. 3 jenis bidang usaha tersebut adalah jenis bidang usaha yang dinyatakan terbuka, tertutup, dan yang dinyatakan terbuka dengan persyaratan, dengan mengacu kepada aturan-aturan yang diatur dalam peraturan perundang-undangan.
2. Asas nasionalisasi, asas ini diatur dalam Pasal 7 UUPM, yang menyatakan bahwa Pemerintah tidak akan melakukan tindakan nasionalisasi atau pengambil-alihan hak kepemilikan penanam modal, kecuali dengan undang-undang. Lalu disebutkan juga dalam hal Pemerintah mmelakukan tindakan nasionalisasi, Pemerintah akan memberikan kompensasi yang jumlahnya ditetapkan berdasarkan harga pasar.
3. Asas divestasi, asas ini diatur dalam Pasal 8 UUPM, yang menyebutkan penanam modal dapat mengalihkan aset yang dimilikinya kepada pihak yang diinginkan oleh penanam modal sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Adapun aset dalam hal ini yaitu aset yang ditetapkan oleh undang-undang sebagai aset yang dikuasai negara.
4. Asas pengutamaan tenaga kerja dalam negeri, yaitu asas yang diatur dalam Pasal 10 UUPM, yang mengutamakan penyerapan dan pemberdayaan tenaga kerja dalam negeri/WNI daripada tenaga kerja dari luar negeri/WNA.
30 Yakub Adi Krisanto, http://gubugpengetahuan.blogspot.com., diakses pada tanggal 1 Maret 2018, pukul 10:02
5. Asas pengembangan usaha mikro,kecil, menengah,dan koperasi (UMKMK), asas yang diatur dalam Pasal 13 UUPM, yang mewajibkan pemerintah untuk menetapkan bidang usaha yang dicadangkan untuk UMKMK dan menetapkan bidang usaha besar dengan mempersyaratkan bahwa bidang usaha yang demikian harus bekerja sama dengan UMKMK. Asas tersebut juga menyatakan bahwa Pemerintah melakukan pembinaan dan pengembangan UMKMK dengan melakukan program kemitraan, peningkatan daya saing, pemberian dorongan inovasi dan perluasan pasar, serta penyebaran informasi yang seluas-luasnya. Asas ini semata-mata dimaksudkan untuk tujuan pengembangan UMKMK.
2. Tujuan Penyelenggaraan Modal
Tujuan penyelenggaraan modal diatur dalam Pasal 3 ayat 2 antara lain untuk:
a. Meningkatkan pertumbuhan ekonomi nasional;
b. Menciptakan lapangan kerja;
c. Meningkatkan pembangunan ekonomi berkelanjutan;
d. Meningkatkan kemampuan daya saing dunia usaha nasional;
e. Meningkatkan kapasitas dan kemampuan teknologi nasional;
f. Mendorong pengembangan ekonomi kenyataan;
g. Mengolah ekonomi potensial menjadi kekuatan ekonomi riil dengan menggunakan dana yang berasal dari dalam negeri maupun ldari luar negeri;
dan
h. Meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
John W. Head juga mengemukakan tujuh keuntungan investasi, khususnya investasi asing, yaitu:31
a. Menciptakan lowongan kerja bagi penduduk negara tuan rumah sehingga mereka dapat meningkatkan penghasilan dan standar hidup mereka;
b. menciptakan kesempatan penanaman modal bagi penduduk negara tuan rumah sehingga mereka dapat berbagi dari pendapatan perusahaan-perusahaan baru;
c. meningkatkan ekspor dari negara tuan rumah, mendatangkan penghasilan tambahan dari luar yang dapat dipergunakan untuk berbagai keperluan bagi kepentingan penduduknya;
d. menghasilkan pengalihan pelatihan teknis dan pengetahuan yang dapat digunakan oleh penduduk untuk mengembangkan perusahaan dan industri lain;
e. memperluas potensi keswasembadaan negara tuan rumah dengan memproduksi barang setempat untuk menggantikan barang impor;
f. menghasilkan pendapatkan pajak tambahan yang dapat digunakan untuk berbagai keperluan, demi kepentingan penduduk negara tuan rumah;
g. membuat sumber daya negara tuan rumah baik sumber daya alam maupun sumber daya manusia, agar lebih baik pemanfaatannya daripada semula.
Demi tercapainnya tujuan penyelenggaraan penanaman modal di indonesia, maka berpatokan dan berpedoman dengan asas-asas yang terkandung di dalam undang-undang merupakan hal yang mutlak harus dilakukan.
31 H.Salim HS dan Budi Sutrisno, Op.cit., hlm 86
3. Bentuk Usaha Penanaman Modal
Dalam Pasal 5 ayat (1) Penanaman modal dalam negeri dapat dilakukan dalam bentuk badan usaha yang berbentuk badan hukum, tidak badan hukun atau usaha perseorangan, sesuai dengan ketentuan perundang-undangan. Ada dua bentuk badan usaha yang dapat melakukan penanaman modal dalam negeri, yaitu:
1. Berbentuk badan hukum; dan
2. Tidak berbadan hukum atau perseorangan.
Di dalam hukum positif di Indonesia, ada dua jenis badan usaha yang telah diberi status badan hukum, yaitu: Perseroan Terbatas dan Koperasi. Sementara itu, yayasan yang merupakan badan sosial, keagamaan dan kemanusiaan telah mendapat status yuridis sebagai badan hukum, sesuai dengan peraturan perundang undangan yang berlaku. Badan usaha yang termasuk dalam badan usaha bukan badan hukum adalah firma dan komanditer. 32
Dalam Pasal 5 ayat (2) Penanaman modal asing wajib dalam bentuk perseroan terbatas berdasarkan hukum Indonesia dan berkedudukan di dalam wilayah negara Republik Indonesia, kecuali ditentukan lain dalam undang-undang. Unsur yang melekat dalam ketentuan ini meliputi:
1. Bentuk hukum dari perusahaan-perusahaan modal asing adalah Perseroan Terbatas (PT);
2. Didasarkan pada hukum Indonesia;
3. Berkedudukan di dalam wilayah negara Republik Indonesia.
Ada tiga karakteristik dominan bahwa PT merupakan bentuk usaha yang tepat digunakan dalam pengembangan modal dan merupakan orientasi utama dari
32 Ibid. hlm 112
setiap pengusaha, yaitu:
1. Pertanggungjawaban yang timbul semata-mata dibebankan kepada harta kekayaan yang terhimpun dalam asosiasi
2. Sifat mobilitas atas hak penyertaan 3. Prinsip pengurusan melalui suatu organ 33
Prosedur hukum penanaman modal yang berlaku berdasarkan ketentuan pasal tersebut mensyaratkan penanaman modal asing yang ingin melakukan penanaman modal di Indonesia untuk membentuk badan hukum perseroan terbatas (PT) berdasarkan hukum Indonesia dan melakukan usaha di wilayah negara Republik Indonesia. Pelaksanaan penanaman modal dalam bentuk perseroan terbatas tersebut selanjutnya dilakukan dengan:34
a. mengambil bagian saham pada saat pendirian perseroan terbatas;
b. membeli saham; dan
c. melakukan cara lain sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Salah satu syarat dari badan hukum asing untuk menjadi perseroan terbatas adalah badan hukum asing itu harus melakukan kerja sama dengan badan hukum domestik. Kerja sama antara badan hukum asing dengan badan hukum domestik dituangkan dalam kontrak joint venture.35
4. Bidang Usaha Penanaman Modal
Penentuan bidang usaha untuk penanaman modal asing bersifat dinamis
33 Rudi Prasetya, Kedudukan Mandiri Perseroan Terbatas. (Bandung : PT Citra Bakti, 1995) hlm 12
34 Pasal 5 ayat (3) UUPM
35 H. Salim HS dan Budi Sutrisno, Op.Cit. hlm 175
karena setiap waktu dapat berubah yang disesuaikan dengan kondisi negara bangsa dan negara. Kita ambil contoh di dalam Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1967 Tentang Penanaman Modal Asing telah ditentukan bahwa bidang usaha tertentu tidak boleh untuk investasi asing secara penuh. Namun, dalam perkembangannya bidang usaha itu dapaat melakukan investasi asing dengan syarat harus ada kerja sama dengan warga negara Indonesia atau badan usaha Indonesia.36
Pasal 1 angka 1 Peraturan Presiden Nomor 44 Tahun 2016 yang mengatur mengenai Bidang Usaha Tertutup dan Bidang Usaha Terbuka dengan Persyaratan di Bidang Penanaman Modal dijelaskan bahwa Bidang Usaha adalah segala bentuk kegiatan usaha yang dilakukan untuk memproduksi barang atau jasa pada sektor-sektor ekonomi. Bidang Usaha dalam kegiatan Penanaman Modal terdiri atas:
a. Bidang Usaha Yang Terbuka;
b. Bidang Usaha Yang Tertutup; dan
c. Bidang Usaha Yang Terbuka Dengan Persyaratan.
Dalam Pasal 12 ayat (1) Undang-Undang Penanaman Modal disebutkan bahwa semua bidang usaha terbuka bagi kegiatan penanaman modal, kecuali bidang usaha atau jenis usaha yang dinyatakan tertutup dan terbuka dengan persyaratan tertentu. Lebih lanjut dalam Pasal 12 ayat (2) Undang-Undang Penanaman modal, bidang usaha yang tertutup bagi penanam modal asing adalah:
a. Produksi, senjata, mesiu, alat peledak, dan peralatan perang; dan
b. Bidang usaha yang secara eksplisit dinyatakan tertutup berdasarkan UU.
36 Ibid., hlm 177
Bidang Usaha Yang Terbuka Dengan Persyaratan adalah Bidang Usaha tertentu yang dapat diusahakan untuk kegiatan Penanaman Modal dengan persyaratan, yaitu dicadangkan untuk Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah serta Koperasi, Kemitraan, kepemilikan modal, lokasi tertentu, perizinan khusus, dan penanarn modal dari negara Association of Southeast Asian Nations (ASEAN).37
Bidang usaha yang terbuka dengan persyaratan digolongkan menjadi lima macam. Kelima macam bidang usaha itu meliputi:38
1. Bidang usaha yang terbuka dengan persyaratan perlindungan dan pengembangan terhadap UMKMK
2. Bidang usaha yang terbuka dengan syarat kemitraan
3. Bidang usaha yang terbuka berdasarakan kepemilikan modal
4. Bidang usaha yang terbuka bersasarkan persyaratan lokasi tertentu;dan 5. Bidang usaha yang terbuka berdasarkan persyaratan perizinan khusus.
Bidang usaha yang terbuka dengan peryaratan perlindungan dan pengembangan terhadap UMKMK hanya dapat dilakukan berdasarkan pertimbangan kewajaran dan kelayakan ekonomi untuk melindungi UMKMK.
Bidang usaha yang terbuka dengan syarat kemitraan merupakan usaha yang dilakukan dalam bentuk kerja sama antara UMKMK dengan usaha besar disertai pembinaan dan pengembangan oleh usaha besar dengan memerhatikan prisip saling memerlukan, saling memperkuat dan saling menguntungkan.
Bidang usaha yang terbuka berdasarkan kepemilikan modal adalah berkaitan dengan memberikan batasan kepemilikan modal bagi penanam modal asing.
37 Pasal 1 angka 4 Peraturan Presiden Nomor 44 Tahun 2016 tentang Bidang Usaha Tertutup dan Bidang Usaha Terbuka dengan Persyaratan di Bidang Penanaman Modal
38 H. Salim HS dan Budi Sutrisno, Op.Cit. hlm 44
Bidang usaha yang terbuka dengan persyaratan lokasi tertentu adalah bidang usaha yang diperkenankan untuk ditanamkan pada suatu lokasi atau tempat-tempat tertentu. Ini erat kaitannya pembatasan wilayah administratif untuk penanaman modal.
Bidang usaha yang terbuka berdasarkam persyaratan perizinan khusus dapat berupa rekomendasi dan instansi/lembaga pemerintah atau non-pemerintah yang memiliki kewenangan pengawasan terhadap suatu bidang usaha termasuk merujuk ketentuan peraturan perundang-undangan yang menetapkan monopoli atau harus bekerja sama dengan Badan Usaha Milik Negara, dalam bidang usaha tersebut. Misalnya, investor asing ingin menanamkan modalnya di bidang pertambangan mineral radio aktif, maka kegiatan usaha itu harus mendapat rekomendasi dari BATAN dan bekerja sama dengan BATAN.39
Beberapa bidang usaha yang terbuka untuk asing dengan persyaratan tertentu terdapat dalam Daftar Lampiran Peraturan Presiden Nomor 44 Tahun 2016 Tentang Daftar Bidang Usaha Tertutup dan Daftar Bidang Usaha Yang Terbuka dengan Persyataratan di Bidang Penanaman Modal sebagai berikut :
1) Sektor pertanian 2) Sektor kehutanan
3) Sektor kelautan dan perikanan
4) Sektor energi dan sumber daya mineral 5) Sektor perindustrian
6) Sektor pertahanan dan keamanan 7) Sektor pekerjaan umum
39 Ibid., hlm 45
8) Sektor perdagangan
9) Sektor pariwisata dan ekonomi kreatif 10) Sektor perhubungan
11) Sektor komunikasi dan informatika 12) Sektor keuangan
13) Sektor perbankan 14) Sektor tenaga kerja 15) Sektor pendidikan 16) Sektor kesehatan
5. Perizinan Penanaman Modal
Mewujudkan suatu kegiatan penanaman modal, baik itu penanaman modal dalam negeri maupun penanaman modal asing perlu dilalui beberapa proses yang telah ditentukan dalam peraturan perundang-undangan. Salah satu proses tersebut adalah perizinan.
Perizinan adalah segala bentuk persetujuan untuk melakukan Penanaman Modal yang dikeluarkan oleh Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah, Badan Pengusahaan Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas, dan Administrator Kawasan Ekonomi Khusus, yang memiliki kewenangan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.40
Perusahaan penanaman modal yang akan melakukan kegiatan usaha wajib memperoleh izin sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan dari
40 Pasal 1 angka 12 Peraturan BKPM No. 13 Tahun 2017 tentang Pedoman dan Tata cara Perizinan dan Fasilitas Penanaman Modal
instansi yang memiliki kewenangan, kecuali ditentukan lain dalam undang-undang. Izin tersebut diperoleh melalui pelayanan terpadu satu pintu.41
Ruang lingkup layanan di PTSP di bidang penanaman modal terdiri atas layanan perizinan penanaman modal dan layanan non perizinan penanaman modal. Layanan perizinan dan non perizinan dilaksanakan oleh PTSP Pusat di BKPM, BPMPTSP Provinsi, BPMPTSP Kabupaten/Kota, PTSP KPBPB, PTSP KEK sesuai dengan kewenangannya. Adapun jenis-jenis layanan perizinan terdiri atas:42
a. Izin Usaha untuk berbagai sektor usaha;
b. Izin Usaha Perluasan untuk berbagai sektor usaha;
c. Izin Usaha Penggabungan Perusahaan Penanaman Modal untuk berbagai sektor usaha;
d. Izin Usaha Perubahan untuk berbagai sektor usaha;
e. Izin Kantor Perwakilan; dan
f. Izin Operasional berbagai sektor usaha.
Jenis nonperizinan terdiri atas penggunaan tenaga kerja asing, angka pengenal importir, dan rekomendasi teknis berbagai sektor usaha. Jenis perizinan dan non perizinan yang diterbitkan oleh PTSP Pusat di BKPM, ditetapkan oleh Menteri/Kepala LPNK yang memiliki kewenangan perizinan. Jenis perizinan dan nonperizinan yang tidak diatur pedoman dan tata caranya dalam Peratura Kepala Koordinasi Penanaman Modal Nomor 15 Tahun 2015, mengikuti ketentuan yang
41 Pasal 25 ayat (4) dan ayat (5) UUPM
42 Pasal 10-Pasal 11 Peraturan Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal Nomor 15 Tahun 2015 tentang Pedoman Dan Tata Cara Perizinan Dan Non Perizinan Penanaman Modal
ditetapkan oleh Menteri/Kepala LPNK terkait, Gubernur dan Bupati/Walikota.43 Pelayanan Terpadu Satu Pintu di Bidang Penanaman Modal yang selanjutnya disebut PTSP adalah kegiatan penyelenggaraan Perizinan dan Non perizinan berdasarkan Mandat dari lembaga atau instansi yang memiliki kewenangan Perizinan dan Nonperizinan yang proses pengelolaannya dimulai dari tahap permohonan sampai dengan tahap terbitnya dokumen yang dilakukan dalam satu tempat.44
Dari pengertian pelayanan terpadu satu pintu tersebut dapat dilihat tujuannya adalah untuk mempermudah proses perizinan penanaman modal karena dilakukan dalam satu tempat. Hal ini tentu berdampak baik kepada investor karna proses pengelolaan dari tahap permohonan sampai tahap terbit dokumen akan menghemat waktu dan biaya serta prosesnya tidak berbelit-belit karena dilakukan di satu tempat.
Kewenangan pemberian perizinan dan fasilitas penanaman modal dalam Pasal 5 diberikan oleh :
a. Pemerintah pusat dilakukan oleh PTSP Pusat di BKPM;
b. Pemerintah daerah provinsi dilakukan oleh DPMPTSP provinsi;
c. Pemerintah daerah kabupaten/kota dilakukan oleh DPMPTSP kabupaten/kota ;
d. Badan pengusahaan KPBPB oleh PTSP KPBPB ; dan e. Administrator KEK oleh PTSP KEK.
43 Pasal 12 Peraturan Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal Nomor 15 Tahun 2015 tentang Pedoman Dan Tata Cara Perizinan Dan Non Perizinan Penanaman Modal
44 Pasal 1 angka 9 Peraturan BKPM No. 13 Tahun 2017 tentang Pedoman dan Tata cara Perizinan dan Fasilitas Penanaman Modal
Salah satu upaya dan bukti komitmen BKPM untuk terus memudahkan proses administrasi yang harus dilakukan oleh investor sebelum menanamkan modalnya di Indonesia adalah dengan mengatur mekanisme baru layanan perizinan penanaman modal sebagaimana diatur dalam Peraturan BKPM Nomor 13 Tahun 2017. Langkah terobosan yang diambil BKPM ini juga merupakan implementasi Peraturan Presiden Nomor 91 tahun 2017 tentang Percepatan Pelaksanaan Berusaha. Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) mempermudah layanan bagi investor dengan mengganti istilah Izin Prinsip (IP) menjadi Pendaftaran Penanaman Modal atau Pendaftaran Investasi (PI). Layanan perizinan penanaman modal ini diatur dalam Peraturan BKPM Nomor 13 Tahun 2017 tentang Pedoman dan Tata Cara Perizinan dan Fasilitas Penanaman Modal.
Dengan mekanisme penerbitan pendaftaran investasi yang semakin cepat, khususnya untuk proses penerbitan Pendaftaran Investasi yang permohonannya belum berbadan hukum Indonesia hanya membutuhkan waktu satu hari kerja atau lebih singkat dari waktu yang dibutuhkan untuk penerbitan Izin Prinsip yang sebelumnya memakan waktu tiga hari kerja. Selain itu, BKPM mempermudah para investor dengan memungkinkan bidang usaha tertentu langsung memperoleh Izin Usaha. Sehingga peluang untuk dapat langsung mendapatkan Izin Usaha tersebut, investor diharapkan semakin cepat merealisasikan investasinya. 45
6. Hak dan Kewajiban Penanaman Modal
Hak adalah segala sesuatu yang benar dan sungguh-sungguh ada atau kekuasaan yang benar-benar milik, kepunyaan, kewenangan dan mempunyai
45 http://www.hukumonline.com/berita/baca/lt5a4b421a790d5/mulai-2018--bkpm-ubah-proses-izin-prinsip-pendaftaran-investasi diakses pada 5 Maret 2018, pukul 20.40
wewenang untuk mempergunakan. Sedangkan kewajiban adalah suatu keharusan yang harus dilaksanakan. Jadi yang dimaksud dengan Hak dan Kewajiban penanam modal adalah sesuatu kekuasaan, milik, kepunyaan, wewenang yang dimiliki penanam modal untuk mempergunakan dan di imbangi dengan keharusan yang harus dilaksanakan oleh si penanam modal tersebut.
wewenang untuk mempergunakan. Sedangkan kewajiban adalah suatu keharusan yang harus dilaksanakan. Jadi yang dimaksud dengan Hak dan Kewajiban penanam modal adalah sesuatu kekuasaan, milik, kepunyaan, wewenang yang dimiliki penanam modal untuk mempergunakan dan di imbangi dengan keharusan yang harus dilaksanakan oleh si penanam modal tersebut.