• Tidak ada hasil yang ditemukan

TINJAUAN UMUM TENTANG PERLINDUNGAN HUKUM DAN PERSEROAN TERBATAS (PT)

1.3 Pengertian Dan Dasar Hukum Perseroan Terbatas (PT)

Perseroan Terbatas adalah, yang selanjutnya disebut perseroan, adalah badan hukum yang merupakan persekutuan modal, didirikan berdasarkan perjanjian, melakukan kegiatan usaha dengan modal dasar yang seluruhnya terbagi dalam saham dan memenuhi persyaratan yang ditetapkan dalam undang –

undang ini serta peraturan pelaksanaannya. (Bab I Pasal 1 angka 1 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 40 Tahun 2007)

Bilamana seseorang akan mendirikan perseroan terbatas, maka para pendiri, yang biasanya terdiri dari 2 orang atau lebih, melakukan perbuatan hukum sebagai yang tersebut di bawah ini:

a. Pertama, para pendiri datang di kantor Notaris untuk diminta dibuatkan akta pendirian PT. Yang disebut akta pendirian itu termasuk di dalamnya anggaran dasar dari PT yang bersangkutan. Anggaran dasar ini sendiri dibuat oleh para pendiri, sebagai hasil musyawarah mereka. Kalau para pendiri merasa tidak sanggup untuk membuat anggaran dasar tersebut, maka hal itu dapat diserahkan pelaksanaannya kepada Notaris yang bersangkutan.

b. Kedua, setelah pembuatan akta pendirian itu selesai, maka notaris mengirimkan akta tersebut kepada Kepala Direktorat Perdata, Departemen Kehakiman. Akta pendirian tersebut juga dapat dibawa sendiri oleh para pendiri untuk minta pengesahan dari Menteri Kehakiman, dalam hal ini Kepala Direktorat Perdata tersebut, tetapi harus ada surat pengantar dari notaris yang bersangkutan. Kalau penelitian akta pendirian perseroan terbatas itu tidak mengalami kesulitan, maka Kepala Direktorat Perdata atas nama

Menteri Kehakiman mengeluarkan surat keputusan pengesahan akta pendirian PT yang bersangkutan. Kalau ada hal- hal yang harus diubah, maka perubahan itu harus ditetapkan lagi dengan akta notaris sebagai tambahan akta notaris yang dahulu. Tambahan akta notaris ini harus mnedapat pengesahan dari Departemen Kehakiman. Begitulah sampai ada surat keputusan terakhir dari Departemen Kehakiman tentang akta pendirian PT yang bersangkutan.

c. Ketiga, para pendiri atau salah seorang atau kuasanya, membawa akta pendirian yang sudah mendapat pengesahan dari Departemen Kehakiman beserta surat keputusan pengesahan dari Departemen Kehakiman tersebut ke kantor Kepaniteraan Pengadilan Negeri yang mewilayahi domisili PT untuk didaftarkan. Panitera yang berwenang mengenai hal ini mengenai surat hal ini mengeluarkan surat pemberitahuan kepada notaris yang bersangkutan bahwa akta pendirian PT sudah didaftar pada buku register PT.

d. Keempat, para pendiri membawa akta pendirian PT beserta surat keputusan tentang pengesahan dari Departemen Kehakiman, serta pula surat dari Panitera Pengadilan negeri tentang telah didaftarnya akta pendirian PT tersebut ke kantor Percetakan Negara, yang menerbitkan Tambahan Berita Negara RI. Sesudah akta pendirian PT tersebut diumumkan dalam Tambahan Berita Negara RI, maka PT yang bersangkutan sudah sah menjadi badan hukum.

Perseroan mempunyai kekayaan sendiri terpisah dari kekayaan masing –

masing pemegang saham perseroan. Termasuk dalam harta kekayaan perseroan terbatas adalah modal, yang terdiri dari:

a. Modal perseroan atau modal dasar, yaitu jumlah maksimum modal yang disebut dalam akta pendirian. Ketentuan modal dasar diatur pada Pasal 31-32 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 40 Tahun 2007. Modal dasar perseroan terdiri atas seluruh nilai nominal saham. (Pasal 31 (1)). Modal dasar paling sedikit Rp.50.000.000,00 (Pasal 32 (1)).

b. Modal yang disanggupkan atau ditempatkan diatur pada Pasal 33 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 40 Tahun 2007. Paling sedikit 25% dari modal dasar sebagaimana dimaksud dalam Pasal 32 harus ditempatkan dan disetor penuh (Pasal 33 (1)).

c. Modal yang disetor, yakni modal yang benar-benar telah disetor oleh para pemegang saham pada kas perseroan. Diatur pada Pasal 34 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 40 tahun 2007. Penyetoran atas modal saham dapat dilakukan dalam bentuk uang dan/atau dalam bentuk lainnya (Pasal 34 (1)). Penyetoran atas modal saham selanjutnya diatur pada Pasal 34 ayat 2 dan ayat 3.

Perubahan atas besarnya jumlah modal perseroan harus mendapat pengesahan dari Menteri Kehakiman, sesudah mana harus didaftarkan dan diumumkan seperti biasa.

Pasal 53 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 40 tahun 2007 tentang perseroan terbatas, mengatur mengenai klasifikasi saham pada perseroan terbatas.

Pasal 53

Ayat (1) Anggaran dasar menetapkan 1 (satu) klasifikasi saham atau lebih. Ayat (2) Setiap saham dalam klasifikasinya yang sama memberikan kepada

Ayat (3) Dalam hal terdapat lebih dari 1(satu) klasifikasi saham, anggaran dasar menetapkan salah satu diantaranya sebagai saham biasa.

Ayat (4) Klasifikasi saham sebagaimana dimaksud pada ayat (3) antara lain: a. saham dengan hak suara atau tanpa hak suara;

b. saham dengan hak khusus untuk mencalonkan anggota Direksi dan/atau anggota Dewan Komisaris;

c. saham yang setelah jangka waktu tertentu ditarik kembali atau ditukar dengan klasifikasi saham lain;

d. saham yang memberikan hak kepada pemegangnya untuk menerima dividen lebih dahulu dari pemegang saham klasifikasi lain atas pembagian dividen secara kumulatif atau nonkumulatif;

e. saham yang memberikan hak kepada pemegangnya untuk menerima lebih dahulu dari pemegang saham klasifikasi lain atas pembagian sisa kekayaan Perseroan dalam likuidasi.

Adapun alat perlengkapan tersebut ialah:

a. Rapat umum pemegang saham (Bab 1 Pasal 1 angka 4 UUPT)

Rapat umum pemegang saham adalah yang selanjutnya disebut RUPS, adalah organ perseroan yang mempunyai wewenang yang tidak diberikan kepada direksi atau dewan komisaris dalam batas yang ditentukan undang – undang ini dan/atau anggaran dasar.

b. Dewan Direksi (Bab 1 Pasal 1 angka 5 UUPT)

Dewan Direksi adalah organ perseroan yang berwenang dan bertanggung jawab penuh atas pengurusan perseroan untuk kepentingan perseroan, sesuai dengan maksud dan tujuan perseroan serta mewakili perseroan, baik didalam maupun di luar pengadilan sesuai dengan ketentuan dasar.

c. Dewan Komisaris (Bab 1 Pasal 1 angka 6 UUPT)

Dewan Komisaris adalah organ perseroan yang bertugas melakukan pengawasan secara umum dan/atau khusus sesuai dengan anggaran dasar serta memberi nasehat kepada direksi

Ketentuan Pasal 51-52 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 40 Tahun 2007, mengatur mengenai hak pemegang saham yang berbunyi:

Pasal 51, Pemegang saham diberi bukti pemilikan saham untuk saham yang dimilikinya.

Pasal 52

(1) Saham memberikan hak kepada pemiliknya untuk: a. menghadiri dan mengeluarkan suara dalam RUPS;

b. menerima pembayaran dividen dan sisa kekayaan hasil likuidasi; c. menjalankan hak lainnya berdasarkan undang- undang ini.

(2) Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berlaku setelah saham dicatat dalam daftar pemegang saham atas nama pemiliknya.

a. Setiap pemegang saham berhak mengajukan gugatan terhadap Perseroan ke pengadilan negeri apabila dirugikan karena tindakan Perseroan yang dianggap tidak adil dan tanpa alasan wajar sebagai akibat keputusan RUPS, Direksi, dan/atau Dewan Komisaris. (Pasal 61(1).

b. Setiap pemegang saham berhak meminta kepada Perseroan agar sahamnya dibeli dengan harga yang wajar apabila yang bersangkutan tidak menyetujui tindakan Perseroan yang merugikan pemegang saham atau Perseroan (Pasal 62(1).

c. Dalam hal anggaran dasar mengharuskan pemegang saham penjual menawarkan terlebih dahulu sahamnya kepada pemegang saham klasifikasi tertentu atau pemegang saham lain, dan dalam jangka waktu 30 (tiga puluh hari) terhitung sejak tanggal penawaran dilakukan ternyata pemegang saham tersebut tidak membeli, pemegang saham penjual dapat menawarkan dan menjual sahamnya kepada pihak ketiga

Sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Adapun alasan –

alasan sebuah perseroan itu dibubarkan diatur pada Pasal 142 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 40 tahun 2007. Pembubaran Perseroan terjadi:

a. berdasarkan keputusan RUPS;

b. karena jangka waktu berdirinya yang ditetapkan dalam anggaran dasar telah berakhir;

c. berdasarkan penetapan pengadilan;

d. dengan dicabutnya kepailitan berdasarkan putusan pengadilan niaga yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap, harta pailit Perseroan tidak cukup untuk membayar biaya kepailitan;

e. karena harta pailit Perseroan yang telah dinyatakan pailit berada dalam keadaan insolvensi sebagaimana diatur dalam undang-undang tentang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang; atau

f. karena dicabutnya izin usaha Perseroan sehingga mewajibkan Perseroan melakukan likuidasi sesuai dengan peraturan perundang – undangan.

1.4 Perseroan Terbatas (PT) Sebagai Badan Hukum Serta Struktur

Permodalan Perseroan Terbatas (PT)

Menurut Subekti pengertian badan hukum yaitu suatu badan atau perkumpulan yang dapat memiliki hak-hak dan melakukan perbuatan seperti menerima serta memiliki kekayaan sendiri, dapat digugat, dan menggugat di muka hakim.6

Menurut Teori Fiksi yang dipelopori oleh Sarjana Von Savigny, bahwa hanya manusia saja yang mempunyai kehendak. Menurut alam manusia selalu subjek hukum, tetapi orang menciptakan dalam bayangannya badan hukum selalu subjek hukum diperhitungkan sama dengan manusia, jadi orang bersikap seolah-olah ada subjek hukum yang lain, tetapi wujud yang tidak riil itu tidak dapat melakukan perbuatan-perbuatan sehingga yang melakukan adalah manusia sebagai wakilnya. Selanjutnya dikemukakan bahwa badan hukum adalah suatu abstraksi, bukan merupakan suatu hal yang kongkrit, jadi karena suatu abstraksi maka tidak mungkin menjadi suatu subjek dari hubungan hukum sebab hukum memberi hak-hak kepada yang bersangkutan suatu kekuasaan dan menimbulkan

6

kehendak berkuasa. Badan hukum semata-mata hanya buatan pemerintah atau negara. Kecuali negara badan hukum itu fiksi yakni suatu yang sebenarnya tidak ada tetapi orang menghidupkannya dalam bayangan untuk menerangkan sesuatu hal.

Menurut Scholten, Perseroan Terbatas (PT) adalah badan hukum yang mempunyai harta kekayaan sendiri yang berasal dari suatu perbuatan pemisahan, mempunyai tujuan tertentu dan mempunyai organ Perseroan Terbatas (PT).7 Menurutnya Perseroan Terbatas adalah badan hukum yang memenuhi unsur-unsur:

1) Mempunyai harta kekayaan sendiri, yang berasal dari suatu perbuatan hukum pemisahan.

2) Mempunyai tujuan sendiri (tertentu)

3) Mempunyai alat perlengkapan (organisasi).

Dalam Yurisprudensi Mahkamah Agung sebagaimana termaktub dalam Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia tanggal 27 Juni 1973 Nomor 124/Sip/1973.8

Berdasarkan keputusan Mahkamah Agung ini maka kedudukan Perseroan Terbatas (PT) sebagai badan hukum telah mempunyai kepastian hukum dalam hukum di Indonesia.

7

Ibid.

8

H.P.Pangabean, 2002, Praktik Peradilan Menangani Kasus Aset Yayasan, (Termasuk Aset Lembaga Keagamaan), dan Upaya Penanganan Sengketa Melalui Alternatif Penyelesaian Sengketa, PT. Pustaka Sinar Harapan, Jakarta, hal. 10.

Sebelum Yurisprudensi Mahkamah Agung tersebut, status badan hukum Perseroan Terbatas (PT) tidak memberikan kepastian hukum apakah Perseroan terbatas tersebut merupakan badan hukum atau bukan badan hukum sehingga dalam masyarakat terdapat penafsiran bahwa Perseroan Terbatas merupakan badan hukum atau penafsiran Perseroan Terbatas bukan badan hukum. berdasarkan Yurisprudensi tersebut di atas sudah jelas bahwa Perseroan Terbatas merupakan badan hukum, tetapi yang belum jelas adalah bagaimana tata cara menurut hukum yang harus dipenuhi oleh Perseroan Terbatas untuk mendirikan Perseroan Terbatas dan bagaimana cara memperoleh status badan hukum tersebut.

Kebiasaan selama ini Perseroan Terbatas yang didirikan oleh swasta atau perorangan biasanya dilakukan dengan akta notaris. Kekayaan yang dipisahkan dari milik para pendiri atau pengurus Perseroan Terbatas yang bersangkutan. Kebiasaan yang terjadi akta notaris tersebut tidak didaftarkan atau didaftarkan di Kantor Pengadilan Negeri setempat.

Untuk mendapatkan status badan hukum Perseroan Terbatas maka memerlukan suatu proses yaitu diperolehnya pengesahan dari Menteri Hukum dan Hak Azasi Manusia (Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 40 Tahun 2007) dan diumumkan dalam Tambahan Berita Negara Republik Indonesia. Dengan dilaksanakan pengesahan dari Menteri Hukum dan Hak Azasi Manusia maka resmilah yayasan sebagai Badan Hukum karena ini merupakan syarat mutlak Perseroan Terbatas untuk diakui sebagai badan hukum.

Fungsi pengesahan ini adalah untuk keabsahan keberadaan badan hukum sehingga badan hukum itu tidak bertentangan dengan perundang-undangan yang

ada, kebebasan isi akta pendirian termasuk permodalan, hal ini dimaksudkan agar tidak ada penipuan.

Dari keterangan, jelas terlihat bahwa Perseroan Terbatas menjadi badan hukum karena paksaan dari negara yaitu seperti terlihat Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 40 Tahun 2007 yang menyatakan bahwa: Perseroan Terbatas adalah badan hukum. Hal ini sesuai apa yang dikemukakan oleh teori fiksi yang dipelopori oleh Von Savigny yang mengatakan bahwa badan hukum adalah semata-mata buatan negara. Jadi tanpa diatur oleh negara Perseroan Terbatas ini tidak berbadan hukum.

Dokumen terkait