• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengertian dan Prinsip-Prinsip Kredit Perbankan

TINJAUAN KONSEP PENGAMANAN KREDIT BERMASALAH SEHUBUNGAN DENGAN PENYALURAN KREDIT BANK

2.1 Tinjauan Kredit Bank Terkait Kredit Bermasalah

2.1.1 Pengertian dan Prinsip-Prinsip Kredit Perbankan

Sebelum penulis memaparkan kredit bermasalah baik dari segi manajemen maupun yuridis akan diuraikan terlebih dahulu pengertian dasar serta prinsip-prinsip yang berlaku dalam kredit perbankan di Indonesia.

Umumnya dalam praktek perbankan, bank menanamkan dana terutama dalam bentuk (1) pemberian kredit, (2) surat berharga, (3) Penempatan dana pada bank lain baik dalam maupun luar negeri, kecuali penanaman dalam bentuk giro, dan(4) penyertaan.51

Penyaluran kredit merupakan bisnis utama bank, sehingga sebagian besar struktur asset yang dimiliki perbankan dalam neraca

50 Good Corporate Governance (GCG) merupakan seperangkat sistem yang mengatur dan mengendalikan perusahaan untuk menciptakan nilai tambah (value added) bagi para pemangku kepentingan. Hal ini disebabkan karena GCG dapat mendorong terbentuknya pola kerja manajemen yang bersih, transparan, dan professional. Lihat Muhammad Arief Effendi, The Power of Good Corporate Governance: Teori dan Implementasi, (Jakarta: Salemba empat, 2009), hal. 2.

51 Lihat dalam Widjanarto, Hukum dan Ketentuan Perbankan di Indonesia, Cet. 4, (Jakarta: Pusaka Utama Grafiti, 2003), hal. 81.

berbentuk kredit.52 Kredit berasal dari bahasa Yunani yaitu credere yang artinya percaya atau berasal dari bahasa latin creditum yang artinya kepercayaan akan kebenaran.53 Bila dihubungkan dengan bank, maka terkandung sejumlah pengertian bahwa bank selaku Kreditur percaya meminjamkan sejumlah uang kepada nasabah/Debitur, karena Debitur dapat dipercaya kemampuannya untuk membayar lunas pinjamannya setelah jangka waktu yang ditentukan.

Berdasarkan Undang-Undang No. 7 Tahun 1992 yang telah diubah dengan Undang-Undang No. 10 Tahun 1998 Tentang Perbankan (UU Perbankan) dinyatakan bahwa,

“Kredit adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam-meminjam antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi utangnya setelah jangka waktu tertentu dengan pemberian bunga.”54

Bank for international Settlements (BIS) mendefinisikan kredit sebagai berikut: “A loan is a financial asset resulting from delivery of cash or other assets by a lender to a borrower in return for an obligation to repay on the specified date or dates or on demand, usually with interest.” Definisi BIS tersebut kurang lebih sama dengan pengertian kredit dalam UU Perbankan.

52 Dewi Corry, Penerapan Model Credit Risk+ Dalam Penilaian Risiko Kredit Mikro Sektor Usaha Di Bank BRI, Karya Akhir Program Studi Magister Manajemen, Jakarta: Magister Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, 2004. Lihat juga Djumhana, yang menyatakan kredit dalam kegiatan bank merupakan kegiatan usaha yang paling utama karena pendapatan terbesar dari usaha bank berasal dari pendapatan kegiatan usaha kredit berupa bunga dan provisi. Muhamad Djumhana, Hukum Perbankan di Indonesia, Cet. 4, (Bandung: PT. Citra Aditya Bakti), hal. 365.

53 Istilah yang merupakan pasangan kredit merupakan utang (debt). Kredit dan utang merupakan istilah-istilah untuk satu perbuatan ekonomi (perbuatan-perbuatan yang menimbulkan akibat-akibat ekonomi) yang dilihat dari arah berlawanan. Oleh karena itu tidak benar jika dikatakan bahwa kredit berguna bagi perekonomian, sebaliknya utang tidak berguna bagi perekonomian. Lihat Veithzal Rivai dan Andira Permata Veithzal, Op. Cit., hal. 4.

54 Indonesia (a), Op. Cit., pasal 1 angka 11.

Saunders55 mengemukakan ada 4 (empat) jenis pinjaman yang dilayani oleh bank komersial di United States yaitu commercial and industrial (C&I), real estate, individual and all other. Sedangkan Suhardjono56 mengemukakan bahwa pada perbankan Indonesia, pinjaman dikelompokkan sesuai dengan tujuannya. Pengelompokan pinjaman dapat dibedakan berdasarkan:

1. Cara penarikannya, terdiri dari Pinjaman Rekening Koran dan Pinjaman Persekot;

2. Cara dan tujuan penggunaan, terdiri dari Kredit Modal Kerja, Kredit Investasi, Kredit Konsumtif, Kredit Transaksi Khusus dan Kredit Tidak Langsung (Kontijen);

3. Cara pelunasan, terdiri dari Kredit Dengan Angsuran Tetap, Kredit Dengan Plafond Menurun Secara Periodik dan Kredit Dengan Plafond Tetap;

4. Jangka waktu, terdiri dari Kredit Jangka Pendek, Kredit Jangka Menengah, dan Kredit Jangka Panjang;

5. Besarnya kredit, terdiri dari Kredit Usaha Kecil, Kredit Menengah dan Kredit Besar;

6. Sektor ekonomi, terdiri dari kredit sektor pertanian, perkebunan dan sarana pertanian, kredit sektor pertambangan, kredit sektor perindustrian, kredit sektor ekonomi perdagangan, restoran dan hotel, kredit sektor ekonomi listrik, gas dan air, kredit sektor ekonomi konstruksi, kredit sektor ekonomi pengangkutan, pergudangan dan komunikasi, kredit sektor ekonomi jasa-jasa dunia usaha, kredit sektor ekonomi jasa-jasa sosial/masyarakat dan kredit sektor ekonomi lain-lain.

Kredit diberikan atas dasar kepercayaan sehingga pemberian kredit adalah pemberian kepercayaan. Hal ini berarti bahwa prestasi yang

55 Anthony Saunders and Marcia Millon Cornett, Financial Institutions Management: A Risk Management Approach, 4th Edition, (New York: Mc. GrawHill, 2003), hal. 262

56 Suhardjono, Manajemen Perkreditan, (Yogyakarta: UPP AMP YKPN, 2003), hal. 23

diberikan benar-benar diyakini dapat dikembalikan oleh penerima kredit sesuai dengan waktu dan syarat-syarat yang telah disepakati bersama.

Berdasarkan hal diatas, unsur-unsur dalam kredit tersebut adalah sebagai berikut:57

1) Adanya orang atau badan yang memiliki uang, barang atau jasa yang bersedia untuk meminjamkan kepada pihak lain. Orang atau badan demikian lazim disebut Kreditur;

2) Adanya pihak yang membutuhkan/meminjam uang, barang atau jasa. Pihak ini lazim disebut Debitur;

3) Adanya kepercayaan dari Kreditur terhadap Debitur;

4) Adanya janji dan kesanggupan membayar dari Debitur kepada Kreditur;

5) Adanya perbedaan waktu yaitu perbedaan antara saat penyerahan uang, barang atau jasa oleh Kreditur dengan pada saat pembayaran kembali dari Debitur;

6) Adanya risiko, yaitu sebagai akibat dari adanya unsur perbedaan waktu seperti diatas, dimana masa yang akan datang merupakan sesuatu yang belum pasti, maka kredit itu pada dasarnya mengandung risiko. Risiko tersebut berasal dari bermacam-macam sumber termasuk didalamnya penurunan nilai uang karena inflasi dan sebagainya;

7) Adanya bunga yang harus dibebankan oleh Debitur kepada Kreditur, walaupun ada kredit yang tidak berbunga.

Dalam kesepakatan yang mengandung unsur-unsur kredit tersebut, lazim dituangkan dalam suatu perjanjian kredit. Dalam perjanjian kredit perbankan di Indonesia, berlaku dua ketentuan pokok

57 Rachmat Firdaus dan Maya Ariyanti, Manajemen Perkreditan Bank Umum: Teori, Masalah, Kebijakan dan Aplikasinya Lengka Dengan Analisis Kredit, (Bandung: Alfabeta, 2003), hal. 3.

yaitu ketentuan yang mengatur mengenai perjanjian pada umumnya sesuai KUH Perdata dan ketentuan mengenai perjanjian kredit.

Setiap perjanjian kredit yang telah disetujui dan disepakati antara pihak Kreditur dan Debitur maka wajib dituangkan dalam perjanjian kredit (akad kredit) secara tertulis. Dalam praktek perbankan bentuk dan format dari perjanjian kredit diserahkan sepenuhnya kepada bank yang bersangkutan, namun ada hal-hal yang tetap harus dijadikan pedoman, yaitu bahwa perjanjian tersebut rumusannya tidak boleh kabur atau tidak jelas. Selain itu juga perjanjian tersebut sekurang-kurangnya harus memperhatikan keabsahan dan persyaratan secara hukum, sekaligus juga memuat secara jelas mengenai jumlah besarnya kredit, jangka waktu, tata cara pembayaran kembali kredit serta persyaratan lainnya yang lazim dalam perjanjian kredit.58

Dalam memberikan penilaian atas pemberian kredit, maka Kreditur menggunakan prinsip-prinsip perkreditan yang dijadikan dasar dalam menilai kemauan dan kemampuaqn Debitur untuk melunasi pinjamannya. Prinsip ini digunakan untuk mengurangi sekecil mungkin risiko tidak dikembalikannya pinjaman yang diberikan dengan melihat semua aspek yang ada pada nasabah dan bidang usahanya.59 Prinsip-prinsip tersebut yaitu Prinsip-prinsip-Prinsip-prinsip 5C, 5P dan 3R.60

a. Prinsip-Prinsip 5 C, antara lain:61 1) Character (watak/kepribadian);

2) Capacity (kemampuan);

3) Capital (modal);

58 Djumhana, Op. Cit., hal. 385

59 Duane B. Graddy, et.al., Commercial Banking and The Financial Services Industry, (Virginia: Reston Publishing Company Inc., 1985), hal. 256.

60 Firdaus, Op. Cit., hal. 90.

61 Muchdarsyah Sinungan, Manajemen Dana Bank, Cet. 4, (Jakarta: Bumi Aksara, 2000), hal. 242.

4) Condition of economy (kondisi perekonomian);

5) Collateral (jaminan atau agunan).

Selain prinsip-prinsip 5 C yang telah diuraikan, dalam dunia usaha dewasa ini khususnya perbankan, masih terdapat beberapa faktor C lain yang akan menanmbah amannya bank dalam arti lebih mengurangi risiko bank, yaitu:62

1) Concerning, berarti penutupan asuransi terhadap kredit yang diberikan dari risiko kemacetan;

2) Contrains, berarti keterbatasan atau hambatan yang tidak memungkinkan kredit diberikan.

b. Prinsip-prinsip 5P, antara lain:63 1) Party (golongan);

2) Purpose (tujuan);

3) Payment (sumber pembiayaan);

4) Profitability (kemampuan untuk mendapatkan keuntungan);

5) Protection (perlindungan).

c. Prinsip-prinsip 3R, antara lain:64 1) Return (hasil yang dicapai);

2) Repayment (pembayaran kembali);

3) Risk bearing ability (kemampuan untuk menanggung risiko).

62 Firdaus, Op. Cit., hal. 88.

63 Ibid.

64 Ibid., hal. 89.