BAB II. TINJAUAN PUSTAKA
H. Kerangka pikir
I. Hipotesis
Berdasarkan masalah pokok tersebut, maka penulis mengajukan hipotesis atau dugaan sementara sebagai berikut : “diduga, bahwa perusahaan belum menerapkan suatu pengendalian persediaan yang baik dalam hal pengadaan bahan baku.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan waktu penelitian
Dalam rangka pengumpulan data untuk penulisan skripsi, penulis melakukan penelitian dipabrik Biskuit Khong Guan yang berlokasi di Makassar, adapun waktu yang dibutuhkan dalam penelitian ini berkisar dua bulan.
B. Desain Penelitian
No Uraian Penjelasan Waktu
1
Pengendalian
Pengendalian merupakan usaha untuk mengarahkan kegiatan dan membatasi penyimpanan arah dan jalur yang sudah ditentukan, sehingga dapat mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Dengan adanya pengendalian diharapkan penyimpangan-penyimpangan yang mungkin terjadi dapat dihilangkan atau setidak-tidaknya dapat diperkecil.2
Persediaan
Istilah “Inventories” (persediaan-persediaan) digunakan untuk barang dagangan yang disimpan perusahaan untuk dijual kembali sesuai dengan perputaran normal suatu usaha dagang, bahan-bahan baku, barng yang diproses produksi dan bahan atau barang6. Garam
1. Untuk mengetahui peranan pengendalian persediaan bahan baku.
2. Untuk menentukan jumlah pembelian bahan baku
optimal, sehingga biaya yang timbul dapat ditekan atau diperkecil.
3. Untuk menentukan waktu pembelian bahan baku.
5
masalah
Perusahaan Biskuit Khong Guan dalam operasionalnya belum menerapkan suatu pengendalian persediaan yang baik dalam hal pengadaan bahan baku.6
Perlakuan
1. Economical Order Quantity (EOQ)ROP =
Perusahaan Biskuit Khong Guan dalam operasionalnya belum menerapkan suatu pengendalian persediaan yang baik dalam hal pengadaan bahan baku yang menyebabkan besarnya biaya persediaan.
Saran :
1. -Sebaiknya pihak perusahaan menggunakan metode Economical Order Quantity (EOQ) dalam hal pengadaan bahan baku untuk tahun berikutnya agar tidak terjadi kelebihan ataupun kekurangan bahan baku serta efisiensi biaya dapat terjadi.
2. Agar pihak perusahaan dalam menentukan saat pemesanan kembali menggunakan analisis Reorder Point (ROP) sehingga resiko kehabisan bahan baku tidak terjadi.
C. Metode pengumpulan data
Untuk mendapatkan data yang akurat sehubungan dengan penelitian ini, maka penulis menggunakan metode sebagai berikut :
1. Penelitian lapangan (field Research)
Merupakan penelitian yang dilakukan dengan terjun langsung keperusahaan yang bersangkutan untuk melakukan pengamatan terhadap objek yang teliti.
2. Penelitian Pustaka (Library Research)
Merupakan penelitian yang dilakukan dengan membaca dan mempelajari buku-buku, literatur-literatur yang berkaitan dengan masalah yang dibahas.
D. Jenis dan sumber data
Adapun jenis data dan sumber yang digunakan adalah :
1. Data primer yaitu data yang telah diperoleh secara langsung dari tempat yang menjadi objek penelitian melalui wawan cara dan observasi.
2. Data sekunder yaitu data yang diperoleh dengan jalan mengumpulkan dokumen tertulis yang berhubungan dengan penelitian ini.
E. Metode analisis
Metode analisis digunakan dalam penelitian tugas akhir ini adalah metode deskriptif komperatif.Hal tersebut dilakukan untuk menggambarkan
permasalahan dalam perusahaan dan membandingkan antara kebijakan yang diterapkan oleh perusahaan dengan teori-teori yang ada.
Adapun alat yang digunakan yaitu : 3. Economical Order Quantity (EOQ)
Metode ini merupakan metode untuk menetapkan jumlah pesanan paling ekonomis dengan biaya sekecil mungkin.
EOQ = C xRxS 2
Dimana :
R = jumlah (unit) yang dibutuhkan selama satu periode tertentu S = biaya pesanan setiap kali pesan (Ordering Cost)
C = biaya penyimpanan per unit bahan baku per periode tertentu (Dalam rupiah).
4. Reorder point (ROP)
Yaitu saat atau titik dimana harus diadakan pemesanan kembali sehingga pesanan tiba tepat pada waktu persediaan diatas Safety Stock sama dengan nol. Safety stock adalah jumlah persediaan yang ditetapkan untuk menjaga kelancaran proses produksi bila terjadi keterlambatan tibanya pesanan.
Format yang digunakan : ROP =
360
R x LT + SS
Dimana :
R = jumlah (unit) yang dibutuhkan selama satu periode tertentu LT = Leat Time atau jangka waktu yang dibutuhkan sejak pemesanan
dilakukan sampai barang yang dipesan tiba SS = Safety Stock
F. Definisi operasional variabel a. Pengendalian
Pengendalian merupakan usaha untuk mengarahkan kegiatan dan membatasi penimpanan arah dan jalur yang sudah di tentukan, sehingga dapat mencapai tujuan yang telah ditetapkan.Dengan adanya pengendalian diharapkan penyimpangan-penyimpangan yang mungkin terjadi dapat dihilangkan atau setidak-tidaknya dapat diperkecil.
b. Persediaan
Istilah “Inventories” (persediaan-persediaan) digunakan untuk barang dagangan yang disimpan perusahaan untuk dijual kembali sesuai dengan perputaran normal suatu usaha dagang, bahan-bahan baku, barng yang diproses produksi dan bahan-bahan atau barang yang disimpan untuk dipakai.
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Sejarah Singkat Berdirinya Biskuit Khong Guan
Perusahaan industri “Biskuit Khong Guan” adalah perusahaan perseorangan yang bergerak dalam bidang industri makanan. Kegiatan perusahaan yang meliputi pembelian beberapa jenis bahan baku yang kemudian diolah menjadi biskuit dan dijual pada toko – toko dan kios yang ada diluar kota.
Nama perusahaan industri “Biskuit Khong Guan” diambil dari nama orang tua pendiri/pemilik perusahaan tersebut. Pada mulanya pabrik biskuit ini merupakan perusahaan yang didirikan dengan sangat sederhana. Perusahaan ini dinyatakan resmi berdiri tepatnya pada tangggal 3 Oktober 1978 dengan nomor 4256/PM/NAS. Perusahaan ini dinyatakan secara sah digolongkan sebagai perusahaan industri oleh Walikota Makassar berdasarkan surat keputusan nomor : 1981/S/KEP/E/V/81 yang dikeluarkan pada tanggal 17 Juni 1981 yang diperkuat izin produksi dari Dapertemen Perindusrian Republik Indonesia nomor 08/STIPPK/VII82 tanggal 17 Juni 1982.
Pada awalnya industri Biskuit Khong Guan ini dipimpin oleh NY. Lili Wijaya yang sekaligus bertindak sebagai pemilik perusahaan, namun perkembangannya, kepemimpinan tersebut diserahkan paa saudara kandungnya sendiri, yaitu Tuan Winarto Wijaya beliaulah yang
bertanggung jawab penuh dalam menjalankan perusahaan sampai sekarang.
Motifasi yang mendorong pimpinan perusahaan untuk mendirikan usaha biskuit ini adalah adanya pengalaman usaha dan keterampilan dalam membuat kue dan adanya selera warga masyarakat makassar dan sekitarnya. Dengan pertimbangan ini, sehingga akhirnya berdirilah suatu industri biskuit berinisial khong Guan Makassar.
Sejak berdirinya industri biskuit ini, kemajuan yang cukup berarti bermula sejak melewati tahun 1980, yaitu ketika volume kapasitas produksi perusahaan meningkat melampaui tahun–tahun sebelumnya dengan makin meningkatnya permintaan konsumen. Kepesatan perkembangan tersebut menuntuk pewrusahaan untuk melakukan penyesuaian dalam sistem manajemennya. Penyesuaian yang penting telah dilakukan adalah terbukanya kesempatan kerja bagi orang–orang luar untuk bekerja sebagai buruh atau karyawan yang sebelumnya hanya mempekerjakan orang-orang yang masih terikat dalam hubungan keluarga.
Berkat keuletan dan kemampuan kerja keras dari pimpinan perusahaan, maka pada awal tahun 1982, industri Biskuit Khong Guan ini telah meningkatkan kualitas dan kuantitas produksi biskuit.
Hal ini ditandai pula dengan keluarnya surat izin dari Dapartemen perdagangan nomor 1185/2022/D/PM/NAS pada tanggal 14 April 1982 dan surat izin tempat usaha dari pemerintah Kota Makassar nomor
2006.VC/prek/086 pada tanggal 26 Mei 1986. Selanjutnya pemerintah oleh Dinas Kesehatan yang menendakan bahwa tempat tersebut layak dari segi kebersihan yang menjamin.
B. Proses Produksi
Sebelum memasuki tahap dari proses produksi, perlu diketahui bahan-bahan yang digunakan untuk memproduksi biskuit yaitu :
a. Tepung terigu b. Gula pasir c. Mentega d. Amoniak e. Soda kue f. Garam g. Air
Sedangkan peralatan yang digunakan dalam proses produksi adalah terdiri dari :
1. Mesin pengaduk, yang berfungsi untuk mengaduk campuran bahan baku secara keseluruhan hingga menjadi rata.
2. Mesin press, yang berfungsi untuk mengepres adonan sehingga hasilnya berbentuk lempengan yang permukaannya sangat kasar dan tebal.
3. Mesin roil, berfungsi untuk menggulingkan adonan sehingga menjadi tipis dan dapat dibentuk sesuai bentuknya.
4. Mesin cetak, berfungsi untuk mencetak adonan menjadi bentuk yang diinginkan.
5. Mesin pembakar (oven) berfungsi sebagai alat pemanggang biskuit yang telah dicetak.
6. Mesin transfort, berfungsi mengatur adonan dari mesin roll ke mesin cetak.
7. Meja, berfungsi sebagai tempat membungkus biskuit dalam bungkusan-bungkusan kecil.
Tahap proses produksi merupakanm inti dari rangkaian kegiatan proses produksi merupakan cara untuk menciptakan bentuk, waktu dan tempat atas faktor-faktor produksi sehingga bermanfaat bagi pemenuhan kebutuhan manusia.
Dengan tersedianya peralatan yang memadai yang memiliki perusahaan biskuit Khong Guan maka proses pembuatan biskuit tidaklah terlalu sulit. Pembuatan biskuit juga tidak memerlukan pendidikan formal yang tinggi, tetapi yang dibutuhkan hanya keterampilan.
Tipe proses produksi yang dianut untuk mengolah bahan baku menjadi produksi jadi (biskuit) adalah tipe aliran yaitu pengaturan kerja mesin-mesin dan tenaga yang mengalir dari satu bagian ke bagian yang lainnya secara berurutan terus-menerus. Tipe produksi ini memungkinkan karena perubahan produksi untuk kebutuhan pasar, tidak berdasarkan pesanan tertentu.
Proses pembuatan biskuit pada perusahaan biskuit Khong Guan meliputi beberapa tahap, yaitu pengadukan, pencampuran pengepresan, pemesanan sampai terbentuknya biskuit dan pencetakan.
a. Pengadukan
Sebelum melakukan pencampuran bahan untuk pembuatan biskuit, gula sebagai bahan baku harus dihaluskan terlebih dahulu untuk memudahkan gula larut dengan bahan lainnya. Gula dan air diaduk sampai gula mencair dengan waktu kurang lebih 30 menit dengan menggunakan gula sebanyak 25 kg dan air 3 ember (30 liter).
b. Pengepresan
Pada tahap ini bahan-bahan yang telah dicampur rata dimasukkan kedalam mesin proses untuk menggiling adonan sehingga menjadi tipis dan dapat dicetak. Waktu yang dibutuhkan adalah 3 sampai 5 menit dan hanya membutuhkan tenaga manusia sebanyak 1 sampai 2 orang, ini disebabkan karena pada tahap ini semua pekerjaan dilakukan oleh mesin press, jadi tenaga manusia hanya sekedar mengawasi jalannya mesin.
c. Pencetakan
Langkah selanjutnya adalah pencetakan, dimana adonan yang telah dipress kemudian dicetak sesuai bentuknya, dan waktu yang dibutuhkan sekitar 2 sampai 4 menit.
d. Pemanasan
Pemanasan adalah pemindahan adonan yang telah dicetak kedalam mesin pemanas (open) untuk pembakaran dengan lama pemanasan kurang lebih 10 menit. Setelah pembakaran dilakukan maka terbentuklah biskuit-biskuit yang kemudian dibawa ketempat pemanasan setelah terlebih dahulu dipisahkan antara biskuit yang utuh dan yang rusak.
e. Pengemasan
Tahap pengemasan adalah tahap dimana biskuit yang telah terbentuk dikemas dalam dua kemasan, kemasan pertama adalah kemasan kontak langsung dengan biskuit yang dibungkus kemudian kemasan kedua melapisi kemasan dasar dan sebagai tempat dimana merek biskuit dicetak. Kemasan biskuit juga memberikan jaminan tahan biskuit dalam jangka waktu tertentu. Jaminan yang diberikan oleh perusahaan biskuit Khong Guan adalah 1 tahun, setelah itu produknya jadi kadaluarsa. Untuk produk rusak yang akan dipasarkan kemasannya sama dengan produk utuh, kecuali ukuran dan isi kemasan tersebut agak kecil dari produk utuh.
f. Pengepaan
Produk biskuit yang telah dibungkus kemudian dipak dalam karton untuk dibawa ke disrtibutor, tetapi bagian dalam dari pak kantong ini masih dilapisi oleh sebuah kantong plastik sebagai pengepakan dasar. Di dalam kantong itulah kemasan biskuit di susun.
C. Jenis-Jenis Proses Produksi
Secara umum jenis proses produksi dapat dibedakan menjadi dua golongan :
1. Proses produksi terus menerus (continous process)
2. Proses ini ditandai dengan aliran bahan baku yang selalu tetap atau mempunyai pola yang selalu sama sampai produk selesai dikerjakan. Jenis proses ini biasanya untuk membuat produk secara massa atau dalam jumlah yang besar.
3. Proses produksi terputus-putus (intermitten prosess)
4. Dalam proses ini aliran bahan baku sampai produk jadi tidak memiliki pola yang pasti atau selalu berubah-ubah. Antara produk yang satu dengan produk jadi yang lain bisa berbeda-beda. Jenis proses ini biasanya digunakan untuk melayani pesanan yang bisa berbeda-beda dalam hal jumlah, disain maupun harganya.
Penentuan jumlah produksi didalam produk harus diikuti dengan penetapan pola produksi untuk periode yang bersangkutan, sebab penjualan perusahaan berbeda-beda pada setiap bulannya. Oleh karenanya ada 3 (tiga) pilihan untuk melayani penjualan tersebut :
1. Stabilitas produksi
Dengan cara ini pola produksi ditetapkan stabil (tidak berubah-ubah) dari waktu ke waktu. Fluktuasi penjualan akan ditutup dengan persediaan produk akhir.
2. Stabilitas Persediaan Akhir
Jumlah persediaan akhir ditentukan sama dari waktu ke waktu.
Fluktuasi penjualan langsung ditutup oleh produksi perusahaan.
Oleh karena itu produksi akan berfluktuasi sesuai dengan jumlah penjualan.
3. Produksi Dan Persediaan Akhir Tidak Stabil
Metode ini mengikuti fluktuasi penjualan, baik dalam produksinya maupun dalam persediaannya. Dengan ini diharapkan dapat mengurangi fluktuasi penjualan itu senidiri, dan fluktuasi produksi tidak akan sebesar fluktuasi penjualan karena pengaruhnya sebagian masuk pada persediaan produk akhir.
Di dalam memilih pola produksi mana yang akan dipakai, maka disamping harus diingat adanya batasan-batasan faktor produksi,juga perlu ditimbangkan adanya biaya-biaya yang harus dikeluarkan seperti:
1. Tambahan biaya penyimpaan
Ini diperlukan jika ada penambahan biaya atas jumlah produk yang disimpan.
2. Biaya perputaran tenaga kerja
Dengan naik turunnya volume produksi, maka tenaga kerja akan keluar masuk perusahaan. Sehingga hal ini memerlukan biaya eksra untuk penarikannya.
D. Analisis Economical Order Quantity
Pengarahan bahan baku oleh perusahaan biskuit Khong Guan dilakukan dengan cara membeli dari suplier setempat. Untuk mengetahui besarnya pesanan yang ekonomis pada perusahaan biskuit Khong Guan dapat digunakan metode Economical Order Quantity (EOQ). EOQ merupakan jumlah setiap kali pembelian bahan baku yang disertai dengan biaya minimal.
Formula yang digunakan :
EOQ = C xRxS 2
Dimana :
R = jumlah (unit) yang dibutuhkan selama satu periode tertentu S = biaya pesanan setiap kali pesan (Ordering Cost)
C = biaya penyimpanan per unit bahan baku per periode tertentu.
Berdasarkan formula diatas dapat dilihat 2 (dua) unsur biaya yaitu pesanan dan biaya penyimpanan. Unsur-unsur biaya yang terjadi akan diuraikan berdasarkan data pengeluaran biaya selama periode tahun 2014.
Berikut data ini adalah data pemakaian bahan baku selama satu periode sebagai berikut :
Tabel 1
PT. BISKUIT KHONG GUAN MAKASSAR BIAYA PEMAKAIAN BAHAN BAKU
TAHUN 2014
Berdasarkan tabel tersebut dapat diketahui bahwa pemakaian bahan bakub selama 2014 sebanyak 45.000 kg dengan total biaya sebesar Rp. 245.000.000. adapun biaya-biaya yang terjadi selama tahun 2014 akan diuraikan sebagai berikut
a. Biaya pesanan
Dalam melakukan pembelian, perusahaan mengeluarkan biaya pesanan yang meliputi biaya angkut dan biaya administrasi pesanan.
Untuk mengetahui besarnya biaya pesanan yang terjadi selama periode tahun 2014 dapat dilihat pada tabel sebagai berikut:
TABEL 2
PT. BISKUIT KHONG GUAN BIAYA PESANAN BAHAN BAKU
TAHUN 2014
Dari tabel berikut dapat dilihat bahwa besarnya biaya pesanan bahan baku selama tahun 2014 adalah sebesar Rp. 2.357.000.
b. Biaya penyimpanan
Biaya penyimpanan yang terjadi berdasarkan informasi yang diperoleh dari perusahaan dapat dilihat sebagai berikut :
TABEL 3
PT. BISKUIT KHONG GUAN BIAYA PENYIMPANAN BAHAN BAKU
Sumber : PT. BISKUIT KHONG GUAN
Dari data tersebut dapat diketahui besarnya biaya penyimpanan selama periode tahun 2014 adalah sebesar Rp.81.000.000. jadi biaya penyimpanan untuk setiap kg biskuit sebesar Rp. 1.800 yaitu diperoleh dari Rp. 81.000.000. dibagi Rp. 45.000
Adapun data-data selengkapnya yang diperoleh dari perusahaan tahun 2000 dapat dilihat sebagai berikut :
a. Frekuensi pemesanan sebanyak 15 kali.
b. Harga rata-rata bahan baku biskuit sebesar Rp. 18.000.
c. Biaya pesanan setiap kali pesan adalah Rp. 2.357.000. : 15 = 157.133.
(tabel 2)
d. Biaya penyimpanan setiap satu kg biskuit sebesar Rp. 1.800 yaitu Rp. 81.000.000. : 45.000 (tabel 3).
Berdasarkan data-data tersebut, maka dapat diolah untuk menentukan jumlah pesanan yang ekonomis dengan metode EOQ dimana
R = 45.000, S = 175,133, dan C = 1.800 sebagai berikut :
Dari perhitungan tersebut maka diketahui jumlah pesanan ekonomis untuk setiap kali pembelian yaitu 2.802 kg. Sedangkan untuk mengetahui frekuensi pembelian pertahun dapat dihitung sebagai berikut :
Frekuensi pembelian = kebutuhan bahan baku pertahun Jumlah pesanan ekonomis =
802 . 2
000 . 45
= 16.059 atau 16,1 (16 kali pesanan dalam setahun) sedangkan periode penyimpanan persediaan dapat dihitung sebagai berikut :
Periode penyimpanan persediaan = 16 360
=22,5 atau 23 hari
Jika perhitungan dengan menggunakan analisis economical order quantity (EOQ) tersebut dibandingkan dengan kebijakan perusahaan maka hasilnya dapat dilihat pada tabel sebagai berikut :
TABEL 4
Jumlah biaya Rp.42.856.995 Rp.5.035.928
Sumber : diolah sendiri berdasarkan data yang ada.
Berdasarkan tabel tersebut diatas, maka efisiensi biaya yang terjadi bila perusahaan menerapkan kebijakan economical order quantity (EOQ) dalam hal pengadaan persediaan bahan baku adalah sebagai berikut : Efisiensi biaya = 42.856.995 – 5.035.928
= 37.821.067 E. Reorder Point
Reorder point merupakan saat atau titik dimana harus diadakan pemesanan kembali sehingga pesanan tipa tepat pada waktu persediaan diatas safety stock sama dengan nol. Safety stock adalah jumlah persediaan yang ditetapkan untuk menjaga kelancaran proses produksi bila terjadi keterlambatan tibanya pesanan.
Adapun formula yang digunakan adalah sebagai berikut :
ROP = 360
R x LT + SS
Dimana :
R = jumlah (unit) yang dibutuhkan selama periode tertentu.
LT = Lead Time atau jangka waktu yang dibutuhkan sejak pemesanan dilakukan sampai barang yang dipesan tiba.
SS = safety stock
Berdasarkan informasi dari perusahaan. Diketahui bahwa jangka waktu pemesanan (lead time) adalah 6 hari. Sedangkan safety stock ditetapkan oleh perusahaan adalah sebanyak 1000 kg dengan data tersebut maka saat pemesanan kembali (Reorder Point) dapat dihitung sebagai berikut :
Jadi Reorder Point sebesar 1.750 kg yang artinya perusahaan harus melakukan pemesanan kembali pada saat persediaan mencapai 1.750.
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari penulisan skripsi ini penulis dapat simpulkan sebagai berikut : 1. Perusahaan Biskuit Khong Guan dalam operasionalnya belum
menerapkan suatu pengendalian persediaan yang baik dalam hal pengadaan bahan baku yang menyebabkan besarnya biaya persediaan.
2. Apabila pihak perusahaan menggunakan metode Economical Order Quantity (EOQ) maka kuantitas bahan baku optimal setiap kali pesan sebesar 2.802 kg dengan frekuensi pemesanan sebanyak 16 kali setahun sedangkan efisiensi biaya yang terjadi adalah sebesar Rp.
37.821.067.
3. Perusahaan harus melakukan pemesanan kembali (Reorder Point) pada saat persediaan tepung yang tersisa digudang sebanyak 1.750 kg.
B. Saran-Saran
adapun saran-saran penulis untuk pihak perusahaan adalah sebagai berikut :
3. Sebaiknya pihak perusahaan menggunakan metode Economical Order Quantity (EOQ) dalam hal pengadaan bahan baku untuk tahun berikutnya agar tidak terjadi kelebihan ataupun kekurangan bahan baku serta efisiensi biaya dapat terjadi.
4. Agar pihak perusahaan dalam menentukan saat pemesanan kembali menggunakan analisis Reorder Point (ROP) sehingga resiko kehabisan bahan baku tidak terjadi.
DAFTAR PUSTAKA
Harsono Ek,1980, Manajemen Produksi, Jakarta : penerbit balai Aksara Rianto, Bambang , 1982 Dasar-Dasar Pembelanjaan Perusahaan, Edisi
Kedua cetakan kesepuluh, Yogyakarta : penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Gadjah Mada.
Moore, Franklin G. Hendrik, Tomose.1989, Manajemen produksi dan operasi, Edisi Kedua Bandung :Penerbit Remaja Karya CV.
Sastradipoera, Komaruddin, 1994, Pengantar Manajemen Perusahaan, Edisi kesatu Jakarta : Penerbit PT. Raja Grafindo Persada.
Sumarni, Murti dan John Soeprihanto,1987, Dasar-Dasar Ekonomi Perusahaan, Edisi Pertama, Yogyakarta : Penerbit Liberty.
Umumtha Ginting dan S.M Sibarani, 1995, Manajemen Produksi, Bandung : Penerbit Pusat Pengembangan dan Pelatihan Politeknik.
Assauri, Sofjan. 2000. Manajemen Produksi dan Operasi. Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, Jakarta.
Kusuma, H. 2004. Manajemen Produksi. Andi Yogyakarta, Yogyakarta.
Pardede, P.M. 2002. Manajemen Operasi dan Produksi. Andi Yogyakarta,Yogyakarta.
Rangkuti, F. 2004. Manajemen Persediaan Aplikasi di Bidang Bisnis.
Erlangga, Jakarta.