SKRIPSI
ANALISIS PENGENDALIAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU PADA PERUSAHAAN BISKUIT KHONG GUAN
DI MAKASSAR
Oleh :
RUSMAN NOPRIADY RAHMAN 10572 02422 10
JURUSAN MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
MAKASSAR 2014
HALAMAN PERSETUJUAN
Judul Skripsi : ANALISIS PENGENDALIAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU PADA PERUSAHAAN BISKUIT KHONG GUAN DI MAKASSAR
Nama Mahasiswa : RUSMAN NOPRIADY RAHMAN Stambuk : 1057 202422 10
Jurusan : MANAJEMEN
Jenjang : STRATA SATU (S1) Fakultas : EKONOMI DAN BISNIS
Perguruan tinggi : UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
Mahasiswa yang bersangkutan telah diperiksa skripsinya dan disetujui untuk mengikuti ujian
Menyetujui
Pembimbing I Pembimbing II
Drs. H. Sultan Sarda, MM Faidul Adziem, SE., MS.i Mengetahui
Dekan Fakultas Ekonomi Ketua Jurusan Manajemen
Dr. H. Mahmud Nuhung, MA Moh, Aris Pasigai, SE, MM KTAM: 497 794 NBM: 1094385
HALAMAN PENGESAHAN
Skripsi ini telah diperiksa dan diterima oleh Panitia Ujian Skripsi Fakultas Ekonomi dan Bisnis dengan Surat Keputusan Rektor Universitas Muhammadiyah Makassar No. : 100 Tahun 1435/2014 telah dipertahankan di depan penguji pada hari Jumat, 30 Mei 2014, sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana ekonomi pada Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Muhammadiyah Makassar.
1 Sya’ban 1435 H Makassar,
30 Mei 2014 M Panitia Penguji :
1. Pengawas Umum : Dr. H. Irwan Akib, M. Pd (...) (Rektor Unismuh Makassar)
2. Ketua : Dr. H Mahmud Nuhung, MA (...) (Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis)
3. Sekretaris : Drs. H. Sultan Sarda, MM (...) (Wakil Dekan I Fakultas Ekonomi dan Bisnis)
4. Penguji :
1. Drs. H. sultan Sarda, MM (...) 2. Moh. Aris Pasigai, SE, MM (...) 3. Dr. Hj. Ruliaty, MM (...) 4. Faidul Adziem. SE., MS.i (...)
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr. Wb
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas limpahan rahmat dan hidayah-Nya, penulis dapat menyelesaikan skripsi ini yang berjudul “Analisis Pengendalian Persediaan Bahan Baku Pada Perusahaan Biskuit Khong Guan di Makassar.” yang merupakan tugas akhir untuk menyelesaikan pendidikan dalam mencapai gelar Sarjana Ekonomi, program studi Manajemen pada Universitas Muhammadiyah Makassar. Banyak kendala yang dihadapi oleh penulis dalam rangka penyusunan skripsi ini, yang hanya berkat bantuan dari berbagai pihak, maka skripsi dapat selesai pada waktunya.
Penulis menyadari sepenuhnya akan kekurangan ataupun kesalahan dalam penyusunan skripsi ini, baik dalam penyajian materi maupun dalam penyusunan tata bahasanya. Disebabkan karena keterbatasan, pengetahuan dan kemampuan yang dimiliki penulis. Saran dan kritik yang bersifat membangun dari semua pihak merupakan suatu bahan masukan demi kesempurnaan isi yang terkandung dalam skripsi ini.
Ucapan terima kasih yang tak terhingga kepada kedua orang tua tercinta yang dengan segala dukungan dan doanya demi keberhasilan anaknya mencapai keberhasilan dalam menempuh cita-cita. Dan semua dukungan dari keluarga, sahabat saya ucapkan banyak terimah kasih.
Selanjutnya penulis ucapakan rasa terima kasih yang sebesar- besarnya kepada yang terhormat:
1. Dr. H. Irwan Akib, M.Pd, sebagai Rektor Universitas Muhammadiyah Makassar
2. Drs. H. Mahmud Nuhung, M.A, sebagai Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Muhammadiyah Makassar, yang telah memberikan kesempatan untuk menekuni pendidikan pada jurusan Manajemen.
3. Moh Aris Pasigai, SE. MM sebagai Ketua Jurusan Manajemen, terima kasih atas segala bantuan selama kegiatan perkuliahan.
4. Drs. H. Sultan Sarda, MM, sebagai pembimbing 1 (satu) yang membimbing selama penyusunan dan penulisan skripsi ini.
5. Faidul Adziem, SE.,M.Si, sebagai pembimbing 2 (dua) yang membimbing selama penyusunan dan penulisan skripsi ini.
6. Para dosen Fakultas Ekonomi, khususnya dosen dalam lingkup jurusan Manajemen yang telah mendidik dan mengajarkan ilmunya kepada penulis.
7. Kedua orang tua tercinta yang senantiasa memberikan perhatian dan motivasi baik secara spiritual maupun material kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan studi dengan baik, serta saudara-
saudara, sahabat dan teman-temanku terima kasih atas segala bimbingan, bantuan dan do’a demi kesuksesan penulis.
Akhir kata semoga semua amal baik yang telah diberikan mereka kepada penulis mendapat balasan dari Allah SWT, dan penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi penulis khususnya dan para pembaca pada umumnya, amin. Wassalamu’alaikum, Wr. Wb.
Makassar, 30 Mei 2014 Penulis
RUSMAN NOPRIADY RAHMAN
DAFTAR ISI
HALAMAN
Halaman Judul……….. .. i
Halaman Persetujuan………. ii
Halaman Pengesahan………... iii
Kata Pengantar………. iv
Daftar Isi……….. … .. v
BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang………. 1
B. Rumusan Masalah……… 2
C. Tujuan penulisan………. 3
D. Manfaat Penulisan……… 3
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian pengendalian ……… 4
B. Pengertian Persediaan ……… 5
C. Arti dan Pentingnya Persediaan ……… 8
D. Pengertian dan Tujuan Pengendalian Persediaan ……… 11
E. Jenis-Jenis Persediaan……… 16
F. Economical Order Quantity, Safety Stock dan Reorder point……….. 23
G. Kebijaksanaan dan Manfaat Pengendalian
Persediaan………... 27
H. Kerangka pikir……….. 29
I. Hipotesis………... 30
BAB III METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian……… 31
B. Desain Penelitian……… 31
C. Metode Pengumpulan Data……… 34
D. Jenis dan Sumber Data……….. 34
E. Metode Analisis……… 34
F. Definisi Operasional Variabel……… 36
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Sejarah Singkat Berdirinya Biskuit Khong Guan… 37 B. Proses produksi……… 39
C. Jenis-Jenis Proses Produksi……….. 43
D. Analisis Economical Order Quantity………. 45
E. Reorder Point……… 50
BAB V. PENUTUP A. Kesimpulan ………... 52
B. Saran-Saran ……… 52
DAFTAR PUSTAKA……… 54 LAMPIRAN………
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pada dasarnya setiap usaha mempunyai tujuan untuk memperoleh laba sebesar-besarnya. Hal ini berlaku bagi semua bentuk perusahaan baik yang bergerak di bidang jasa, dangang maupun manufaktur.
Keberhasilan suatu perusahaan sangat tergantung pada pihak manajemen perusahaan dalam mengambil keputusan untuk menghadapi masalah-masalah yang terjadi dalam perusahaan.
Dalam suatu perusahaan manufaktur bahan baku merupakan salah satu bagian yang amat penting dalam proses produksi. Seringkali suatu perusahaan terbentur dengan masalah persediaan bahan baku yang harus selalu tersedia dalam perusahaan untuk menunjang kelancaran produksi. Kesalahan di dalam pengendalian jumlah persediaan bahan baku akan turut mempengaruhi laba yang akan diterima oleh perusahaan dan oleh karena itu perlu mendapat perhatian yang serius.
Persediaan bahan baku yang terlalu kecil akan menimbulkan resiko kehabisan persediaan yang berarti hilangnya kesempatan untuk memperoleh laba dan akan mempengaruhi kepercayaan konsumen terhadap perusahaan. Sebaliknya bila jumlah persediaan yang dimiliki oleh perusahaan terlalu besar akan mengakibatkan naiknya biaya penyimpanan persediaan.
Untuk menjamin kelancaran proses produksi di perlukan persediaan bahan baku yang cukup. Hal ini tidak berarti bahwa persediaan bahan baku tersebut harus tersedia dalam jumlah yang besar melampaui kebutuhan yang sebenarnya, akan tetapi kuantitasnya harus optimal mungkin yang dapat menjamin kelanncaran kegiatan produksi peerusahaan dengan biayaserendah mungkin.
Perusahaan biskuit Khong Guan merupakan perusahaan manufaktur yang memproduksi biskuit dengan wilayah pemasaran hanya meliputi daerah Makassar. Bahan baku utama dari yang digunakan dalam proses adalah terigu, gula pasir, dan mentega yang disuplai dari supplier setempat. Dalam hal ini perusahaan belum dapat mennetapkan kuantitas bahan baku optimal setiap kali mengadakan pembelian. Hal tersebut dapat dilihat dari frekuensi pembelian bahan baku oleh perusahaan yang cukup tinggi sehingga mengakibatkan besarnya biaya pengadaan bahan baku.
Berdasarkan uraian tersebut maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian untuk penyusunan tugas akhir dengan judul “Pengendalian Persediaan Bahan Baku pada Perusahaan Biskuit Khong Guan di Makassar”
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan hal-hal yang dikemukakan, maka yang menjadi masalah pokok adalah apakah perusahaan sudah menerapkan suatu
pengendalian persediaan yang baik dalam hal pengadaan bahan baku yang optimal?
C. Tujuan Penulisan
Tujuan yang ingin dicapai dalam penulisan ini adalah :
1. Untuk mengetahui peranan pengendalian persediaan bahan baku.
2. Untuk menentukan jumlah pembelian bahan baku optimal, sehingga biaya yang timbul dapat ditekan atau diperkecil.
3. Untuk menentukan waktu pembelian bahan baku.
D. Manfaat Penulisan
Adapun manfaat yang dapat diambil dari penulisan ini adalah : a. Sebagai bahan acuan bagi perusahaan dalam menerapkan
kebijakan pengadaan bahan baku.
b. Sebagai bahan masukan kepada pihak lain tentang pentingnya pengendalian persediaan bahan baku.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian pengendalian
Pengendalian merupakan usaha untuk mengarahkan kegiatan dan membatasi penyimpanan arah dan jalur yang sudah di tentukan, sehingga dapat mencapai tujuan yang telah ditetapkan.Dengan adanya pengendalian diharapkan penyimpangan-penyimpangan yang mungkin terjadi dapat dihilangkan atau setidak-tidaknya dapat diperkecil.
Seiring dengan pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, khususnya dalam bidang ekonomi telah berhasil menemukan berbagai macam teori atau pendapat yang bisa diterapkan untuk menunjang kielancaran dan keberhasilan tujuan yang ingin dicapai. Untuk lebih jelasnya apa yang di maksud dengan pengendalian, maka berikut ini dikemukakan definisi pengendalian dan beberapa pengertian pengendalian sebagaimana yang telah dikemukakan oleh para ahli yakni :
Menurut Glenn A. Welsch, Ronald W Hilton, Paul N. Gordon (1995, Hal.506) mengemukakan bahwa :
“pengendalian adalah proses memastikan tindakan yang efisien untuk mencapai tujuan organisasi, ini mencakup :
2. Penetapan sasaran dan standar, membandingkan hasil dengan sasaran dan standar.
3. Mendorong keberhasilan dan memperbaiki kekurangan”.
Menurut Anthoni, Dearden dan Bedford (1992, hal. 6) mengemukakan pengendalian adalah :
“semua anggota, prosedur dan siasat termasuk sistem pengendalian manajemen yang digunakan oleh manajemen untuk menjamin bahwa pelaksanaan sesuai dengan strategi dan kebijakan organisasi”.
Menurut Supriyono, (1983, hal. 8) menyatakan bahwa
“pengendalian adalah proses untuk memeriksa kembali, menilai dan selalu memonitor laporan-laporan apakah pelaksanaan tidak menyimpang dari tujuan yang sudah ditentukan.”
Menurut Mats-usry (1980,hal. 11) fungsi pengendalian merupakan usaha sistematis perusahaan untuk mencapai tujuan dengan cara membandingkan prestasi kerja dengan kegiatan rencana yang harus terus menerus diawasi jika manajer ingin tetap berada dalam batas-batas yg telah di gariskan.
B. Pengertian persediaan
Istilah “Inventories” (persediaan-persediaan) digunakan untuk barang dagangan yang disimpan perusahaan untuk dijual kembali sesuai dengan perputaran normal suatu usaha dagang, bahan-bahan baku, barng yang diproses produksi dan bahan atau barang yang disimpan untuk dipakai.
Dibawah ini akan kita jelaskan secara garis besarnya tentang pengertian-pengertian persediaan yang dikemukakan oleh beberapa penulis, walaupun apa yang diartikan dengan persediaan pada
hakekatnya sama. Selanjutnya Sofjan Assauri dalam buku manajemen produksi (1980; hal. 176) sebagai berikut :
“persediaan adalah sebagai suatu aktiva yang meliputi barang-barang milik perusahaan dengan maksud untuk dijual kembali dalam suatu periode yang normal, atau persediaan barang-barang yang masih dalam pengerjaan atau proses produksi, ataupun persediaan bahan baku yang mmenunggu penggunaannya dalam suatu proses produksi.”
Dari apa yang dikemukakan Sofjan Assauri dapat diketahui bahwa semua hal-hal yang atau barang-barang yang sifatnya berwujud, termasuk dalam kelompok persediaan baik yang masih dalam bentuk bahan dijual maupun bahan-bahan lain yang akan digunakan dalam proses produksi.
Persediaan adalah barang yang disimpan atau digunakan atau dijual pada periode mendatang, dapat berupa bahan baku yang disimpan untuk diproses, komponen yang diproses, barang dalam proses pada proses manufaktur, dan barang jadi yang disimpan untuk dijual (Kusuma, 2004).
Pengertian persediaan menurut Pardede (2003) adalah sejumlah bahan atau barang yang tersedia untuk digunakan sewaktu-waktu pada masa yang akan datang. Persediaan terjadi apabila jumlah bahan atau barang yang diadakan melalui proses produksi atau pembelian lebih besar daripada jumlah yang digunakan (dijual atau diolah sendiri). Persediaan merupakan material yang ditempatkan di sepanjang jaringan proses produksi dan jalur distribusi (Render dan Heizer, 2005).
Menurut Rangkuti (2004), persediaan adalah suatu aktiva yang meliputi barang-barang milik perusahaan dengan maksud untukdijual dalam suatu periode usaha yang normal, atau persediaan barang-barang yang masih dalam pengerjaan atau proses produksi, ataupun persediaan bahan baku yang menunggu penggunaannya dalam suatu proses produksi.
Dari beberapa pengertian persediaan yang telah dikemukakan tadi maka persediaan dapat diartikan sebagai aktiva perusahaan yang meliputi :
1. Seluruh persediaan bahan baku 2. Barang setengah jadi
3. Peralatan yang akan digunakan (komponen dan suku bagian) 4. Suplai untuk perawatan,perbaikan dan untuk operasi perusahaan 5. Barang yang akan dijual
Dalam persediaan ini termasuk pula persediaan yang telah disiapkan dan akan digunakan untuk proses produksi, baik persediaan yang tahan lama maupun yang tidak tahan lama yang sengaja diadakan dengan tujuan untuk dipergunakan kembali dalam proses produksi atau untuk dijual secara praktis smua hal-hal / barang-barang yang sifatnya berwujud, termasuk dalam kelompok persediaan ini akan berjalan pada suatu saat dan saat lainnya.
C. Arti pentingnya persediaan
Pada dasarnya persediaan mempermudah atas kelancaran jalannya operasi perusahaan pabrik yang harus dilakukan secara berturut turut untuk memproduksi barang-barang serta selanjutnya menyampaikan produk produk di hasilkan pada tempat yang jauh dari langganan.
Dengan adanya persediaan produksi tidak perlu di desak supaya sesuai dengan kepentingan produksi. Adapun alasan diperlukannya persediaan oleh perusahaan pabrik karena :
a. Di butuhkannya waktu untuk menyelesaikan operasi produksi dan untuk memindahkan produk dari suat tingkat proseske tingkat proses yang lain, yang di sebut persediaan falam proses pemindahan.
b. Alasan organisasi, untuk memungkinkan satu unit atau bagian membuat schedule operasinya secara bebas, tidak tergantung dari yang lainnya.
Sedangkan persediaan yang diadakan mulai dari bentuk bahan baku sampai dengan barang jadi, antara lain berguna untuk :
a. Menghilangkan resiko dari material yang di pesan sehingga tidak baik dan harus di kembalikan.
b. Menghilangkan resiko keterlambatan datangnya barang atau bahan- bahan yang di butuhkan perusahaan.
c. Untuk menumpuk bahan-bahan yang telah dihasilkan secara musiman sehingga dapat digunakan bila bahan itu tidak ada dipasaran.
d. Mempertahankan stabilitas operasi perusahaan atau menjamin kelancaran produksi.
e. Memberikan pelayanan kepada langganan dengan sebaik-baiknya dimana kenginan langganan pada suatu waktu dapat dipenuhi.
f. Membuat pengadaan atau produksi tidak perlu sesuai dengan penggunaan atau penjualan.
Persediaan adalah merupakan salah satu unsur yang paling aktif dalam operasi perusahaan yang secara kontinyu diperoleh, dirubah, kemudian dijual kembali sehingga menjadi suatu persediaan. Perusahaan dapat melakukan produksi secara efisien sesuai dengan kapasitas produksi serta memberikan pelayanan yang memuaskan kepada para langganan.persediaan merupakan alat vital bagi setiap tingkatan produksi dari suatu pabrik dan juga dalam hal pendistribusiannya. Dari keterangan sebelumnya dapatlah diketahuii bahwa persediaan adalah sangat penting artinya bagi suatu perusahaan pabrik atau industri guna menjaga kesinambungan produksi serta penyampaiannya kepada konsumen, sebab jika tanpa persediaan sewaktu-waktu perusahaan tidak dapat bekerja secara optimal dan kemungkinan harga perunit dari barang yang dihasilkan akan naik dan ini akan mengganggu pendistribusian sehingga pelanggang akan berpindah keprodusen yang lain. Untuk menghindari hal-
hal yang demikian perusahaan perlu menetapkan kebijaksanaan- kebijaksanaan yang berhubungan dengan perdediaan, baik mengenal pemesanannya maupun mengenal tingkat persediaan yang optimum.
Mengenai pemesanan bahan-bahan perlu ditentukan tentang bagaimana cara pemesanannya, berapa jumlaah yang dipesan, kapan pemesanan tersebut dilakukan sehingga pemesanan tersebut dapat berjalan secara ekonomis sedangkan mengenai persediaan perlu ditentukan berapa besar persediaan penyelamat yang merupakan persediaan minimum, besarnya persediaan pada waktu pemesanan kembali dan besarnya persediaan maksimum.
Prof. Kamaruddin sastradipoera (1994 : hal. 125-126) dalam bukunya pengantar manajemen perusahaan mengemukakan sebagai berikut :
“persediaan lainnya dihubungkan dengan kegiatan penyediaan bahan- bahan yang dianggap dibutuhkan dalam arti jumlah, mutu,waktu dan tempat yang tepat dengan memperhitungkan biaya yang terendah selaras dengan mutuyang direncanakan untuk menjamin kesinambungan proses produksi”.
Oleh karena persediaan bahan-bahan yang dilakukan telah dipakai untuk proses produksi selanjutnya dapat disediakan dan dipesan kembali pemesanan yang dilakukan hendaknya ekonomis atau efisien dimana jumlah yang dipesan haruslah didasarkan atas kebutuhan untuk proses
produksi dan pertimbangan biaya yang terjadi akibat pemesanan dalam jumlah tersebut.
Untuk itu perusahaan harus dapat menentukan jumlah bahan yang dipesan untuk memenuhi kebutuhan perusahaan, dalam hal ini pimpinan perusahaan harus mengatur dan menyesuaikan pesanan yang dilakukan dengan fasilitas-fasilitas produksi perusahaan dan menjaga pemesanan yang dilakukan dapat membuat keadaan berada pada biaya yang minimum.
Mengenai banyak bahan yang dipesan dimaksud untuk menutupi jumlah persediaan bahan-bahan yang telah dipakai untuk proses produksi.Oleh karena itu jumlah yang dipesan pada suatu waktu produksi dalam jangka waktu tertentu.
D. Pengertian dan tujuan pengendalian persediaan
Seperti yang telah dikemukakan sebelumnya bahwa pengendalian atas persediaan yang efektif dan efisien merupakan salah satu factor utama dalam menjalankan roda perusahaan disamping itu perusahaan mempunyai pengaruh yang menentukan terhadap bagian-bagian lain dari perusahaan.
Setiap perusahaan, baik perusahaan dagang, industry atau perusahaan jasa harus mempunyai persediaan, dan persediaan ini harus diatur sebaik mungkin agar tidak terlalu berlebihan dan kekurangan. Sebab apabila terjadi yang demikian akan menghambat proses produksi dan penyaluran barang ke konsumen atau langganan yang juga membutuhkan
investasi yang sangat besar bila persediaan terlalu banyak sehingga akan menambah juga biaya penyimpangan dan biaya pemeliharaaan dan sebagainya karena kita ketahui bahwa tidak mungkin bahab-bahan yang diperlukan untuk proses produksi di datangkan satu persatu saat diperlukan. Oleh karna itu persediaan yang dibutuhkan perlu diatur agar tidak menimbulkan biaya yang terlalu besar dari keuntungan yang diharapkan. Untuk menghindari hal yang seperti itu yang mungkin timbul perlu ditetapkan persediaan yang optimal dalam jumlah dan waktu yang tepat serta biaya yang paling minimal.
Oleh karena itu setiap perusahaan yang bergerak dalam bidang pabrik atau industri selalu dihadapkan pada masalah pengendalian persediaan, karna tanpa adanya pengendalian persediaan yang baik akan menimbulkan berbagai resiko. Kemungkinan perusahaan suatu ketika dapat melakukan persediaan yang optimal untuk kebutuhan penjualan sehingga pelayanan kepada konsumen akan berkurang. Untuk itu pengendalian persediaan yang baik dapat mengurangi resiko seperti yang terjadi dalam perusahaan sehingga dapat ditekan sekecil mungkin.
Dari uraian sebelumnya, masalah pengendalian persediaan merupakan suatu masalah yang sangat penting, karena jumlah persediaan masing-masing bahan akan mempengaruhi kelancaran produksi serta jumlah persediaan yang dibutuhkan berbeda-beda setiap perusahaan industry, jenis pabrik dan prosesnya. Untuk menjamin produksi maka diperlukan pengendalian persediaan.
H.A. Harding (1978 : hal. 165) dalam bukunya manajemen produksi mengatakan bahwa pengendalian persediaan yang terpenting adalah :
a. Menyediakan informasi bagi manajemen mengenal keadaan persediaan.
b. Mempertahankan suatu tingkat persediaan yang ekonomis.
c. Menyediakan persediaan dalam jumlah secukupnya untuk menjaga jangan sampai produksi terhenti dalam persuplaian tidak dapat menyerahkan barang tepat pada waktunya.
d. Mengalokasikan ruang penyimpanan untuk barang yang sedang diproses serta barang jadi.
e. Memungkinkan bagian penjualan beroperasi pada berbagai tingkat melalui penyediaan persediaan barang jadi.
f. Mengaitkan pemakain bahan dengan tersedianya keuangan.
g. Merencanakann penyediaan bahan kontrak jangka panjang berdasarkan produksi ”produksi”.
Dari fungsi pengendalian persediaan yang dikemukakan dapat di simpulkan bahwa betapa pentingnya persediaan untuk kelancaran proses produksi. Selanjutnya oleh Franklin G. Moree dan Thomas E. Henrik dalam bukunya manajemen produksi dan operasi (1989 : hal. 185) mendefinisikan pengendalian infentory sebagai berikut :
“cara mengarahkan dan mengatur pergerakan barang dalam proses pengolahan dan dari bahan baku sampai produk akhir yang dapat memuaskan keinginan bagian pelayanan konsumen yang membutuhkan
investasi untuk inventory dalam jumlah kecil, dapat mengusahakan adanya efisien yang maksimun dan juga dapat mengembalikan infentory yang merupakan teknik yang mengatur penyimpanan/persediaan barang dalam jumlah/tingkat yang memadai, baik dalam bentuk bahan baku, barang dalam proses maupun produk jadi ”.
Dari apa yang dikemukakan oleh Franklin G. Moree dan Thomas E.
Hendrick diatas pengendalian inventory perlu melaksanakan kegiatan : a. Memastikan bahwa suatu yang diperlukan dalam pelaksanaan
pesanan tertentu dapat tersedia pada waktunya.
b. Menetapkan jumlah pesanan yang dapat dikerjakan sekaligus dalam rangka mencegah terjadinya penumpukan pesanan sesuai dengan kapsitas yang tersedia.
c. Mengatur transportasi bahan yang sedang diolah dan mengendalikan tempat-tempat yang terpenting menjadi tempat penumpukan serta mengusahakan pelaksanaan pembukuan yang akurat baik lingkungan pabrik maupun dipenampungan bahan yang sedang diolah.
d. Mengubah rencana seandainya semua tidak memenuhi targetdan bila terjadi perubahan-perubahan, baik dalam hal pemesanan maupun dalam waktu pengerjaannya.
Persediaan bagi suatu perusahaan harus menetapkan berapa besar jumlah yang akan digunakan sebab hal ini sangat penting untuk penyediaan bahan dalam menjamin kelancaran operasi perusahaan.
Seperti telah diketahui bahwa setiap perusahaan perlu mengadakan persediaan untuk dapat menjamin kelangsungan hidup usahanya. Oleh karena itu setiap perusahaan haruslah dapat mempertahankan suatu jumlah persediaan yang optimum yang dapat menjamin kelancaran kegiatan perusahaan dalam jumlah yang mutu dan tepat serta dengan biaya yang serendah-rendahnya.Untuk menjamin kelancaran kegiatan operasiperusahaan tersebut di perlukan suatu pengawasan. Oleh Sofjan Assauri (1980 : hal. 185) mengatakan sebagai berikut :
“Pengawasan persediaan dapatlah dikatakan sebagai suatu kegiatan untuk menentukan tingkat dan komposisi dari pada persediaan parts, Bahan baku dan bahan produksi, sehingga perusahaan dapat melindungi kelancaran produksi dan penjualan serta kebutuhan-kebutuhan pembelanjaan perusahaan dengan efektif dan efisien”.
Sedangkan tujuan dari pengendalian persediaan atau pengawasan persediaan menurut Sofjan Assauri (1980 : hal. 230) secara terinci dapatlah dinyatakan sebagai berikut :
a. Menjaga jangan sampe perusahaan kehabisan persediaan sehingga dapat mengakibatkan terhentinya kegiatan produksi.
b. Menjaga agar supaya pembentukan persediaan oleh perusahaan tidak terlalu besar atau berlebih-lebihan, sehingga biaya yang timbul dari persediaan tidak terlalu besar.
c. Menjaga agar pembelian secara kecil-kecilan dapat dihindari karena akan berakibat biaya pemesanan menjadi besar.
Menurut Umumtha Cinting dan S.M. Sibarani (1995 :hal. 127), fungsi utama suatu pengendalian persediaan yang efektif adalah seperti dibawah ini :
1. Memperoleh (procure) bahan, yaitu menetapkan prosedur untuk memperoleh pasokan yang cukup dari bahan yang dibutuhkan baik dari segi kuantitas maupun kualitas.
2. Menyimpan dan memelihara (maintain) bahan dalam persediaan, yaitu mengadakan suatu sistem penyimpanan untuk memelihara dan melindungi bahan yang telah dimasukkan kedalam persediaan.
3. Pengeluaran bahan yaitu menetapkan suatu pengaturan atas pengeluaran dan penyimpananbahan dengan tetap pada suatu saat serta tempat yang dibutuhkan.
4. Meminimalisasi investasi dalam bentuk bahan (memperbahankan persediaan dalam jumlah yang optimum setiap waktu).
E. Jenis-jenis persediaan
Penentuan jenis-jenis ,persediaan sangat ditentukan oleh jenis perusahaan, apabila jenis perusahaan adalah perusahaan dagang, yaitu jenis perusahaan yang membeli barang untuk dijual lagi, maka jenis persediaan hanya ada satu macam saja yaitu persediaan barang dagangan. Sedangkan bila perusahaan adalah perusahaan pabrikasi yaitu perusahaan yang mengolah bahan mentah menjadi barang jadi, maka jenis persediaanya terdiri dari persediaan menurut fungsinya dari
persediaan menurut fungsinya dan persediaan menurut posisi urutan pengerjaannya.
Oleh Sofjan Assauri dalam bukunya manajemen produksi (2000) mengelompokkan sebagai berikut :
1. Menurut fungsinya terdiri atas :
a. Batch stock atau Lot zise inventory b. Fluctuation stock
c. Anticipation stock
2. Menurut urutan pengerjaannya terdiri atas : a. Persediaan bahan baku (Raw materials stock)
b. Persediaan bagian produk atau parts yang dibeli (purchased parts/components stock).
c. Persediaan bahan baku atau barang-barang perlengkapan (supplies stock).
d. Persediaan barang setengah jadi atau barang dalam proses (work in process/progress stock)
e. Persediaan barang jadi (finished coods stock).
1. Persediaan menurut fungsinya a. Batch stock atau lot size inventory
Merupakan persediaan yang diadakan karena membeli atau membuat bahan-bahan atau barang-barang dalam jumlah yang lebih besar daripada jumlah yang dibutuhkan pada saat itu. Jadi dalam hal ini pembelian atau pembuatan dilakukan untuk jumlah
besar, sedang penggunakan atau pengeluaran dalam jumlah kecil.Terjadinya persediaan karena pengadaan bahan/barang yang di beli, di kerjakan atau di angkut dalam jumlah yang besar, sehingga barang barang yang di peroleh lebih banyak dan cepat dari pada penggunaan atau pengeluaranny. Perlu di ketahui bahwa akan lebih relative menguntukan apa bila kita melakukan pembelian dalam jumlah yang besar, karena akan memungkinkan untuk mendapatkan potongan harga pembelian, biaya pengangkutan yang lebih mudah perunitnya dan penghematan dalam biaya biaya laian yang mungkin di peroleh, seperti biaya sewa gudang, biaya infestasi, resiko penyimpanan dan sebagainya. Adapun keuntungan yang akan di peroleh dengan adanya Batch Sock atau Lot Size inventory ialah ;
1. Memperoleh potongan pada harga pembelian,
2. Memperoleh efisiensi produksi (Manufakturing Economis) karena adanya operasi – operasi.
3. Adanya penghematan di dalam biaya angkutan.
b. Fluctuation Stock
Adalah persediaan yang di adakan untuk menghadapi fluktuasi permintaan konsumen yang tidak dapat di ramalkan.Dalam hal ini perusahaan mengadakan persediaan untuk dapat memenuhi permintaan konsumen, apabila tingkat permintaan menunjukan keadaan yang tidak beraturan atau tidak tetap dan fluktuasi
permintaan tidak dapat di ramalkan sebelumnya.Jadi dalam hal ini fluctuation di butuhkan sangat besar untuk menjaga kemungkinan naik turunnya permintaan.
c. Anticipation Stock
Yaitu persediaan yang diadakan untuk menghadapi flutuasi permintaan yang dapat di ramalkan, berdasarkan pola musiman yang terdapat pada satu tahun dan untuk menghadapi penggunaan atau penjualan/permintaan yang meningkat.
Disamping itu anticipation stock di maksudkan pula untuk menjaga kemungkinan sukarnya di peroleh bahan – bahan sehingga tidak mengganggu jalannya produksi atau menghindari kemacetan produksi.
2. Menurut Urutan Pengerjaannya Persediaan dapat di bagi menjadi :
a. Persediaan Bahan Baku (Raw Material Stock)
Merupakan persediaan dari barang – barang berwujud yang di gunakan dalam proses produksi, barang mana dapat di peroleh dari sumber alam ataupun di beli dari supplier atau perusahaan yang menghasilkan bahan baku bagi perusahaan pabrik yang menggunakannya. Bahan baku ini di perlukan oleh pabrik untuk di olah, yang setelah melalui beberapa proses dapat menjadi barang jadi (finished goods)
b. Persediaan bagian produk atau parts yang di beli (Purchased Parts/Component Stock).
Merupakan persediaan barang-barang yang terdiri dari parts yang di terima dari perusahaan lain, tanpa melalui proses sebelumnya. Jadi bentuk barang yang merupakan parts ini tidak mengalami perubahan dalam operasi, misalnya pabrik mobil,disini parts (bagian – bagian) dari mobil tersebut tidak dihasilkan sendiri oleh pabrik itu tetapi di profuksi oleh perusahaan lain, kemudian di assembling menjadi barang jadi yakni mobil.
c. Persediaan bahan pembantu atau barang – barang perlengkapan (Suplier Stock).
Merupakan persediaan barang barang atau bahan – bahan yang di perlukan dalam proses produksi untuk membantu berhasilnya produksi atau yang di pergukan dalam bekerjanya suatu perusahaan, tetapi bukan merupakan bagian atau komponen barang jadi, misalnya solar dan minyak pelumas.
d. Persediaan barang setengah jadi atau barang dalam proses (Work in Process Stock)
Yaitu persediaan barang – barang yang keluar dari tiap – tiap bagian dalam suatu pabrik atau bahan bahan yang telah di olah menjadi suatu bentuk, tetapi masih perlu di proses kembali
untuk kemudian menjadi barang jadi tetapi mungkin saja barang setengah jadi bagi suatu pabrik yang merupakan bahan jadi pabrik yang lain karena proses produksinya memang hanya sampai di situ saja. Mungkin pula barang setengah jadi itu merupakan bahan baku bagi perusahaan lainnya yang akan memprosesnya menjadi barang jadi. Jadi dalam hal ini barang setengah jadi adalah merupakan barang barang – barang yang belum berupa barang jadi, akan tetapi masih memerlukan proses lebih lanjut lagi di pabrik itu sehingga menjadi barang jadi yang sudah siap di jual ke konsumen/langganan.
Selain dari persediaan persediaan yang telah di jelaskan sebelumnya, persediaan pengaman perlu juga di adakan untuk menjamin kelancaran proses produksi. Persediaan pengaman atau persediaan tambahan ini di maksudkan untuk melindungi atau menjaga kemungkinan terjadinya kekurangan bahan baku. Dalam proses pemesanan biasanya terdapat tenggang waktu (lead time yaitu waktu antara pemesanan tersebut tiba. Dalam menunggu kedatangan pemesanan ini juga sangat tergantung pada waktu yang bervariasi karena cuaca, pemogokan pihak pensuplai dan sebagainya. Tetapi dengan adanya persediaan pengaman (Safety stock) dapat menghemat biaya serta mencegah kerugian perusahaan karena sambil menunggu pesanan perusahaan dapat meneruskan produksinya untuk melayani langganan. Akan tetapi dengan di adakannya persediaan pengaman akan memperbesar carryng cost.
Dengan melihat uraian sebelumnya dapat di simpulkan bahwa untuk melayani langganan serta menjaga nama baik perusahaan dan untuk mengurangi kerugian yang ditanggung maka perlu diciptakan suatu persediaan pengamanan (safety stock) yang dapat menutupi kebutuhan/permintaan selama lead time. Sofjan Assauri dalam bukunya manajemen produksi (1980: hal. 198) mengartikan persediaan pengaman (safety stock) sebagai berikut :
”persediaan penyelamat (safety stock) adalah persediaan tambahan yang diadakan untuk melindungi atau menjaga kemungkinan terjadinya kekurangan bahan”(stock out)”.
Selanjutnya Bambang Rianto (1982 : hal. 63) dalam bukunya dasar- dasar pembelajaran perusahaan, mengatakan bahwa :
“banyak perusahaan mengatakan perlunya untuk mempunyai persediaan minimal, dari bahan mentah yang harus dipertahankan untuk menjamin kuantitas usahanya, dan persediaan besi/persediaan inti/persediaan minimal bahan mentah (safety stock)”.
Dari uraian teersebut dapat diartikan bahwa persediaan besi adalah sama dengan persediaan pengamanan (safety stock). Dalam hal ini menentukan jumlah persediaan pengamanan bagi suatu perusahaan, sebaiknya didasarkan pada pertimbangan-pertimbangan yang rasional dan dapat diukur, sehingga dapat dihasilkan penentuan kebijaksanaan yang tepat dan efektif.
F. Economical Order Quantity, Safety Stock dan Reorder point a. Economical Order Quantity (EOQ)
Dalam suatu periode tertentu, perusahaan seringkali melakukan beberapa kali pembeliaan bahan atau barang dagang.Tetapi adakalanya jumlah kebutuhan bahan dalam periode tersebut dipenuhi dengan satu kali pembelian.Oleh karena dalam melakukan pembelian dan penyimpanan bahan itu timbul adanya beberpa macam biaya maka perusahaan harus memilih pengeluaran biaya yang paling rendah.Untuk itu terdapat suatu metode analisis yang disebut Economical Order Quantity (ECQ).
Murti Sumarni dan John Soeprihanto (1987: hal. 180), mengemukakan bahwa :
“ Economical Order Quantity (EOQ) adalah jumlah setiap kali pembeliaan bahan yang disertai dengan biaya minimal, atau dengan kata lain EOQ merupakan jumlah setiap kali pembeliaan bahan yang ekonomis”.
Disini akan timbul dua kelompok biaya, yaitu :
1. Biaya Pemesanan (Ordering Cost atau Set Up Cost )
Biaya ini meliputi semuanya biaya mulai dari mengadakank persiapan pesanan sampai dengan barang yang dipesan datang.Sifat dari biaya ini adalah relative kostant, tidak tergantung besarnya jumlah barang yang dipesan. Jadi semakin tinggi frekuensi pemesanan, maka biaya ini akan semakin besar.
Yang termasuk ke dalam biaya pemesanan adalah : a. Biaya untuk mempersiapkan pesanan
b. Biaya mengirim atau menugaskan karyawan untuk melakukan pemesanan
c. Biaya yang terjadi pada saat penerimaan bahan yang di pesan d. Biaya penyelesaian pembayaran pemesanan
e. Dan sebagainya.
2. Biaya Penyimpanan di gudang (Inventory carrying cost)
Biaya ini dikeluarkan perusahaan karena adanya penyimpanan bahan di gudang. Besarnya biaya ini bervariasi tergantung dari besar kecilnya rata-rata persediaan yang ada.Biaya ini merupakan sifat semakin besar jumlah bahan yang disimpan maka semakin besar biaya penyimpanan.
Yang termasuk ke dalaml biaya penyimpanan adalah : a. Biaya sewa gedung;
b. Biaya pemeliharaan bahan;
c. Biaya asuransi bahan;
d. Biaya tenaga kerja penjaga gudang;
e. Dan lain-lain
Dalam hal ini sering terjadi “pertentangan” antara kedua jenis biaya tersebut.Di satu pihak biaya pemesanan menghendaki agar jumlah barang yang dipesan sebesar-besarnya. Di lain pihak, biaya penyimpanan menghendaki agar jumlah barang yang dipesan sekecil-kecilnya sehingga akan dapat menghemat biaya penyimpanan.
Maka dengan melihat sifat kedua jenis biaya tersebut, dapat diaktakan bahwa jumlah pesanan yang ekonomis akan terletak diantra kedua batas yaitu pada saat jumlah biaya pemesanan dan biaya penyimpanan selama satu periode adalah paling rendah.
Economical Order Quantity (EOQ) dapat dirumuskan :
EOQ = C xRxS 2
Dimana :
R = Jumlah (unit) yang dibutuhkan selama satu periode tertentu S = Biaya pesanan setiap kali pesan (Ordering Cost)
C = Biaya penyimpanan per unit bahan baku per periode tertentu
b. Safety Stok
Persediaan pengemanan (safety Stock) merupakan persediaan yang dicadangkan oleh perusahaan untuk menjamin kelancaran produksi.
Persediaan pengamanan dimaksudkan untuk menjaga kemungkinan terjadinya kekuranganpersediaan yang dapat timbul sebagai akibat adanya penggunaan bahan didalam proses produksi lebih dari yang d perkirakan sebelumnya, atau karena pesanan yang tidak tiba pada waktunya.
Sofjan Assauri (1978 : hal. 196) mengemukakan definisi mengenai safety Stock sebagai berikut :
“persediaan besi (Safety Stock) adalah persediaan tambahan yang diadakan untuk melindungi atau menjaga kemungkinan terjadinya kekurangan bahan (stock out)”.
c. Reorder Point
Reorder point saat suatu titik dimana harus diadakan pemesanan kembali sehingga pesanan tiba tepat pada waktu persediaan safety stock sama dengan nol. Jadi, perusahaan harus menghitungkan pemakaian bahan selama waktu pemesanan. Bambang Rianto (1983 : hal. 73) mengemukakan bahwa :
“Reorder Point adalah salah satu atau titik dimana harus diadakan pesanan lagi sedemikian rupa sehingga kedatangan atau penerimaan material yang dipesan itu adalah tepat pada waktunya dimana persediaan di atas safety stock sama dengan nol”.
Apabila pesanan dilakukan sesudah melewati reorder point tersebut, maka bahan baku yang dipesan akan diterima setelah perusahaan terpaksa mengambil bahan baku dari safety stock.
ROP = 360
R x LT + SS
Dimana :
R = jumlah (unit) yang dibutuhkan selama periode
LT =Leat Time atau jangka waktu yang dibutuhkan sejak pemesanan
dilakukan sampai barang yang dipesan tiba SS = Safety Stock
G. Kebijaksanaan dan manfaat pengendalian persediaan a. Kebijaksanaan pengendalian persediaan
Seperti telah dikatakan, bahwa pengendalian persediaan berhubungan dengan kegiatan mengatur persediaan barang agar dapat menjamin kelancaran proses produksi secara efektif dan efisien. Dalam pengaturan ini perlu ditetapkan kebijakan-kebijakan yang berkenaan dengan persediaan, baik mengenal pemesanan bahan baku jumlah yang dibutuhkan, cara pemesanannya, jumlah yang di pesan dan waktu pemesanan. Persediaan ini perlu ditentukan dan besarnya persediaan maksimal.
Pimpinan perusahaan dapat menentukan jumlah bahan yang dipesan untuk menutupi kebutuhannya.Dalam hal ini pimpinan perusahaan atau mengatur dan menyesuaikan pesanan yang dilakukan dengan fasilitas produksi yang ada.
b. Manfaat pengendalian persediaan
Dengan memperhatikan pengendalian persediaan, maka sebagai imbalannya akan diperoleh keuntungan atau manfaat sebagai berikut :
1. Menekan investasi modal dalam persediaan pada tingkat yang minimum.
2. Mengeliminasi atau mengurangi pemborosan dan biaya yang timbul dari penyelenggaraan persediaan yang berlebihan, kerusakan, penyimpanan, dan jarak serta asuransi persediaan.
3. Mengurangi resiko kecurangan atau kecurian persediaan.
4. Menghindari resiko penundaan produksi dengan cara selalu menyediakan bahan yang diperlukan.
5. Memungkinkan pemberian jasa yang lebih memuaskan kepada para pelanggang dengan cara selalu menyediakan bahan atau barang yang diperlukan.
6. Dapat mengurangi investasi dalam fasilitas dan peralatan pergudangan.
7. Memungkinkan pemerataan produksi melalui penyelenggaraan persediaan yang tidak merata sehingga dapat membantu stabilitas pekerjaan.
8. Menghindari atau mengurangi kerugian yang timbul karena penurunan harga.
9. Melalui pengendalian yang wajar dan informasi yang tersedia untuk persediaan, dimungkinkan adanya pelaksanaan pembelian yang lebih baik untuk memperoleh keuntungan dari harga khusus dan dari perubahan harga.
10. Mengurangi penjualan dan biaya administrasi, melalui pemberian jasa / pelayanan yang lebih baik kepada para pelanggang.
H. Kerangka Pikir
Pengendalian persediaan merupakan fungsi manajerial yang sangat penting karena persediaan phisik banyak perusahaan melibatkan investasi rupiah terbesar dalam aktiva.
Persediaan (Inventory) adalah suatu istilah umum yang menunjukan segala sesuatu atau sumber – sumber daya, organisasi yang disimpan antisipasinya terhadap pemenuhan permintaan, sedangkan Pengendalian adalah serangkaian kebijaksanaan dan pengendalian yang memonitor tingkat persediaan yang harus dijaga, kapan perusahaan harus di isi dan berapa besar pesanan harus dilakukan.
Berdasarkan alur pemikiran di atas, maka penulis kemudian menyusun kerangka pikir seperti tampak pada gambar berikut ini :
Gambar 1. Skema Kerangka Pikir Sistem Pengendalian
Pengendalian Eksternal Pengendalian
Persediaan
Pengendalian Internal
Pengendalian Bahan Baku
Pengendalian Bahan dalam proses
Pengendalian Barang Jadi
Proses Produksi
I. Hipotesis
Berdasarkan masalah pokok tersebut, maka penulis mengajukan hipotesis atau dugaan sementara sebagai berikut : “diduga, bahwa perusahaan belum menerapkan suatu pengendalian persediaan yang baik dalam hal pengadaan bahan baku.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan waktu penelitian
Dalam rangka pengumpulan data untuk penulisan skripsi, penulis melakukan penelitian dipabrik Biskuit Khong Guan yang berlokasi di Makassar, adapun waktu yang dibutuhkan dalam penelitian ini berkisar dua bulan.
B. Desain Penelitian
No Uraian Penjelasan Waktu
1
Pengendalian
Pengendalian merupakan usaha untuk mengarahkan kegiatan dan membatasi penyimpanan arah dan jalur yang sudah ditentukan, sehingga dapat mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Dengan adanya pengendalian diharapkan penyimpangan-penyimpangan yang mungkin terjadi dapat dihilangkan atau setidak-tidaknya dapat diperkecil.2
Persediaan
Istilah “Inventories” (persediaan- persediaan) digunakan untuk barang dagangan yang disimpan perusahaan untuk dijual kembali sesuai dengan perputaran normal suatu usaha dagang, bahan- bahan baku, barng yang diproses produksi dan bahan atau barang yang disimpan untuk dipakai.3
Bahan baku dan alat
1. Tepung terigu 2. Gula pasir 3. Mentega 4. Amoniak 5. Soda kue
6. Garam 7. Air Alat :
1. mesin pengaduk 2. mesin press 3. mesin roil 4. mesin cetak 5. mesin pembakar 6. mesin transfort 7. meja
4
Tujuan dan Kegunaan
1. Untuk mengetahui peranan pengendalian persediaan bahan baku.
2. Untuk menentukan jumlah pembelian bahan baku
optimal, sehingga biaya yang timbul dapat ditekan atau diperkecil.
3. Untuk menentukan waktu pembelian bahan baku.
5
masalah
Perusahaan Biskuit Khong Guan dalam operasionalnya belum menerapkan suatu pengendalian persediaan yang baik dalam hal pengadaan bahan baku.6
Perlakuan
1. Economical Order Quantity (EOQ)EOQ = C xRxS 2 Dimana :
R = jumlah (unit) yang dibutuhkan selama satu periode tertentu S = biaya pesanan setiap kali
pesan (Ordering Cost) C = biaya penyimpanan per unit
bahan baku per periode tertentu (Dalam rupiah).
2. Reorder point (ROP) Format yang digunakan :
ROP = 360
R x LT + SS Dimana :
R = jumlah (unit) yang dibutuhkan selama satu periode tertentu LT = Leat Time atau jangka
waktu yang dibutuhkan sejak pemesanan
dilakukan sampai barang yang dipesan tiba
SS = Safety Stock
7
Hasil
Kesimpulan:Perusahaan Biskuit Khong Guan dalam operasionalnya belum menerapkan suatu pengendalian persediaan yang baik dalam hal pengadaan bahan baku yang menyebabkan besarnya biaya persediaan.
Saran :
1. -Sebaiknya pihak perusahaan menggunakan metode Economical Order Quantity (EOQ) dalam hal pengadaan bahan baku untuk tahun berikutnya agar tidak terjadi kelebihan ataupun kekurangan bahan baku serta efisiensi biaya dapat terjadi.
2. Agar pihak perusahaan dalam menentukan saat pemesanan kembali menggunakan analisis Reorder Point (ROP) sehingga resiko kehabisan bahan baku tidak terjadi.
C. Metode pengumpulan data
Untuk mendapatkan data yang akurat sehubungan dengan penelitian ini, maka penulis menggunakan metode sebagai berikut :
1. Penelitian lapangan (field Research)
Merupakan penelitian yang dilakukan dengan terjun langsung keperusahaan yang bersangkutan untuk melakukan pengamatan terhadap objek yang teliti.
2. Penelitian Pustaka (Library Research)
Merupakan penelitian yang dilakukan dengan membaca dan mempelajari buku-buku, literatur-literatur yang berkaitan dengan masalah yang dibahas.
D. Jenis dan sumber data
Adapun jenis data dan sumber yang digunakan adalah :
1. Data primer yaitu data yang telah diperoleh secara langsung dari tempat yang menjadi objek penelitian melalui wawan cara dan observasi.
2. Data sekunder yaitu data yang diperoleh dengan jalan mengumpulkan dokumen tertulis yang berhubungan dengan penelitian ini.
E. Metode analisis
Metode analisis digunakan dalam penelitian tugas akhir ini adalah metode deskriptif komperatif.Hal tersebut dilakukan untuk menggambarkan
permasalahan dalam perusahaan dan membandingkan antara kebijakan yang diterapkan oleh perusahaan dengan teori-teori yang ada.
Adapun alat yang digunakan yaitu : 3. Economical Order Quantity (EOQ)
Metode ini merupakan metode untuk menetapkan jumlah pesanan paling ekonomis dengan biaya sekecil mungkin.
EOQ = C xRxS 2
Dimana :
R = jumlah (unit) yang dibutuhkan selama satu periode tertentu S = biaya pesanan setiap kali pesan (Ordering Cost)
C = biaya penyimpanan per unit bahan baku per periode tertentu (Dalam rupiah).
4. Reorder point (ROP)
Yaitu saat atau titik dimana harus diadakan pemesanan kembali sehingga pesanan tiba tepat pada waktu persediaan diatas Safety Stock sama dengan nol. Safety stock adalah jumlah persediaan yang ditetapkan untuk menjaga kelancaran proses produksi bila terjadi keterlambatan tibanya pesanan.
Format yang digunakan : ROP =
360
R x LT + SS
Dimana :
R = jumlah (unit) yang dibutuhkan selama satu periode tertentu LT = Leat Time atau jangka waktu yang dibutuhkan sejak pemesanan
dilakukan sampai barang yang dipesan tiba SS = Safety Stock
F. Definisi operasional variabel a. Pengendalian
Pengendalian merupakan usaha untuk mengarahkan kegiatan dan membatasi penimpanan arah dan jalur yang sudah di tentukan, sehingga dapat mencapai tujuan yang telah ditetapkan.Dengan adanya pengendalian diharapkan penyimpangan-penyimpangan yang mungkin terjadi dapat dihilangkan atau setidak-tidaknya dapat diperkecil.
b. Persediaan
Istilah “Inventories” (persediaan-persediaan) digunakan untuk barang dagangan yang disimpan perusahaan untuk dijual kembali sesuai dengan perputaran normal suatu usaha dagang, bahan- bahan baku, barng yang diproses produksi dan bahan atau barang yang disimpan untuk dipakai.
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Sejarah Singkat Berdirinya Biskuit Khong Guan
Perusahaan industri “Biskuit Khong Guan” adalah perusahaan perseorangan yang bergerak dalam bidang industri makanan. Kegiatan perusahaan yang meliputi pembelian beberapa jenis bahan baku yang kemudian diolah menjadi biskuit dan dijual pada toko – toko dan kios yang ada diluar kota.
Nama perusahaan industri “Biskuit Khong Guan” diambil dari nama orang tua pendiri/pemilik perusahaan tersebut. Pada mulanya pabrik biskuit ini merupakan perusahaan yang didirikan dengan sangat sederhana. Perusahaan ini dinyatakan resmi berdiri tepatnya pada tangggal 3 Oktober 1978 dengan nomor 4256/PM/NAS. Perusahaan ini dinyatakan secara sah digolongkan sebagai perusahaan industri oleh Walikota Makassar berdasarkan surat keputusan nomor : 1981/S/KEP/E/V/81 yang dikeluarkan pada tanggal 17 Juni 1981 yang diperkuat izin produksi dari Dapertemen Perindusrian Republik Indonesia nomor 08/STIPPK/VII82 tanggal 17 Juni 1982.
Pada awalnya industri Biskuit Khong Guan ini dipimpin oleh NY. Lili Wijaya yang sekaligus bertindak sebagai pemilik perusahaan, namun perkembangannya, kepemimpinan tersebut diserahkan paa saudara kandungnya sendiri, yaitu Tuan Winarto Wijaya beliaulah yang
bertanggung jawab penuh dalam menjalankan perusahaan sampai sekarang.
Motifasi yang mendorong pimpinan perusahaan untuk mendirikan usaha biskuit ini adalah adanya pengalaman usaha dan keterampilan dalam membuat kue dan adanya selera warga masyarakat makassar dan sekitarnya. Dengan pertimbangan ini, sehingga akhirnya berdirilah suatu industri biskuit berinisial khong Guan Makassar.
Sejak berdirinya industri biskuit ini, kemajuan yang cukup berarti bermula sejak melewati tahun 1980, yaitu ketika volume kapasitas produksi perusahaan meningkat melampaui tahun–tahun sebelumnya dengan makin meningkatnya permintaan konsumen. Kepesatan perkembangan tersebut menuntuk pewrusahaan untuk melakukan penyesuaian dalam sistem manajemennya. Penyesuaian yang penting telah dilakukan adalah terbukanya kesempatan kerja bagi orang–orang luar untuk bekerja sebagai buruh atau karyawan yang sebelumnya hanya mempekerjakan orang-orang yang masih terikat dalam hubungan keluarga.
Berkat keuletan dan kemampuan kerja keras dari pimpinan perusahaan, maka pada awal tahun 1982, industri Biskuit Khong Guan ini telah meningkatkan kualitas dan kuantitas produksi biskuit.
Hal ini ditandai pula dengan keluarnya surat izin dari Dapartemen perdagangan nomor 1185/2022/D/PM/NAS pada tanggal 14 April 1982 dan surat izin tempat usaha dari pemerintah Kota Makassar nomor
2006.VC/prek/086 pada tanggal 26 Mei 1986. Selanjutnya pemerintah oleh Dinas Kesehatan yang menendakan bahwa tempat tersebut layak dari segi kebersihan yang menjamin.
B. Proses Produksi
Sebelum memasuki tahap dari proses produksi, perlu diketahui bahan-bahan yang digunakan untuk memproduksi biskuit yaitu :
a. Tepung terigu b. Gula pasir c. Mentega d. Amoniak e. Soda kue f. Garam g. Air
Sedangkan peralatan yang digunakan dalam proses produksi adalah terdiri dari :
1. Mesin pengaduk, yang berfungsi untuk mengaduk campuran bahan baku secara keseluruhan hingga menjadi rata.
2. Mesin press, yang berfungsi untuk mengepres adonan sehingga hasilnya berbentuk lempengan yang permukaannya sangat kasar dan tebal.
3. Mesin roil, berfungsi untuk menggulingkan adonan sehingga menjadi tipis dan dapat dibentuk sesuai bentuknya.
4. Mesin cetak, berfungsi untuk mencetak adonan menjadi bentuk yang diinginkan.
5. Mesin pembakar (oven) berfungsi sebagai alat pemanggang biskuit yang telah dicetak.
6. Mesin transfort, berfungsi mengatur adonan dari mesin roll ke mesin cetak.
7. Meja, berfungsi sebagai tempat membungkus biskuit dalam bungkusan-bungkusan kecil.
Tahap proses produksi merupakanm inti dari rangkaian kegiatan proses produksi merupakan cara untuk menciptakan bentuk, waktu dan tempat atas faktor-faktor produksi sehingga bermanfaat bagi pemenuhan kebutuhan manusia.
Dengan tersedianya peralatan yang memadai yang memiliki perusahaan biskuit Khong Guan maka proses pembuatan biskuit tidaklah terlalu sulit. Pembuatan biskuit juga tidak memerlukan pendidikan formal yang tinggi, tetapi yang dibutuhkan hanya keterampilan.
Tipe proses produksi yang dianut untuk mengolah bahan baku menjadi produksi jadi (biskuit) adalah tipe aliran yaitu pengaturan kerja mesin-mesin dan tenaga yang mengalir dari satu bagian ke bagian yang lainnya secara berurutan terus-menerus. Tipe produksi ini memungkinkan karena perubahan produksi untuk kebutuhan pasar, tidak berdasarkan pesanan tertentu.
Proses pembuatan biskuit pada perusahaan biskuit Khong Guan meliputi beberapa tahap, yaitu pengadukan, pencampuran pengepresan, pemesanan sampai terbentuknya biskuit dan pencetakan.
a. Pengadukan
Sebelum melakukan pencampuran bahan untuk pembuatan biskuit, gula sebagai bahan baku harus dihaluskan terlebih dahulu untuk memudahkan gula larut dengan bahan lainnya. Gula dan air diaduk sampai gula mencair dengan waktu kurang lebih 30 menit dengan menggunakan gula sebanyak 25 kg dan air 3 ember (30 liter).
b. Pengepresan
Pada tahap ini bahan-bahan yang telah dicampur rata dimasukkan kedalam mesin proses untuk menggiling adonan sehingga menjadi tipis dan dapat dicetak. Waktu yang dibutuhkan adalah 3 sampai 5 menit dan hanya membutuhkan tenaga manusia sebanyak 1 sampai 2 orang, ini disebabkan karena pada tahap ini semua pekerjaan dilakukan oleh mesin press, jadi tenaga manusia hanya sekedar mengawasi jalannya mesin.
c. Pencetakan
Langkah selanjutnya adalah pencetakan, dimana adonan yang telah dipress kemudian dicetak sesuai bentuknya, dan waktu yang dibutuhkan sekitar 2 sampai 4 menit.
d. Pemanasan
Pemanasan adalah pemindahan adonan yang telah dicetak kedalam mesin pemanas (open) untuk pembakaran dengan lama pemanasan kurang lebih 10 menit. Setelah pembakaran dilakukan maka terbentuklah biskuit-biskuit yang kemudian dibawa ketempat pemanasan setelah terlebih dahulu dipisahkan antara biskuit yang utuh dan yang rusak.
e. Pengemasan
Tahap pengemasan adalah tahap dimana biskuit yang telah terbentuk dikemas dalam dua kemasan, kemasan pertama adalah kemasan kontak langsung dengan biskuit yang dibungkus kemudian kemasan kedua melapisi kemasan dasar dan sebagai tempat dimana merek biskuit dicetak. Kemasan biskuit juga memberikan jaminan tahan biskuit dalam jangka waktu tertentu. Jaminan yang diberikan oleh perusahaan biskuit Khong Guan adalah 1 tahun, setelah itu produknya jadi kadaluarsa. Untuk produk rusak yang akan dipasarkan kemasannya sama dengan produk utuh, kecuali ukuran dan isi kemasan tersebut agak kecil dari produk utuh.
f. Pengepaan
Produk biskuit yang telah dibungkus kemudian dipak dalam karton untuk dibawa ke disrtibutor, tetapi bagian dalam dari pak kantong ini masih dilapisi oleh sebuah kantong plastik sebagai pengepakan dasar. Di dalam kantong itulah kemasan biskuit di susun.
C. Jenis-Jenis Proses Produksi
Secara umum jenis proses produksi dapat dibedakan menjadi dua golongan :
1. Proses produksi terus menerus (continous process)
2. Proses ini ditandai dengan aliran bahan baku yang selalu tetap atau mempunyai pola yang selalu sama sampai produk selesai dikerjakan. Jenis proses ini biasanya untuk membuat produk secara massa atau dalam jumlah yang besar.
3. Proses produksi terputus-putus (intermitten prosess)
4. Dalam proses ini aliran bahan baku sampai produk jadi tidak memiliki pola yang pasti atau selalu berubah-ubah. Antara produk yang satu dengan produk jadi yang lain bisa berbeda-beda. Jenis proses ini biasanya digunakan untuk melayani pesanan yang bisa berbeda-beda dalam hal jumlah, disain maupun harganya.
Penentuan jumlah produksi didalam produk harus diikuti dengan penetapan pola produksi untuk periode yang bersangkutan, sebab penjualan perusahaan berbeda-beda pada setiap bulannya. Oleh karenanya ada 3 (tiga) pilihan untuk melayani penjualan tersebut :
1. Stabilitas produksi
Dengan cara ini pola produksi ditetapkan stabil (tidak berubah-ubah) dari waktu ke waktu. Fluktuasi penjualan akan ditutup dengan persediaan produk akhir.
2. Stabilitas Persediaan Akhir
Jumlah persediaan akhir ditentukan sama dari waktu ke waktu.
Fluktuasi penjualan langsung ditutup oleh produksi perusahaan.
Oleh karena itu produksi akan berfluktuasi sesuai dengan jumlah penjualan.
3. Produksi Dan Persediaan Akhir Tidak Stabil
Metode ini mengikuti fluktuasi penjualan, baik dalam produksinya maupun dalam persediaannya. Dengan ini diharapkan dapat mengurangi fluktuasi penjualan itu senidiri, dan fluktuasi produksi tidak akan sebesar fluktuasi penjualan karena pengaruhnya sebagian masuk pada persediaan produk akhir.
Di dalam memilih pola produksi mana yang akan dipakai, maka disamping harus diingat adanya batasan-batasan faktor produksi,juga perlu ditimbangkan adanya biaya-biaya yang harus dikeluarkan seperti:
1. Tambahan biaya penyimpaan
Ini diperlukan jika ada penambahan biaya atas jumlah produk yang disimpan.
2. Biaya perputaran tenaga kerja
Dengan naik turunnya volume produksi, maka tenaga kerja akan keluar masuk perusahaan. Sehingga hal ini memerlukan biaya eksra untuk penarikannya.
D. Analisis Economical Order Quantity
Pengarahan bahan baku oleh perusahaan biskuit Khong Guan dilakukan dengan cara membeli dari suplier setempat. Untuk mengetahui besarnya pesanan yang ekonomis pada perusahaan biskuit Khong Guan dapat digunakan metode Economical Order Quantity (EOQ). EOQ merupakan jumlah setiap kali pembelian bahan baku yang disertai dengan biaya minimal.
Formula yang digunakan :
EOQ = C xRxS 2
Dimana :
R = jumlah (unit) yang dibutuhkan selama satu periode tertentu S = biaya pesanan setiap kali pesan (Ordering Cost)
C = biaya penyimpanan per unit bahan baku per periode tertentu.
Berdasarkan formula diatas dapat dilihat 2 (dua) unsur biaya yaitu pesanan dan biaya penyimpanan. Unsur-unsur biaya yang terjadi akan diuraikan berdasarkan data pengeluaran biaya selama periode tahun 2014.
Berikut data ini adalah data pemakaian bahan baku selama satu periode sebagai berikut :
Tabel 1
PT. BISKUIT KHONG GUAN MAKASSAR BIAYA PEMAKAIAN BAHAN BAKU
TAHUN 2014 No Jenis bahan
baku
Pemakaian (Kg)
Harga pokok Per Kg
Total
1.
2.
3.
Terigu Gula pasir
Mentega
20.000 15.000 10.000
4.000 5.000 9.000
80.000.000 75.000.000 90.000.000
Jumlah 45.000 18.000 Rp. 245.000.000 Sumber : PT. Biskuit Khong Guan
Berdasarkan tabel tersebut dapat diketahui bahwa pemakaian bahan bakub selama 2014 sebanyak 45.000 kg dengan total biaya sebesar Rp. 245.000.000. adapun biaya-biaya yang terjadi selama tahun 2014 akan diuraikan sebagai berikut
a. Biaya pesanan
Dalam melakukan pembelian, perusahaan mengeluarkan biaya pesanan yang meliputi biaya angkut dan biaya administrasi pesanan.
Untuk mengetahui besarnya biaya pesanan yang terjadi selama periode tahun 2014 dapat dilihat pada tabel sebagai berikut:
TABEL 2
PT. BISKUIT KHONG GUAN BIAYA PESANAN BAHAN BAKU
TAHUN 2014
Jenis biaya Total biaya
Biaya angkut Biaya administrasi
Rp. 2. 300.000 Rp. 57.000
Total Rp. 2.357.000
Sumber : PT. BISKUIT KHONG GUAN
Dari tabel berikut dapat dilihat bahwa besarnya biaya pesanan bahan baku selama tahun 2014 adalah sebesar Rp. 2.357.000.
b. Biaya penyimpanan
Biaya penyimpanan yang terjadi berdasarkan informasi yang diperoleh dari perusahaan dapat dilihat sebagai berikut :
TABEL 3
PT. BISKUIT KHONG GUAN BIAYA PENYIMPANAN BAHAN BAKU
TAHUN 2014
Jenis biaya Total biaya
Biaya asuransi Biaya tenaga kerja
Biaya pemeliharaan gudang
Rp. 30.000.000 Rp. 36.000.000 Rp. 15.000.000
Jumlah Rp. 81.000.000
Sumber : PT. BISKUIT KHONG GUAN
Dari data tersebut dapat diketahui besarnya biaya penyimpanan selama periode tahun 2014 adalah sebesar Rp.81.000.000. jadi biaya penyimpanan untuk setiap kg biskuit sebesar Rp. 1.800 yaitu diperoleh dari Rp. 81.000.000. dibagi Rp. 45.000
Adapun data-data selengkapnya yang diperoleh dari perusahaan tahun 2000 dapat dilihat sebagai berikut :
a. Frekuensi pemesanan sebanyak 15 kali.
b. Harga rata-rata bahan baku biskuit sebesar Rp. 18.000.
c. Biaya pesanan setiap kali pesan adalah Rp. 2.357.000. : 15 = 157.133.
(tabel 2)
d. Biaya penyimpanan setiap satu kg biskuit sebesar Rp. 1.800 yaitu Rp. 81.000.000. : 45.000 (tabel 3).
Berdasarkan data-data tersebut, maka dapat diolah untuk menentukan jumlah pesanan yang ekonomis dengan metode EOQ dimana
R = 45.000, S = 175,133, dan C = 1.800 sebagai berikut :
C S EOQ 2.R.
800 . 1
133 . 157 000 . 45
2x x
1800 000 . 970 . 141 .
14
= 7.856.650
= 2.802. kg
Dari perhitungan tersebut maka diketahui jumlah pesanan ekonomis untuk setiap kali pembelian yaitu 2.802 kg. Sedangkan untuk mengetahui frekuensi pembelian pertahun dapat dihitung sebagai berikut :
Frekuensi pembelian = kebutuhan bahan baku pertahun Jumlah pesanan ekonomis =
802 . 2
000 . 45
= 16.059 atau 16,1 (16 kali pesanan dalam setahun) sedangkan periode penyimpanan persediaan dapat dihitung sebagai berikut :
Periode penyimpanan persediaan = 16 360
=22,5 atau 23 hari
Jika perhitungan dengan menggunakan analisis economical order quantity (EOQ) tersebut dibandingkan dengan kebijakan perusahaan maka hasilnya dapat dilihat pada tabel sebagai berikut :
TABEL 4
PENGHITUNGAN BIAYA PERSEDIAAN
Frekuensi pembelian 15x 16x
Nilai persediaan Persediaan rata-rata
45.000 22.500
2.802 1.401 Biaya penyimpanan
(1,800)
Biaya pesanan (157.133)
40.500.000 2.356.995
2.251.800 2.514.128
Jumlah biaya Rp.42.856.995 Rp.5.035.928
Sumber : diolah sendiri berdasarkan data yang ada.
Berdasarkan tabel tersebut diatas, maka efisiensi biaya yang terjadi bila perusahaan menerapkan kebijakan economical order quantity (EOQ) dalam hal pengadaan persediaan bahan baku adalah sebagai berikut : Efisiensi biaya = 42.856.995 – 5.035.928
= 37.821.067 E. Reorder Point
Reorder point merupakan saat atau titik dimana harus diadakan pemesanan kembali sehingga pesanan tipa tepat pada waktu persediaan diatas safety stock sama dengan nol. Safety stock adalah jumlah persediaan yang ditetapkan untuk menjaga kelancaran proses produksi bila terjadi keterlambatan tibanya pesanan.
Adapun formula yang digunakan adalah sebagai berikut :
ROP = 360
R x LT + SS
Dimana :
R = jumlah (unit) yang dibutuhkan selama periode tertentu.
LT = Lead Time atau jangka waktu yang dibutuhkan sejak pemesanan dilakukan sampai barang yang dipesan tiba.
SS = safety stock
Berdasarkan informasi dari perusahaan. Diketahui bahwa jangka waktu pemesanan (lead time) adalah 6 hari. Sedangkan safety stock ditetapkan oleh perusahaan adalah sebanyak 1000 kg dengan data tersebut maka saat pemesanan kembali (Reorder Point) dapat dihitung sebagai berikut :
ROP =
360
R x LT = SS
=
360 000 .
45 x 6 + 1000
=125x61000
= 750 + 1000
= 1.750 kg
Jadi Reorder Point sebesar 1.750 kg yang artinya perusahaan harus melakukan pemesanan kembali pada saat persediaan mencapai 1.750.
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari penulisan skripsi ini penulis dapat simpulkan sebagai berikut : 1. Perusahaan Biskuit Khong Guan dalam operasionalnya belum
menerapkan suatu pengendalian persediaan yang baik dalam hal pengadaan bahan baku yang menyebabkan besarnya biaya persediaan.
2. Apabila pihak perusahaan menggunakan metode Economical Order Quantity (EOQ) maka kuantitas bahan baku optimal setiap kali pesan sebesar 2.802 kg dengan frekuensi pemesanan sebanyak 16 kali setahun sedangkan efisiensi biaya yang terjadi adalah sebesar Rp.
37.821.067.
3. Perusahaan harus melakukan pemesanan kembali (Reorder Point) pada saat persediaan tepung yang tersisa digudang sebanyak 1.750 kg.
B. Saran-Saran
adapun saran-saran penulis untuk pihak perusahaan adalah sebagai berikut :
3. Sebaiknya pihak perusahaan menggunakan metode Economical Order Quantity (EOQ) dalam hal pengadaan bahan baku untuk tahun berikutnya agar tidak terjadi kelebihan ataupun kekurangan bahan baku serta efisiensi biaya dapat terjadi.