• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengertian Distress Keuangan

Bab II Tinjauan Pustaka dan Hipotesis

2.2. Pengertian Distress Keuangan

Pengertian distress keuangan (financial distress) sangat luas dan sering digunakan dalam istilah yang berbeda-beda dengan pengertian yang sama seperti kesulitan keuangan/distress keuangan (financial distress), kegagalan (failure), kebangkrutan/pailit (bankruptcy), dan insolvent/ insolvency.

Menurut pengertian yang dijelaskan dalam kamus yang disusun oleh Hornby 29, istilah-istilah tersebut sesungguhnya dapat digunakan untuk

pengertian yang sama sebagaimana yang diuraikan dalam kamus tersebut sebagai berikut :

“distress” : 1. (cause of) great pain, discomfort or sorrow;

(suffering cause by) want of money or other necessary things; 2. serious danger of difficulty. (p. 252)

“bankrupt” : (legal) person judged by a law court to be unable to pay his debts in full, his property being distributed for the benefit of his creditors. Bankruptcy : 1. unable to pay one’s debts; 2. insolvent. (p. 64)

“insolvent/insolvency” : (person) unable to pay debt; bankrupt. (p.442). “failure” : 1. failing, lack of success; 2. instance of failing; 3. state

of not being adequate, non performance of what is normal, expected or required; 4. bankruptcy. (p. 306).

Pengertian distress keuangan dapat dipandang dari dua sudut pandang yaitu pengertian sempit dan pengertian yang luas. Pengertian sempit distress keuangan menurut Ross, Westerfield, and Jaffe30 adalah situasi di mana aliran kas operasi sebuah perusahaan tidak mencukupi untuk memenuhi kewajiban yang

29

A.S. Hornby, Oxford Learner’s Dictionary of Current English (New York : Oxford University Press, 1987)

30

S.A. Ross, R.W. Westerfield, and J. Jaffe, Corporate Finance (New Jersey: Irwin-The McGraw-Hill Companies, Inc., 1996), p. 808.

segera jatuh tempo (seperti membayar hutang dagang atau biaya bunga) dan perusahaan tersebut harus mengambil tindakan korektif. Sedangkan pengertian distress keuangan secara luas berkaitan dengan kondisi insolvency, sebagaimana yang didefinisikan dalam Black’s Law Dictionary : 31

“Inability to pay one’s debt; lack of means of paying one’s debts. Such a condition of a woman’s (or man’s) assets and liability that the former made immediately available would be insufficient to discharge the latter”

Ross, Westerfield, and Jaffe berpendapat, bahwa definisi tersebut di atas memiliki dua tema umum yaitu : stocks dan flows. Weston and Copeland32 , mengemukakan pendapat yang sama, bahwa insolvency dapat dibedakan berdasarkan flows basis dan stocks basis.

Flows basis terjadi jika aliran kas perusahaan tidak cukup untuk memenuhi suatu pembayaran yang bersifat kontraktual. Menurut Weston and Copeland33, flows basis memiliki dua bentuk; technical default yaitu bila sebuah perusahaan gagal memenuhi salah satu atau lebih kondisi yang dipersyaratkan dalam perjanjian hutang seperti rasio keuangan tertentu; dan technical insolvency yaitu bila aliran kas tidak cukup untuk memenuhi kewajiban membayar bunga pinjaman atau pengembalian pokok pinjaman.

Stock basis terjadi jika nilai aktiva perusahaan lebih kecil dari nilai kewajibannya. Dalam pengertian ini, insolvency berarti bangkrut (bankrupt

31

Black’s Law Dictionary. 5th ed.(St. Paul, Minn : West Publishing Company). p. 716 dikutip dari Ross, Westerfield, and Jaffe, Ibid., p. 808

32

Weston and Copeland, op.cit., p. 1145.

33

sense) sesuai pengukuran akuntansi sederhana yaitu negative net worth yang dicerminkan dalam neraca konvensional.

Brigham and Gapenski34 memberikan pengertian distress keuangan dipandang dari tipe-tipe distress keuangan yang dialami suatu perusahaan sebagai berikut :

1. Kegagalan ekonomis (economic failure) yaitu kondisi di mana sebuah perusahaan yang pendapatannya (revenue) tidak cukup untuk menutup total biayanya, termasuk biaya modal.

2. Kegagalan usaha (business failure). Istilah ini digunakan oleh Dun & Bradstreet yang berarti suatu perusahaan telah menghentikan

operasinya yang mengakibatkan kerugian bagi kreditornya. Dalam pengertian ini, kebangkrutan (failure) dan tutupnya sebuah perusahaan dapat terjadi meskipun tanpa melalui prosedur kebangkrutan formal melalui putusan pengadilan.

3. Technical insolvency yaitu kondisi di mana sebuah perusahaan tidak mampu memenuhi kewajiban yang segera jatuh tempo. Pengertian ini mengacu pada kelangkaan likuiditas yang bersifat temporer, di mana dengan berjalannya waktu, dapat saja perusahaan tersebut kembali mendapatkan dana untuk membayar kewajibannya dan tetap dapat melangsungkan usahanya (survive).

4. Insolvency in bankruptcy yaitu kondisi perusahaan yang total nilai buku kewajibannya lebih besar dari nilai pasar aktiva sesungguhnya.

34

E.F. Brigham and L.C.Gapenski, Intermediate Financial Management (Orlando : The Dryden Press., 1996), pp. 891- 892.

Kondisi ini lebih serius dibandingkan dengan technical insolvency, karena secara umum hal tersebut mengindikasikan kegagalan ekonomis yang biasanya akan menuju kepada likuidasi usaha. Perusahaan dalam kondisi ini tidak berarti harus memasuki prosedur kebangkrutan formal.

5. Kebangkrutan Legal (Legal Bankruptcy). Meskipun banyak pihak yang menggunakan istilah bangkrut (bankruptcy) untuk sebuah perusahaan yang pailit (failed), tetapi perusahaan tersebut tidak bangkrut secara legal kecuali telah diajukan ke pengadilan untuk dinyatakan bangkrut menurut hukum kebangkrutan atau pailit.

Dari beberapa pengertian tersebut dapat disimpulkan, bahwa distress keuangan memiliki beberapa pengertian dan tipe sebagai berikut :

1. Kegagalan ekonomis atau mengalami kerugian di mana total pendapatan tidak cukup untuk menutup total biaya.

2. Kegagalan usaha yaitu ditutupnya operasi perusahaan karena berbagai alasan yang menimbulkan kerugian pada kreditornya.

3. Kesulitan likuiditas yaitu tidak tersedianya dana perusahaan untuk memenuhi kewajiban atau membayar hutang yang telah jatuh tempo. 4. Insolven yaitu kondisi keuangan perusahaan yang total nilai buku

kewajibannya lebih besar dari nilai aktivanya atau modal sendiri (ekuitas) perusahaan telah menjadi negatif.

5. Pailit yaitu perusahaan yang secara legal diajukan kepengadilan untuk dinyatakan pailit atau bangkrut menurut hukum dan perundang-

undangan yang berlaku.

Dalam penelitian ini pengertian financial distress yang digunakan adalah sebagaimana yang disimpulkan dan diuraikan di atas. Adapun istilah yang digunakan adalah distress keuangan.

Pada saat krisis ekonomi yang dialami Indonesia tahun 1997, banyak perusahaan-perusahaan di Indonesia yang mengalami distress keuangan dalam bentuk kesulitan likuiditas. Kesulitan likuiditas yang dialami sebagian besar perusahaan dan industri Indonesia sudah sampai pada tahap yang cukup serius. Perusahan dan industri tersebut bukan hanya tidak mampu memenuhi kewajiban yang jatuh tempo berupa pembayaran bunga pinjaman dan pokok pinjaman, akan tetapi telah sampai pada tahap ketidak mampuan dalam menyediakan dana kas yang cukup untuk beroperasi secara normal.

Terhentinya pembayaran bunga dan pokok pinjaman yang jatuh waktu dari sebagian besar perusahaan telah menjadi salah satu sebab terjadinya krisis perbankan. Pinjaman perusahaan-perusahaan yang dinyatakan dan digolongkan sebagai kredit macet (non performing loan) meningkat dengan sangat tajam yang mengancam industri perbankan.

Sebagaimana yang dikemukakan dalam rencana strategis Badan Penyehatan Perbankan Nasional (BPPN), kesulitan finansial yang dialami sebagian besar perusahaan dan industri Indonesia dapat berakibat pada berhentinya tingkat produksi di sektor riel dan berdampak langsung kepada

peningkatan pengangguran. Untuk menghindari hancurnya perekonomian Indonesia secara keseluruhan, Pemerintah telah membentuk beberapa lembaga sebagai berikut :35

- Badan Penyehatan Perbankan Nasional (BPPN) yang berfungsi

melakukan administrasi program penjaminan dan program penyehatan perbankan.

- Indonesian Debt Restructuring Agency (INDRA) yang menyediakan fasilitas lindung nilai untuk mendorong restrukturisasi hutang luar negeri perusahaan swasta (termasuk lembaga keuangan), yang selanjutnya dapat mengurangi tekanan terhadap neraca pembayaran.

- Prakarsa Jakarta (Jakarta Initiative) yang berfungsi sebagai mediator dalam restrukturisasi hutang perusahaan dan membantu

menghilangkan hambatan-hambatan yang ada dalam proses restrukturisasi.

- Pengadilan Niaga yang merupakan media untuk menyelesaikan perselisihan yang terjadi antara pihak-pihak yang bersangkutan dan menjalankan undang-undang kepailitan.

Dengan terbentuknya beberapa lembaga tersebut, khususnya BPPN, maka seluruh porfolio kredit macet disebagian besar bank swasta dan bank pemerintah dialihkan kepada BPPN untuk dilakukan restrukturisasi. Proses restrukturisasi yang harus dilakukan oleh debitur kredit macet mengikuti beberapa pola restrukturisasi yang terdiri dari private workout, rescheduling, reorganisasi, merger, dan proses litigasi untuk diajukan pailit.

Untuk keperluan penelitian ini, indikasi bahwa suatu perusahaan mengalami distress keuangan adalah :

35

37

1. Mempunyai hutang yang digolongkan sebagai kredit macet (non performing loan) di bank pemerintah maupun swasta dan perusahaan tersebut diwajibkan mengikuti program restrukturisasi melalui Badan Penyehatan Perbankan Nasional (BPPN).

2. Mengalami kondisi insolven di mana nilai ekuitas perusahaan menunjukkan angka negatif (defisit).

Dokumen terkait