• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULAN

BAB 2 TELAAH TEORI

2.2 Telaah Teori

2.2.1. Pengertian Dukungan Manajemen Puncak

T. Hani Handoko (1997 : 10) mendefinisikan manajemen

sebagai bekerja dengan orang – orang untuk menentukan,

menginterpretasikan dan mencapai tujuan – tujuan organisasi dengan

pelaksanaan fungsi – fungsi perencanaan (planning), pengorganiasian

(organizing), penyusunan persoanalia atau kepegawaian (staffing),

pengarahan dan kepemimpinan (leading) dan pengawasan (controling).

Adapun pengertian dari masing – masing kelima pelaksanaan

fungsi – fungsi tersebut, sebagai berikut : (T. Hani Handoko, 1997 : 23)

a. Perencanaan

Adalah pemilihan dan penentuan tujuan organisasi, penyusunan

strategi, kebijaksanaan program dan lain – lain.

Adalah penentuan sumber daya dan kegiatan yang dibutuhkan,

menyusun organisasi atau kelompok kerja, penugasan wewenang dan

tanggung jawab serta koordinasi.

c. Penyusunan personalia

Adalah penarikan (recruitment) untuk kemudian diseleksi, latihan,

pengembangan, penempatan dan orientasi karyawan.

d. Pengarahan

Adalah motivasi, komunikasi kepemimpinan untuk mengarahkan

karyawan mengerjakan sesuatu yang ditugaskan kepadanya.

e. Pengawasan

Adalah penetapan standar, pengukuran pelaksanaan dan pengambilan

tindakan korektif.

Menurut Robbin dan Coulter (1996 : 8) mengemukakan bahwa

manajemen adalah proses mengkoordinasi dan mengintegrasikan

kegiatan – kegiatan kerja agar diselesaikan secara efisien dan efektif

dengan dan melalui orang lain.

Beberapa definisi diatas dapat disimpulkan bahwa pengertian

dukungan manajemen puncak menurut peneliti adalah dukungan atau

dorongan yang dilakukan oleh direktur, presiden direktur, kepala

devisi, wakil presiden senior dan sebagainya dalam melaksanakan

fungsi – fungsi manajemen seperti perencanaan, pengorganisasian,

penyusunan personalia, pengarahan dan kepegawaian, dan pengawasan.

2.2.1.1 Teori Dukungan Manajemen Puncak

Path Goal Theory oleh Robert J. House menyebutkan bahwa

Secara pokok, Path Goal Theory berusaha untuk menjelaskan pengaruh

perilaku pimpinan terhadap motivasi, kepuasan dan pelaksanaan pekerjaan

bawahannya. Teori yang dikembangkan Robert J. House ini memasukkan

empat tipe gaya kepemimpinan (Kepemimpinan Direktif, Kepemimpinan

Partisipatif, Kepemimpinan yang Mendukung, dan Kepemimpinan yang

Berorientasi pada Prestasi) yang dapat terjadi dan dipergunakan oleh

pimpinan yang sama dalam situsi yang berbeda.

Dua diantara faktor – faktor situasional yang telah

diidentifikasikan sejauh ini adalah sifat personal dari para bawahan dan

tekanan lingkungan dengan tuntutan – tuntutan yang dihadapi oleh para

bawahan. Untuk situasi yang pertama Path Goal Theory memberikan

penilaian bahwa perilaku pemimpin akan bisa diterima oleh bawahan jika

para bawahan melihat perilaku tersebut akan merupakan sumber yang

segera bisa memberikan kepuasan atau sebagai suatu instrumen bagi

kepuasan – kepuasan masa depan. Sedangkan pada faktor situasional yang

kedua, teori ini menyatakan bahwa perilaku pemimpin akan bisa menjadi

faktor motivasi terhadap para bawahan dan perilaku tersebut dapat

memuaskan komplimen dari lingkungan para bawahan yang diperlukan

untuk mengefektifkan pelaksanaan kerja.

Dengan mempergunakan salah satu dari empat gaya diatas dan

dengan memperhitungkan faktor situasional tersebut maka dapat

disimpulkan pimpinan akan berusaha mempengaruhi para bawahannya dan

memotivasinya dengan cara mengarahkan mereka pada kejelasan tugas –

tugasnya dalam pencapaian tujuan, kepuasan dan pelaksanaan kerja yang

efektif.

Model teori ini juga menyatakan bahwa pekerjaan kepemimpinan

adalah untuk menciptakan lingkungan kerja melalui struktur, dukungan, dan

imbalan yang membantu dalam pencapaian tujuan organisasi (Davis dan

Newstrom 1990 :154).

Berdasarkan teori tersebut diatas, adanya pengaruh positif bantuan

dan dukungan dari pimpinan sangat dibutuhkan dalam pelaksanaan

pencapaian tujuan perusahaan. Dalam penelitian dukungan dari manajemen

puncak sebagai pimpinan dalam pengembangan sistem informasi akuntansi

sangatlah penting. Bila manajemen puncak memberikan dukungan penuh

dalam pengembangan sistem informasi akuntansi dan dukungan tersebut

dapat diterima oleh pemakai informasi, maka akan memberikan kepuasan

terhadap pemakai informasi tersebut.

2.2.1.2 Peranan Manajemen Puncak dengan Pengembangan Sistem Akuntansi

Menurut Chusing (1986 :312) manajemen tingkat atas harus

membuat rencana tujuan akhir (goal) yang menyeluruh dan sasaran dari

organisasi serta mengidentifikaiskan apa yang dianggap sebagai kunci faktor

keberhasilan dalam operasi organisasi agar dapat memberikan petunjuk dan

pengarahan pada aktifitas sistem.

Manajer tingkat atas harus mereview rencana sistem jangka

panjang dan berusaha untuk mengintegrasikan rencana tersebut dengan

usaha perencanaan jangka panjang yang menyeluruh dari organisasi.

Manajemen tingkat atas harus berpartisipasi dalam keputusan besar yang

berhubungan dengan fungsi sistem, termasuk penerimaan personil penting,

perolehan atau pembelian peralatan besar dari seleksi proyek – proyek

sistem yang besar. Review pelaksanaan departemen sistem, personal

manajemen yang mempunyai posisi penting dan proyek pengembangan

sistem yang besar merupakan peranan penting lainnya dari manajemen

tingkat atas. Penetapan kebijaksanaan yang berkaitan dengan seleksi proyek,

penetapan harga jasa – jasa komputer, struktur organisasi dan jenjang karir

personil sistem juga penting.

2.2.1.3 HubunganAnatara DukunganManajemen Puncak dengan Kepuasan

Pemakai

Dukungan manajemen puncak diantaranya dalam hal penyediaan

sumber daya dan pemberian motivasi. Dengan dukungan tersebut para

pekerja (Pemakai) akan merasa yakin bahwa sistem informasi yang

dikembangkan akan terus berjalan dengan lancar sehingga para pemakai

akan merasa puas dengan bekerja didalam lingkungan sistem tersebut.

Manajemen tingkat atas memegang peranan penting dalam setiap

tahap siklus pengembangan sistem (system development life cycle) yang

meliputi perencanaan, perancangan, dan implementasi. Choe (1996) dalam

jurnal Setianingsih dan Indriantoro (1998) menjelaskan bahwa dukungan

manajemen puncak meliputi penyusunan sasaran dan penilaian tujuan,

mengevaluasi usulan proyek pengembangan sistem informasi,

mendefinisikan informasi dan pemrosesan yang dibutuhkan, melakukan

review program dan rencana bahwa dukungan manajemen puncak meliputi

jaminan pendanaan dan menentukan prioritas pengembangan sistem.

Jarvenpaadan Ives (1991) menemukan bukti bahwa dukungan

manajemen puncak merupakan faktor penting dalam investasi teknologi

informasi dan berpengaruh pada kesuksesan pengembangan sistem

informasi (Lawrence dan Low, 1993), dan lebih khusus lagi pada

perencanaan sistem informasi. (dalam jurnal Setianingsih dan Indriantoro,

1998 : 196).

Dukungan dan keterlibatan manajemen puncak ini memegang

peranan penting dalam keberhasilan implementasi sistem informasi.

Dukungan tersebut penting tidak hanya untuk alokasi sumber daya yang

diperlukan untuk pengembangan tersebut. Namun yang terpenting

memberikan kekuatan signal bagi karyawan bahwa perubahan yang

dilakukan merupakan sesuatu yang penting (dalam jurnal Setianingsih dan

Indriantoro, 1998 : 196). Manajemen puncak juga memiliki kekuatan dan

pengaruh untuk mensosialisasikan pengembangan sistem informasi, yang

memungkinkan pemakai untuk barpartisipasi dalam pengembangan sistem

informasi dan akan berpengaruh pada kepuasan pemakai. Oleh karena itu,

partisipasi pemakai dalam pengembangan sistem informasi akan meningkat

dengan adanya dukungan dari manajemen puncak, sehingga dengan adanya

partisipasi ini kepuasan pemakai atas sistem yang dikembangkan akan lebih

besar.

Choe (1996) menemukan bukti bahwa terdapat hubungan yang

positif dan signifikan antara dukungan manajemen puncak dengan kepuasan

pemakai sistem informasi. Dan hasilnya menunjukkan bahwa partisipasi

pemakai berhubungan secara signifikan dengan kesuksesan sistem.informasi

dimana ada dukungan manajemen puncak yang kuat dalam setiap

pengembangan sistem informasi (dalam jurnal Setianingsih dan Indriantoro,

1998).

2.2.2 Pengertian Komunikasi Pemakai

Menurut Keith Davis & John W. Newstrom (1993 : 150).

Komunikasi adalah cara penyampaian gagasan, fakta, pikiran, perasaan

dan nilai orang lain.

Sedangkan menurut Edwin B. Flippo, (1989 : 227) komunikasi

adalah tindakan membujuk orang – orang lain untuk menafsirkan suatu

gagasan dengan cara yang dimaksudkan oleh si pembicara atau

penulis.

Berdasarkan pendapat – pendapat diatas, maka dapat diartikan

sebagai suatu proses kegiatan penyampaian gagasan, fakta, pikiran,

perasaan atau informasi yang mengandung arti dari satu pihak kapada

pihak lain.

Di dunia ini setiap orang tidak lepas dari aktivitas komunikasi.

Komunikasi sangat penting karena dengan komunikasi maka dapat

disampaikan perasaan, pendapat, ide, maupun kehendak seseorang kepada

orang lain. Komunikasi bukan hanya penting dalam kehidupan sehari – hari

saja tetapi juga dalam dunia kerja dalam hal ini adalah organisasi sangat

penting bagi organisasi dalam menjalankan aktivitasnya guna untuk

mencapai tujuan yang diinginkan.

Organisasi tidak mungkin ada tanpa komunikasi, apabila tidak

ada komunikasi, para pegawai tidak dapat mengetahui apa yang

dilakukan rekan sekerjanya, pimpinan tidak dapat menerima masukan

informasi, koordinasi tidak mungkin dilakukan, dan organisasi akan

runtuh karena ketiadaan komunikasi, dengan yakin kita dapat

mengatakan bahwa setiap tindakan komunikasi mempengaruhi

organisasi dengan cara tertentu.

2.2.2.1 Fungsi dan Tujuan Komunikasi

Fungsi komunikasi dalam organisasi, (Harold Koonz/ Cyril

O’Donnell / Heinzh Weiririch, 1986 :169) :

1. Merupakan sarana memadukan aktivitas–aktivitas yang terorganisasi.

2. Dapat dipandang sebagai sarana penyaluran masukan sosial ke

dalam sistem sosial.

3. Sarana untuk memodifikasi perilaku, mempengaruhi perubahan,

memproduktifkan informasi.

4. Sarana untuk mencapai tujuan. Apakah itu kita membicarakan agama,

keluarga, suku bangsa, atau perusahaan, penyampaian informasi

dari seseorang kepada yang lain.

Tujuan komunikasi, (Harold Koontz / Cyril O’Donnell / Heinz

Weihrich, 1986 : 169) : untuk mengadakan perubahan, untuk

mempengaruhi tindakan, dan untuk mencapai kesejahteraan perusahaan.

Dunia usaha misalnya : memerlukan informasi tentang harga,

teknologi, kompetisi, dan keuangan serta informasi tentang daur usaha

dan aktivitas pemerintah. Komunikasi penting artinya karena

komunikasi memadukan fungsi – fungsi manajemen.

Secara grafis menunjukkan bahwa komunikasi tidak hanya

memperlancar fungsi manajemen, tetapi komunikasi juga

menghubungkan perusahaan dengan lingkungan eksternal. Melalui

pertukaran informasi, para manajer mengetahui kebutuhan – kebutuhan

pelanggan, ketersediaan persediaan dari rekanan, tuntutan pemegang

saham, peraturan – peraturan pemerintah, dan kerisauan – kerisauan

masyarakat. Melalui komunikasi setiap organisasi merupakan sistem

terbuka yang berinteraksi dengan lingkungannya.

2.2.2.2 Aspek Komunikasi

Menurut Wursanto (1994 : 32) paling tidak ada 3 aspek yang

perlu diperhatikan dalam komunikasi, yaitu :

1. Bahwa komunikasi harus dipandang sebagai proses. Hal ini berarti

bahwa komunikasi merupakan aliran komunikasi melalui serangkaian

kegiatan.

2. Aspek manusia dan non manusia merupakan aspek kedua, seperti

peralatan elektronik (komputer) dapat mengirim atau menerima

suatu informasi dalam suatu sistem komunikasi.

3. Aspek ketiga adalah aspek informasi, informasi atau keterangan

adalah segala sesuatu yang mempunyai arti dan kegunaan.

Informasi dapat terdiri atas berbagai bentuk, seperti kata – kata,

kalimat – kalimat, kode – kode, gambar – gambar, tanda – tanda

lainnya yang mengundang arti.

Uraian diatas tentang komunikasi, maka dapat disimpulkan

bahwa indikator (dimensi) dari komunikasi karyawan adalah penyampaian,

penyampaian fakta, penyampaian pikiran, penyampaian perasaan,

penyampaian informasi.

2.2.2.3 Teori Komunikasi Pemakai

Teori Exixtance, Relatedness, Growth (ERG) ini merupakan teori

motivasi. Teori ini berasal dari Clayton Alderter (1972) dalam Miftah Thoha

(2004 : 233) yang mengenalkan tiga kelompok inti dari kebutuhan –

kebutuhan yaitu kebutuhan akan keberadaan (existence), kebutuhan

berhubungan (relatedness) dan kebutuhan untuk berkembang (growth).

Diantara tiga kebutuhan tersebut, yang dapat membentuk

keefektifan komunikasi dan kerjasama adalah kebutuhan untuk berhubungan

(relatedness), yaitu suatu kebutuhan untuk menjalin hubungan sesamanya,

melakukan hubungan hubungan sosial dan kerjasama dengan orang lain.

Berdasarkan teori tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa untuk

mewujudkan komunikasi yang efektif diperlukan adanya interaksi dan

kerjasama antara individu, sehingga apabila interaksi dan kerjasama tersebut

dapat berjalan dengan baik dan sesuai dengan harapan akan tercapai dalam

lingkungan kerja atau kelompok.

2.2.2.4. Hubungan antara Komunikasi dengan Kepuasan Pemakai

Hubungan antara pemakai dan pengembang selalu simbiotik (Mc.

Keen. Dkk, 1994). Pemakai mempunyai informasi dan pemahaman yang

lengkap tentang dinamika lingkungan bisnis dan pemakai perlu

menyampaikan pemahaman tersebut pada pengembang. Untuk selanjutnya

pengembang akan menstranformasikannya ke dalam sistem informasi yang

akan dikembangkan. Setianingsih dan Indriantoro (1998 : 197)

mengemukakan adanya hubungan yang signifikan antara komunikasi yang

efektif dengan kesesuaian pengembangan sistem. Komunikasi pemakai

pengembang dapat mempengaruhi kepuasan pemakai. Hubungan ini perlu

dilakukan pada fase proses pengembangan sistem yang berbeda – beda.

Dalam situasi pemakai dan pengembang berkomunikasi secara efektif dalam

memudahkan pertukaran informasi yang esensial bagi penemuan kebutuhan

sistem dan keberhasilan suatu pengembangan sistem (Mc. Keen, dkk, 1994).

Sehingga dapat disimpulkan bahwa dengan komunikasi yang

terbuka antara pemakai akan mengetahui bagaimana posisi mereka

selanjutnya dalam sistem informasi. Oleh karena itu, pemakai disini akan

merasakan kepuasan terhadap sistem yang sedang dikembangkan.

2.2.3 Pengertian Partisipasi Pemakai

Dokumen terkait