• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengertian, Faktor, dan Penggolongan Piutang

BAB III PEMBAHASAN

B. Pengertian, Faktor, dan Penggolongan Piutang

Apabila perusahaan melakukan penjualan secara kredit, maka perusahaan akan memiliki piutang. Semakin besar operasi dan jumlah penjualan kredit, maka semakin besar pula jumlah piutang yang dimiliki oleh perusahaan. Oleh karena itu manajemen piutang merupakan hal yang sangat penting bagi perusahaan yang menjual produknya secara kredit.

1. Pengertian Piutang

Dalam pengertian luas, istilah piutang dapat dipergunakan oleh pihak atas

uang, barang, dan jasa. Namun demikian, menurut tujuan akuntansi istilah piutang pada umumnya ditetapkan dalam pengertian yang lebih sempit, yaitu berupa klaim yang diharapkan akan diselesaikan melalui penerimaan kas. Semua piutang yang diharapkan akan tertagih menjadi kas dalam jangka waktu yang tidak lebih dari satu tahun, di dalam neraca disajikan sebagai aktiva lancar, dan sebaliknya jika lebih dari satu tahun seperti pinjaman jangka panjang, hendaknya dimasukkan

dalam kelompok aktiva tidak lancar.

Berikut ini adalah pengertian piutang menurut beberapa ahli ekonomi:

"Piutang adalah merupakan klaim uang pada perusahaan maupun individu”.

(Robinson danScukusumo, 1999: 402).

"Piutang merupakan klaim yang muncul dari penjualan barang dagangan, penyerahan jasa, pemberian pinjaman dana atau jenis transaksi lainnya yang membentuk suatu hubungan, dimana satu pihak berhutang kepada pihak lainnya."

(Simamora, 2000: 256}.

Menurut ahli lainnya berpendapat bahwa : "Piutang meliputi semua

tagihan dalam bentuk uang terhadap pihak lainnya, termasuk individu, perusahaan, atau organisasi lainnya. Piutang timbul dari beberapa jenis transaksi, dimana yang paling umum ialah dari penjualan barang ataupun jasa

secara kredit.” .(Fess, 2005 : 392).

Dari defenisi di atas, dapat diambil suatu pengertian umum tentang piutang. Piutang adalah hak perusahaan atau individu untuk melakukan tagihan (klaim) terhadap pihak lain yang mengadakan transaksi dengan perusahaan atau pihak lain tersebut dan penyelesaiannya dapat dilakukan dengan penerimaan uang, barang, ataupun jasa.

2. Faktor-faktor Terjadinya Piutang

Ada beberapa faktor yang mempengaruhi besar kecilnya anggaran piutang, antara lain volume barang yang dijual secara kredit, standar kredit, jangka waktu kredit, pemberian potongan, pembatasan kredit, dan kebijakan penagihan piutang. Berikut ini dijelaskan mengenai faktor yang mempengaruhi anggaran piutang tersebut.

a) Volume Barang Yang Dijual Secara Kredit

Volume barang yang dijual secara kredit lebih besar daripada tunai dapat semakin memperbesar anggaran dalam piutang usaha dan sebaliknya. Contoh : sebulan dijual barang Rp 100.000 dengan syarat 10% dibayar tunai dan 90% dilakukan secara kredit. Dengan demikian, piutang usaha yang tertanam 90% x Rp 100.000 =Rp90.000

Volume barang yang dijual secara kredit lebih kecil daripada tunai dapat memperkecil anggaran dalam piutang usaha. Contoh : sebulan dijual barang Rp 100.000 dengan syarat 90% dibayar tunai dan 10% dilakukan secara kredit. Dengan demikian, piutang usaha tertanam 10% x Rp 100.000 = Rp 10.000. kesimpulannya, semakin besar piutang usaha yang tertanam semakin besar risiko dalam piutang.

b)Standar Kredit

Penentuan standar kredit menentukan besar kecilnya piutang usaha yang tertanam. Semakin longgar standar kredit yang diberikan maka semakin besar pula piutang yang tertananam dan semakin besar resiko kerugian piutang. Standar kredit yang longgar dan ekstrim misalnya tidak perlu jaminan kredit termasuk jaminan kredit atas barang yang dibeli, semua orang boleh diberikan fasilitas kredit, tanpa batas umur, dan tanpa mempertimbangkan apakah calon debitur berpengalaman atau tidak dalam bekerja. Dengan kata lain, analisis 5C dan 3S diabaikan. Sebaliknya, semakin ketat standar kredit yang diberikan maka semakin kecil piutang yang dianggarkan dan semakin kecil risiko kerugian piutang. Standar kredit yang ketat dan ekstrem artinya calon debitur diseleksi secara ketat.

c) Jangka Waktu Kredit

Jangka waktu kredit mempengaruhi besar kecilnya piutang usaha yang tertanam. Semakin panjang jangka waktu kredit maka semakin besar piutang usaha yang tertanam, dan sebaliknya. Jangka waktu kredit yang panjang dapat meningkatkan volume barang atau jasa yang dijual, di samping juga mengakibatkan piutang usaha semakin besar.

d)Pemberian Potongan

Pemberian potongan harga juga dapat mempengaruhi besarnya investasi dalam piutang. Pemberian potongan yang besar akan memperkecil piutang usaha yang tertanam. Sebaliknya, pemberian potongan yang kecil memperbesar piutang yang tertanam

Contoh :

Barang yang dijual Rp 100.000

Pembelian tunai dengan potongan 10% Rp 10.000

Uang yang harus dibayar pembeli Rp 90.000 Dengan demikian, penjualan secara tunai tidak mengakibatkan timbulnya piutang, sedangkan pembelian secara kredit (tanpa potongan) mengakibatkan piutang usaha sebesar Rp 100.000

e) Pembatasan Kredit

Pembatasan kredit yang dimaksudkan di sini adalah pembatasan kredit dalam arti kuantitatif, yaitu berkenaan dengan batas (jumlah) kredit maksimal yang akan diberikan. Pembatasan kredit juga dapat mempengaruhi besar kecilnya piutang usaha. Semakin tinggi batasan (plafon) kredit maka semakin besar piutang usaha

yang tertanam dan semakin rendah batasan kredit maka semakin kecil piutang yang tertanam.

f) Kebijakan Penagihan Piutang

Kebijakan penagihan piutang mempengaruhi besar kecilnya piutang usaha yang tertanam. Perusahaan dapat menjalankan kebijakan penagihan piutang secara aktif ataupun pasif. Kebijakan penagihan piutang secara aktif dapat memperkecil piutang usaha yang tertanam, sebaliknya kebijakan penagihan piutang secara pasif dapat memperbesar piutang usaha yang tertanam. Kebijakan penagihan piutang secara aktif memerlukan biaya (beban) yang besar dibandingkan kebijakan penagihan secara pasif. Biaya yang dikeluarkan dalam kebijakan penagihan piutang secara aktif meliputi biaya perjalanan, biaya telepon, biaya surat menyurat, biaya administrasi piutang, dan lain-lain.

3. Penggolongan Piutang

Berdasarkan perbedaan-perbedaan karakteristik yang dimiliki, piutang dapat digolongkan berdasarkan:

1) Jangka waktu pembayaran

2) Sumber atau sebab terjadinva piutang 3) Bentuk perjanjian

Ad. 1. Berdasarkan Jangka Waktu Pembayaran

Piutang berdasarkan jangka waktu pembayaran dapat diklasifikasikan menjadi dua (2) bagian, yaitu:

a. Piutang jangka pendek

Yaitu bentuk piutang yang mempunyai saat jatuh tempo kurang dari satu tahun atau kurang dari satu siklus operasi perusahaan.

b. Piutang jangka panjang

yaitu meliputi semua piutang yang akan jatuh tempo dalam jangka waktu lebih dari satu periode akuntansi. Biasanya satu periode akuntansi tersebut dinyatakan dalam jangka waktu satu tahun dari tanggal neraca. Piutang jangka panjang akan disajikan dalam neraca sebagai elemen investasi jangka panjang atau dalam harta lain-lain jangka panjang.

Ad. 2. Berdasarkan Sumber atau Sebab Terjadinya Piutang

Piutang berdasarkan sebab atau sumber terjadinya piutang dapat diklasifikasikan menjadi :

a. Piutang dagang atau piutang usaha

Piutang dagang (trade receivable) adalah hak menagih yang ditimbulkan oleh transaksi-transaksi ekstern perusahaan.

Pada umumnya piutang dagang ini mempunyai jumlah yang paling besar dibandingkan dengan piutang yang lain. Di samping jumlahnya yang besar piutang ini mempunyai banyak kemungkinan untuk diselewengkan. Oleh karena itu piutang dagang memerlukan pengawasan yang lebih jika dibandingkan jumlah piutang yang lain. Dalam hal ini pelunasan piutang akan diterima dalam jangka waktu yang relatif singkat biayanya dalam jangka waktu satu periode akuntansi. Karena itu piutang dagang dikelompokkan dalam elemen harta lancar.

b. Piutang non dagang atau piutang lain-lain

Piutang non dagang adalah piutang yang timbul karena transaksi-transaksi selain penjualan barang atau jasa. Yang termasuk ke dalam kelompok piutang non dagang ialah segala macam piutang dari transaksi-transaksi

yang tidak secara langsung berhubungan dengan penjualan barang dan jasa, meliputi :

1. Piutang yang timbul dari transaksi pemberian pinjaman

2. Piutang kepada perusahaan asuransi

3. Pembayaran pajak yang terlalu besar

4. Pembayaran di muka untuk pembelian-pembelian

5. Deviden dan piutang bunga

6. Uang iuran untuk modal saham

7. Penjualan saham-saham

8. Tuntutan atas potongan harga

Ad. 3. Berdasarkan Bentuk Perjanjian

Piutang berdasarkan bentuk perjanjian dapat diklasifikasikan menjadi :

a) Piutang Wesel

Yaitu meliputi semua piutang yang didukung oleh surat perjanjian piutang wesel untuk membayar piutang tersebut. Jenis piutang ini dinegosiasikan, yaitu dapat ditransfer secara sah melalui endorsement dan penyerahan. Ini berarti bahwa wesel tersebut setelah adanya endorsement disaat wesel tersebut jatuh tempo. Biasanya dapat didiskontokan ke bank sehingga dianggap lebih likuid (lancar) dari jenis piutang lancar lainnya.

1. Berdasarkan bunganya

a. Piutang wesel dengan bunga, yaitu piutang wesel yang

mencantumkan tingkat bunga yang akan diperoleh oleh kreditur dalam surat perjanjiannya.

mencantumkan tingkat bunga atas wesel tersebut

2. Berdasarkan apakah wesel tertentu sudah dijual dengan jaminan untuk dibeli kembali apabila debitur tidak dapat membayar pada saat jatuh tempo.

a. Piutang wesel biasa, yaitu yang belum dijual.

b. Piutang wesel yang belum didiskontokan, yaitu piutang wesel yang

lebih dijual dengan perjanjian perusahaan akan membeli kembali apabila jatuh tempo debitur tidak membayar utangnya.

b) Piutang non wesel

Piutang non wesel, adalah meliputi semua piutang yang tidak didukung oleh surat perjanjian tertulis untuk membayar piutang tersebut pada tanggal yang sudah ditetapkan.

Adapun jenis-jenis piutang yang terdapat pada PT. Mopoli Raya adalah :

1. Piutang usaha pada pihak ketiga, yaitu merupakan tagihan kepada

pihak ketiga atas penjualan minyak kelapa sawit (CPO), inti kelapa sawit (kernel), dan penjuatan latex. Piutang usaha tersebut dijadikan jaminan atas pinjaman jangka panjang pada Bank Mandiri.

2. Piutang pada pihak yang mempunyai hubungan istimewa, yaitu

merupakan piutang rekening koran pada pihak-pihak yang mempunyai hubungan istimewa yang berasal dari transaksi pembelian suku cadang, pupuk, serta biaya-biaya untuk keperluan kebun.

3. Piutang lain-lain, yaitu piutang kepada pegawai perusahaan yang

Dokumen terkait