• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN

D. Pengertian Fatwa

Fatwa berasal (dari bahasa Arab ), artinya تفnasihat, petuah, jawaban

atau pendapat. adapun yang dimaksud adalah sebuah keputusan atau nasihat resmi yang diambil oleh sebuah lembaga atau perorangan yang diakui otoritasnya, disampaikan oleh seorang mufti atau ulama, sebagai tanggapan atau jawaban terhadap pertanyaan yang diajukan oleh peminta fatwa (mustafti) yang tidak mempunyai keterikatan. Dengan demikian peminta fatwa tidak harus mengikuti isi atau hukum fatwa yang diberikan kepadanya. Fatwa dikeluarkan oleh Majelia Ulama Indonesia (MUI) sebagai suatu keputusan tentang persoalan ijtihad guna dijadikan pegangan pelaksanaan ibadah umat islam diindonesia.17

Dalam Kamus Ilmiah Populer Fatwa berarti anjuran, nasehat, keputusan atau ketetapan, penjelasan (jawaban) dari para ulama (fukaha) tentang hal yang berhubungan dengan ajaran atau pelaksanaan hukum-hukum islam.18

16

Diakses pada tanggal 20 Agustus 2010 dari http.Id.wikipedia.org/sosialisasi.

17

Diakses pada tanggal 20 Agustus 2010 dari http.mui.org.fatwa. 18

26 BAB III

GAMBARAN UMUM MUI DAN KOMISI FATWA MUI PUSAT

A.Profil MUI

1. Sejarah MUI

Majelis Ulama Indonesia adalah wadah atau majelis yang menghimpun para ulama, zuama dan cendekiawan muslim Indonesia untuk menyatukan gerak dan langkah-langkah umat Islam Indonesia dalam mewujudkan cita-cita bersama. Majelis Ulama Indonesia berdiri pada, tanggal 7 Rajab 1395 H, bertepatan dengan tanggal 26 Juli 1975 di Jakarta, sebagai hasil dari pertemuan atau musyawarah para ulama, cendekiawan dan zu'ama yang datang dari berbagai penjuru tanah air.

Antara lain meliputi dua puluh enam orang ulama yang mewakili 26 Propinsi di Indonesia, 10 orang ulama yang merupakan unsur dari ormas-ormas Islam tingkat pusat, yaitu, NU, Muhammadiyah, Syarikat Islam, Perti. Al Washliyah, Math'laul Anwar, GUPPI, PTDI, DMI dan al Ittihadiyyah, 4 orang ulama dari Dinas Rohani Islam, AD, AU, AL dan POLRI serta 13 orang tokoh/cendekiawan yang merupakan tokoh perorangan.1

1

Karni, Asrori S, Helmy, Mustafa, Thaha, Amadie. 35 Tahun MUI Berkiprah Menjaga Integritas Bangsa, (Jakarta: Komisi InfoKom MUI, Juli 2010), h. 9-10.

Dari musyawarah tersebut, dihasilkan adalah sebuah kesepakatan untuk membentuk wadah tempat bermusyawarahnya para ulama, zuama dan cendekiawan muslim, yang tertuang dalam sebuah "PIAGAM BERDIRINYA MUI", yang ditandatangani oleh seluruh peserta musyawarah yang kemudian disebut Musyawarah Nasional Ulama I. Momentum berdirinya MUI bertepatan ketika bangsa Indonesia tengah berada pada fase kebangkitan kembali, setelah 30 tahun merdeka, di mana energi bangsa telah banyak terserap dalam perjuangan politik kelompok dan kurang peduli terhadap masalah kesejahteraan rohani umat.

Ulama Indonesia menyadari sepenuhnya bahwa mereka adalah pewaris tugas-tugas para Nabi (Warasatul Anbiya). Maka mereka terpanggil untuk berperan aktif dalam membangun masyarakat melalui wadah MUI, seperti yang pernah dilakukan oleh para ulama pada zaman penajajahan dan perjuangan kemerdekaan. Di sisi lain umat Islam Indonesia menghadapi tantangan global yang sangat berat.

Kemajuan sains dan teknologi yang dapat menggoyahkan batas etika dan moral, serta budaya global yang didominasi Barat, serta pendewaan kebendaan dan pendewaan hawa nafsu yang dapat melunturkan aspek religiusitas masyarakat serta meremehkan peran agama dalam kehidupan umat manusia.2

2

Karni, Asrori S, Helmy, Mustafa, Thaha, Amadie. 35 Tahun MUI Berkiprah Menjaga Integritas Bangsa, (Jakarta: Komisi InfoKom MUI, Juli 2010), h. 9-10.

28

Selain itu kemajuan dan keragaman umat Islam Indonesia dalam alam pikiran keagamaan, organisasi sosial dan kecenderungan aliran dan aspirasi politik, sering mendatangkan kelemahan dan bahkan dapat menjadi sumber pertentangan di kalangan umat Islam sendiri. Akibatnya, umat Islam dapat terjebak dalam egoisme kelompok (ananiyah hizbiyah) yang berlebihan.

Oleh karena itu kehadiran MUI, makin dirasakan kebutuhannya sebagai sebuah organisasi kepemimpinan umat Islam yang bersifat kolektif dalam rangka mewujudkan silaturrahmi, demi terciptanya persatuan dan kesatuan serta kebersamaan umat Islam.3

Dalam perjalanannya, selama dua puluh lima tahun Majelis Ulama Indonesia sebagai wadah musyawarah para ulama, zu'ama dan cendekiawan muslim berusaha untuk memberikan bimbingan dan tuntunan kepada umat Islam dalam mewujudkan kehidupan beragama dan bermasyarakat yang diridhoi Allah Subhanahu wa Ta'ala; memberikan nasihat dan fatwa mengenai masalah keagamaan dan kemasyarakatan kepada Pemerintah dan masyarakat, meningkatkan kegiatan bagi terwujudnya ukhwah islamiyah dan kerukunan antar-umat beragama dalam memantapkan persatuan dan kesatuan bangsa serta; menjadi penghubung antara ulama dan umaro (pemerintah) dan penterjemah timbal balik antara umat dan pemerintah guna mensukseskan pembangunan

3

nasional; meningkatkan hubungan serta kerjasama antar organisasi, lembaga Islam dan cendekiawan muslimin dalam memberikan bimbingan dan tuntunan kepada masyarakat khususnya umat Islam dengan mengadakan konsultasi dan informasi secara timbal balik.

Dalam khitah pengabdian Majelis Ulama Indonesia telah dirumuskan lima fungsi dan peran utama MUI yaitu:

1. Sebagai pewaris tugas-tugas para Nabi (Warasatul Anbiya) 2. Sebagai pemberi fatwa (mufti)

3. Sebagai pembimbing dan pelayan umat (Riwayat wa khadim al ummah)

4. Sebagai gerakan Islah wa al Tajdid

5. Sebagai penegak amar ma'ruf dan nahi munkar. 20 tahun Majelis Ulama Indonesia.4

Sampai saat ini Majelis Ulama Indonesia mengalami beberapa kali kongres atau musyawarah nasional, dan mengalami beberapa kali pergantian Ketua Umum, dimulai dengan Prof. Dr. Hamka, KH. Syukri Ghozali, KH. Hasan Basri, Prof. KH. Ali Yafie dan kini KH. M. Sahal Maffudh. Ketua Umum MUI yang pertama, kedua dan ketiga telah

4

Karni Asrori S, Helmi, Mustafa Thaha, Ahmadie. 35 Tahun MUI Berkiprah Menjaga Integritas Bangsa, (Jakarta: Komisi InfoKom MUI, Juli 2010), h. 11-13.

30

meninggal dunia dan mengakhiri tugas-tugasnya. Sedangkan dua yang terakhir masih terus berkhidmah untuk memimpin majelis para ulama ini.5

Majelis Ulama Indonesia bertujuan mengamalkan ajaran Islam untuk ikut serta mewujudkan masyarakat yang aman, damai, adil dan makmur rohaniah dan jasmaniah yang diridlhoi Allah SWT dalam Negara Republik Indobesia yang berdasarkan Pancasila.6

2. Visi dan Misi

a. Visi

Visi MUI adalah terciptanya kondisi kehidupan kemasyarakatan dan kenegaraan yang baik, memperoleh ridho dan ampunan Allah SWT (baldatun toyyibatun wa rabbun ghofur) menuju masyarakat berkualitas

(khaira ummah) demi terwujudnya kejayaan islam dan kaum muslimin (izzul islam wal-muslimin) dalam wadah Negara Kesatuan Republik Indonesia sebagai manifestasi dari rahmat bagi seluruh alam (rahmatan lil `alamin).7

b. Misi

1. Menggerakkan kepemimpinan dan kelembagaan umat secara efektif dengan menjadikan ulama sebagai panutan (qudwah hasanah),

5

Karni Asrori S, Helmi, Mustafa Thaha, Ahmadie. 35 Tahun MUI Berkiprah Menjaga Integritas Bangsa, (Jakarta: Komisi InfoKom MUI, Juli 2010), h. 11-13.

6

Projokusumo, dkk. 20 Tahun Majelis Ulama Indonesia. (Jakarta: MUI, 1995), hal. 37-38.

7

Karni, Asrori S, Helmi, Mustafa, Thaha, Ahmadie. 35 Tahun MUI Berkiprah Menjaga Integritas Bangsa. (Jakarta: Komisi InfoKom MUI, Juli 2010), h. 277-278.

sehingga mampu mengarahkan dan membina umat islam dalam menanamkan dan memupuk aqidah Islamiyah, serta menjalankan syariah Islamiyah;

2. Melaksanakan dakwah Islam, amar ma`ruf nahi munkar dalam mengembangkan akhlak karimah agar terwujud masyarakat berkualitas (khaira ummah) dalam berbagai aspek kehidupan;

3. Mengembangkan Ukhuwah Islamiyah dan kebersamaan dalam mewujudkan persatuan dan kesatuan umat islam dalam wadah Negara Kesatuan Republik Indinesia.8

3. Struktur Kepengurusan

a. Dewan Pelindung

Pelindung berfungsi memberikan perlindungan dan bimbingan kepada Majelis Ulama Indonesia dalam melaksanakan usahanya masing-masing. Pelindung Majelis Ulama Indonesia adalah Presiden dan Wakil Presiden Republik Indonesia. Pelindung Majelis Ulama Indonesai Daerah Tingkat 1 adalah Gubernur/ Kepala Daerah Tingkat 1 dan Pejabat lain yang dianggap perlu, Tingkat 11 adalah Bupati/ Walikota Kepala Daerah Tingkat 11 dan Pejabat lain yang dianggap perlu.9

8

Karni Asrori S, Helmi, Mustafa Thaha, Ahmadie. 35 Tahun MUI Berkiprah Menjaga Integritas Bangsa, (Jakarta: Komisi InfoKom MUI, Juli 2010), h. 277-278.

9

32

b. Dewan Penasehat MUI

Dewan Penasehat MUI sebelumnya bernama Dewan Pertimbangan MUI, Dewan Pertimbangan MUI baik tingkat nasional maupun daerah berfungsi memberikan pertimbangan, nasehat, bimbingan dan bantuan kepada Dewan Pimpinan MUI sesuai dengan tingkatannya maing-masing dan keputusan-keputusan Munas.

Susunan Dewan Pertimbangan MUI terdiri dari:

1. Ketua Dewan Pertimbangan yang dijabat secara ex officio oleh Menteri Agama

2. Anggota Dewan Pertimbangan yang dijabat secara ex officio.

Surat Keputusan Dewan Pimpinan Majekis Ulama Indonesia (MUI) No. Kep-35/MUI/2010 tentang Susunan Pengurus Antar Waktu Dewan Pimpinan, Anggota Pleno dan Komisi-Komisi MUI Masa Bakti 2009-2010. Dewan penasehat MUI Pusat beranggotakan 45 orang, terdiri dari 1 Ketua, 3 Wakil Ketua, dan 41 anggota.10

c. Dewan Pimpinan

Dewan Pimpinan MUI melaksanakan keputusan-keputusan Musyawarah Nasional, Rapat Kerja Nasional, Rapat Pengurus Paripurna dan Keputusan-keputusan MUI lainnya dengan

10

Ma’ruf Amin, dkk. Himpunan Fatwa MUI, Edisi Ketiga. (Jakarta: Sekretariat MUI, 2010), h.26.

memperhatikan pertimbangan, nasihat dan bimbingan Dewan Pertimbangan MUI. Dewan Pimpinan MUI menjalankan tugas dan fungsinya secara kolektif. Susunan Dewan Pimpinan MUI terdiri dari: 1. Ketua umum dan Ketua-ketua, 2. Sekretaris Umum dan sekretaris-sekretaris, 3. Bendahara, 4. Anggota-anggota yang terdiri dari unsur-unsur ulama, umara (pemerintah), zu`ama (cendekiawan dan tenaga ahli), organisasi dan lembaga islam, wanita dan pemuda.11

d. Dewan Pimpinan Harian

Pimpinan harian MUI berfungsi melaksanakan tugas Dewan Pimpinan MUI sehari-hari dan bertanggung jawab kepada dewan pimpinan. Tugas Dewan Pimpinan Harian adalah memimpin dan melaksanakan kegiatan MUI sehari-hari, member pengarahan kepada komisi-komisi dan menerima usul-usul dari komisi-komisi, mengadakan kerjasama dalam pembangunan dengan pemerintah dan mengadakan konsultasi serta informasi secara timbal balik, mengadakan kerjasama dengan organisasi dan lembaga islam dalam memberikan bimbingan dan tuntunan serta pengayoman pada masyarakat khususnya umat Islam, serta mengadakan konsultasi dan informasi secara timbal balik; dan mengadakan kerjasama dengan organisasi dan lembaga lainnya dalam pembangunan, menyiapkan bahan-bahan musyawarah dan rapat kerja MUI.

11

34

Pimpinan harian MUI terdiri dari, ketua umum, ketua-ketua, sekretaris umum dan sekretars-sekretaris, dan bendahara. Pimpinan harian mengadakan pembagian tugas dalam melaksanakan tujuan dan usaha secara kolegial: ketua umum memimpin pelaksanaan tugas dan fungsi dewan pimpinan MUI sehari-hari, ketua-ketua membantu ketua umum dan memimpin sidang-sidang komisi-komisi, sekretaris umum membantu ketua umum dan para ketua serta memimpin administrasi MUI, sekretaris-sekretaris membantu sekretaris umum, bendahara-bendahara membantu ketua umum dan para ketua untuk memimpin administrasi keuangan.12 Berikut ini susunan Dewan Pimpinan Harian:

Ketua Umum : Dr. KH. M. A. Sahal Mafhudh

Wakil Ketua Umum : Prof. Dr. H. M. Din Syamsuddin

Ketua. : Prof. Dr. H. Umar Shihab

Ketua : Prof. Drs. KH. Asmuni Abdurrahman

Ketua : KH. Ma`ruf Amin

Ketua : DR. KH. Abdullah Syukri Zarkasyi, MA

Ketua : Drs. H. A. Nazri Adlani

Ketua : Drs. H. Amidhan

Ketua : Prof. Dr. H. Yunahar Ilyas, Lc, MA

Ketua : KH. A. Cholil Ridwan, Lc.

Ketua : Prof. Dr. Hj. Khuzaemah T. Yanggo

12

Ketua : Dr. Hj. Tuti Alawiyah

Ketua : Prof. Dr. H. Amir Syarifudin

Sekretaris Umum : Drs. H. M. Ichwan Sam

Sekretaris : Dr. H. Amrullah Ahmad, S. Fil.

Sekretaris : Dr.H. Anwar Abbas, MM

Sekretaris : Drs. H. Zainut Tauhid Saadi

Sekretaris : Dra.Hj. Welya Safitri, M.Si

Bendahara : Dra. Hj. Juniwati T. Masjchun Sofwan

Bendahara : dr. H. Fahmi Darmawansyah, MM

Bendahara : Drs. H. Achmad Junaidi.13

e. Komisi-komisi

Dalam melaksanakan kegiatannya, Dewan Pimpinan membentuk Komisi-komisi untuk membahas, menelaah, merumuskan dan menyampaikan usul-usul kepada Dewan Pimpinan sesuai dengan bidang masing-masing. MUI dalam kinerjanya, komisi-komisi terdiri dari:

1. Komisi Fatwa

2. Komisi Ukhwah Islamiyah

3. Komisi Dakwah dan Pengembangan Masyarakat 4. Komisi Pendidikan dan Kaderisasi

13

Ma’ruf Amin, dkk. Himpunan Fatwa MUI, Edisi Ketiga. (Jakarta: Sekretariat MUI, 2010), h.27.

36

5. Komisi Pemberdayaan Ekonomi Umat 6. Komisi Informasi dan Komunikasi

7. Komisi Perempuan, Remaja dan Keluarga 8. Komisi Hukum dan Perundang-undangan 9. Komisi Pengkajian dan Penelitian

10. Komisi Kerukunan Antar Umat Beragama 11. Komisi Pembinaan Seni Budaya Islam

12. Komisi Kerjasama Luar Negeri dan Kerjasama Internasional.14 f. Lembaga-lembaga

Selain Pelindung, Dewan Penasehat, Dewan Pimpinan, Dewan Pimpinan Harian, dan Komisi-komisi, MUI juga mempunyai Lembaga-Lembaga yaitu:

1. DSN ( Dewan Syariah Nasional) MUI 2. LP-POM MUI

3. BASYARNAS.15

14

Diakses pada tanggal 20 Agustus 2010 dari http.www.mui.or.id/ lembaga-lembaga MUI.

15

Karni Asrori S, Helmi, Mustafa Thaha, Ahmadie. 35 Tahun MUI Berkiprah Menjaga Integritas Bangsa. h.157.

Dokumen terkait