• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II. KAJIAN PUSTAKA

A. Ciri-ciri Kepribadian Guru Pembimbing

2. Pengertian Guru Pembimbing

Winkel (1997:184) mengatakan guru pembimbing adalah seorang tenaga profesional yang memperoleh pendidikan khusus di perguruan tinggi dan mencurahkan seluruh waktunya pada layanan bimbingan. Jadi jelaslah bahwa seorang guru pembimbing di sekolah memang sudah disiapkan untuk menjadi tenaga profesional, baik dalam pengetahuan, pengalaman maupun kualitas kepribadiannya. Selanjutnya Winkel (1989:38) juga mengemukakan bahwa guru pembimbing merupakan orang yang berkompeten dalam memberikan

layanan bimbingan dan konseling. Idealnya dia adalah seorang sarjana lulusan dari program studi BK di IKIP atau FKIP. Tenaga ahli ini bukan pengajar vak tertentu meskipun ia diangkat menjadi tenaga di sekolah. Tenaga ini disebut “full time guidance counselor” karena seluruh waktu dan tenaganya dicurahkan dalam pelayanan bimbingan dan konseling dan dialah yang menjadi konselor utama di sekolah

Prayitno (1987:32) mengatakan bahwa guru pembimbing adalah pejabat fungsional yang dituntut dapat menjalankan tugas-tugas fungsionalnya, yaitu melaksanakan bimbingan dan konseling terhadap peserta didiknya.

Sukardi (1985:19), menyatakan guru pembimbing adalah tenaga profesional, baik pria maupun wanita, yang mendapat pendidikan khusus bimbingan dan konseling. Secara ideal guru pembimbing berijazah sarjana dari FIP-IKIP atau sarjana psikologi pendidikan dan bimbingan , atau jurusan program studi bimbingan dan konseling.

Berdasarkan definisi di atas dapat disimpulkan bahwa guru pembimbing merupakan seorang tenaga pendidik profesional yang berfungsi merencanakan, melaksanakan, dan mengevaluasi program bimbingan dan konseling bagi siswa disekolah.

3. Ciri-ciri Kepribadian Guru Pembimbing

Dalam melaksanakan tugas-tugasnya di sekolah seorang guru pembimbing hendaknya memiliki ciri-ciri kepribadian yang baik agar

pelayanan bimbingan dapat berjalan dengan lancar tidak mengundang persepsi negatif yang dapat merugikan perannya di sekolah. Ciri-ciri kepribadian seorang guru pembimbing yang baik nampak dari cara kerja, dapat bertingkah laku sopan, bersikap ramah, jujur, dapat menyimpan kerahasiaan klien, dan tidak munafik dalam kehidupan sehari- harinya. Guru pembimbing harus me mpunyai minat terhadap pekerjaannya dan dalam menghadapi anak didiknya. Dia harus mempunyai kemampuan untuk bertindak dan bersikap bijaksana terhadap anak didik.

Menurut Prayitno (Sukardi, 1984:30-32), seorang guru pembimbing hendaknya memperlihatkan 10 ha l yang berkaitan dengan kriteria ciri-ciri kepribadian guru pembimbing, sebagai berikut:

1. Seorang guru pembimbing harus bertingkah laku yang wajar dan dapat dicontoh.

2. Pembimbing harus dapat memiliki emosi yang stabil, tenang, dan kalau mungkin memberikan kesejukan batin bagi siswa dalam suasana bimbingan yang diciptakan pembimbing.

3. Guru pembimbing dituntut untuk membantu binimbing agar mandiri. 4. Guru pembimbing hendaknya berbobot sebagai orang yang layak dimintai

bantuan.

5. Penampilan guru pembimbing hendaknya menampakkan integritas (keterpaduan) kepribadiannya, yaitu dewasa, matang, dan emosinya stabil.

6. Guru pembimbing hendaknya mampu mawas diri: mawas terhadap diri sendiri, mawas terhadap lingkungan, dan mawas terhadap pribadi orang yang dibimbingnya. Dengan demikian pembimbing akan menjadi orang yang arif bijaksana.

7. Guru pembimbing juga perlu bersikap berani memasuki dunia bimbingan dengan menampilkan pribadi-pribadinya tanpa topeng tertentu dengan segala resikonya.

8. Guru pembimbing perlu memiliki inteligensi yang cukup tinggi.

9. Inteligensi guru pembimbing yang cukup tinggi ini akan memungkinkan guru pembimbing untuk bernalar dengan baik dan akan mampu memikirkan dan mengolah suasana yang dapat mengubah tingkah laku binimbing.

10.Guru pembimbing yang dapat menalar dengan baik akan dapat memunculkan gagasan yang bermanfaat.

Sukardi (1984:28), mengatakan bahwa guru pembimbing (konselor sekolah) diharapkan harus mempunyai ciri-ciri kepribadian tertentu dalam mengadakan kontak dengan orang lain, antara lain:

1. Memiliki pemahaman terhadap orang lain secara objektif dan simpatik. 2. Memiliki kemampuan untuk bekerjasama dengan orang lain secara baik

dan lancar.

4. Memiliki minat yang mendalam mengenai murid- murid dan keinginan sungguh-sungguh untuk memberikan bantuan kepada anak didiknya. 5. Memiliki kedewasaan pribadi, spiritual, mental, sosial, dan fisik.

Seorang guru pembimbing (konselor) sekolah yang profesional hendaknya juga memiliki ciri-ciri kepribadian yang berkualitas seperti yang dijelaskan oleh Belkin (Winkel, 1997:198-199). Ciri-ciri kepribadian tersebut adalah:

1. Guru pembimbing (konselor sekolah) mampu mengenal diri sendiri. Hal ini ditandai dengan:

a. Merasa aman dengan diri sendiri artinya mempunyai rasa percaya diri, rasa harga diri, tidak merasa cemas dan gelisah dengan diri sendiri. b. Percaya pada orang lain artinya mampu memberikan sesuatu dari diri

sendiri dan menerima sesuatu dari kepribadian orang lain.

c. Memiliki keteguhan hati artinya berani memberikan layanan bimbingan dan berani mengambil resiko bahwa tidak selalu mendapat tanggapan yang positif atau mendapatkan balas jasa dalam bentuk dikagumi serta dihargai.

2. Guru pembimbing (konselor sekolah) mampu memahami orang lain. Hal ini ditandai dengan:

a. Terbuka hatinya berarti mampu mengikuti beraneka pandangan dan perasaan klien. Terbuka juga berarti tidak mengambil sikap mengadili orang lain meskipun dapat menilai tindakan dan perbuatan orang

menurut norma- norma moral yang objektif. Keterbukaan hati dan pikiran memungkinkan untuk menjadi peka terhadap pikiran dan perasaan orang lain.

b. Guru pembimbing (konselor sekolah) hendaknya memiliki kemampuan untuk berempati, yaitu mampu mendalami pikiran dan menghayati perasaan orang lain seolah-olah guru pembimbing (konselor sekolah) pada saat ini menjadi orang lain tersebut, tanpa hanyut dalam situasi orang lain dan kehilangan kesadaran akan pikiran serta perasaan pada diri sendiri.

3. Kemampuan berkomunikasi dengan orang lain. Hal ini ditandai dengan: a. Guru pembimbing (konselor sekolah) bertindak sejati dan berhati

tulus, artinya berkata-kata dan berbuat tanpa memakai topeng atau sandiwara, sungguh terlibat tanpa berpura-pura

b. Bebas dari kecenderungan untuk menguasai orang lain, artinya konselor secara sadar tidak memaksakan kehendaknya sendiri atas orang lain dan memaksa orang lain ke cara berpikir dan bertindak tertentu.

c. Mampu mendengarkan dengan baik, artinya berusaha menangkap apa yang sebenarnya diungkapkan oleh orang lain, menggali makna yang terkandung dalam ungkapan orang la in.

d. Mampu menghargai orang lain, artinya guru pembimbing (konselor sekolah) mampu mendekati orang lain dan mau didekati orang lain,

dengan sikap positif dan kerelaan menerima orang lain seadanya. Berikut ini akan diungkapkan ciri-ciri kepribadian guru pemb imbing yang diharapkan dilihat dari segi pribadi, segi sosial, dan segi profesionalnya (Winkel, 1997:198; Prayitno, 1984:32; Ahmadi, 1997:48-49; Gunawan, 1992), antara lain :

1. Segi pribadi.

Pribadi seorang konselor sekolah hendaknya memiliki kepribadian yang baik agar dapat menjadi panutan bagi perkembangan diri siswa. Konselor sekolah harus menyadari keunikannya sendiri, kelemahan dan kelebihannya serta tahu usaha- usaha apa yang kiranya akan membuat dia berhasil. Seperti halnya konselor diharapkan me mpunyai:

a. Sifat-sifat kepribadian, antara lain : memiliki kesopanan, ramah, sabar, baik hati, bijaksana, terbuka, penuh humoris, jujur, supel, dan mampu mengenal dirinya sendiri.

b. Percaya diri, antara lain : guru pembimbing memiliki rasa percaya diri yang tinggi dalam melaksanakan tugasnya. Adanya rasa percaya diri yang tinggi tersebut mendukung guru pembimbing agar tidak mudah menyerah dalam menghadapi tantangan.

c. Penampilan diri, antara lain : cara berpakaian rapi dan sopan, mampu menyesuaikan diri dengan situasi dan kondisi yang ada.

2. Segi sosial.

Dari segi ini seseorang diharapkan dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan di sekitarnya agar dapat memahami apa yang ada dan apa yang harus dilakukan agar dapat diterima di lingkungan tersebut. Maka, seorang guru pembimbing hendaknya memiliki :

a. Kemampuan berhubungan dengan orang lain.

Kemampuan berhubungan dengan orang lain di antaranya memiliki kemampuan dalam berkomunikasi. Baik komunikasi dengan binimbing maupun terhadap orang lain. Dalam berkomunikasi, seorang konselor sekolah diharapkan mampu mendengarkan dengan baik, mampu menghargai orang lain, dan mampu menjalin persahabatan dengan siswanya. Ketika berhubungan dengan orang lain, guru pembimbing juga dituntut untuk mampu bekerja sama dengan siapa saja dan tetap berpegang pada kode etik jabatannya. b. Tingkah laku adaptif.

Guru pembimbing hendaknya memiliki tingkah laku yang tepat sesuai dengan situasi dan memiliki keluwesan dalam berperilaku yang cakap dalam memilih strategi bimbingan. Oleh karena itu seorang guru pembimbing dalam keseharian hendaknya dapat bertingkah laku sewajarnya tanpa dibuat-buat dan memiliki sopan santun yang dapat mencerminkan kepribadiannya.

c. Pengontrolan diri.

Seorang guru pembimbing ketika berhubungan dengan orang lain diharapkan dapat mengendalikan diri terhadap berbagai situasi yang ada pada lingkungannya. Ketika berhubungan dengan orang lain seorang guru pembimbing juga diharapkan dapat mengendalikan situasi yang tegang menjadi santai dan tidak mudah terbawa oleh suasana emosional yang memanas.

3. Segi profesional.

Seorang guru pembimbing dalam menjalankan tugas-tugasnya dituntut untuk menjadi tenaga pembimbing yang profesional, dalam arti guru pembimbing tersebut harus melaksanakan apa yang sudah menjadi kewajiban dan haknya dalam kegiatan bimbingan dan konseling secara berkeahlian. Untuk menjadi guru pembimbing yang profesional guru pembimbing setidaknya mempunyai:

a. Tanggung jawab dalam pekerjaan.

Seorang guru pembimbing yang memiliki kecintaan terhadap tugasnya dan anak didiknya akan dipercayai anak didiknya. Sebab tanpa adanya kepercayaan dari anak didik, tidaklah mungkin pembimbing dapat menjalankan tugas-tugasnya dengan baik. Guru pembimbing yang bertanggung jawab pada tugasnya, ia mengerti dan mengakui batas-batas kemampuan dan keahliannya ketika menghadapi masalah siswa. Maka, aneka kasus tertentu yang jatuh di luar lingkup wewenang

konselor sekolah harus diserahkan kepada tenaga lain yang lebih berwenang.

b. Wawasan luas.

Seorang konselor sekolah hendaknya memiliki pengetahuan dan wawasan yang luas karena nantinya akan membantu siswa dalam pemberian berbagai informasi yang dibutuhkan oleh siswa dan dapat menggunakan wawasannya untuk memberikan materi mengenai dunia bimbingan dan konseling.

c. Empati.

Empati yang dimiliki oleh konselor sekolah terhadap binimbing dapat membantu konselor sekolah dalam proses konseling agar mudah menangkap dan mengerti pikiran dan perasaan yang dialami oleh binimbing.

d. Kedewasaan.

Seorang guru pembimbing diharapkan mampu bersikap dewasa, artinya ada kemantapan atau kestabilan di dalam perkembangan psikiknya dan terutama dalam segi emosinya. Hal ini penting karena nantinya dapat menunjang pelaksanaan bimbingan dan konseling di sekolah dan mampu menempatkan diri di lingkungannya.

e. Inteligensi.

Inteligensi yang cukup tinggi akan memungkinkan guru pembimbing untuk bernalar, berpendapat, dapat semakin memahami tingkah laku

manusia, dan mampu membantu siswa dalam memberikan alternatif-alternatif pilihan dalam menyelesaikan suatu masalah.

Dari pernyataan di atas dapat disimpulkan bahwa seorang yang sungguh-sungguh ingin menjadi guru pembimbing (konselor sekolah) yang efektif harus mau menerima tanggung jawab dan mampu menempatkan dirinya sendiri pada situasi yang mengandung resiko, baik pribadi, perasaan, menyangkut hubungan dengan orang lain dan jabatan.

Maka guru pembimbing harus menyiapkan diri untuk berfungsi sebagai pribadi yang utuh, terbuka dan sportif serta tidak melaksanakan tugasnya hanya semata-mata berdasarkan aturan kerja yang telah disiapkan terlebih dahulu. Dengan kata lain seorang guru pembimbing (konselor sekolah) yang baik harus mempunyai minat, cinta terhadap pekerjaan dan anak didiknya, harus mempunyai kemampuan untuk bertindak dan bertingkah laku secara ramah, mampu menempatkan diri dengan baik, sopan, tidak pilih kasih, sabar, pengertian, mau mendengarkan, memiliki sifat humoris, mampu bersosialisasi, memiliki daya tarik, terbuka, dan sikap bijaksana terhadap anak didiknya. Winkel (1997:197) mengemukakan bahwa kualitas kepribadian guru pembimbing di sekolah “lebih penting dari penguasaan berbagai teori, aneka metode dan teknik, meskipun hal- hal itu tidak dapat diabaikan”. Ia bahkan mengatakan bahwa guru yang tidak memiliki kepribadian yang baik, akan mengalami hambatan yang serius dalam pekerjaannya.

Dokumen terkait