• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

4. Pengertian Hasil Belajar

Menurut Susanto (2015: 5) hasil belajar yaitu perubahan -perubahan yang terjadi pada diri siswa, baik yang menyangkut aspek kognitif, afektif, dan psikomotor sebagai hasil dari kegiatan belajar. Secara sederhana yang dimaksud dengan hasil belajar siswa adalah kemampuan yang diperoleh anak setelah melalui kegiatan belajar. Karena belajar itu sendiri merupakan suatu proses dari seseorang yang berusaha untuk memperoleh suatu bentuk perubahan perilaku yang relatif menetap.

Hasil belajar adalah perubahan perilaku yang terjadi setelah mengikuti proses belajar mengajar sesuai dengan tujuan pendidikan. Manusia mempunyai potensi perilaku kejiwaan yang dapat dididik dan diubah

23

perilakunya yang meliputi domain kognitif, afektif, dan psikomotorik (Purwanto, 2010: 54).

Kingsley sebagaimana dikutip oleh Sudjana (2005: 22) membagi tiga macam hasil belajar, yakni (a) keterampilan dan kebiasaan, (b) pengetahuan dan pengertian, (c) sikap dan cita-cita. Dalam sistem pendidikan nasional rumusan tujuan pendidikan, baik tujuan kurikuler maupun tujuan instruksional, menggunakan klasifikasi hasil belajar dari Bloom yang secara garis besar membaginya menjadi tiga ranah, yakni ranah kognitif, ranah afektif, dan ranah psikomotoris.

a. Ranah Kognitif

Ranah kognitif berkaitan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri dari enam aspek sebagaimana dikemukakan oleh Bloom, yakni pengetahuan atau ingatan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis, dan evaluasi. Kedua aspek pertama disebut kognitif tingkat rendah dan keempat aspek berikutya termasuk kognitif tingkat tinggi.

b. Ranah afektif

Ranah Afektif berkaitan dengan sikap dan terdiri dari lima aspek yakni penerimaan, jawaban atau reaksi penilaian , organisasi, dan internalisasi. c. Ranah psikomotoris

Ranah psikomotoris berkaitan dengan hasil belajar keterampilan dan kemampuan bertindak. Ada enam aspek ranah psikomotoris, yakni gerakan refleks, keterampilan gerakan dasar, kemampuan perseptual, dan

24

keharmonisan atau ketepatan, gerakan keterampilan kompleks, dan gerakan ekspresif dan interpretatif.

Dari ketiga ranah tersebut, ranah kognitif paling banyak dinilai oleh para pengajar karena berkaitan dengan penguasaan siswa terhadap materi yang diajarkan. Untuk penilaian aspek psikomotor dan aspek afektif dapat dilakukan dengan pengamatan.

Bloom dalam Purwanto (2010: 50)membagi dan menyusun secara hierarkis tingkat kognitif mulai dari yang paling rendah dan sederhana yaitu hafalan sampai yang paling tinggi yaitu hafalan sampai evaluasi. Enam jenjang tersebut diantaranya adalah hafalan (C1), pemahaman (C2), penerapan (C3), analisis (C4), sintesis (C5), dan evaluasi (C6).

1. Hafalan

Hafalan merupakan tingkat kognitif yang paling rendah. Tingkat ini merupakan kemampuan memanggil kembali fakta yang disimpan dalam otak digunakan untuk merespon suatu masalah. Dalam tingkat ini fakta dipanggil kembali persis seperti ketika disimpan. Contoh kata kerja operasional berdasarkan taksonomi Bloom (Akbar, 2013: 12) pada tingkat ini misalnya mengidentifikasi, memilih, menyebutkan, dan membuat daftar.

2. Pemahaman

Pemahaman adalah kemampuan untuk melihat hubungan fakta dengan fakta. Menghafal fakta tidak lagi cukup karena pemahaman menuntut pengetahuan akan fakta dan hubungannya. Contoh kata kerja operasional ini

25

adalah membedakan, menjelaskan, menyimpulkan, merangkum, dan memperkirakan.

3. Penerapan

Penerapan merupakan kemampuan kognitif untuk memahami aturan, hukum, rumus, dan sebagainya dan menggunakan untuk memecahkan masalah. Kata kerja operasional pada tingkat ini misalnya menghitung, menggunakan, menerapkan, menunjukkan, memodifikasi, dan menstransfer. 4. Analisis

Analisis merupakan kemampuan memahami sesuatu dengan menguraikannya ke dalam unsur-unsur. Contoh kata kerja operasionalnya seperti membuat diagram, membedakan, menghubungkan, menjabarkan ke dalam bagian-bagian.

5. Sintesis

Sintesis merupakan kemampuan memahami dengan mengorganisasikan bagian-bagian ke dalam satu kesatuan. Pada tingkat ini contoh kata kerja operasionalnya sepert menciptakan, mendesain, memformulasikan, membuat prediksi.

6. Evaluasi

Evaluasi merupakan kemampuan dalam membuat penilaian dan mengambil keputusan dari hasil penilaiannya. Kata keja operasional pada tingkat evaluasi seperti membuat kritik, membuat penilaian, membandingkan, membuat evaluasi.

26

Ranah afektif dibedakan menjadi lima jenjang menurut Krathwohl, Bloom, dan Maisa (1964) sebagaimana dikutip oleh Widyotoko (2016: 52).

Lima jenjang tersebut dimulai dari jenjang yang paling dasar sampai jenjang yang kompleks diantaranya adalah :

1. Receiving/attending (menerima/memperhatikan)

Receiving/attending merupakan kepekaan seseorang terhadap suatu rangsangan dari luar. Baik dalam bentuk masalah, situasi, gejala dan lain-lain. Receiving/attending diartikan juga sebagai kemauan untuk memperhatikan suatu kegiatan atau suatu objek. Pada jenjang ini, siswa memiliki keinginan memperhatikan suatu fenomena khusus atau stimulus, milnya kelas dan kegiatan lainnya.

2. Responding (menanggapi)

Responding mengandung arti adanya partisipasi aktif. Kemampuan yang dimiliki oleh seseorang untuk mengikutsertakan dirinya secara aktif dalam fenomena tertentu dan membuat reaksi terhadapnya salah satu cara. Hasil belajar ranah ini menekankan pada pemerolehan respons, berkeinginan memberi respon, atau kepuasaan dalam memberi respon.

3. Valuing (menilai/menghargai)

Valuing artiya memberikan nilai atau memberikan penghargaan terhadap suatu kegiatan atau objek, sehingga kegiatan itu tidak dikerjakan, dirasakan akan membawa kerugian atau penyesalan. Dalam kaitannya dalam proses belajar mengajar, siswa tidak hanya mau menerima nilai yang diajarkan tetapi

27

mereka telah berkemampuan menilai konsep atau fenomena yaitu baik atau buruk.

4. Organization (mengatur/mengorganisasikan)

Organization berarti mempertemukan perbedaan nilai sehingga terbentuk nilai baru yang universal, yang membawa pada perbaikan umum. Pada tingkat ini, nilai satu dengan lainnya saling dikaitkan, konflik antar nilai diselesaikan, dan memulai membangun sistem internal yang konsisten.

5. Characterization by evalue or calue complex (karakterisasi dengan suatu nilai atau kompleks nilai).

Characterization by evalue or calue complex merupakan keterpaduan semua sistem nilai yang telah dimiliki oleh seseorang, yang mempengaruhi pola kepribadian dan tingkah lakunya. Proses internalisasi nilai telah menempati tempat tertinggi dalam suatu hierarki nilai.

Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah perubahan yang terjadi pada diri siswa sebagai hasil dari proses belajar. Perubahan sebagai hasil proses belajar tersebut meliputi aspek pengetahuan, keterampilan, dan sikap. Dalam penelitian ini penilaian utama difokuskan pada penilaian aspek kognitif dan afektif siswa. Kedua aspek tersebut berkaitan dengan aktivitas siswa di dalam kelompok diskusi. Pembelajaran dengan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw menekankan pada sikap siswa di dalam belajar secara berkelompok. Penilaian dilakukan pada proses pembelajaran dan akhir proses pembelajaran IPS di kelas V setelah diterapkannya model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw.

28

Dokumen terkait