• Tidak ada hasil yang ditemukan

Alarm Kebakaran dapat didefinisikan sebagai alat yang dirancang untuk mendeteksi terjadi kebakaran pada area yang dipasang. Alarm kebakaran didesain khusus untuk mengeluarkan bunyi yang bising dan flash camp / lampu indikator dipanel control dan bunyi. Bunyi dan lampu indicator sebagai signal untuk memberitahu kepada operator / penghuni jika sedang terjadi kebakaran pada lokasi ruang yang telah di instalasi dengan sistem alarm kebakaran ini. bunyi alarm di hasilkan oleh alarm bell atau motor sirine, sedangkan flash / lampu bahaya di hasilkan oleh indicating lamp/strobo fire alarm.

Pemberantasan kebakaran merupakan daya upaya untuk men ghindari suatu peristiwa kebakaranya : memadamkan, melokalisir, mengamankan harta benda, jiwa, mencari atau menyelidiki sebab

-sebab kebakaran dan rehabilitasi.

Jadi pemberantasan kebakaran adalah

usaha yang dilakukan setelah terjadi musiba kebakaran (Suma’mur, 1995).

Perubahan pada lingkungan sekitar dapat diasumsikan sebagai tanda pendeteksi bahaya kebakaran. Perubahan yang mungkin terjadi misalnya adalah munculnya asap, meningkatnya suhu ruangan, dan munculnya api ataupun gas. Maka dari itu, sebuah fire alarm system selalu dilengkapi dengan sensor yang peka

terhadap keberadaan asap, panas, api, maupun gas. Secara umum, sistem alarm kebakaran diklasifikasikan sebagai baik secara otomatis ditekan, ditekan secara manual, atau keduanya.

Sistem alarm kebakaran otomatis dimaksudkan untuk memberitahukan kepada penghuni bangunan untuk mengevakuasi jika terjadi kebakaran atau darurat lainnya, melaporkan peristiwa tersebut ke lokasi off-tempat dalam rangka untuk memanggil layanan darurat, dan menyiapkan struktur dan sistem yang terkait untuk mengontrol penyebaran api dan asap.

Adapun alarm kebakaran juga dapat menimbulkan terjadinya Alarm palsu, yang juga disebut alarm gangguan, yaitu laporan yang menipu atau keliru tentang keadaan darurat, menyebabkan kepanikan yang tidak perlu dan / atau membawa sumber daya (seperti layanan darurat) ke tempat yang tidak diperlukan. Alarm palsu dapat terjadi dengan alarm pencurian tempat tinggal, detektor asap, alarm industri, dan dalam teori deteksi sinyal.

Alarm palsu memiliki potensi untuk mengalihkan responden darurat dari keadaan darurat yang sah, yang akhirnya dapat menyebabkan hilangnya nyawa. Dalam beberapa kasus, alarm palsu berulang di area tertentu dapat menyebabkan penghuni mengalami kelelahan alarm dan mulai mengabaikan sebagian besar alarm, mengetahui bahwa setiap kali alarm yang nyala itu mungkin salah dan itu sangat berbahaya.

2. JENIS-JENIS ALARM KEBAKARAN a. ROR (Rate of Rise) Heat Detector.

Salah satu jenis dari heat detector yaitu ROR (Rate of

rise) . detektor panas type ROR atau rate of rise detector bekerja ketika ada kenaikan suhu 12-15 derajat celcius dari suhu semula, detektor jenis ROR dapat di gunakan untuk segala jenis ruangan atau lokasi karena detektor ini mampu mendeteksi perubahan suhu yang tiba-tiba ekstrim.

Prinsip operasi detektor panas fire alarm pada jenis ROR menyebabkan jenis ini menjadi sangat aplikatif untuk digunakan pada hampir seluruh jenis ruangan yang memang memiliki suhu normal yang tinggi. Selain itu, jenis detektor panas ROR dari segi biaya juga dinilai lebih hemat dengan kemampuan operasi yang lebih luas. Cakupan perlindungan detektor panas jenis ROR mencapai 30 meter persegi dengan pemasangan ketinggian 5 hingga 8 meter. Berbeda dengan cakupan perlindungan detektor panas jenis fixed temperature yang bisa mencapai 30 meter persegi hanya apabila dipasang pada ketinggian maksimal 4 meter, dan di atas 4 meter hingga sampai 8 meter hanya mampu melindungi area seluas 15 meter persegi saja

Gambar 2.a.1 Alarm Jenis ROR (Rate of rise) Heat Detector

Sumber : https://www.Bromindo.com

Detektor ini bekerja berdasarkan kenaikan temperatur yang sangat cepat meskipun itu hanya hembusan panas. Bel pada detektor akan berbunyi jika temperatur melebihi 55-65C.

ROR heat detektor akan bekerja jika saklar bi-metal kontak saat mendeteksi panas. Detektor ini tidak membutuhkan tegangan oleh sebab itu detektor langsung dipasang di panel alarm. Detektor jenis ROR memiliki keunggulan yaitu mampu bekerja pada temperatur rendah bahkan di bawa temperatur api normal. ROR heat detektor dilengkapi dengan termistor atau termokopel yang sangat sensitif pada panas.

Gambar 2.a.2 Rangkaian Alarm ROR (Rate of rise)

Sumber : http//:www.projectcircuit4u.blogspot.com

ROR heat detector memanfaatkan teknologi thermacouple dan thermistor yang responsif dengan panas.

Fungsi dari thermistor ini sendiri adalah medeteksi arus konveksi dan radiasi sedangkan thermocouple lainnya mendeteksi respon dari suhu lingkungan sekitarnya.

b. Fix Temperatur

Fixed Temperature merupakan salah satu jenis heat detector. Heat detector sendiri merupakan suatu alat yang berfungsi untuk mendeteksi kebakaran dengan panas pada ruangan. Jika ROR bekerja dengan cara mendeteksi derajat panas dengan beda temperatur rendah, fixed temperatur akan mendeteksi panas dengan derajat panas yang tinggi. Alasan area sepeti diatas tidak cocok pada jenis ROR heat detector karena pada ROR sering terjadi kesalahan alarm (alarm palsu) karena dapat mengaktifkan alarm. Luas area deteksi adalah sekitar 30 m2 dengan ketinggian plafon 4 m sedangkan untuk luas area 15 m2 maka ketinggian plafon antara 4 – 8 m. Seperti halnya ROR, kabel yang diperlukan untuk detector ini cuma 2, yaitu L dan LC.

Adapun prinsip operasi detektor panas fire alarm fixed temperature yaitu Jenis detektor panas fixed temperature memiliki prinsip operasi dengan patokan eutectic point atau suhu tertentu di mana apabila suhu ruangan telah mencapai suhu

eutectic point tersebut, maka detektor panas fixed temperature akan otomatis aktif. Pada umumnya, jenis detektor panas fixed temperature tersebut memiliki eutectic point pada suhu-suhu tertentu sesuai dengan model dan spesifikasi atau design komponen fixed temperature tersebut.

Ada yang didesain dengan eutectic point yang rendah, yaitu sejak temperatur baru mencapai 47 derajat Celcius, ada pula yang dirancang dengan eutectic point 58 derajat Celcius, hingga 68 derajat Celcius. Ketika suhu pada ruangan atau area yang termasuk cakupan perlindungan mencapai suhu eutectic point, maka komponen timah atau Tin (Sb) yang merupakan komponen yang digunakan sebagai heat sensitive eutectic alloy tersebut akan mencair karena terkena suhu tinggi.

Zat timah yang mencair tersebutlah yang menjadi komponen sensor yang selanjutnya dapat mengaktifkan sistem secara otomatis sehingga alarm peringatan baik peringatan kebakaran suara pada alarm bell maupun visual pada indicating lamp akan aktif.

Gambar 2.b.1 Alarm Jenis Fix Temperatur

Sumber : http://www.tanyaalarm.com

Gambar 2.b.2 Rangkaian Alarm Fix Temperatur

Sumber :https://www.ElectroSchematics.com

c. Smoke Detector

Smoke Detector mendeteksi asap yang masuk ke dalamnya. Asap memiliki partikel-partikel yang kian lama semakin memenuhi ruangan smoke (smoke chamber) seiring dengan meningkatnya intensitas kebakaran. Jika kepadatan asap ini (smoke density) telah melewati ambang batas (threshold), maka rangkaian elektronik di dalamnya akan aktif. Oleh karena berisi rangkaian elektronik, maka Smoke memerlukan tegangan.

Pada tipe 2-Wire tegangan ini disupply dari panel Fire bersamaan dengan sinyal, sehingga hanya menggunakan 2 kabel saja.

Sedangkan pada tipe 4-Wire (12VDC), maka tegangan plus minus 12VDC-nya disupply dari panel alarm biasa sementara sinyalnya disalurkan pada dua kabel sisanya. Area proteksinya mencapai 150m2 untuk ketinggian plafon 4m.

Jenis jenis Smoke detector

1. Ionisation Smoke Detector

Ionisation Smoke Detector bekerja berdasarkan proses ionisasi molekul udara oleh unsur radioaktif Am (Americium241). Bahan ini digunakan sebagai pembangkit ion di dalam ruang detector. Dalam detector terdapat dua plat yang masing-masing bermuatan postif dan negatif. Ion bermuatan positif akan tertarik ke plat negatif, sedangkan ion negatif tertarik ke plat positif. Proses ini akan menghasilkan sedikit arus listrik yang dikatakan "normal".

Manakala asap kebakaran masuk, terjadilah tumbukan antara partikel asap dengan molekul udara (yang terionisasi tadi). Sebagian partikel asap akan dimuati oleh ion positif dan sebagian lagi oleh ion negatif.

Oleh karena ukuran partikel asap lebih besar dan jumlahnya lebih banyak daripada molekul udara (yang terionisasi tadi), maka arus ion yang sebelumnya "normal"

tadi, kini akan mengecil akibat terhalang oleh partikel asap.

Jika sudah melampaui batas ambangnya, maka terjadilah kondisi "alarm".

Gambar 2.c.1 Ionisation Smoke Detector

Sumber : https://www.Bromindo.com

2. Photoelectric (Optical) Smoke Detector

Photoelectric (Optical) Smoke Detector bekerja berdasarkan perubahan cahaya di dalam ruang detector (chamber) disebabkan oleh adanya asap dengan kepadatan tertentu.

Gambar 2.c.2 Photoelectric (Optical) Smoke Detector

Sumber : https://www.Bromindo.com

Berdasarkan prinsip kerjanya, kita kenal dua jenis optical smoke, yaitu:

a. Light Scattering

Prinsip ini yang banyak dipakai oleh smoke detector saat ini. Terdiri atas light-emitting diode (LED) sebagai sumber cahaya dan photodiode sebagai penerima cahaya. LED diarahkan ke area yang tidak terlihat oleh photodiode. Jika ada asap yang masuk, maka cahaya akan dipantulkan ke photodiode, sehingga menyebabkan detector bereaksi.

b. Light Obscuration.

Prinsip ini mirip dengan cara kerja beam sensor pada alarm. Cahaya yang terhalang oleh asap menyebabkan detector mendeteksi. Prinsip ini pula yang digunakan pada smoke detector jenis infra red beam, sehingga bisa mencapai panjang hingga 100m.

Gambar 2.c.3 Alarm jenis Smoke Detector

Sumber : http://fireprotection-indonesia.blogspot.co.id

Gambar 2.c.4 Rangkaian Alarm Smoke Detector

Sumber : http://fireprotection-indonesia.blogspot.co.id d. Flame Detector

Flame Detector adalah alat yang sensitif terhadap radiasi sinar ultraviolet yang ditimbulkan oleh nyala api. Tetapi detector ini tidak bereaksi pada lampu ruangan, infra merah atau sumber cahaya lain yang tidak ada hubungannya dengan nyala api (flame).

Gambar 2.d.1 Alarm jenis Flame detector

Sumber : http://engineeringbuilding.blogspot.co.id

Penempatan detector harus bebas dari objek yang menghalangi, tidak dekat dengan lampu mercury, lampu halogen dan lampu untuk sterilisasi. Juga hindari tempat-tempat yang

sering terjadi percikan api (spark), seperti di bengkel-bengkel las atau bengkel kerja yang mengoperasikan gerinda. Dalam percobaan singkat, detector ini menunjukkan performa yang sangat bagus. Respon detector terbilang cepat saat korek api dinyalakan dalam jarak 3 - 4m. Oleh sebab itu, pemasangan di pusat keramaian dan area publik harus sedikit dicermati. Jangan sampai orang yang hanya menyalakan pemantik api (lighter) di bawah detector dianggap sebagai kebakaran.

Bisa juga dipasang di ruang bebas merokok (No Smoking Area) asalkan bunyi alarm-nya hanya terjadi di ruangan itu saja sebagai peringatan bagi orang yang

"membandel".

e. Gas Detector

Gas Detector adalah salah satu jenis fire alarm atau alat keamanan yang berfungsi sebagai peringatan apabila terjadinya kebocoran gas yang berpotensi sebagai penyebab terjadinya kebakaran. Pada umumnya alat ini dapat mendeteksi gas seperti LPG dan LNG, dan ada juga yang dapat mendeteksi gas kimia beracun yang dapat membahayakan. Perbedaan LPG dengan LNG adalah: Elpiji lebih berat daripada udara, sehingga apabila bocor, gas akan turun mendekati lantai (tidak terbang ke udara).

Sedangkan LNG lebih ringan daripada udara, sehingga jika terjadi kebocoran, maka gasnya akan terbang ke udara.

Gambar 2.e.1 Alarm jenis Gas Detector

Sumber : http://engineeringbuilding.blogspot.co.id

Dokumen terkait