• Tidak ada hasil yang ditemukan

PROPOSAL KARYA ILMIAH TERAPAN ANALISIS KINERJA ALARM KEBAKARAN UNTUK KESELAMATAN DIATAS KAPAL

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "PROPOSAL KARYA ILMIAH TERAPAN ANALISIS KINERJA ALARM KEBAKARAN UNTUK KESELAMATAN DIATAS KAPAL"

Copied!
59
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS KINERJA ALARM KEBAKARAN UNTUK KESELAMATAN DIATAS KAPAL

Disusun sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan

Program Pendidikan dan Pelatihan Pelaut Diploma III Elektro Pelayaran

PINTO KURNIAWAN NIT : 04 16 110/E

ELECTRO TECHNICAL OFFICER

PROGRAM DIPLOMA III POLITEKNIK PELAYARAN SURABAYA TAHUN 2018

(2)

Disusun sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan

Program Pendidikan dan Pelatihan Pelaut Diploma III Elektro Pelayaran

PINTO KURNIAWAN NIT : 04 16 110/E

ELECTRO TECHNICAL OFFICER

PROGRAM DIPLOMA III POLITEKNIK PELAYARAN SURABAYA TAHUN 2018

(3)

ii

PERNYATAAN KEASLIAN

Yang bertanda tangan dibawah ini:

Nama : Pinto Kurniawan

Nomor induk : 04.16.110/E

Program Diklat : Electro Technical Officer Menyatakan bahwa KIT yang saya tulis dengan judul :

ANALISIS KINERJA ALARM KEBAKARAN UNTUK KESELAMATAN DIATAS KAPAL

Menyatakan karya asli seluruh ide yang ada dalam KIT tersebut, kecuali tema dan yang saya nyatakan sebagai kutipan merupakan ide saya sendiri.

Jika pernyatan diatas terbukti tidak benar, maka saya sendiri menerima sanksi yang ditetapkan oleh Politeknik Pelayaran Surabaya.

SURABAYA, ... 2020

PINTO KURNIAWAN NIT : 04.16 110/E

(4)

iii

PERSETUJUAN SEMINAR PROPOSAL KARYA ILMIAH TERAPAN

Judul : ANALISIS KINERJA ALARM KEBAKARAN UNTUK KESELAMATAN DIATAS KAPAL

Nama Taruna : PINTO KURNIAWAN

NIT : 04 16 110 1 43

Program Diklat : ELEKTRO PELAYARAN

Dengan ini dinyatakan telah memenuhi syarat untuk diseminarkan

Surabaya, ………. 2020

Menyetujui :

Pembimbing I

Dr. Hariyono, S.T, M.M,M.T Penata Tk.I (III/d) NIP. 197207162006041001

Pembimbing II

Faris Nofandi, S.si.T, M.sc Penata Tk.I (III/d) NIP. 198411182008121003

Ketua Jurusan Elektro

Anak Agung Istri Sri Wahyuni, S.si.T.,M.Sda Penata Tk.I (III/d)

NIP. 197812172005022001

(5)

iv

HALAMAN PENGESAHAN KARYA ILMIAH TERAPAN

ANALISIS SUHU KERJA RUANG PENDINGIN BAHAN MAKANAN (STUDI KASUS DI KAPAL MILIK MV.SARI INDAH)

Disusun Oleh:

RISKI WIJAYA SAPUTRA HUTASOIT NIT : 04 16 112 1 43/E

Ahli Elektro Pelayaran Tingkat III

Telah dipertahankan di depan Panitia Ujian Karya Ilmiah Terapan Politeknik Pelayaran Surabaya

Pada tanggal …………2020 Menyetujui :

Penguji I Penguji II Penguji III

Sri Mulyanto Herlambang, S.T.M.T Didik Dwi Suharso, S.si.T, M.Pd Diana Alia, S.T,M.Eng Penata Tk.I (III/d) Penata Tk.I (III/b) Penata Tk.I (III/d) NIP. 197207162006041001 NIP. 19770920200912100 NIP. 198102152002121001

Mengetahui:

Ketua Jurusan Elektro Pelayaran

A.A Istri Sri Wahyuni, S.SiT, M.Adm.,Sda Penata (III/d)

NIP.197812172005022001

(6)

v

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur, kepada Tuhan Yang Maha Esa. Oleh karena rahmat dan anugrah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Ilmiah Terapan ini dengan judul :

“ANALISIS KINERJA ALARM KEBAKARAN UNTUK KESELAMATAN DI ATAS KAPAL”.

Karya Ilmiah Terapan ini merupakan salah satu persyaratan baku Taruna dalam menyelesaikan studi program Diploma III Dengan diselesaikan sesuai waktu yang telah ditetapkan. Penelitian yang dilakukan ini menggunakan metode penelitian kualitatif deskriptif yang berfokus pada analisis obyek penelitian untuk mendapatkan validitas data dan membuat kesimpulan untuk terwujudnya tujuan dari penelitian ini yaitu menyajikan fakta yang deskriptif.

Adapun selain sebagai tugas karya ilmiah terapan, makalah ini juga memiliki tujuan sebagai pemberi informasi dan data kepada para pembaca tentang kinerja alarm kebakaran dan cara memaksimalkan kegunaannya untuk keselamatan diatas kapal. Besar harapan penulis pembuatan makalah ini dapat memberikan informasi dan wawasan pengetahuan yang lebih banyak bagi para pembaca untuk lebih memahami dan dapat menerapkan penggunaan alarm kebakaran secara tepat di kapal.

Penulis juga sepenuhnya menyadari bahwa penyelesaian Tugas akhir ini masih banyak kekurangan baik dari segi susunan kalimat, bahasa ataupun cara penulisan serta materi yang dibahas akibat keterbatasannya penulis dalam penguasaan

(7)

vi

materi, waktu dan juga data-data yang diperoleh. Penulis dalam hal ini juga senantiasa menerima adanya kritik dan saran yang bersifat memperbaiki dan membangun untuk kesempurnaan tugas akhir ini.

Dalam kesempatan ini pula, penulis mengucapkan terima kasih kepada pihak- pihak yang telah membantu penulis khususnya kepada orang tua dan saudara tercinta, serta senior-senior yang memberikan dukungan baik wawasan, moril dan material serta kepada :

1. Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini.

2. Capt. Heru Susanto, MM selaku Direktur Politeknik Pelayaran Surabaya.

3. Ibu Anak Agung Istri Sri Wahyuni., S.Si,T, M.Sda., selaku Ketua Jurusan Elektro dan bapak Agus Dwi Santoso, S.T, M.T., selaku Sekretaris Jurusan Elektro

4. Bapak Hariyono, S.T, M.M., dan bapak Faris Nofandi, S.si.T, M.sc., selaku Pembimbing Karya Ilmiah Terapan yang selalu memberikan bimbingan dan masukannya sehingga makalah ini dapat terselesaikan.

5. Semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan tugas akhir ini.

Akhir kata penulis berharap semoga karya tulis ilmiah ini dapat bermanfaat untuk menambah wawasan bagi penulis dan pembaca.

Surabaya,……….. 2020

Penulis

(8)

vii ABSTRAK

PINTO KURNIAWAN, Analisis Kinerja Alarm Kebakaran Untuk Keselamatan Di Atas Kapal. Dibimbing oleh Bapak Hariyono, ST, MM selaku dosen pembimbing I dan Bapak Faris Nofandi, S.si.T, M.sc. selaku dosen pembimbing II.

Alarm kebakaran didesain khusus untuk mengeluarkan bunyi yang bising dan flash camp / lampu indikator dipanel control dan bunyi. Namun dalam beberapa kasus, alarm kebakaran juga dapat menimbulkan terjadinya Alarm palsu yang juga disebut alarm gangguan. Dengan adanya alarm paslu ini menyebabkan adanya Kebakaran yang tidak dapat ditangani benar dan perlu diketahui permasalahan dan pencegahannya.

Penelitian yang dilakukan dengan berfokus kepada detector berupa Smoke detector dengan Type FDK-512HK ini akan membahas tentang cara mengurangi dari false alarm, pemicu dari alarm paslu, desain yang diterapkan serta faktor- faktor yang dapat memicu agar alarm dapat beroperasi secara maksimal.

Dengan Melakukan perawatan, mengetahui kinerja detector, mempelajari dari desain alarm yang digunakan (Sistem Adressable) dan melakukan maintenance pada sensor & panel, serta kegiatan Routine test minimal 3 bulan sekali dapat kita jalankan untuk menjalankan alarm secara normal.

Dari penyebab Timbulnya alarm paslu di kapal MV. Ocean Makmur, dapat diketahui bahwa dengan kurangnuya masukan input atau tegangan yang kurang dari 20VDC, serta jarangnya melakukan Routine Test (per-unit) , dan kurangnya kesadaran dari awak kapal sendiri menjadi penyebab terjadinya Alarm Palsu. Hal ini seharusnya kita antisipasi dengan kepedulian kita dalam bekerja dan kesadaran dalam beraktifitas

Dari data yang diperoleh ini, penulis berharap para pembaca dapat mempelajari dan mengatasi kesalahan dalam penggunaan kinerja alarm atau False Alarm, mengetahui Perawatan secara teratur pada sensor alarm akan mengurangi tidak berfungsinya sensor, Mengetahui cara Pengujian alarm secara rutin, dan dapat Melakukan pengecekan pada mulai dari sensor, sensitivitas, dan kondisi dari detector serta panel alarm kebakaran itu sendiri terjaga dan dapat beroperasi secara maksimal.

Kata kunci : Alarm, Kebakaran, Keselamatan.

(9)

viii ABSTRACT

PINTO KURNIAWAN, Performance Analysis of Fire Alarms To Safety On The Ship .Guided by Mr. Hariyono, ST, MM as the supervisor I and Mr. Faris Nofandi, S.si.T, M.sc. as a supervisor II.

Fire alarm is specifically designed to make a noisy sound and flash camp / indicator lights and control panel sounds. But in some cases, a fire alarm can also cause a false alarm which is also called an intrusion alarm. With this paslu alarm, there is a fire that cannot be handled properly and needs to know the problem and its prevention.

Research conducted by focusing on the detector in the form of a Smoke detector with Type FDK-512HK will discuss about how to reduce false alarms, triggers from paslu alarms, designs that are applied as well as factors that can trigger the alarm to operate optimally.

By doing maintenance, knowing the performance of the detector, learning from the design of the alarm that is used (Adressable System) and doing maintenance on sensors & panels, as well as routine test activities at least every 3 months we can run to run the alarm normally.

From the cause of the emergence of paslu alarm on the MV. Ocean Makmur, it can be seen that the lack of input or voltage less than 20VDC, as well as the rarity of performing Routine Tests (per-unit), and lack of awareness of the crew itself becomes the cause of the False Alarm. We should anticipate this with our concern in working and awareness in activities

From the data obtained, the authors hope that readers can learn and overcome errors in the use of alarm performance or False Alarms, knowing that regular maintenance of alarm sensors will reduce the malfunction of sensors, know how to test alarms routinely, and be able to check starting from sensors, sensitivity, and condition of the detector and the fire alarm panel itself are maintained and can operate optimally.

From the data obtained, the authors hope that readers can learn and overcome errors in the use of alarm performance or False Alarms, knowing that regular maintenance of alarm sensors will reduce the malfunction of sensors, know how to test alarms routinely, and be able to check starting from sensors, sensitivity, and condition of the detector and the fire alarm panel itself are maintained and can operate optimally.

Keywords: fire, alarm, safety.

(10)

ix

DAFTAR ISI

hal

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN ... ii

HALAMAN PERSETUJUAN SEMINAR ... iii

HALAMAN PENGESAHAN ... iv

KATA PENGANTAR ... v

ABSTRAK ... vii

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR GAMBAR ... xii

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 3

C. Batasan Masalah ... 3

D. Tujuan Penelitian ... 3

E. Manfaat Penelitian... 4

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA A. Review Penelitian Sebelumnya ... 5

B. Landasan Teori ... 8

1. Pengertian Alarm Kebakaran ... 10

2. Jenis-jenis Alarm Kebakaran ... 12

3. Indikator Alarm ... 21

4. Pemeliharaan dan Pengecekan Alarm Kebakaran ... 25

5. Fungsi dan Manfaat Alarm ... 31

6. Kelebihan dan Kekurangan Alarm ... 32

C. Kerangka Penelitian ... 33

(11)

x

BAB III. METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian ... 35

B. Lokasi Penelitian ... 36

1. Waktu Penelitian ... 36

2. Tempat Penelitian ... 36

C. Jenis dan Sumber Data ... 37

1. Jenis Data ... 37

2. Sumber Data ... 37

D. Pemilihan Informan ... 38

E. Teknik Pengumpulan Data ... 38

1. Observasi ... 38

2. Wawancara ... 38

3. Studi Pustaka ... 38

F. Teknik Analisis Data ... 39

1. Pengumpulan Data ... 39

2. Reduksi Data ... 39

3. Penyajian Data ... 40

4. Penarikan Kesimpulan ... 41

BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Objek Penelitian ... 43

1. Perusahaan... 44

2. Tempat Penelitian ... 44

3. Awak Kapal ... 45

B. Hasil Penelitian ... 45

1. Penyajian Data ... 45

2. Analisis Data ... 47

C. Pembahasan ... 51

(12)

xi

BAB V. PENUTUP

1. Kesimpulan ... 63 2. Saran ... 63

DAFTAR PUSTAKA

(13)

xi

DAFTAR GAMBAR

hal

2.1 Alarm Jenis ROR (Rate of rise) Heat Detector ... 13

2.2 Rangkaian Alarm ROR (Rate of rise) ... 13

2.3 Alarm Jenis Fix Temperatur ... 15

2.4 Rangkaian Alarm Fix Temperatur ... 15

2.5 Ionisation Smoke Detector ... 17

2.6 Photoelectric (Optical) Smoke Detector ... 17

2.7 Alarm jenisSmoke Detector ... 18

2.8 Rangkaian Alarm Smoke Detector ... 19

2.9 Alarm jenisFlame detector ... 19

2.10 Alarm jenis Gas Detector... 20

3.1 Fire Sprinkler ... 21

3.2 Manual Call Point (MCP) ... 23

3.3 Fire Bell ... 24

3.4 Indicator Lamp ... 24

3.5 Remote Indicating Lamp ... 25

4.1 Wiring Diagram of Marine Fire Alarm Panel ...45

4.2 Wiring Diagram of Smoke Detector...46

4.3 Smoke Detector...46

4.4 Terdeteksi Alarm pada panel...46

4.5 Smoke Detector...49

4.6 Panel Alarm Kebakaran...49

4.7 Smoke detector Spare Part...50

4.8 Smoke Detector pada ruangan Stearing Gear...51

4.9 Pengecekan Alarm para Alarm Panel...60

4.10 Gambar 4.10 Pembersihan Detector...61

4.11 Routine Test pada Alarm Panel...61

Gambar Kerangka Penelitian ... 34

(14)

BAB I PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Saat ini kemajuan teknologi telah membawa dampak positif dalam pengembangan pendidikan, tata hubungan sosial serta pengetahuan masyarakat, yang pada akhirnya berpengaruh terhadap pola hidup serta tingkah laku manusia di dalam memenuhi kebutuhan serta tugas dan tanggung jawabnya. Banyak mesin-mesin, bahan maupun proses baru yang kita temui sebagai hasil kemajuan teknologi. Akan tetapi kemajuan teknologi juga membawa akibat sampingan yang merugikan bila tidak ditangani dengan baik, yaitu dalam bentuk bahaya- bahaya baru yang muncul seperti kecelakaan kerja, penyakit akibat kerja, pencemaran lingkungan dan juga tanpa terkecuali kebakaran dikapal.

Terjadinya kebakaran dikapal umumnya disebabkan oleh berbagai macam penyebab. Kebakaran juga bisa ditimbulkan akibat aliran pendek (short circuit) yang disebabkan oleh tidak sempurnanya pemasangan kabel-kabel listrik, kejelekan isolasi listrik dan adanya temperatur yang tinggi pada ruangan yang berdampingan, percikan api sekecil sekalipun akan menimbulkan kebakaran atau ledakan. Kebakaran dapat ditangani dengan adanya alat pendeteksi kebakaran berupa alarm kebakaran agar terhindar dari kerugian-kerugian yang lebih besar, begitu juga dengan apabila sampai terjadi adanya alarm palsu (False alarm).

(15)

Belakangan ini keadaan alarm di kapal mengalami banyak permasalahan, Alarm yang dipasang justru tidak berfungsi sebagaimana mestinya. Alarm yang dikeluarkan dari sistem alarm kebakaran di kapal merupakan tanda kepada ABK untuk segera mematikan mesin dan benda-benda yang dapat memicu api menjadi semakin besar. Adapun letak serta pemasangan dari alarm ini berpengaruh untuk keefektifan dari alarm yang berfungsi sebagai peringatan dini. Peringatan dini atau early warning sangat dibutuhkan untuk mencegah dan mengurangi akan bahaya atau trouble ketika bekerja diatas kapal. Fungsi dari alarm diatas kapal sebagai sebagai peringatan dan memberikan informasi akan bahaya diatas kapal perlu dijaga agar tidak terjadi kerugian akibat kebakaran apalagi hanya karena kesalahan alarm atau alarm palsu. Hal ini dapat mengurangi kerugian finansial serta keselamatan nyawa dari awak kabin itu sendiri.

Dalam Internasional Convention on Standart of Training, Certification and Watchkeeping for Seafarer (STCW) 1978 yang mulai diberlakukan tahun 1984, konvensi yang dihasilkan oleh Marine safety Committee (MSC) yang merupakan komite yang dibentuk oleh IMO yang khusus untuk menangani masalah teknik dan pekerjaan administrasi yang telah mengeluarkan suatu persyaratan bagi pelaut agar dibekali pengetahuan yang cukup tentang alat-alat keselamatan, sertifikasi terhadap nakhoda (master), perwira (officers), dan awak kapal (crews), termasuk pengawasan di atas kapal, untuk itu awak kapal wajib mengikuti pelatihan-pelatihan keselamatan diatas kapal.

(16)

Berdasarkan uraian diatas maka penulis merencanakan melakukan penelitian dengan mengambil judul:

ANALISIS KINERJA ALARM KEBAKARAN UNTUK

KESELAMATAN DI ATAS KAPAL

B. RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan uraian di atas maka penulis merumuskan beberapa masalah yang akan diuraikan , yaitu :

1. Bagaimana cara untuk mengurangi terjadinya False Alarm diatas kapal ? 2. Apa saja penyebab yang bisa memicu terjadinya False Alarm diatas

kapal ?

3. Bagaimanakah desain alarm sistem yang diterapkan dikapal ?

4. Faktor-faktor apakah yang harus menjadi perhatian agar sistem alarm kebakaran dapat beroperasi secara maksimal ?

C. BATASAN MASALAH

Adapun ruang lingkup dari Batasan Masalah disini yaitu meliputi sistem dan prosedur kerja dari alarm kebakaran yang berada diatas kapal.

(17)

D. TUJUAN PENELITIAN

Tujuan dari penelitian ini sejalan dengan rumusan masalah yang telah disampaikan oleh peneliti, yakni untuk :

1. Mengetahui cara-cara untuk mengurangi terjadinya False Alarm diatas kapal.

2. Mempelajari Penyebab atau faktor-faktor yang bisa memicu atau menimbulkan terjadinya False Alarm diatas kapal.

3. Mengetahui desain dari alarm sistem yang diterapkan dikapal.

4. Mempelajari faktor-faktor agar sistem kebakaran dapat beroperasi secara maksimal diatas kapal.

E. MANFAAT PENELITIAN

Dari penelitian yang akan penulis sampaikan, penulis berharap agar bisa menyampaikan informasi kepada pembaca, yaitu :

1. Sebagai Gambaran kepada pembaca utamanya bagi rekan-rekan taruna yang belum mengetahui lebih mendalam tentang Alarm kebakaran.

2. Menambah informasi dan ilmu bagi pembaca tentang memanfaatkan kegunaan dari alarm kebakaran.

3. Menghindari kerugian dari terjadinya False Alarm ketika bekerja dikapal.

4. Memaksimalkan keselamatan bagi pekerja dari bahaya kebakaran diatas kapal.

(18)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. REVIEW PENELITIAN SEBELUMNYA

Adapun beberapa hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti-peneliti sebelumnya adalah sebagai berikut :

1. Endang Sukesi I, Suliyanto, Muradi, ANALISIS TIMBULNYA ALARM PALSU PADA SISTEM DETEKSI KEBAKARAN (TAHUN 2012)

Sistem deteksi kebakaran bertujuan untuk mengidentifikasi adanya kebakaran melalui alat pendeteksi, baik secara manual maupun otomatis, pada umumnya terdiri dari: Panel Deteksi Kebakaran dan Detektor kebakaran. PDK berfungsi untuk mengirim Tegangan ke detektor dan memantau Tegangan yang keluar dari detektor. Ada dua macam PDK, yaitu: sistem konvensional dan addressable. Pada sistem konvensional terdapat 1 atau lebih rangkaian detektor (network) di dalam bangunan atau ruang yang dipantau, dimana masing-masing network ditempatkan satu atau lebih alat deteksi.

Jika suatu kesalahan terjadi (trouble) hanya menyatakan bahwa network telah gagal beroperasi, tetapi tidak secara rinci menyatakan di mana masalah sedang terjadi. Sedangkan pada sistem alamat (addressable), alat pemicu Alarm seperti detektor atau Manual Call Point diberi suatu identifikasi khusus atau "alamat".

(19)

Alamat ini selalu diprogram berhubungan dengan memori pada PDK dengan informasi antara lain: jenis alat, penempatannya, dan Alarm diharapkan aktif. Detektor yang paling umum digunakan adalah:

detektor panas dan asap. Detektor panas merupakan jenis alat pendeteksian api yang mempunyai tingkat alarm palsu yang paling rendah dari semua pendeteksi otomatis, tetapi paling lambat di dalam merespon adanya kebakaran.

Detektor panas dirancang untuk merasakan suatu perubahan suhu yang ditentukan oleh suatu material ketika timbul panas. Suatu detektor asap akan mendeteksi kebakaran jauh lebih cepat dibanding detektor panas. Detektor asap dikenali dari prinsip operasinya, yakni:

sensor ionisasi dan fotoelektrik. Detektor asap sensor ionisasi berisi sejumlah kecil bahan radioaktif Americium (Am-241) yang dilekatkan pada suatu lembaran matriks emas di dalam suatu kamar ionisasi. Americium (Am-241) pada detektor asap akan mengionisasikan udara di dalam kamar (chamber) pengindera, memberikan daya konduksi dan suatu aliran arus melalui udara antara dua muatan elektroda, memberi kamar pengindera suatu efek aliran listrik.

Apabila partikel asap masuk daerah ionisasi, maka asap tesebut akan mengurangi aliran listrik udara dengan menempelkan diri pada ion, menyebabkan pengurangan gerak ion. Ketika arus listrik kurang dari tingkat yang ditetapkan, maka detektor akan merespon untuk mengaktifkan bunyi alarm. Di dalam detektor asap

(20)

tipe fotoelektrik, suatu sumber cahaya dan sensor cahaya diatur sedemikian rupa, sehingga sumber cahaya tidak akan menumbuk sensor cahaya. Ketika partikel asap masuk alur cahaya, sebagian dari cahaya menyebar dan mengarah ke sensor, yang menyebabkan detektor mengaktifkan alarm.

2. Wiweko, Hang Suharto, SISTEM PERINGATAN DINI AKAN BAHAYA KEBAKARAN (TAHUN 2008)

Sistem alat peringatan dini akan bahaya kebakaran memiliki fungsi utama untuk memberikan peringatan dini sehingga kemungkinan akan terjadinya musibah kebakaran dapat dicegah atau api dapat diketahui dengan cepat dan dipadamkan sebelum membesar. Sistem terdiri dari dua bagian dimana kedua bagian tersebut terhubung secara wireless dengan menggunakan jasa GSM.

Bagian pertama terdiri dari sistem detektor asap, sistem detektor suhu, sistem ADC (Analog to Digital Converter), sistem mikrokontroler, sistem relay dan alarm, sistem penyemprot air, sistem RS-232.

Sistem detektor asap dan suhu digunakan untuk memonitor kondisi dari ruangan dimana alat ini digunakan. Detektor asap akan diletakkan dilangit – langit ruangan sedangkan detektor suhu akan diletakkan ditempat–tempat yang berpotensi menjadi titik awal api seperti stop kontak listrik. Kedua detektor ini memberikan input untuk mikrokontroler agar mikrokontroler dapat menentukan kondisi

(21)

dari ruangan tersebut. Input dari detektor suhu akan menjadi pembanding dari input detektor asap yang dihubungkan pada mikrokontroler. Bila detektor asap mendeteksi adanya asap akan tetapi detektor suhu tidak mendeteksi kenaikan suhu maka mikrokontroler akan mengasumsikan asap bukan dari kebakaran dan tidak akan mengaktifkan sistem lainnya. Tingginya suhu yang diperlukan untuk dianggap high oleh sistem dapat diatur melalui program mikrokontroler sesuai dengan keperluan. Bila kedua detektor mendeteksi adanya asap dan suhu yang tinggi maka mikrokontroler akan mengasumsikan terjadi kebakaran dan akan mengaktifkan sistem penyemprot air, alarm, dan peringatan melalui SMS (Short Message Service).

Sistem mikrokontroler berfungsi untuk menentukan kondisi ruangan berdasarkan input dari detektor suhu dan asap. Selain itu mikrokontroler merupakan penggerak bagi sistem alarm, penyemprot air, dan pengirim SMS bila input dari detektor menunjukkan adanya kebakaran. Mikrokontroler juga harus terus mendeteksi input dari detektor suhu dan asap saat kebakaran terjadi. Bila asap kebakaran atau suhu sudah tidak terdeteksi maka mikrokontroler harus menghentikan kerja dari sistem penyemprot air dan alarm.

(22)

3. Devin favian, Heri Supomo, PERANCANGAN SISTEM DETEKSI KEBAKARAN BERBASIS KOMPUTER UNTUK GALANGAN KAPAL (TAHUN 2012)

Kebakaran pada galangan kapal yang disebabkan oleh api yang tidak terdeteksi lebih awal adalah penyebab kerugian materi pada galangan dan juga dapat menyebabkan kematian pekerjanya.

Tidak bekerjanya alat deteksi atau tidak tepatnya posisi alat deteksi diletakkan adalah kondisi yang dapat terjadi. Kerugian materi yang besar dapat menyebabkan terhambatnya proses produksi di galangan.

Dalam hal ini diperlukan perancangan sistem yang tepat untuk menanggulanginya terutama sistem yang dapat dipantau setiap saat secara terpusat untuk menghindari kebakaran yang terjadi lebih besar dan dengan pemantauan ini memudahkan para pekerja khususnya petugas tim K3 (Keselamatan dan Kesehatan Kerja) dalam memantau jalannya proses suatu produksi tanpa kecelakaan yang khususnya kebakaran.

Dengan tata cara perencanaan, pemasangan dan pengujian sistem deteksi dan alarm kebakaran untuk pencegahan bahaya kebakaran dari perancangan sistem deteksi kebakaran yang berbasis komputer ini para pekerja dapat lebih baik dan aman dalam mengerjakan proses produksi, hal ini dikarenakan para tim K3 siap dalam bertugas meskipun kecelakaan kerja tidak hanya karena kebakaran, dengan mengadopsi aturan – aturan yang ada dipastikan kejadian kebakaran yang merugikan tidak akan terjadi. Dalam hal ini

(23)

penggunaan aturan yang digunakan di akui oleh dunia dengan pengalaman yang sudah tidak diragukan lagi, terutama perkembangan – perkembangan teknologi yang semakin cepat tumbuh diharapkan pihak galangan pun mengikuti pula dengan sistem yang telah ada untuk diadopsi. Dengan mengadopsi perkembangan teknologi yang telah ada, perancangan sistem deteksi yang berbasis komputer dapat dibentuk atau dibuat dan juga dengan biaya yang tidak terlalu mahal.

Meskipun teknologi yang telah ada lebih baik tapi belum tentu sesuai yang di inginkan oleh para Konsumen yang ada Indonesia. Dengan dibuatnya konsep perancangangan sistem ini semoga dapat membantu para konsumen khususnya di galangan kapal untuk meningkatkan pencegahan bahaya kebakaran. Konsep yang terbentuk ini merupakan konsep sederhana yang dimana dapat dimungkinkan untuk dikembangkan untuk menjadi lebih baik.

B. LANDASAN TEORI

Pada bagian landasan teori ini penting diketahui bagi pembaca agar dapat memahami permasalahan dan inti sari dari pokok tema yang akan disampaikan atau diangkat dalam penelitian. Disamping itu landasan teori ini juga memiliki maksud untuk menunjukan ide bagaimana pemasalahan tersebut dapat diangkat dan dihubungkan dengan hasil penelitian dengan ilmu pengetahuan yang lebih luas.

Pada bagian landasan teori ini penulis akan memaparkan tentang pengertian, jenis- jenis prinsip kerja dari alarm kebakaran.

(24)

1. PENGERTIAN ALARM KEBAKARAN

Alarm Kebakaran dapat didefinisikan sebagai alat yang dirancang untuk mendeteksi terjadi kebakaran pada area yang dipasang. Alarm kebakaran didesain khusus untuk mengeluarkan bunyi yang bising dan flash camp / lampu indikator dipanel control dan bunyi. Bunyi dan lampu indicator sebagai signal untuk memberitahu kepada operator / penghuni jika sedang terjadi kebakaran pada lokasi ruang yang telah di instalasi dengan sistem alarm kebakaran ini. bunyi alarm di hasilkan oleh alarm bell atau motor sirine, sedangkan flash / lampu bahaya di hasilkan oleh indicating lamp/strobo fire alarm.

Pemberantasan kebakaran merupakan daya upaya untuk men ghindari suatu peristiwa kebakaranya : memadamkan, melokalisir, mengamankan harta benda, jiwa, mencari atau menyelidiki sebab

-sebab kebakaran dan rehabilitasi.

Jadi pemberantasan kebakaran adalah

usaha yang dilakukan setelah terjadi musiba kebakaran (Suma’mur, 1995).

Perubahan pada lingkungan sekitar dapat diasumsikan sebagai tanda pendeteksi bahaya kebakaran. Perubahan yang mungkin terjadi misalnya adalah munculnya asap, meningkatnya suhu ruangan, dan munculnya api ataupun gas. Maka dari itu, sebuah fire alarm system selalu dilengkapi dengan sensor yang peka

(25)

terhadap keberadaan asap, panas, api, maupun gas. Secara umum, sistem alarm kebakaran diklasifikasikan sebagai baik secara otomatis ditekan, ditekan secara manual, atau keduanya.

Sistem alarm kebakaran otomatis dimaksudkan untuk memberitahukan kepada penghuni bangunan untuk mengevakuasi jika terjadi kebakaran atau darurat lainnya, melaporkan peristiwa tersebut ke lokasi off-tempat dalam rangka untuk memanggil layanan darurat, dan menyiapkan struktur dan sistem yang terkait untuk mengontrol penyebaran api dan asap.

Adapun alarm kebakaran juga dapat menimbulkan terjadinya Alarm palsu, yang juga disebut alarm gangguan, yaitu laporan yang menipu atau keliru tentang keadaan darurat, menyebabkan kepanikan yang tidak perlu dan / atau membawa sumber daya (seperti layanan darurat) ke tempat yang tidak diperlukan. Alarm palsu dapat terjadi dengan alarm pencurian tempat tinggal, detektor asap, alarm industri, dan dalam teori deteksi sinyal.

Alarm palsu memiliki potensi untuk mengalihkan responden darurat dari keadaan darurat yang sah, yang akhirnya dapat menyebabkan hilangnya nyawa. Dalam beberapa kasus, alarm palsu berulang di area tertentu dapat menyebabkan penghuni mengalami kelelahan alarm dan mulai mengabaikan sebagian besar alarm, mengetahui bahwa setiap kali alarm yang nyala itu mungkin salah dan itu sangat berbahaya.

(26)

2. JENIS-JENIS ALARM KEBAKARAN a. ROR (Rate of Rise) Heat Detector.

Salah satu jenis dari heat detector yaitu ROR (Rate of

rise) . detektor panas type ROR atau rate of rise detector bekerja ketika ada kenaikan suhu 12-15 derajat celcius dari suhu semula, detektor jenis ROR dapat di gunakan untuk segala jenis ruangan atau lokasi karena detektor ini mampu mendeteksi perubahan suhu yang tiba-tiba ekstrim.

Prinsip operasi detektor panas fire alarm pada jenis ROR menyebabkan jenis ini menjadi sangat aplikatif untuk digunakan pada hampir seluruh jenis ruangan yang memang memiliki suhu normal yang tinggi. Selain itu, jenis detektor panas ROR dari segi biaya juga dinilai lebih hemat dengan kemampuan operasi yang lebih luas. Cakupan perlindungan detektor panas jenis ROR mencapai 30 meter persegi dengan pemasangan ketinggian 5 hingga 8 meter. Berbeda dengan cakupan perlindungan detektor panas jenis fixed temperature yang bisa mencapai 30 meter persegi hanya apabila dipasang pada ketinggian maksimal 4 meter, dan di atas 4 meter hingga sampai 8 meter hanya mampu melindungi area seluas 15 meter persegi saja

(27)

Gambar 2.a.1 Alarm Jenis ROR (Rate of rise) Heat Detector

Sumber : https://www.Bromindo.com

Detektor ini bekerja berdasarkan kenaikan temperatur yang sangat cepat meskipun itu hanya hembusan panas. Bel pada detektor akan berbunyi jika temperatur melebihi 55-65C.

ROR heat detektor akan bekerja jika saklar bi-metal kontak saat mendeteksi panas. Detektor ini tidak membutuhkan tegangan oleh sebab itu detektor langsung dipasang di panel alarm. Detektor jenis ROR memiliki keunggulan yaitu mampu bekerja pada temperatur rendah bahkan di bawa temperatur api normal. ROR heat detektor dilengkapi dengan termistor atau termokopel yang sangat sensitif pada panas.

Gambar 2.a.2 Rangkaian Alarm ROR (Rate of rise)

Sumber : http//:www.projectcircuit4u.blogspot.com

(28)

ROR heat detector memanfaatkan teknologi thermacouple dan thermistor yang responsif dengan panas.

Fungsi dari thermistor ini sendiri adalah medeteksi arus konveksi dan radiasi sedangkan thermocouple lainnya mendeteksi respon dari suhu lingkungan sekitarnya.

b. Fix Temperatur

Fixed Temperature merupakan salah satu jenis heat detector. Heat detector sendiri merupakan suatu alat yang berfungsi untuk mendeteksi kebakaran dengan panas pada ruangan. Jika ROR bekerja dengan cara mendeteksi derajat panas dengan beda temperatur rendah, fixed temperatur akan mendeteksi panas dengan derajat panas yang tinggi. Alasan area sepeti diatas tidak cocok pada jenis ROR heat detector karena pada ROR sering terjadi kesalahan alarm (alarm palsu) karena dapat mengaktifkan alarm. Luas area deteksi adalah sekitar 30 m2 dengan ketinggian plafon 4 m sedangkan untuk luas area 15 m2 maka ketinggian plafon antara 4 – 8 m. Seperti halnya ROR, kabel yang diperlukan untuk detector ini cuma 2, yaitu L dan LC.

Adapun prinsip operasi detektor panas fire alarm fixed temperature yaitu Jenis detektor panas fixed temperature memiliki prinsip operasi dengan patokan eutectic point atau suhu tertentu di mana apabila suhu ruangan telah mencapai suhu

(29)

eutectic point tersebut, maka detektor panas fixed temperature akan otomatis aktif. Pada umumnya, jenis detektor panas fixed temperature tersebut memiliki eutectic point pada suhu-suhu tertentu sesuai dengan model dan spesifikasi atau design komponen fixed temperature tersebut.

Ada yang didesain dengan eutectic point yang rendah, yaitu sejak temperatur baru mencapai 47 derajat Celcius, ada pula yang dirancang dengan eutectic point 58 derajat Celcius, hingga 68 derajat Celcius. Ketika suhu pada ruangan atau area yang termasuk cakupan perlindungan mencapai suhu eutectic point, maka komponen timah atau Tin (Sb) yang merupakan komponen yang digunakan sebagai heat sensitive eutectic alloy tersebut akan mencair karena terkena suhu tinggi.

Zat timah yang mencair tersebutlah yang menjadi komponen sensor yang selanjutnya dapat mengaktifkan sistem secara otomatis sehingga alarm peringatan baik peringatan kebakaran suara pada alarm bell maupun visual pada indicating lamp akan aktif.

Gambar 2.b.1 Alarm Jenis Fix Temperatur

Sumber : http://www.tanyaalarm.com

(30)

Gambar 2.b.2 Rangkaian Alarm Fix Temperatur

Sumber :https://www.ElectroSchematics.com

c. Smoke Detector

Smoke Detector mendeteksi asap yang masuk ke dalamnya. Asap memiliki partikel-partikel yang kian lama semakin memenuhi ruangan smoke (smoke chamber) seiring dengan meningkatnya intensitas kebakaran. Jika kepadatan asap ini (smoke density) telah melewati ambang batas (threshold), maka rangkaian elektronik di dalamnya akan aktif. Oleh karena berisi rangkaian elektronik, maka Smoke memerlukan tegangan.

Pada tipe 2-Wire tegangan ini disupply dari panel Fire bersamaan dengan sinyal, sehingga hanya menggunakan 2 kabel saja.

Sedangkan pada tipe 4-Wire (12VDC), maka tegangan plus minus 12VDC-nya disupply dari panel alarm biasa sementara sinyalnya disalurkan pada dua kabel sisanya. Area proteksinya mencapai 150m2 untuk ketinggian plafon 4m.

(31)

Jenis jenis Smoke detector

1. Ionisation Smoke Detector

Ionisation Smoke Detector bekerja berdasarkan proses ionisasi molekul udara oleh unsur radioaktif Am (Americium241). Bahan ini digunakan sebagai pembangkit ion di dalam ruang detector. Dalam detector terdapat dua plat yang masing-masing bermuatan postif dan negatif. Ion bermuatan positif akan tertarik ke plat negatif, sedangkan ion negatif tertarik ke plat positif. Proses ini akan menghasilkan sedikit arus listrik yang dikatakan "normal".

Manakala asap kebakaran masuk, terjadilah tumbukan antara partikel asap dengan molekul udara (yang terionisasi tadi). Sebagian partikel asap akan dimuati oleh ion positif dan sebagian lagi oleh ion negatif.

Oleh karena ukuran partikel asap lebih besar dan jumlahnya lebih banyak daripada molekul udara (yang terionisasi tadi), maka arus ion yang sebelumnya "normal"

tadi, kini akan mengecil akibat terhalang oleh partikel asap.

Jika sudah melampaui batas ambangnya, maka terjadilah kondisi "alarm".

(32)

Gambar 2.c.1 Ionisation Smoke Detector

Sumber : https://www.Bromindo.com

2. Photoelectric (Optical) Smoke Detector

Photoelectric (Optical) Smoke Detector bekerja berdasarkan perubahan cahaya di dalam ruang detector (chamber) disebabkan oleh adanya asap dengan kepadatan tertentu.

Gambar 2.c.2 Photoelectric (Optical) Smoke Detector

Sumber : https://www.Bromindo.com

(33)

Berdasarkan prinsip kerjanya, kita kenal dua jenis optical smoke, yaitu:

a. Light Scattering

Prinsip ini yang banyak dipakai oleh smoke detector saat ini. Terdiri atas light-emitting diode (LED) sebagai sumber cahaya dan photodiode sebagai penerima cahaya. LED diarahkan ke area yang tidak terlihat oleh photodiode. Jika ada asap yang masuk, maka cahaya akan dipantulkan ke photodiode, sehingga menyebabkan detector bereaksi.

b. Light Obscuration.

Prinsip ini mirip dengan cara kerja beam sensor pada alarm. Cahaya yang terhalang oleh asap menyebabkan detector mendeteksi. Prinsip ini pula yang digunakan pada smoke detector jenis infra red beam, sehingga bisa mencapai panjang hingga 100m.

Gambar 2.c.3 Alarm jenis Smoke Detector

Sumber : http://fireprotection-indonesia.blogspot.co.id

(34)

Gambar 2.c.4 Rangkaian Alarm Smoke Detector

Sumber : http://fireprotection-indonesia.blogspot.co.id d. Flame Detector

Flame Detector adalah alat yang sensitif terhadap radiasi sinar ultraviolet yang ditimbulkan oleh nyala api. Tetapi detector ini tidak bereaksi pada lampu ruangan, infra merah atau sumber cahaya lain yang tidak ada hubungannya dengan nyala api (flame).

Gambar 2.d.1 Alarm jenis Flame detector

Sumber : http://engineeringbuilding.blogspot.co.id

Penempatan detector harus bebas dari objek yang menghalangi, tidak dekat dengan lampu mercury, lampu halogen dan lampu untuk sterilisasi. Juga hindari tempat-tempat yang

(35)

sering terjadi percikan api (spark), seperti di bengkel-bengkel las atau bengkel kerja yang mengoperasikan gerinda. Dalam percobaan singkat, detector ini menunjukkan performa yang sangat bagus. Respon detector terbilang cepat saat korek api dinyalakan dalam jarak 3 - 4m. Oleh sebab itu, pemasangan di pusat keramaian dan area publik harus sedikit dicermati. Jangan sampai orang yang hanya menyalakan pemantik api (lighter) di bawah detector dianggap sebagai kebakaran.

Bisa juga dipasang di ruang bebas merokok (No Smoking Area) asalkan bunyi alarm-nya hanya terjadi di ruangan itu saja sebagai peringatan bagi orang yang

"membandel".

e. Gas Detector

Gas Detector adalah salah satu jenis fire alarm atau alat keamanan yang berfungsi sebagai peringatan apabila terjadinya kebocoran gas yang berpotensi sebagai penyebab terjadinya kebakaran. Pada umumnya alat ini dapat mendeteksi gas seperti LPG dan LNG, dan ada juga yang dapat mendeteksi gas kimia beracun yang dapat membahayakan. Perbedaan LPG dengan LNG adalah: Elpiji lebih berat daripada udara, sehingga apabila bocor, gas akan turun mendekati lantai (tidak terbang ke udara).

Sedangkan LNG lebih ringan daripada udara, sehingga jika terjadi kebocoran, maka gasnya akan terbang ke udara.

(36)

Gambar 2.e.1 Alarm jenis Gas Detector

Sumber : http://engineeringbuilding.blogspot.co.id

3. INDIKATOR ALARM

Indikator alarm terdiri dari berbagai jenis, indikator alarm digunakan untuk mendeteksi adanya kebakaran pada berbagai tempat terkhususnya ketika dikapal yang lebih banyak berpotensi timbul kebakaran seperti pada Ruang Mesin, Anjungan,dll. Adapun beberapa indikator alarm yang digunakan yaitu :

A. fire sprinkler.

Fire Sprinkler merupakan salah satu sistem proteksi kebakaran media air yang banyak digunakan di Indonesia. cara kerja Sprinklers adalah mendeteksi panas berdasarkan suhu.

suhu pada kepala fire sprinkler bermacam-macam, tergantung dari potensi kebakaran di tempat tersebut.

Gambar 3.a.1 Fire Sprinkler

Sumber : http://www.Bromindo.com

(37)

ketika efek panas dari api telah terdeteksi, kepala fire Sprinkler akan pecah. sehingga aliran air dari dalam instalasi pipa akan memancar ke lubang yang pecah tersebut.

Setiap kepala sprinkler ditutup oleh bola kaca yang peka terhadap suhu panas, sedangkan bagian lainnya adalah logam yang tahan terhadap tekanan. Kaca bohlam ini berlfungsi untuk penahan tekanan air dari pipa instalasi. bertindak sebagai plug yang fungsinya mencegah air mengalir sampai bohlam pecah / suhu lingkungan sekitar kepala sprinkler mencapai titik tertentu untuk aktivasi sprinkler secara individu. setiap sprinkler aktif secara independen di lokasi yang bersuhu tinggi saja, jumlah fire sprinkler yang beroperasi hanya yang berada dekat dengan api.

Sprinkler dapat pula dibagi menjadi dua kategori berdasarkan mode aktivasi pengiriman air, yaitu sebagai berikut:

– Dalam versi “fusible element”, panas mencairkan stopper metal yang menyumbat lubang pengiriman air.

– Dalam versi “bulb”, temperatur tinggi memanaskan cairan dalam bohlam kaca(glass bulb), sampai bulb pecah.

B. Manual Call Point (MCP)

Fungsi alat ini adalah untuk mengaktifkan sirine tanda kebakaran (Fire Bell) secara manual dengan cara

(38)

memecahkan kaca atau plastiktransparan di bagian tengahnya.

Istilah lain untuk alat ini adalah Emergency Break Glass.

Di dalamnya hanya berupa saklar biasa yang berupa microswitch atau tombol tekan. Salah satu aspek yang harus diperhatikan adalah soal lokasi penempatannya. Terbaik jika unit ini diletakkan di lokasi yang sering terlihat oleh banyak orang dan mudah dijangkau. Untuk menguji fungsi alat ini tidak perlu dengan memecahkan kaca, karena sudah tersedia tongkat atau kunci khusus, sehingga saklar bisa tertekan tanpa harus memecahkan kaca.

Gambar 3.b.1 Manual Call Point (MCP)

Sumber :http://engineeringbuilding.blogspot.co.id

C. Fire Bell

Fire Bell akan membunyikan bunyi alarm kebakaran yang khas. Suaranya cukup nyaring dalam jarak yang relatif jauh. Tegangan output yang keluar dari dari panel Fire Alarm adalah 24VDC, sehingga jenis Fire Bell 24VDC-lah yang banyak dipakai saat ini, sekalipun versi 12VDC juga tersedia.

Perlu diperhatikan dalam pemasangan Fire Bell (pada tipe

(39)

Gong) adalah kedudukan piringan bell terhadap batang pemukul piringan jangan sampai salah. Jika tidak pas, maka bunyi bell menjadi tidak nyaring. Aturlah kembali dudukannya dengan cermat sampai bunyi bel terdengar paling nyaring.

Gambar 3.c.1 Fire Bell

Sumber : http://engineeringbuilding.blogspot.co.id

D. Indicator Lamp

Indicator lamp adalah lampu yang berfungsi sebagai pertanda aktif-tidaknya sistem Fire Alarm atau sebagai pertanda adanya kebakaran. Yang dimaksud dengan Indicator Lamp pada Fire Alarm adalah lampu yang menunjukkan adanya power pada panel ataupun menunjukkan trouble dan atau kebakaran. Di dalamnya hanya berupa lampu bohlam (bulb) berdaya 30V/2W atau lampu LED berarus rendah. Oleh karena itu, dalam sistem yang normal (tidak pada saat kebakaran) seyogianya lampu ini menyala (On). Sebaliknya apabila lampu mati, ya tentu saja ada trouble pada power. Pada beberapa merk, indikasi kebakaran dinyatakan dengan lampu indikator yang berkedip-kedip.

(40)

Gambar 3.d 1 Indicator Lamp

Sumber : http://engineeringbuilding.blogspot.co.id E. Remote Indicating Lamp

Berbeda dengan Indicator Lamp, maka Remote Indicating Lamp akan menyala saat terjadi kebakaran. Lampu ini dipasang di luar ruangan tertutup (closed room), seperti ruang panel listrik, ruang genset, ruang pompa dan semisalnya, dengan maksud agar gejala kebakaran di dalam dapat diketahui oleh orang di luar melalui nyala lampu. Unit ini bisa juga dipasang di luar kamar hotel (sepanjang hallway), rumah sakit dan ruangan yang semisalnya.

Gambar 3.e.1 Remote Indicating Lamp

Sumber : http://engineeringbuilding.blogspot.co.id

(41)

C. PEMELIHARAAN DAN PENGECEKAN ALARM KEBAKARAN

Sistem alarm kebakaran disiapkan untuk membantu melindungi orang, properti, dan asset dari bahaya kebakaran dengan dapat memberikan peringatan dini terhadap potensi kebakaran. Seperti sistem yang lain, perangkat elektronik dan komponen lainnya dapat menurun daya kerjanya dari waktu ke waktu, debu, kotoran, dan kontaminan lainnya dapat menyebabkan masalah dengan detektor asap. Oleh karenya diperlukan perawatan berkala dengan melakukan pengujian yang tepat, inspeksi, dan pemeliharaan untuk menjaga dan memastikan sistem alarm kebakaran dapat bekerja optimal. Mengetahui sistem usia dan pemeliharaan sejarah membantu Anda menentukan langkah-langkah yang harus Anda ambil untuk mempertahankan kesiapan operasionalnya. Sistem balita harus memerlukan sedikit usaha untuk mempertahankan. Dalam sistem begitu muda, masalah biasanya karena instalasi marjinal seperti grounding yang tidak tepat atau faktor lingkungan seperti transien tegangan. Pemeliharaan Fire Alarm secara umum terdiri dari lima langkah yang berbeda, yaitu :

1. Test dan mengkalibrasi sensor alarm, termasuk detektor sensor asap, panas, percikan dan lainnya terhadap nyala api. Hal ini membutuhkan pengetahuan tentang berbagai sensor-dan persyaratan pengujian mereka, mode kegagalan, dan persyaratan instalasi ulang.

2. Uji suara alarm kebakaran dan melakukan simulasi, Hal ini memerlukan petunjuk yang sangat spesifik.

(42)

3. Sensitivitas Set. Hal ini membutuhkan pemahaman tentang sistem tertentu, aplikasi tertentu, dan teori deteksi kebakaran dengan mengikuti panduan dan instruksi dari brand yang dipasang.

4. Berkoordinasi dengan pemadam kebakaran untuk menguji input ke sistem mereka.

5. Periksa korosi pada baterai alarm kebakaran serta tanggal kedaluwarsa. Lakukan pergantian baterai alarm (independen) kebakaran paling tidak 1 tahun sekali.

Adapun berdasarkan jenis standar berkala Umur dari Alarm kebakaran itu sendiri memiliki spesifikasi untuk pemeliharaan ataupun perawatan, hal ini perlu dipehaikan bahwa untuk tetap menjaga agar terawat dengan baik, Waktu jenjang perawatannya terdiri atas :

1. Fire Alarm Berusia Kurang Dari Lima Tahun, Alarm kebakaran baru biasanya memerlukan sedikit perawatan. Secara umum, inspeksi alarm kebakaran tahunan dan perubahan baterai semi-tahunan biasanya cukup sebagai perawatan. Satu-satunya masalah nyata yang timbul dalam alarm kebakaran yang muda ini biasanya datang dari instalasi yang tidak tepat.

2. Fire Alarm Berusia Sepuluh Tahun, Pada titik ini alarm kebakaran Anda mungkin mulai menunjukkan tanda-tanda seperti fluktuasi suhu, kelembaban dan tegangan. Jika pemeliharaan diabaikan maka akan mengakibatkan kegagalan pada sistem alarm kebakaran

(43)

3. Fire Alarm Berusia Sepuluh Hingga Lima Belas Tahun, masih bisa memberikan respon hidup dan keselamatan. Namun, sistem dalam kategori ini membutuhkan perhatian, bahkan dengan prosedur perawatan yang tepat di tempat. Jika sistem memiliki sejarah pemeliharaan yang buruk atau tidak sama sekali, kemungkinan bahwa kegagalan komponen dan monitoring yang tidak tepat dari komponen sistem akan terjadi.

4. Fire Alarm Berusia Lebih Dari Lima Belas Tahun, Alarm kebakaran yang berusia lebih dari lima belas tahun harus diganti.

Pada usia ini, fungsi sistem telah buruk dan berpotensi mengalami kegagalan sistem yang tinggi Inspeksi tahunan dan pemeliharaan rutin oleh para profesional terlatih harus dilakukan untuk memastikan bahwa sistem masih dapat berfungsi dengan baik.

5. Fire Alarm Berusia Lebih Dari Dua Puluh Tahun, Setelah 20 tahun, alarm kebakaran yang pasti harus diganti. Bahkan dengan perawatan yang tepat, alarm kebakaran usia ini bisa saja tidak berfungsi terlebih saat situasi darurat.

Standar dan pedoman dari alarm kebakaran kebanyakan produsen sistem merekomendasikan setidaknya satu tes tahunan penuh dan inspeksi setelah instalasi awal dan penerimaan. Berbagai instansi, organisasi, dan pemerintah daerah merekomendasikan, dan dalam beberapa kasus, mandat, pengujian interval.

(44)

The National Fire Protection Association (NFPA) memberikan Kode Alarm Kebakaran Nasional, NFPA 72. Ini standar berkaitan dengan aplikasi, instalasi, kinerja, dan pemeliharaan sistem sinyal proteksi dan komponen mereka. Instansi yang lokal yurisdiksi (AHJ) dan perusahaan asuransi juga berpengaruh, merekomendasikan, atau ditetapkan standar yang mereka anggap perlu untuk operasi yang tepat dari sistem kehidupan keselamatan. AHJs dapat membentuk pedoman yang melebihi pedoman NFPA. Dalam hampir semua kasus, standar garis persyaratan minimum. Potensi masalah, bagaimanapun, adalah bahwa tidak semua sistem alarm kebakaran tunduk pada kondisi lingkungan dan ambient yang sama. Oleh karena itu, memenuhi standar minimum semua kode dan standar yang berlaku mungkin tidak memberikan perlindungan yang optimal untuk fasilitas. Karena itu, organisasi pelayanan produsen dapat merekomendasikan inspeksi dan pemeliharaan yang melampaui standar yang diterbitkan dan pedoman.

Pemeliharaan sistem selain usia pada sistem, Anda harus mempertimbangkan anggaran dan staf sumber daya. Apakah staf Anda memiliki waktu dan keahlian untuk benar menjaga sistem hidup- keselamatan penting ini? Apakah akan lebih efektif biaya untuk memiliki organisasi jasa produsen atau kontraktor yang mengkhususkan diri dalam alarm kebakaran melakukan pemeliharaan? Standar yang paling ketat dan pedoman yang berarti kecuali orang-orang yang melakukan inspeksi, pengujian, dan pemeliharaan berpengetahuan dan berkualitas untuk melayani sistem alarm kebakaran.

(45)

Orang pemeliharaan fasilitas biasanya tidak memiliki pengalaman dan pengetahuan yang ditemukan dalam teknisi layanan pabrikan, yang pekerjaan sehari-hari berkisar teknologi sistem alarm kebakaran di berbagai lingkungan dan keadaan. Beberapa fasilitas telah menjawab masalah ini dengan mengirimkan orang-orang mereka untuk kursus pelatihan pabrik yang disponsori. Pendekatan ini bekerja, jika dilakukan secara terus-menerus. Anda bisa mendapatkan sekitar dilema pelatihan dengan menggunakan perjanjian layanan pabrik. Ini dapat berkisar dari perjanjian on-call dasar yang dijadwalkan secara rutin kunjungan layanan.

Layanan Darurat menawarkan empat jam dan delapan jam waktu respon, secara 24 jam sehari, adalah pilihan yang tersedia dalam perjanjian layanan yang paling. Layanan ini biasanya memberikan respon dalam waktu yang ditentukan, bersama dengan perbaikan dan penggantian peralatan. Tanggap darurat yang cepat hampir universal untuk industri kesehatan dan penginapan karena sekitar-the-clock hunian oleh staf, pasien, dan tamu. Untuk sebagian besar fasilitas, mengontrakkan fungsi yang masuk akal. Sebelum Anda menandatangani perjanjian pemeliharaan, meskipun, pastikan teknisi disertifikasi oleh Lembaga Nasional untuk Sertifikasi Teknik Teknologi (nicet) dan mengkhususkan diri pada keselamatan hidup. Sertifikasi nicet menunjukkan pengetahuan mendalam tentang sistem instalasi dan kehidupan pemeriksaan siklus, pengujian, dan protokol perawatan.

Beberapa fasilitas memiliki staf mereka sendiri nicet bersertifikat.

(46)

D. FUNGSI DAN MANFAAT ALARM

Alarm kebakaran memiliki fungsi sebagai tanda atau peringatan terhadap adanya bahaya ataupun kerusakan yang tidak diinginkan ataupun diharapkan pada jaringan sinyal sehingga dapat memberitahu atau memperingatkan secara jelas supaya segera untuk diantisipasi.

Instalasi dan Peralatan Fire alarm berfungsi sebagai alat pendeteksi awal dari bahaya kebakaran, agar bahaya kebakaran yang terjadi dapat diatasi dengan segera sehingga biasa terhindar dari resiko yang lebih besar dan fatal. Adapun manfaat dari alarm adalah untuk mengurangi akibat atau resiko kerugian dari kecelakaan/kebakaran yang terjadi. Sistem alarm kebakaran akan membunyikan peringatan bahwa api telah terdeteksi dan semua orang perlu mengungsi.

Komponen lain dari sistem ini juga memudahkan penumpang untuk mengungsi, seperti lampu strobo dan tanda keluar. Lampu-lampu dan tanda-tanda itu berarti jalan keluar agar lebih mudah dilihat, terutama jika kapal tersebut kehilangan daya karena suatu alasan. Dengan demikian upaya untuk penyelamatan akan lebih siaga dan kerugiannya terlebih akibat alarm palsu dapat berkurang.

E. KELEBIHAN DAN KEKURANGAN ALARM

1. Kelebihan Alarm

Dapat memberikan peringatan dini terhadap bahaya yang akan terjadi sehingga manusia dapat mengantisipasi dan meminimalisir korban jiwa maupun kerugian harta benda.

(47)

2. Kelemahan Alarm

Alarm merupakan alat yang mampu menyebabkan reaksi positif dan negatif pada manusia. Orang yang mendengar bunyi alarm yang nyaring dapat mengeluarkan reaksi panik dan menyelamatkan diri secara tidak rasional yang dapat membahayakan dirinya. Terlebih lagi jika alarm tersebut adalah alarm palsu, Kehadiran fire alarm palsu tersebut dinilai sangat meresahkan. Selain mengganggu keberlangsungan aktivitas, alarm palsu tersebut juga kerap menimbulkan kerugian finansial karena menghabiskan biaya yang tak kecil.

Biaya tersebut bisa timbul akibat beberapa situasi, seperti ganti rugi yang harus diberikan perusahaan terhadap awak kapal yang mungkin cidera karena berusaha menyelamatkan diri, dapat pula berupa biaya yang dikeluarkan untuk upaya penyelamatan dan pemadaman api yang pada nyatanya bukanlah api kebakaran, dan masih banyak situasi merugikan lainnya.

F. KERANGKA PENELITIAN

Kerangka penelitian disusun dalam menganalisa dari permasalahan yang akan dibahas dan dapat mempermudah pembahasan agar lebih terperinci, Pembahas ini tentang kinerja alarm kebakaran diatas kapal maka dirancang sedemikian rupa sehingga mampu mengurangi resiko terjadinya alarm palsu.

(48)

Mulai

Observasi Objek Lapangan

Studi literatur

Penjelasan Objek penelitian : A. Sistem alarm kebakaran B. Konstruksi alarm

kebakaran

C. Mekanisme kerja pada alarm kebakaran

Selesai

(49)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. JENIS PENELITIAN

Menurut Ruslan (2003:24), Metode merupakan kegiatan ilmiah yang berkaitan dengan suatu cara kerja (sistematis) untuk memahami suatu subjek atau objek penelitian, sebagai upaya untuk menemukan jawaban yang dapat dipertanggung jawabkan secara ilmiah dan termasuk keabsahannya.

Sementara munurut Kerlinger (1986: 17-18), Penelitian adalah investigasi yang sistematis, terkontrol, empiris dan kritis dari suatu proposisihipotesis mengenai hubungan tertentu antarfenomena.

Menurut Nazir (1988: 63), di dalam Buku Contoh Metode Penelitian, metode deskriptif merupakan suatu metode dalam meneliti status sekelompok manusia, suatu objek, suatu set kondisi, suatu sistem pemikiran ataupun suatu kelas peristiwa pada masa sekarang. Tujuan dari penelitian deskriptif ini adalah untuk membuat deskripsi, gambaran, atau lukisan secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat- sifat serta hubungan antarfenomena yang diselidiki.

Menurut Poerwandari (1998), penelitian kualitatif adalah penelitian yang menghasilkan dan mengolah data yang sifatnya deskriptif, seperti wawancara, catatan lapangan, gambar, foto rekaman video dan lain-lain.

(50)

Penelitian yang digunakan penulis di dalam melakukan pengamatan ini menggunakan metode penulisan kualitatif, dimana akan menganalisis tentang kinerja alarm kebakaran untuk memaksimalkan keselamatan diatas kapal. Untuk metode dalam penelitian, penulis menggunakan jenis metode penelitian yaitu metode deskriptif, yang memiliki tujuan pemecahan masalah yang diselidiki dengan menggambarkan keadaan subjek atau objek dalam penelitian berdasarkan fakta-fakta yang tampak atau apa adanya diatas kapal.

Dalam penelitian ini penulis akan menganalisis atau menggambarkan gangguan-gangguan pada alarm kebakaran maupun prosedur ataupun prinsip kerjanya, sehingga dapat mengetahui apa saja penyebab atau yang menyebabkan bisa terjadinya alam palsu diatas kapal. Data diperoleh dengan pengamatan langsung terhadap sistem alarm kebakaran lalu mencatat data-data dan dokumen yang dibutuhkan, yang berhubungan dengan analisis kinerja alarm kebakaran untuk memaksimalkan keselamatan diatas kapal.

B. LOKASI PENELITIAN

1. Waktu penelitian.

Waktu penelitian dilakukan pada saat peneliti melakukan pelayaran sampai data yang dibutuhkan peneliti sudah terpenuhi.

1. Tempat penelitian.

Dilaksanakan diatas kapal pada saat prola/praktek layar dikapal.

(51)

C. JENIS DAN SUMBER DATA 1. Jenis Data

Jenis data yang digunakan penulis dalam penelitian ini yaitu data informasi yang dikumpulkan dari berbagai sumber, melalui sumber buku dan media internet.

2. Sumber Data

Sumber data yang digunakan dalam proses penyelesaian penulisan penelitian karya ilmiah terapan adalah :

a. Data Primer

Data primer adalah data yang diperoleh dengan cara melakukan pengamatan, penelusuran dan wawancara kepada Markonis, Electrician dan teknisi yang bersangkutan langsung dengan objek penelitian.

b. Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang diperuntukkan guna mendukung data-data primer dalam menjelaskan substansi penelitian. Data jenis ini diperoleh dari berbagai sumber kepustakaan seperti, buku-buku referensi, materi/jurnal/log book, internet (social network) dan manual book peralatan yang terdapat di atas kapal.

(52)

D. PEMILIHAN INFORMAN

Berdasarkan rumusan masalah yang penulis lakukan sebelumnya, maka dalam penulisan Karya Ilmiah Terapan ini dibutuhkan suatu pengamatan. Sehingga mampu mendapatkan data yang benar dan akurat, agar tujuan penulisan dapat tercapai dan sesuai dengan judul yang penulis ambil. Disini penulis memilih Informan yang sesuai dan berkaitan langsung dengan data yang akan dikumpulkan, yakni Electrician, Markonis dan teknisi kapal.

E. TEKNIK PENGUMPULAN DATA

Adapun data atau informasi yang akan dikumpulkan untuk keperluan Karya Ilmiah Terapan ini melalui beberapa teknik pengumpulan, yakni :

1. Observasi, yaitu penelitian ini dilakukan dengan cara peninjauan langsung pada objek yang akan diteliti. Informasi dari data yang ada akan ditelusuri sehingga memperoleh data secara akurat.

2. Wawancara, yaitu penelitian ini dilakukan dengan cara peneliti menyiapkan pertanyaan-pertanyaan dan melakukan sesi tanya jawab secara sistematis yang berkaitan dengan data yang akan diperoleh.

3. Dokumentasi, yaitu penelitian ini dilakukan dengan cara mempelajari dan mengumpulkan dokumen-dokumen, literatur- literatur, buku-buku referensi, review penelitian sebelumnya dan

(53)

tulisan-tulisan yang berhubungan dengan masalah yang akan diteliti untuk memperoleh data sebagai landasan teori dari penelitian.

F. TEKNIK ANALISIS DATA

Analisis data, menurut Patton (1980:268), adalah proses mengatur urutan data, mengorganisasikannya ke dalam suatu pola, kategori, dan satuan uraian dasar. Hal ini berarti dalam menganalisis data diperlukan aturan dan pengorganisasian untuk mendapatkan tujuan atau hasil yang diinginkan.

Dalam penelitian kali ini, peneliti menggunakan langkah-langkah analisis data yaitu Analysis Interactive model Miles dan Huberman, yang telah membagi langkah-langkah atau urutan dari kegiatan menganalisis data secara kualitatif yaitu dengan bagian-bagiannya berupa pengumpulan data (data collection), reduksi data (data reduction), penyajian data (data display), dan penarikan kesimpulan atau verifikasi (conclusions).

1. Pengumpulan Data

Pada analisis model pertama dilakukan pengumpulan data hasil wawancara, hasil observasi, dan berbagai dokumen berdasarkan kategorisasi yang sesuai dengan masalah penelitian yang kemudian dikembangkan penajaman data melalui pencarian data selanjutnya. Data yang dikumpulkan disesuaikan dengan penelitian yang akan diteliti.

(54)

2. Reduksi Data

Reduksi data adalah suatu bentuk analisis yang menajamkan, menggolongan, mengarahkan, membuang data yang tidak perlu dan mengorganisasi data dengan cara sedemikian rupa sehingga simpulan final dapat ditarik dan diverifikasi (Miles dan Huberman, 2007: 16).

Menurut Mantja (dalam Harsono, 2008: 169), reduksi data berlangsung secara terus menrus sepanjang penelitian belum diakhiri. Produk dari reduksi data adalah berupa ringkasan dari catatan lapangan, baik dari catatan awal, perluasan, maupun penambahan.

3. Penyajian Data

Sajian data adalah suatu rangkaian organisasi informasi yang memungkinkan kesimpulan riset dapat dilakukan.

Penyajian data dimaksudkan intuk menemukan pola-pola yang bermakna serta memberikan kemungkinan adanya penarikan simpulan serta memberikan tindakan (Miles dan Huberman, 2007: 84).

Menurut Sutopo (dalam Harsono, 2008: 169) menyatakan bahwa sajian data berupa narasi kalimat, gambar/skema, jaringan kerja dan tabel sebagai narasinya. Dalam penelitian kualitatif ini, data yang disajikan lalu di analisis dan pada

(55)

akhirnya akan memberikan suatu penarikan kesimpulan dan memverifikasikan data sesuai temuan yang ada.

4. Penarikan Kesimpulan

Penarikan kesimpulan merupakan bagian dari sutu kegiatan konfigurasi yang utuh (Miles dan Huberman, 2007:

18). Kesimpulan-kesimpulan juga diverifikasi selama penelitian berlangsung. Kesimpulan ditarik semenjak peneliti menyususn pencatatan, pola-pola, pernyataan-pernyataan, konfigurasi, arahan sebab akibat, dan berbagai proposisi (Harsono, 2008: 169).

Adapun panduan yang dijadikan dalam proses analisis data, dapat dikemukakan sebagai berikut:

1. Dari hasil wawancara, observasi, pencatatan dokumen, dibuat catatan lapangan secara lengkap.

Catatan lapangan ini terdiri atas deskripsi dan refleksi.

2. Berdasarkan catatan lapangan, selanjutnya dibuat reduksi data. Reduksi data ini berupa pokok-pokok temuan yang penting.

3. Dari reduksi data kemudian diikuti penyusunan sajian data yang berupa cerita sistematis dengan suntingan peneliti supaya maknanya lebih jelas dipahami. Sajian data ini, dilengkapi dengan faktor

(56)

pendukung, antara lain metode, skema, bagan, tabel, dan sebagainya.

4. Berdasarkan sajian data tersebut, kemudian dirumuskan kesimpulan sementara.

5. Kesimpulan sementara tersebut senantiasa akan terus berkembang sejalan dengan penemuan data baru dan pemahaman baru, sehingga akan didapat suatu kesimpulan yang mantap dan benar-benar sesuai dengan keadaan yang sebenarnya. Demikian seterusnya aktivitas penelitian ini berlangsung, yaitu terjadi, interaksi yang terus menerus antara ketiga komponen analisisnya bersamaan dengan pengumpulan data baru yang dirasakan bisa menghasilkan data yang lengkap sehingga dapat dirumuskan kesimpulan akhir.

6. Merumuskan kesimpulan akhir, tahap terakhir yakni kesimpulan akhir. Kesimpulan ini diperoleh setelah menjabarkan permasalahan dan mendapatkan kesimpulan sementara, selanjutnya kesimpulan sementara dibuktikan keabsahannya dengan hasil dari penelitian juga didukung dengan adanya informasi dari penelitian lainnya dan juga dari

“intersubjektivitas”, melalui diskusi dengan orang lain.

(57)
(58)

ANONIM, “Dokumen perbaikan sistem alarm kebakaran IRM (gedung 20)”, Budimas Pundinusa PT., Jakarta, 2005.

Aspenchore. (2013). High Temperatur Alarm Systematic.

https://www.electroschematics.com/6255/temperature-alarm-2/.

Diakses pada tanggal 29 September 2015.

Bromindo. (2015). ROR Dan Fixed Heat Detector.

https://www.bromindo.com/ror-dan-fixed-heat-detektor/. Diakses pada tanggal 16 Mei 2015.

Favian, Devin. (2012). Perancangan Sistem Deteksi Kebakaran Berbasis

Komputer Untuk Galangan Kapal.

https://media.neliti.com/media/publications/145989-ID-perancangan- sistem-deteksi-kebakaran-ber.pdf. Diakses pada tanggal 1 September 2012.

Harselindo. 2013. Mengenal Cara Kerja Ionization Smoke Detector.

http://www.pemadamapionline.com/detail_artikel/mengenal_cara_

kerja_ionization_smoke_detector. Diakses pada tanggal 11 December 2013.

Moh Nazir. 2005. Metode Penelitian. Ghalia Indonesia. Jakarta. Halaman 48.

Moleong, Lexy J. 2007. Metodelogi Penelitian Kualitatif Edisi Revisi. Bandung : Remaja Rosdakarya.

Muradi. (2012). Analisis Timbulnya Alarm Palsu Pada Sistem Pendeteksi kebakaran. http://papers.sttn-batan.ac.id/prosiding/2012/16.pdf.

Diakses pada tanggal 31 Oktober 2012.

National Fire Protection Association. (1999). NFPA 72 National Fire Alarm Code Edition. Quincy, Massachusetts: Author (1999).

Patigeni. 2017. Mengurangi False Alarm. https://patigeni.com/mengurangi-false- alarm/. Diakses Pada Tanggal 04 Desember 2017.

Sugiyono. 2012. Metode penelitian Pendidikan pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung: ALFABETA. 2012 (cet.21)

(59)

Peningkatan Keselamatan Kerja Di-PT MAITLAND-SMITH Indonesia. https://eprints.uns.ac.id/4013/1/101341009200908311.pdf.

Diakses Pada tanggal 5 Februari 2009.

Sunaryo P, Nora. 2016. Pengertian Analisis Data Menurut Para Ahli.

http://norasunaryoputribjm.com /2016/10/pengertian-analisis-data- menurut-para.html. Diakses Pada Tanggal 15 Oktober 2016.

Sutopo.2006. Metodologi Penelitian Kualitatif. Surakarta :UNS.

Taufan, Muhammad. 2014. Tentang Fire Alarm Sistem.

http://engineeringbuilding.blogspot.co.id/2011/06/tentang-fire-alarm- sistem.html. Diakses Pada Tanggal 18 November 2014.

Wiweko, Hang Suharto. (2008). Sistem Peringatan Dini Akan Bahaya Kebakaran.

http://puslit2.petra.ac.id/ejournal/index.php/jte/article/download/17793 /17709. Diakses pada tanggal 2 Oktober 2008.

Gambar

Gambar 2.c.1 Ionisation Smoke Detector
Gambar 2.d.1 Alarm jenis Flame detector
Gambar 3.a.1 Fire Sprinkler
Gambar 3.e.1 Remote Indicating Lamp

Referensi

Dokumen terkait

 Apakah terdapat peningkatan stupor? Kegelisahan?.. Tidak efektifnya bersihan jalan nafas berhubungan dengan bronkokonstriksi, peningkatan pembentukan mukus, batuk tidak

Setelah dilakukan penyuluhan terdapat peningkatan skor, dapat dilihat pada pernyataan tentang pengecekan alat yang rusak terjadi peningkatan skor menjadi 79 (84%) dan

Pendidik meminta setiap kelompok mencatatkan informasi yang ingin diketahui dari topik bacaan pada kolom W1. Pendidik memberikan pertanyaan yang ingin diketahui dari topik bacaan

Untuk itu, perlu diketahui kondisi ketersediaan air tanah berdasarkan dinamika neraca air dalam tanah salah satunya dengan metode Thronthwaite-Matter berdasarkan data curah hujan

Penerapan penugasan portofolio dengan pendekatan Sains Teknologi Masyarakat (STM) untuk meningkatkan keaktivan dan hasil belajar siswa kelas XII IPS 3 semester I SMA Negeri

Mata ajaran yang termasuk dalam kelompok ini adalah mata ajaran utama dan sangat penting yang harus dikuasai oleh peserta untuk meningkatan pengetahuan dan keterampilan di

Bahan atau material yang digunakan dalam beton ini tidak menggunakan agregat halus (pasir), sehingga menggunakan campuran antara semen, air dan agregat kasar dengan