• Tidak ada hasil yang ditemukan

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Manajemen Sumberdaya Manusia

2.2.1 Pengertian Kepuasan Kerja

Menurut Hasibuan (1997) kepuasan kerja adalah sikap emosional yang menyenangkan dan mencintai pekerjaannya. Sikap ini di cerminkan oleh moral kerja, kedisiplinan, dan prestasi kerja. Kepuasan kerja dalam pekerjaan adalah kepuasan kerja yang dinikmati dalam pekerjaan dengan memperoleh pujian hasil kerja, penempatan, perlakuan, peralatan dan suasana lingkungan kerja yang baik. Menurut Rosidah dan Sulistiyani (1997) kepuasan dan ketidakpuasan secara individual pegawai secara subyektif berasal dari kesimpulan yang berdasarkan perbandingan antara apa yang diterima pegawai dari pekerjaan yang dilakukan dengan apa yang diharapkan, diinginkan atau dipikirkan oleh seseorang.

Menurut Davis dan Newstrom (1994) kepuasan kerja adalah seperangkat perasaan pegawai tentang menyenangkan atau tidaknya pekerjaan mereka. Kepuasan kerja pada umunya mengacu pada sikap seorang pegawai. Kepuasan kerja menunjukan kesesuaian antara harapan seseorang yang timbul dan imbalan yang disediakan pekerjaan, jadi kepuasan kerja juga berkaitan dengan teori keadilan, perjanjian psikologis dan motivasi. Menurut Hasibuan (1997) tolok ukur tingkat kepuasan yang mutlak tidak ada, karena setiap induvidu karyawan berbeda standart kepuasanya. Indikator kepuasan kerja ini hanya diukur dengan kedisiplinan, moral kerja, dan turn over kecil, maka secara relatif kepuasan kerja karyawan baik, tetapi sebaliknya jika kedisiplinan, moral kerja dan turn over karyawan besar, maka kepuasan kerja karyawan di perusahaan berkurang.

Kepuasan kerja pada dasarnya merupakan hal yang bersifat individual, setiap induvidu akan memiliki kepuasan yang berbeda sesuai dengan sistem nilai

10

yang berlaku pada dirinya. Ini disebabkan adanya perbedaan pada masing-masing induvidu, semakin banyak aspek-aspek dalam pekerjaan yang sesuai keinginan induvidu tersebut maka semakin tinggi tingkat kepuasan yang dirasakannya, demikian pula sebaliknya. Kepuasan kerja sebagai kumpulan perasaan, kepuasan kerja bersifat dinamis dapat menurun dan timbul pada waktu tempat berbeda. Sifat lingkungan seseorang mempengaruhi perasaan di dalam pekerjaanya (Davis dan Newstrom,1994).

Dari pandangan dini terhadap kepuasan kerja, pada hakekatnya Robbins (1996) menyimpulkan kepuasan kerja dengan “ seorang pekerja yang berbahagia adalah seorang pekerja yang produktif”. Menurut Handoko (2000), kepuasan kerja (job satisfaction) adalah keadaan emosional yang menyenangkan atau tidak di mana karyawan memandang (mengalami, menghargai, merasakan dan menjalani) pekerjaan mereka. Kepuasan kerja mencerminkan perasaan seseorang terhadap pekerjaanya. Ini terlihat dalam sikap positif karyawan terhadap pekerjaan dan segala sesuatu yang dihadapi di lingkungan kerjanya.

Secara umum kepuasan kerja adalah perasaan seseorang terhadap pekerjaanya dengan menggeneralisasikan sikap-sikap yang didasarkan pada aspek-aspek pekerjaan yang bermacam-macam. Aspek yang berhubungan dengan pekerjaannya seperti upah atau gaji yang diterima, kesempatan,jenis pekerjaan,struktur organisasi perusahaan dan mutu pengawasan. Pegawai akan merasa puas dalam bekerja apabila aspek-aspek pekerjaan dan aspek-aspek dirinya menyokong.

11 2.2.2 Teori-teori Kepuasan Kerja

Teori penting tentang kepuasan yang merupakan perwujudan dari hasil studi yang menentukan bagaimana karyawan dapat terpuaskan yang di kutip oleh Mangkunegara (2001):

a. Teori Keseimbangan (Equity Theory)

Teori ini di kembangkan oleh Adam. Komponene-komponen dalam teori adalah input,outcome, comparison person, dan equity-in equity.

Wexley dan Yukl dalam Mangkunegara (2001) mengemukakan input adalah semua nilai yang diterima karyawan yang dapat menunjang pelaksanan kerja. Outcome adalah semua nilai yang diperoleh dan dirasakan oleh karyawan. Sedangkan Comparison person adalah seorang karyawan dalam organisasi yang sama, seorang karyawan dalam organisasi yang berbeda atau dirinya sendiri dalam pekerjaan sebelumnya. Menurut teori ini, puas atau tidak puasnya karyawan merupakan hasil dari membandingkan antara input income karyawan lain. Jadi jika perbandingan tersebut dirasakan seimbang (equity) maka pegawai tersebut akan merasa puas. Tetapi apabila tidak seimbang (inequity) dapat menyebabkan dua kemungkinan, yaitu over compensation inequity (ketidakseimbangan yang menguntungkan dirinya) dan sebaliknya, under compensation inequity (ketidakseimbangan yang menguntungkan pegawai lain yang menjadi pembanding atau comparison person).

b. Teori Perbedaan (Disperency Theory)

Teori ini pertama kali di pelopori oleh Porter. Ia berpendapat bahwa mengukur kepuasan dapat dilakukan dengan cara menghitung selisih antara apa yang seharusnya dengan kenyataan yang dirasakan karyawan. Apabila yang

12

didapat karyawan ternyata lebih besar daripada yang diharapkan maka karyawan tersebut puas. Sebaliknya, apabila yang didapat karyawan lebih rendah daripada yang diharapkan,akan menyebabkan ketidakpuasan pada karyawan.

c. Teori Pemenuhan Kebutuhan (Need Fullment Theory)

Menurut teori ini kepuasan kerja pegawai bergantung pada terpenuhi atau tidak kebutuhan pegawai. Pegawai akan merasa puas apabila ia mendapatkan apa yang dibutuhkannya. Makin besar kebutuhan pegawai terpenuhi, maka makin puas pegawai tersebut. Begitu pula sebaliknya apabila kebutuhan pegawai tidak terpenuhi, pegawai itu akan merasa tidak puas

d. Teori Pandangan Kelompok (Social Refrence Group Theory)

Menurut teori ini kepuasan kerja pegawai bukanlah tergantung pada pemenuhan kebutuhan saja, tetapi sangat bergantung pada pandangan dan pendapat kelompok oleh para pegawai dianggap sebagai kelompok acuan. Kelompok acuan tersebut oleh pegawai di jadikan tolok ukur untuk menilai dirinya maupun lingkungannya. Jadi pegawai akan merasa puas apabila hasil kerjanya sesuai dengan minat dan kebutuhan yang diharapkan oleh kelompok acuan.

e. Teori dua faktor dari Herzberg

Teori dua faktor di kembangkan oleh Frederick Herzberg. Ia mengunakan teori Abrahan Maslow sebagai titik acuan. Penelitian Herzberg diadakan dengan melakukan wawancara terhadap subyek insinyur dan akuntan. Masing-masing subyek diminta menceritakan kejadian yang dialami oleh mereka baik yang menyenangkan maupun yang tidak menyenagkan. Kemudian dianalisis dengan analisis isi (content analysis) untuk menetukan faktor-faktor yang menyebabkan

13

kepuasan atau ketidakpuasan. Dua faktor yang dapat menyebabkan timbulnya rasa puas atau tidak puas menurut Herzbeg, yaitu faktor pemeliharaan(maintence factors) dan faktor pemotivasian(motivational factors)

Dokumen terkait