BAB II : TINJAUAN UMUM TERHADAP PERLINDUNGAN
2. Pengertian Konsumen dan Pelaku Usaha
a. Konsumen
Suatu transaksi jual beli barang maupun jasa, selalu ada konsumen dan
pelaku usaha yang terlibat di dalamnya, baik perorangan, perkelompok, maupun
dalam bentuk perusahaan.
Konsumen berasal dari kata consumer (Inggris-Amerika), atau
consument/konsument (Belanda). Konsumen merupakan definisi yuridis yang banyak dipakai oleh masyarakat. Di dalam Pasal 1 Angka 2 UUPK, konsumen
adalah “setiap orang pemakai barang dan/atau jasa yang tersedia dalam masyarakat, baik bagi kepentingan diri sendiri, keluarga, orang lain, maupun
makhluk hidup lain dan tidak untuk diperdagangkan.”
42
Dari pengertian di Pasal 1 Angka 2 UUPK dapat ditarik unsur-unsur
konsumen yaitu:43
1) Setiap orang
Subjek yang disebut sebagai konsumen berarti setiap orang yang
berstatus sebagai pemakai barang dan/atau jasa. Istilah “orang”
sebetulnya menimbulkan keraguan-keraguan, apakah hanya orang individual yang lazim disebut natuurlijke person atau termasuk juga badan hukum (recht person).
2) Pemakai
Sesuai dengan bunyi penjelasan Pasal 1 Angka 2 UUPK kata
“pemakai menekankan, konsumen adalah konsumen akhir (ultimate consumerI). Istilah pemakai dalam hal ini tepat digunakan dalam rumusan ketentuan tersebut, sekaligus menunjukkan, barang dan/atau jasa yang dipakai tidak serta merta hasil dari transaksi jual beli. Artinya, yang diartikan sebagai konsumen tidak selalu memberikan prestasinya dengan cara membayar uang untuk memperoleh barang dan/atau jasa itu.
3) Barang dan/atau jasa
UUPK mengartikan barang sebagai setiap benda, baik berwujud maupun tidak berwujud, baik bergerak maupun tidak bergerak, baik dapat dihabiskan maupun tidak dapat dihabiskan, yang dapat diperdagangkan, dipakai, dipergunakan, dimanfaatkan oleh konsumen. Sementara jasa diartikan sebagai setiap layanan yang berbentuk pekerjaan atas prestasi yang disediakan bagi masyarakat
untuk dimanfaatkan oleh konsumen. Pengertian “disediakan bagi masyarakat” menunjukkan, jasa itu harus ditawarkan kepada masyarakat. Artinya, pihak yang ditawarkan lebih dari satu orang. 4) Yang tersedia dalam masyarakat
Barang dan/atau jasa yang ditawarkan kepada masyarakat sudah harus tersedia dipasaran. Sesuai dengan Pasal 9 Ayat (1) huruf e UUPK. Dalam perdagangan yang makin kompleks ini, syarat itu tidak mutlak lagi dituntut oleh masyarakat konsumen. Misalnya, perumahan pengembangan perumahan sudah biasa mengadakan transaksi terlebih dahulu sebelum bangunannya jadi.
5) Bagi kepentingan diri sendiri, keluarga, orang lain, makhluk hidup lain
Unsur ini diletakkan dalam definisi untuk memperluas pengertian kepentingan. Kepentingan ini tidak sekedar ditujukan untuk diri sendiri dan keluarga, tetapi juga barang dan/atau jasa itu diperuntukkan untuk orang lain bahkan untuk makhluk hidup lain seperti hewan dan tumbuhan. Karena dari sisi teori kepentingan,
43
setiap tindakan manusia adalah bagian dari kepentingan makhluk hidup lain.
6) Barang dan/atau jasa itu tidak untuk diperdagangkan
Pengertian konsumen dalam UUPK ini dipertegas, yakni hanya konsumen akhir. Batasan itu sudah biasa dipakai dalam peraturan perlindungan konsumen di berbagai Negara. Secara teoritis hal ini terasa cukup baik untuk mempersempit ruang lingkup pengertian konsumen, walaupun dalam kenyataannya, sulit menetapkan batas-batas seperti itu.
Menurut A.S Hornby, Gen.Ed istilah konsumen sendiri berasal dari kata
consumer (Inggris) yang artinya “setiap orang yang menggunakan barang.”44
Menurut Inosentius Samsul, konsumen adalah “pengguna atau pemakai akhir suatu produk, baik sebagai pembeli maupun diperoleh melalui cara lain, seperti
pemberian, hadiah, dan undangan.”45
Batasan mengenai konsumen menurut AZ. Nasution adalah “setiap orang yang mendapatkan secara sah dan menggunakan barang dan/atau jasa untuk
semua kegunaan tertentu.” Dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa ada konsumen akhir dan bukan konsumen pemakai akhir. Sehingga
menurut AZ. Nasution konsumen dapat dibedakan menjadi tiga batasan, yaitu:46
1) Konsumen adalah setiap orang yang mendapatkan barang dan/atau jasa digunakan untuk tujuan tertentu;
2) Konsumen antara (intermediate consumer), adalah setiap orang yang mendapatkan barang dan/atau jasa yang digunakan untuk diperdagangkan kembali juga dengan tujuan mencari keuntungan; 3) Konsumen akhir (ultimate consumer/end user), adalah setiap orang
yang mendapatkan dan menggunakan barang dan/atau jasa untuk tujuan memenuhi kebutuhan kehidupan pribadi, keluarga, orang lain, dan makhluk hidup lainnya dan tidak untuk diperdagangkan kembali dan/atau untuk mencari keuntungan kembali;
44
Zulham, Op.Cit, hal.15
45
Inosentius Samsul, Perlindungan Konsumen Kemungkinan Penerapan Tanggung Jawab Mutlak, (Jakarta : Universitas Indonesia, 2004) hal.34
46
Untuk konsumen antara barang dan/atau jasa itu adalah barang dan jasa
kapital, berupa bahan baku, bahan penolong ataupun komponen produk lainnya
yang pada akhirnya akan diproduksi oleh produsen. Sedangkan distributor atau
pedagang merupakan penjual yang menjual produk setengah jadi atau produk jadi
yang dijadikan sebagai dagangannya. Konsumen antara ini memperoleh barang
atau jasa tersebut di pasar industri ataupun pasar produsen.47
Barang dan/atau jasa bagi konsumen akhir adalah barang dan/atau jasa
yang biasanya digunakan untuk memenuhi kebutuhan pribadi, keluarga atau
rumah tangga. Barang dan/atau jasa konsumen akhir ini biasanya diperoleh di
pasar-pasar konsumen seperti pasar tradisional, supermarket, dan terdiri dari
barang dan/atau jasa yang umumnya digunakan di dalam rumah tangga.48
Berdasarkan konsep dan pandangan Islam, Muhammad dan Alimin
mendefinisikan konsumen sebagai “setiap orang, kelompok atau badan hukum
pemakai suatu harta benda atau jasa karena adanya hak yang sah, baik ia dipakai
untuk pemakai akhir ataupun untuk proses produksi selanjutnya.”49
Dari definisi di atas, dapat dilihat bahwa konsumen merupakan setiap
orang, kelompok, atau badan hukum atau perusahaan. Hal ini tentu saja
bertentangan dengan definsi konsumen menurut UUPK yang menyebutkan bahwa
konsumen hanyalah setiap orang dan tidak mencakup badan hukum atau
perusahaan. 47 Ibid, hal.14 48 Ibid. 49
Di dalam penjelasan Pasal 1 Angka 2 UUPK juga menyebutkan bahwa
definisi konsumen di dalam UUPK hanya untuk konsumen akhir saja. Yang
artinya, definisi konsumen di dalam UUPK tidak memuat mengenai badan hukum
atau perusahaan yang dapat menjadi konsumen antara, yaitu konsumen yang
menggunakan suatu produk sebagai bagian dari proses produksi suatu produk
lainnya.50
Pada Pasal 1 Ayat (2) UUPK ada istilah pemakai, yang menunjukkan
bahwa barang dan/atau jasa tidak harus sebagai hasil dari transaksi jual beli.51
Misalnya pelaku usaha memberikan parsel berisi produk makanan sebagai hadiah
lebaran kepada sipembeli karena sudah menjadi langganan ditokonya. Hal ini
bukan berarti bahwa sipembeli adalah pembeli, tetapi hanya sekedar pemakai dari
produk tersebut.
Meskipun ia tidak sebagai pembeli ataupun tidak ada hubungan kontrak
jual beli dengan pelaku usaha dari produk, apabila terjadi hal yang dapat
merugikan sipembeli atas produk tersebut makan pembeli dapat melakukan klaim.
Dengan demikian, hubungan konsumen dengan pelaku usaha tidak terbatas
hanya karena transaksi jual beli saja, melainkan lebih dari pada hal tersebut
seseorang dapat disebut sebagai konsumen.52
50
Ibid.
51
N.H.T Siahaan, Op.Cit, hal.24
52
b. Pelaku Usaha
Hubungan antara pelaku usaha dengan konsumen biasanya selalu
dikaitkan dengan produk berupa barang dan/atau jasa yang diperjual belikan, baik
dari hasil teknologi maupun dari hasil pembuatan tangan (Hand made) seperti
batik, lukisan, dan karya seni lainnya.
Pelaku usaha adalah “setiap orang perseorangan atau badan usuaha, bak yang berbentuk badan hukum maupun bukan badan hukum yang didirikan dan berkedudukan atau melakukan kegiatan dalam wilayah hukum Negara Republik Indonesia, baik sendiri maupun bersama-sama melalui perjanjian menyelenggarakan kegiatan usaha dalam berbagai bidang ekonomi.”53
Pelaku usaha yang dimaksud didalam UUPK tidak hanya sebatas pabrikan
saja, tetapi juga mencakup para distributor, importir, dan pelaku usaha
periklanan.54
Disebutkan pelaku usaha karena pengertian konsumen dalam UUPK
sangat erat kaitannya dengan masalah ganti kerugian dari konsumen. Mengenai
pengertian pelaku usaha cukup luas, dijelaskan di dalam penjelasan Pasal 1 Angka
3 UUPK bahwa “pelaku usaha meliputi perusahaan, korporasi, Badan Usaha Milik Negara (BUMN), koperasi, importir, pedagang, distributor dan lain-lain.”
Dengan demikian, produsen atau pelaku usaha tidak hanya diartikan
sebagai pihak pembuat/pabrik yang menghasilkan produk saja, tetapi juga
dikaitkan dengan peredaran atau penyampaian produk hingga sampai ketangan
konsumen. Sehingga produsen atau pelaku dapat diartikan secara luas.
53
Pasal 1 angka 3 UUPK
54
Menurut Janus Sidabalok, produsen adalah “mereka yang terkait dengan proses pengadaan hasil industri hingga sampai ke tangan konsumen. Mereka
adalah pabrik (pembuat), distributor, eksportir, atau importer, dan pengecer, baik
yang berbentuk badan hukum maupun yang bukan badan hukum.”55
Pelaku usaha sebagai penyelenggara usaha adalah pihak yang harus
bertanggung jawab atas akibat-akibat negatif berupa kerugian yang ditimbulkan
oleh usahanya terhadap pihak ketiga, yaitu konsumen, sama seperti seorang
produsen.56