• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III : TINJAUAN UMUM TERHADAP INNOVATION STORE

2. Proses Pendaftaran Produk Kecantikan Impor

Seluruh jenis produk kecantikan baik buatan dalam negeri maupun luar

negeri harus didaftarkan terlebih dahulu kepada BPOM dan harus lulus uji

standarisasi. Hal ini dimaksudkan untuk mengawasi dan mengurangi peredaran

produk kecantikan yang berbahaya. Peraturan perundang-undangan di Indonesia,

menggunakan kata kosmetik sebagai pengganti dari kata produk kecantikan.

Sesuai dengan Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat Dan Makanan

Republik Indonesia Nomor HK.00.05.42.2995 Tentang Pengawasan Pemasukan

Kosmetik Pasal 2 Ayat (1), “yang berhak memasukkan kosmetik impor ke dalam

farmasi yang memiliki izin impor sesuai peraturan perundang-undangan, yang

diberi kuasa oleh produsen di negara asal.”

Tahap pertama dalam melakukan pendaftaran produk kecantikan impor di

awali dengan membuat surat permohonan. Pendaftaran surat permohonan dapat

dilakukan secara online melalui website http://notifkos.pom.go.id maupun

mengajukan permohonan kepada kepala badan.79

Wajib notifikasi ini berlaku mulai tanggal 1 Januari 2011. Untuk produk

kecantikan yang telah memiliki izin edar, masih tetap berlaku dalam jangka waktu

paling lama 3 tahun sejak dikeluarkannya Peraturan Menteri Kesehatan Nomor

1176/MenKes/Per/VIII/2010 tentang Notifikasi Kosmetika.80

Yang dapat mengajukan permohonan notifikasi sesuai dengan Pasal 4

Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 1176/MenKes/Per/VIII/2010 tentang

Notifikasi Kosmetika, yaitu:

a. Industri kosmetika yang berada di wilayah Indonesia yang telah memiliki izin produksi,

b. Importir kosmetika yang mempunyai Angka Pengenal Impor (API) dan surat penunjukkan keagenan dari produsen negara asal, dan/atau

c. Usaha perorangan/badan usaha yang melakukan kontrak produksi dengan industri kosmetika yang telah memiliki izin produksi.

Pemohon tersebut diatas harus memiliki Dokumen Informasi Produk (DIP)

sebelum kosmetika dinotifikasi. Sesuai dengan Peraturan Kepala Badan Pengawas

Obat dan Makanan Nomor HK.03.1.23.12.10.12123 tahun 2010 tentang Pedoman

Dokumen Informasi Produk, DIP tersebut harus terdiri dari:

79“Notifikasi Kosmetik”, http://www.pom.go.id ( diakses pada tanggal 23 Januari 2015)

80

a. Dokumen Administrasi dan Ringkasan Produk;

b. Data Mutu dan Keamanan Bahan Kosmetika;

c. Data Mutu Kosmetika; dan

d. Data Keamanan dan Kemanfaatan Kosmetika.

Adapun setiap bagian dari DIP untuk produk kecantikan impor tersebut

harus memuat:

a. Bagian I DIP terdiri atas dokumen administrasi dan ringkasan informasi yang

spesifik untuk setiap kosmetika dan dapat memberikan gambaran yang cukup

tentang kosmetika tersebut.

1) Dokumen administrasi untuk kosmetika impor, paling sedikit berisi:

a) fotokopi Angka Pengenal Importir (API);

b) fotokopi surat penunjukkan keagenan dari produsen negara asal;

c) fotokopi Certificate of Free Sale (CFS) untuk kosmetika impor

yang berasal dari negara di luar ASEAN, dikeluarkan oleh pejabat

yang berwenang atau lembaga yang diakui di negara asal dan

dilegalisir oleh Kedutaan Besar/Konsulat Jendral Republik

Indonesia setempat.

2) Formula kualitatif dan kuantitatif, paling sedikit berisi:

a) Nama bahan dan kadar bahan, nama bahan ditulis dengan nama

International Nomenclature Cosmetic Ingredients (INCI) atau

nama lain sesuai dengan referensi yang berlaku secara

internasional dan kadar bahan ditulis dalam persentase dengan

b) Fungsi dari setiap bahan kosmetika.

c) Untuk bahan pewangi atau bahan aromatis harus mencantumkan:

nama pewangi; nomor kode komposisi pewangi sesuai dengan

pedoman yang ditetapkan oleh International Fragrance

Association (IFRA); dan identitas pemasok. 3) Penandaan dan informasi kosmetika, paling sedikit berisi:

a) penandaan pada kemasan primer dan/atau kemasan sekunder sesuai

dengan yang diedarkan;

b) informasi lain yang dapat berupa brosur, etiket, dan lain-lain yang

merupakan satu kesatuan dengan kemasan primer dan/atau

kemasan sekunder dari kosmetika sesuai dengan yang diedarkan,

bila ada.

4) Penyataan pembuatan kosmetik impor (manufacturing system)

a) fotokopi sertifikat Cara Pembuatan Kosmetik yang Baik (CPKB)

atau surat pernyataan penerapan CPKB sesuai dengan bentuk

sediaan yang akan dinotifikasi untuk pabrik yang berlokasi di

Association of South East Asia Nations (ASEAN).

b) fotokopi sertifikat atau surat keterangan yang menyatakan pabrik

kosmetika di negara asal telah menerapkan CPKB sesuai dengan

bentuk sediaan yang akan dinotifikasi dari pejabat pemerintah yang

berwenang atau lembaga yang diakui di negara asal dan dilegalisir

oleh Kedutaan Besar/Konsulat Jendral Republik Indonesia

c) Penjelasan tentang sistem penomoran bets.

5) Ringkasan penilaian keamanan (safety assessment) sesuai dengan

pedoman evaluasi kemanan kosmetika

a) Pernyataan keamanan yang ditandatangani oleh Penanggung Jawab

Teknis atau Penilai Keamanan (Safety Assessor) dengan

mencantumkan nama dan kualifikasinya;

b) Penilai Keamanan (Safety Assessor) adalah seseorang dengan

kualifikasi dan pengalaman tertentu yang bertanggung jawab untuk

melakukan penilaian keamanan kosmetika baik sebelum maupun

selama diedarkan.

6) Ringkasan efek yang tidak diinginkan pada manusia.

7) Ringkasan data pendukung klaim, Ringkasan data pendukung klaim paling

sedikit berisi ringkasan laporan penilaian kemanfaatan kosmetika,

berdasarkan komposisi atau uji kemanfaatan yang dilakukan.

b. Bagian II DIP terdiri dari data mutu dan keamanan kosmetika

1) Spesifikasi dan metode analisis bahan kosmetika :

a) Spesifikasi masing-masing bahan termasuk spesifikasi air, bila ada

dalam formula;

b) Metode analisis yang sesuai dengan spesifikasi untuk

masing-masing bahan, termasuk identifikasi bahan kosmetika;

c) Untuk bahan pewangi, tercantum nama dan nomor kode pewangi,

nama dan alamat pemasok, serta pernyataan memenuhi pedoman

2) Data keamanan bahan kosmetika berdasarkan:

a) Data dari pemasok; atau

b) Data yang dipublikasikan atau laporan dari Komite Ilmiah

(Scientific Committees) seperti ASEAN Cosmetic Scientific Body

(ACSB), EU Scientific Committee on Consumer Products (SCCP)

atau US Cosmetic Ingredient Review Board (CIR).

c. Bagian III DIP terdiri dari data mutu kosmetika

1) Formula kosmetika yang berisi:

a) Nama bahan dan kadar bahan, nama bahan ditulis dengan nama

International Nomenclature Cosmetic Ingredients (INCI) atau

nama lain sesuai dengan referensi yang berlaku secara

internasional dan kadar bahan ditulis dalam persentase dengan

jumlah total seratus persen;

b) Fungsi dari setiap bahan kosmetika.

2) Pembuatan Kosmetika

a) Data lengkap dan rinci mengenai nama, alamat, dan negara industri

kosmetika dan industri yang melakukan pengemasan jika proses

pengemasan primer dilakukan oleh industri lain;

b) Ringkasan proses pembuatan;

c) Informasi tambahan mengenai proses pembuatan, pengawasan

mutu, dan informasi terkait lainnya harus tersedia bila

3) Spesifikasi dan metode analisis kosmetika:

a) Spesifikasi kosmetika dan metode analisis untuk menguji

kesesuaian produk kosmetika terhadap spesifikasi yang ditetapkan;

b) Kriteria yang digunakan untuk menguji cemaran mikroba dan

kemurnian bahan kosmetika tertentu dalam kosmetika.

4) Ringkasan laporan stabilitas kosmetika. Laporan dan data uji stabilitas

untuk mendukung penetapan kedaluwarsa.

d. Bagian IV DIP terdiri dari data keamanan dan kemanfaatan kosmetika yang

berisi informasi mengenai penilaian kemanan kosmetika, data kosmetika serta

data pendukung klaim kosmetika:

1) Penilaian Keamanan

a) Laporan penilaian keamanan kosmetika berdasarkan bahan

kosmetika, struktur kimia dan tingkatan paparan, yang

ditandatangani oleh Penanggung Jawab Teknis atau Penilai

Keamanan (Safety Assessor);

b) Curriculum Vitae Penanggung Jawab Teknis atau Penilai

Keamanan (Safety Assessor).

2) Kompilasi laporan terbaru mengenai catatan laporan efek yang tidak

diinginkan pada manusia karena penggunaan kosmetika;

a) Laporan efek yang tidak diinginkan pada manusia agar

3) Data pendukung klaim kosmetika :

a) Laporan lengkap tentang penilaian kemanfaatan berdasarkan

komposisi atau uji kemanfaatan yang dilakukan dan telah

ditandatangani oleh pembuat laporan;

b) Data pendukung termasuk kajian pustaka mengenai klaim

kemanfaatan.

DIP tersebut harus disimpan oleh pemohon, dan harus ditunjukkan jika

sewaktu-waktu diperiksa atau diaudit oleh Badan POM. Dalam pelaksanaan

pemeriksaan/audit sebagaimana petugas harus dilengkapi dengan tanda pengenal

dan surat tugas dari pejabat berwenang.

Produk kecantikan yang akan dinotifikasi harus dibuat dengan menerapkan

Cara Pembuatan Kosmetika yang Baik (CPKB) dan memenuhi persyaratan teknis,

meliputi keamanan, bahan, penandaan, dan klaim.

Berikut adalah tata cara pengajuan notifikasi:

a. Pemohon mendaftarkan diri kepada Kepala Badan POM.

b. Pemohon yang telah mendaftarkan diri dapat mengajukan permohonan

notifikasi dengan mengisi formulir (template) secara elektronik melalui

website Badan POM.

c. Apabila dalam jangka waktu 14 (empat belas) hari kerja sejak pengajuan

permohonan notifikasi diterima oleh Kepala Badan POM tidak ada surat

penolakan, terhadap kosmetika yang dinotifikasi dianggap disetujui dan

d. Setelah permohonan disetujui, maka dalam jangka waktu 6 bulan kosmetik yang telah dinotifikasi wajib diproduksi atau diimpor dan diedarkan.

e. Kepala Badan POM dapat menolak permohonan notifikasi jika kosmetik yang diajukan tidak memenuhi persyaratan yang telah ditetapkan, dan atau

tidak memenuhi peraturan perundang-undangan di bidang kosmetika.

f. Notifikasi berlaku selama tiga tahun, dan dapat diperpanjang jika telah habis masa berlakunya.

g. Untuk permohonan notifikasi dikenakan biaya sebagai penerimaan negara bukan pajak sesuai ketentuan perundang-undangan. Untuk sementara ini,

biaya notifikasi sama dengan biaya untuk pembuatan izin edar, selama

peraturan perundang-undanganan tentang biaya notifikasi kosmetika

belum berlaku.

Notifikasi dapat menjadi batal atau dibatalkan, apabila:

a. Izin produksi kosmetika, izin usaha industri, atau tanda daftar industri

sudah tidak berlaku, atau Angka Pengenal lmportir (API) sudah tidak

berlaku;

b. Berdasarkan evaluasi, kosmetika yang telah beredar tidak memenuhi

persyaratan;

c. Atas permintaan pemohon notifikasi;

d. Perjanjian kerjasama antara pemohon dengan perusahaan pemberi

lisensi/industri penerima kontrak produksi, atau surat penunjukkan

e. Kosmetika yang telah beredar tidak sesuai dengan data dan/atau dokumen

yang disampaikan pada saat permohonan notifikasi, atau;

f. Pemohon notifikasi tidak memproduksi, atau mengimpor dan

mengedarkan kosmetika dalam jangka waktu 6 bulan setelah permohonan

notifikasi disetujui.

Dokumen terkait