BAB II. LANDASAN TEORI
B. Kurikulum 2013
1. Pengertian Kurikulum 2013
Dalam pasal 1 butir 19 UU nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, definisi kurikulum dijelaskan sebagai berikut.
“Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggara kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu.1
Dalam bahasa Arab, kuriklum sering disebut dengan istilah al-manhaj, berarti jalan yang terang yang dilalui manusia dalam bidang kehidupannya. Hal ini sebagaimana dikatakan oleh Ibn mandzur dalam Lisan al-Arab menyebutkan
kurikulum adalah”al-Thariqah al-Wadhih”.2 Maka dari pengertian tersebut, kurikulum jika dikaitkan dengan pendidikan yaitujalan terang yang dilalui oleh pendidik dengan peserta didik untuk mengembangkan pengetahuan, keterampilan dan sikap serta nilai-nilai.
Secara etimologis, kurikulum berasal dari kata dalam bahasa Latin “curir” yang artinya dpelari dan “curere” yang artinya tempat berlari”. Pengertian awal kurikulum adalah suatu jarak yang harus ditempuh oleh pelari mulai dari garis start sampai dengan garis finish. Dengan demikian, istilah kurikulum pada
1Perundangan tentang Kurikulum Sistem Pendidikan Nasional 2013 (Jakarta : Pustaka Yustisia 2013), h.4.
2Al-Basyir dan Said,Madkhal ilal Manhajwa thuruq al-tadris,(Saudi Arabia:Daar al-liwa, 1995), h.16.
awalnya berasal dari dunia olahraga pada zaman Romawi kuno di Yunani, dan kemudian diadopsi dalam dunia pendidikan. Pengertian tersebut kemudian diterapkan dalam dunia pendidikan, dengan pengertian sebagai rencana dan pengaturan tentang sejumlah mata pelajaran yang harus dipelajari peserta didik dalam menempuh pendidikan dilembaga pendidikan. Kurikulum kemudian mempunyai dua makna. Pertama, kurikulum sebagai sejumlah mata pelajaran yang harus dipelajari oleh siswa. Kedua, satu program pembelajaran khusus yang menjelaskan tentang proses pengajaran, pembelajaran, dan bahan penilaian pendidikan yang diberikan kepada peserta didik.3
Dalam buku teks pertama in the curriculum, Jhon Franklin Bobbit menyatakan Bahwa curriculum, as an idea, has its roots in the latin word for race-course, explaining the curriculum as the course of deeds and experience through which children become the adults they should be, for success in adult society.
Secara bebas, kutipan tersebut dapat diterjemakan sebagai berikut : “ kurikulum, sebagai satu gagasan, telah memiliki akar kata bahasa Latin “race
course”, menjelaskan kurikulum sebagai “mata pelajaran perbuatan” dan
pengalaman yang dialami anak-anak sampai menjadi dewasa, agar kelak sukses dalam masyarakat orang dewasa.4
3Suparlan, Tanya Jawab Pengembangan Kurikulum dan Materi Pembelajaran (Jakarta : PT Bumi Aksara 2012), h.35.
Pengertian kurikulum ialah jangka waktu pendidikan yang harus di tempuh oleh siswa yang bertujuan untuk memperoleh ijazah. Dalam hal ini, ijazah pada hakekatnya merupakan suatu bukti, bahwa siswa telah menempuh kurikulum yang berupa rencana pelajaran sebagaimana seorang pelari telah menempuh suatu jarak antara satu tempat ke tempat lainnyadan akhirnya mencapai finish. Dengan kata lain kurikulum di anggap suatu jembatan yang sangat penting untuk mencapai titik akhir dari suatu perjalanan dan di tandai oleh perolehan suatu ijazah tertentu.5
2. Komponen-komponen Kurikulum
Kurikulum merupakan program pendidikan yang disediakan oleh sekolah yang tidak hanya sebatas bidang studi dan kegiatan belajarnya saja, akan tetapi meliputi segala sesuatu yang dapat mempengaruhi perkembangan dan pembentukan pribadi siswa sesuai dengan tujuan pendidikan yang diharapkan sehingga dapat meningkatkan mutu kehidupannya yang pelaksanaanya tidak hanya disekolah tetapi juga di luar sekolah.6
Sebagai sebuah sistem kurikulum terdiri atas komponen-komponen yang saling terkait yang terdiri atas tujuan, materi dan evaluasi.
a. Tujuan Kurikulum
Tujuan kurikulum memiliki peranan yang sangat penting dalam proses pendidikan, karena semuanya akan mengarahkan semua kegiatan pendidikan dan komponen-komponen kurikulum lainnya. Tujuan kurikulum pada hakikatnya, adalah tujuan dari setiap program yang akan diberikan kepada peserta didik.
5Oemar Hamalik, Kurikulum dan Pembelajaran, Cet.1,(Jakarta: Bumi Aksara, 1995), h.16.
Mengingat kurikulum adalah alat untuk mencapai tujuan pendidikan, maka tujuan kurikulum harus dijabarkan dan disesuaikan dengan tujuan pendidikan, baik secara ideal Maupun secara tujuan nasional.7
Tujuan kurikulum terbagi atas tiga tahap, yaitu tujuan nasional, tujuan institusional dantujuan kurikuler. Tujuan nasional adalah tujuan yang ingin dicapai secara nasional berdasarkan falsafah Negara sebgaimana yang telah diamanatkan dalam Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional, tujuan institusionalnya adalah tujuan yang ingin dicapai oleh suatu institusi pendidikan sebagai penyelenggara pendidikan, sedangkan tujuan kurikulernya adalah tujuan yang hendak dicapai oelh suatu program studi, bidang studi atau mata pelajaran yang yang disusun mengacu atau berdasarkan tujuan nasional dan tujuan institusional.
Tujuan idealnya adalah menciptakan manusia yang baik, memiliki fisik sehat dan kuat, iman yang kokoh serta akhlak mulia. Tujuan nasionalnya yaitu tercantum dalam UU NO. 20 Tahun 2003 pasal 3 tentang sistem pendidikan
nasional yang berbunyi “pendidikan nasional berfungsi mengembangkan
kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa , bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada tuhan yang maha esa, berakhlak mulia, sehat berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga Negara yang demokratis dan bertanggung jawab.
7Heri Gunawan, Kurikulum dan Pembelajaran Pendidikan Agama Islam, (Bandung : Alfabeta, 2012), h.9.
Tujuan merupakan hal yang paling penting dalam proses pendidikan . hal yang ingin dicapai secara keseluruhan yaitu :
1. Tujuan domain kognitif yaitu tujuan yang mengarah pada pengembangan akal dan intelektual pesrta didik.
2. Tujuan domain afektif yaitu tujuan yang mengarah pada penggerakan hati nurani pada pesrta didik.
3. Tujuan domain psikomotorik yaitu tujuan yang mengarah pada pengembangan keterampilan jasmani peserta didik.8
b. Materi
Materi merupakan bahan yang diprogramkan guna mencapai tujuan pendidikan yang telah ditetapkan. Uraian bahan pelajaran inilah yang dijadikan dasar pengambilan bahan dalam setiap belajar mengajar dikelas oleh pihak guru. Penentuan pokok-pokok dan sub-sub pokok bahasan didasarkan pada tujuan inatruksional.9
Materi atau program dalam kurikulum pada hakekatnya adalah isi kurikulum atau konten kurikulum itu sendiri. Pemilihan dan penentuan materi disesuaikan dengan tujuan yang telah dirumuskan dan ditetapkan. Dalam Undang-undang No 20 Tahun 2003 bahwa isi kurikulum bahan merupakan kajian dan pelajaran untuk mencapai tujuan penyelenggara satuan pendidikan yang bersangkutan dalam rangka upaya pencapaian tujuan pendidikan nasional.
8Daakir, Perencanaan dan Pengembangan Kurikulum, (Yogyakarta: PT Rhineka Cipta, 2004),h.23.
9Burhan Nurgiyantoro, Dasar-dasar Pengembangan Kurikulum Sekolah, (Yogyakarta : BPF, 1985),h.10.
Materi kurikulum dikembangkan dan disusun berdasarkan prinsip-prinsip sebagai berikut :
1. Materi kurikulum berupa bahan pembelajaran yang terdiri atas bahan kajian atau topik-topik pembelajaran yang dapat dikaji oleh peserta didik dalam proses pembelajaran.
2. Materi kurikulum mengacu pada pencapaian tujuan masing-masing satuan pendidikan. Perbedaan ruang lingkup dan urutan bahan pelajaran disebabkan oleh perbedaan tujuan satuan pendidikan tersebut.
3. Materi kurikulum diarahkan untuk mencapai tujuan pendidikan. Ini berarti tujuan pendidikan nasional merupakan target tertinggi yang hendak dicapai melalui penyampaian materi.
Oleh karena itu, materi kurikulum harus mengandung beberapa aspek tertentu yang sesuai dengan tujuan kurikulum, yaitu:
1. Teori, ialah seperangkat konsep, definisi dan proposisi yang saling berhubungan yang menyajikan pendapat sistematik tentang gejala dengan menspesifikasi hubungan-hubungan antara variabel-variabel dengan maksud menjelaskan dan meramalkan gejala tersebut.
2. Konsep, ialah suatu abstraksi yang dibentuk oleh generalisasi dari kekhususan-kekhususan. Konsep adalah definisi singkat dari sekolompok fakta atau gejala.
3. Generalisasi, ialah kesimpulan umum berdasarkan hal-hal khusus, bersumber dari analisis, pendapat atau pembuktian dalam penelitian.
4. Prinsip, ialah ide utama, pola skema yang ada dalam materi yang mengembangkan hubungan antara beberapa konsep.
5. Prosedur, ialah suatu seri langkah-langkah yang berurutan dalam materi pelajaran yang harus dilakukan oleh siswa.
6. Fakta, adalah sejumlah informasi khusus dalam materi yang dianggap paling penting terdiri dari terminologi, orang, tempat dan kejadian. 7. Istilah, adalah kata-kata perbendaharaan yang baru dan khusus
diperkenalkan dalam materi.
8. Contoh atau ilustrasi, ialah suatu hal atau tindakan atau proses yang bertujuan untuk memperjelas suatu uraian atau pengertian tentang suatu kata dalam garisnya.
9. Definisi, ialah penjelasan tentang makna atau pengertian tentang suatu hal atau suatu kata dalam garis besarnya.
10. Proposisi, ialah suatu pernyataan atau theorem, atau pendapat yang tak perlu diberi argumentasi, proposisi hampir sama dengan asumsi dan paradigma.
c. Metode
Suatu metode mengandung pengertian terlaksananya kegiatan guru dan kegiatan siswa dalam proses pembelajaran. Metode dilaksanakan dalam prosedur tertentu. Metode atau strategi pembelajaran menempati fungsi yang penting dalam kurikulum, karena memuat tugas-tugas yang perlu dikerjakan oleh guru dan peserta didik. Oleh karena itu penyusunan hendaknya berdasarkan analisis tugas yang mengacu pada tujuan kurikulum dan berdasrkan perilaku awal peserta didik.
Dalam hubungan ini, ada tiga alternatif pendekatan yang dapat digunakan, yakni.10
1. Pendekatan yang berpusat pada mata pelajaran. Penyampaiannya dilakukan melalui komunikasi antara guru dan siswa. Guru sebagai penyampai pesan atau komunikator dan siswa beperan sebagai penerima pesan.
2. Pendekatan yang berpusat pada siswa. Pembelajaran dilaksanakan berdasrkan kebutuhan, minat dan kemampuan siswa. Dalam pendekatan ini banyak metode yang dapat digunakan seperti metode belajar mandiri, paket moduler, paket belajar dan lain sebagainya.
3. Pendekatan yang berorientasi pada kehidupan bermasyakarakat. Pendekatan ini dilakukan agar bertujuan untuk mengintegrasikan atau memadukan antara sekolah dan masyarakat untuk memperbaiki keadaan kehidupan bermasyarakat. Dalam pendekatan ini banyak metode yang dapat dilakukan diantaranya, karyawisata, narasumber, kerja pengalaman, survey, proyek pengabdian/pelayanan masyarakat.
d. Evaluasi
Evaluasi meruapakan suatu bagian komponen kurikulum. Dengan evaluasi dapat diperoleh informasi yang akurat tentang penyelenggaraan pembelajaran dan keberhasilan belajar peserta didik. Berdasarkan informasi itu dapat dibuat keputusan tentang kurikulum itu sendiri, pembelajaran, kesulitan dan upaya bimbingan yang perlu dilakukan. Evaluasi kurikulum ini dimaksudkan menilai
suatu kurikulum sebagai program pendidikan untuk efisiensi, efektivitas, relevansi dan produktivitas program dalam mencapai tujuan pendidikan yang telah ditetapkan.
Untuk melihat tingkat keberhasilan dalam pelaksanaan kurikulum, maka diperlukan evaluasi. Mengingat komponen evaluasi ini sangat berhunungan erat dengan komponen lainnya, maka dengan cara evaluasi atau penilaian ini akan mengetahui tingkat keberhasilan dari semua komponen. Dalam mengevaluasi, biasanya pendidik akan mengevalausi dengan materi atau bahan pelajaran yang sudah diberikan sebelum pada peserta didik atau paling tidak yang berkaitan dengan materi-materi yang ada kaitanya dengan materi yang telah diajarkan.
Komponen evaluasi ini tidak hanya memperlihatkan sejauh mana prestasi peserta didik saja, akam tetapi juga sebagai sumber input bagi bagi sekolah sebagai upaya dalam perbaikan dan pembaharuan suatu kurikulum. Kurikulum yang akan dilaksanakan atau diimplementasikan terlebih dahulu diuju cobakan dalam lingkungan terbatas, sebelum akhirnya diputuskan untuk didesiminasikan ke semua lembaga pendidikan. Berbagai upaya perlu dilakukan selama fase pengembangan kurikulum dilakukan, termasuk kedalamnya adalah evaluasi dan revisi. Evaluasi yang signifikan dan berkelanjutan sangat diperlukan untuk mendukung terwujudnya suatu pengembangan kurikulum secara efektif dan bermakna.
Dengan evaluasi juga dapat diperoleh informasi yang akurat tentang penyelenggaraan pembekajaran dan keberhasilan belajar peserta didik. Berdasrkan informasi itu dapat dibuat keputusan tentang kurikulum itu sendiri, pembelajaran,
kesulitan, dan segala upaya yang bimbingan yang perlu dilakukan. Evaluasi kurikulum membutuhkan pengumpulan, pemrosesan dan interprestasi mengenai data terhadap program pendidikan.
Aspek-aspek yang harus dievaluasi menurut Arich Lewy sesuai dengan tahap-tahap dalam pengembangan kurikulum, yaitu :
a) Penentuan tujuan utama b) Perencanaan
c) Uji coba dan revisi d) Uji lapangan
e) Pelaksanaan kurikulum f) Pengawasan mutu.11
3. Prinsip Pengembangan Kurikulum
Pengembangan kurikulum merupakan merupakan proses perencanaan dan penyususnan kurikulum oleh pengembang kurikulum (curriculum developer) dan kegiatan yang dilakukan agar kurikulum yang dihasilkan dapat menjadi bahan ajar dan acuan yang digunakan untuk mencapai tujuan pendidikan nasional.
Dalam proses pengembangan kurikulum, suatu hal lain yang tidak dapat diabaikan adalah memahami prinsip-prinsip dalam pengembangan kurikulum. Berikut ini merupakan penjelasan tentang prinsip-prinsip dalam pengembangan kurikulum.
a. Prinsip berorientasi pada tujuan
Pengembangan kurikulum hendaknya di arahkan untuk mencapai tujuan tertentu yang bertitik tolak dari tujuan pendidikan Nasional. Tujuan kurikulum merupakan penjabaran dan upaya untuk mencapai tujuan satuan dan jenjang pendidikan tertentu. Tujuan kurikulum mengandung aspek-aspek pengetahuan (knowledge), keterampilan (skill), sikap, dan nilai, yang selanjutnya menumbuhkan perubahan tingkah laku peserta didik yang mencakup tiga aspek tersebut dan bertalian dengan aspek-aspek yang terkandung dalam tujuan pendidikan Nasional.
b. Relevansi
Ada dua macam relevansi yang harus dimiliki kurikulum, yaitu relevan ke luar dan relevan ke dalam kurikulum itu sendiri. Relevansi ke luar maksudnya tujuan, isi dan proses belajar yang tercakup dalam kurikulum hendaknya relevan dengan tuntutan, kebutuhan dan perkembangan masyarakat. Kurikulum menyiapkan siswa untuk bisa hidup dan bekerja dalam masyarakat. Kurikulum juga harus memilki relevansi di dalam yaitu ada kesesuaian atau konsistensi antara komponen-komponen kurikulum yaitu antara tujuan, isi, proses penyampaian,dan penilaian. Relevansi internal ini menunjukan suatu keterpaduan kurikulum.12
Pengembangan kurikulum yang meliputi tujuan, isi dan sistem penyampaiannya harus relevan (sesuai) dengan kebutuhan dan keadaan masyarakat, kebutuhan satuan pendidikan, tingkat perkembangan dan kebutuhan peserta didik, perkembangan intelektualnya, kebutuhan jasmani dan rohani, serta serasi dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
12Nana Syaodih Sukmadinata, Pengembangan Kurikulum Teori dan Praktik, Cet.7,( Bandung : PT Remaja Rosdakarya,2005), h.150-151
c. Efektivitas dan efisiensi
Prinsip efektivitas yang dimaksudkan adalah sejauh mana perencanaan kurikulum kurikulum dapat dicapai sesuai dengan keinginan yang telah ditentukan. Dalam proses pendidikan efektivitas dapat dilihat dari dua sisi. Pertama, efektivitas mengajar pendidik berkaitan dengan sejauh mana kegiatan belajar mengajar yang telah direncanakan dapat dilaksanakan dengan baik. Kedua, efektivitas belajar anak didik, berkaitan dengan sejauh mana tujuan-tujuan pelajaran yang dinginkan telah dicapai melalui kegiatan belajar mengajar.
Perkembangan kurikulum harus pertimbangkan efesiensi dalam pendayagunaan dana, waktu, tenaga dan sumber-sumber yang tersedia pada satuan pendidikan agar mencapai hasil yang optimal. Efisiensi proses belajar mengajar akan tercipta, apabila usaha, biaya, waktu dan tenaga yang digunakan secara optimal untuk menyelesaikan program pengajaran.13
d. Prinsip fleksibilitas
Fleksibilitas berarti tidak kaku, ada semacam ruang gerak yang memberikan kebebasan dalam bertindak. Didalam kurikulum, fleksibilitas dapat dibagi menjadi dua macam, yakni fleksibilitas dalam memilih program pendidikan seperti jurusan ataupun program-program keterampilan lainnya. Yang kedua adalah fleksibilitas dalam program pengajaran. Fleksibilitas disini maksudnya adalah memberikan kesempatan kepada pendidik untu mengembangkan sendiri
13Abdullah Idi, Pengembangan Kurikulum Teori dan Praktik, (Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2011), h.204.
program-program pengajaran yang berpatokan pada tujuan dan bahan pengajaran didalam kurikulum yang bersifat umum.14
e. Prinsip kesinambungan
Perkembangan kurikulum hendaknya disusun secara berkesinambungan. Artinya bagian-bagian, aspek-aspek, materi atau bahan kajian disusun secara berurutan, tidak terlepas-lepas, satu sama lain saling keterkaitan memiliki hubungan fungsional yang bermakna, sesuai dengan jenjang pendidikan, struktur dan satuan pendidikan.
f. Prinsip keseimbangan
Pengembangan kurikulum juga selain memperhatikan kesinambungan juga memperhatikan keseimbangan (balance) secara proporsional dan fungsional antara bagian program, sub program, antara semua mata pelajaran, dan antara aspek-aspek perilaku yang ingin dikembangkan. Keseimbangan juga perlu diadakan teori dan praktik, antara unsur-unsur keilmuan sains, humaniora, sosial dan keilmuan perilaku.
Dengan adanya kesinambungan tersebut pada gilirannya diharapkan terjadi perpaduan yang lengkap dan menyeluruh, satu sama lain saling memberikan sumbangannya terhadap perkembangan pribadi peserta didik.
g. Prinsip keterpaduan
Pengembangan kurikulum juga harus disusun dan dirancang serta dilaksanakan berdasarkan prinsip keterpaduan. Perencanaan terpadu bertitik tolak dari masalah atau topik konsistensi antara unsur-unsurnya. Pelaksanaan terpadu
dengan melibatkan semua pihak, baik kalangan praktisi maupun akademis, sampai pada tingkat intersektoral.
Dengan adanya keterpaduan ini diharapkan akan terbentuknya kepribadian yang bulat dan utuh. Di samping itu pula dilaksanakan keterpaduan dalam proses pembelajarannya, baik dalam interaksi antar peserta didik dan guru maupun antar teori dan praktik.
h. Prinsip mengedepankan mutu.
Pengembangan kurikulum juga harus berorientasi pada pendidikan mutu dan mutu pendidikan. Pendidikan mutu berarti pelaksanaan pembelajaran yang bermutu. Sedangkan mutu pendidikan berorientasi pada hasil pendidikan yang berkualitas. Pendidikan yang bermutu sangat di tentukan oleh derajat mutu guru (tenaga pendidik), proses pembelajaran, peralatan atau media yang lengkap dan memadai. Hasil pendidikan yang bermutu di ukur berdasarkan kriteria tujuan pendidikan nasional yang di harapkan.
4. Fungsi Kurikulum
Kurikulum meruapakan bagian dari sistem pendidikan yang tidak bisa dipisahkan dengan komponen sistem lainnya. Tanpa kurikulum suatu sistem pendidikan tidak dapat dikatakan sebgai sistem pendidikan yang sempurna.
Kurikulum merupakan sebuah ide vital yang menjadi landasan bagi terselenggaranya pendidikan secara sempurna. Bahkan seringkali kurikulum menjadi tolak ukur bagi kualitas dan penyelenggaraan pendidikan. Baik buruknya kurikulum akan sangat menentukan terhadap baik buruknya kualitas output suatu lembga pendidikan yang dalam hal ini adalah peserta didik. Kurikulum haruslah
dapat mengantar peserta didik agar mampu menyesuaikan diri dari kehidupan sosial bermasyarakat serta dapat mengembangkan pribadi peserta didik secara utuh meliputi pengetahuan, keterampilan, dan sikap.
Sebagai wahana dan media konservasi , kurikulum memiliki kontribusi besar dan strategis bagi pewarisan amanat ilmu pengetahuan yang diajarakan Allah swt. Sebagai wahana dan media interlisasi kurikulum berfungsi sebagai alat untuk memahami, mengahayati dan sekaligus mengamalkan ilmu dan nilai dalam kehidupan sehari-hari dalam rangka menciptakan situasi yang kondusif, dinamis dan konstruksi dapat berjalan dan berkesinambungan sehingga kehidupan ini dapat memiliki kebermaknaan dalam arti nilai guna dan hasil guna.
Selain itu kurikulum juga memiliki fungsi lain terutama dalam dunia pendidikan khusunya bagi guru, kepala sekolah, orang tua serta peserta didik. Yaitu:
1. Bagi guru, kurikulum berfungsi sebagai pedoman dalam pelaksanaan proses pembelajaran, proses pembelajaran yang tidak berpedoman pada kurikulum tidak akan berjalan dengan dengan sistematis dan efektif, hal itu dikarenakan pembelajaran adalah proses yang bertujuan sehingga segala sesuatu yang dilakukan oleh guru dan pesrta didik dalam proses pembelajaran dikelas diarahkan untuk mencapai tujuan yang telah direncanakan.
2. Bagi kepala sekolah, kurikulum berfungsi untuk menyusun perencanaan dan program disekolah. Program-program sekolah yang didasarkan pada kurikulum seperti penyusunan kelender pendidikan,
pengajuan sarana dan prasana sekolah kepada komite sekolah, penyusunan berbagai kegiatan sekolah, baik intrakurikuler, ekstrakulikuler maupun kegiatan lainnya.
3. Bagi pengawas, kurikulum berfungsi sebagai pedoman dalam melakukan supervisi sekolah. Dengan berpedoman pada kurikulum, pengawas pendidikan dapat melihat apakah program sekolah termasuk dalam pembelajaran yang dilakukan oleh guru sudah sesuai dengan tuntutan kurikulum, bagian-bagian mana yang sudah dilaksanakan, dan bagian-bagian mana yang belim dilaksanakan. Sehingga dengan demikian, pengawas bisa memberikan masukan atau saran dalam perbaikan.
4. Bagi orang tua dari peserta didik, kurikulum sebagai pedoman untuk memberikan bantuan dalam penyelenggaraan program sekolah dan membantu putri-putranya belajar dirumah sesuai dengan program sekolah, melalui kurikulum orangtua dapat mengetahui tujuan yang harus dicapai peserta didik serta ruang lingkup materi pembelajarannya.
5. Bagi peserta didik itu sendiri, kurikulum berfungsi sebagai pedoman belajar. melalui kurikulum peserta didik dapat memahami kompetensi apa yang harus dicapai baik dalam segi pengetahuan, segi keterampilan maupun dari segi sikap.
Ketika baru memulai pembelajaran didalam kelas maka guru memberitahukan kepada peserta didik tentang tujuan pembelajaran
yang akan dicapai setelah mengikuti proses pembelajaran, maka peserta didik bisa self-evaluation, atau melakukan penilaian diri ketika pembelajaran telah selesai. Apa yang harus dilakukannya setelah menguasai kompetensi tertentu dan apa yang harus dilakukannya ketika belum menguasai kompetensi tertentu.
B. Kurikulum 2013
1. Pengertian Kurikulum 2013
Kurikulum 2013 merupakan kurikulum baru yang mulai diterapkan pada tahun pelajaran 2013/2014. Kurikulum ini merupakan pengembangan dari kurikulum yang telah ada sebelumnya, baik dari kurikulum yang Berbasis Kompetensi yang telah dirintis pada tahun 2004 maupun Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan pada tahun 2006. Hanya saja yang menjadi titik tekan pada kurikulum 2013 ini adalah adanya peningkatan dan keseimbangan soft skills dan hard skills yang meliputi aspek kompetensi sikap, keterampilan dan pengetahuan.
. Dengan kata lain, antara soft skills dan hard skills dapat tertanam secara seimbang, berdampingan dan mampu diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari.15 Dalam konteks ini, kurikulum 2013 berusaha untuk lebih menanamkan nilai-nilai yang tercermin pada sikap dapat berbanding lurus dengan keterampilan yang diperoleh peserta didik melalui pengetahuan dibangku sekolah
Dalam kurikulum 2013 terdapat penambahan jam pelajaran dan mendorong peserta didik agar mampu dalam melakukan observasi, bertanya, berpikr serta mengkomunikasikan apa yang mereka peroleh dalam pembelajaran.
15M. Fadlillah, Implentasi Kurikulum 2013 Dalam Pembelajaran SD/MI, SMP/MTS, &