BAB VI: merupakan penutup yang didalamnya membahas kesimpulan dan saran
LANDASAN TEORI
1. Pengertian logika
Pengertian logika berasal dari bahasa Yunani yang berhubungna dengan kata logis, yang berarti pikiran atau perkataan dari pikiran. Hal ini membuktikan bahwa adanya hubungan yang erat antara pikiran dan perkatakaan yang merupakan pernyataan dari bahasa Indonesia. Dalam historis manusia pertama yang menyebut kata logika pertama ialah Ciceru abad ke 1 sebelum masehi. Tetapi, belum dinamakan hukum logika berpikir, dalam arti tersebut seni berdebat. Selanjutnya oleh Alexander Afro Disars adalah orang pertama yang mengunakan kata-kata logika dalam arti ilmu yang menyelidiki sesuatu yang diperlukan dan tidak hanya suatu pemikiran seseorang saja. Namun, Aristoteles pada waktu itu belum menamakan ilmu tersebut dengan logika tetapi, Aristoteles menamakan dengan istilah analitik dan dialektik. Untuk lebih paham tentang logika atau mantiq maka, kata-kata mantiq (logika) menurut bahasa adalah berkata benar. Berkenaan dengan istilah mantiq berasal dari kata “
قطن
” berarti berpikir, “قطان
” berarti yang berpikir, “قوطنم
” berarti yang dipikirkan dan “قيطنم
” yang bermakna alat berpikir. Berdasarkan keterangan diatas dapat dimaklumi bahwa, disiblin ilmu yang membahas metedologi berpikir ini dengan sebutan sebagai berikut:Ilmu Mantiqa. Ma’yar al-Ulum b. Ilmu al-Mizan c. Ilmu al-Ulum1
Encyclopedia Britannica menyatakan bahwa logika adalah studi sistematis tentang stuktur proposisi dan syarat-syarat umum mengenai penalaran yang sahih dengan menggunakan metode yang mengesampingkan isi atau bahan proposisi dan hanya membahas bentuk logisnya saja. Perbedaan bentuk dan bahan ini diasakan apabila kita membedakan ketetapan logik (Logical Soundness) atau kesahihan (validity) sebuah penalaran dengan kebenaran premis-premisnya, yang menjadi pangkal tongkatnya.
Pengertian yang diuraikan oleh Encyclopedia Britannica, hanya membahas bentuk penalaran dan oleh karenanya logika yang dimaksud adalah logika formal, untuk membedakannya dengan logika materil, yakni logika yang membahas penalaran dari segi isi atau bahannya, dalam konsesus sekarang, yakni disebut logika itu adalah logika formal.
Kemudian logika yang dapat dikatakan sebagai metode atau teknik meneliti ketepatan nalar.2
Adapun pengertian logik menurut para ahli sebagai berikut:
1. Drs. Hasbullah Bakry dalam bukunya Sytematika Filsafat (1964) merumuskan defenisi ilmu (pengetahuan) logika sebagai berikut:
1 M. Idrus. H Ahmad, “Signifikasi Memahami Logika Dasar”. Jurnal Bubstantia. Vol.
14., No. 1, April 2012. Hal. 38.
2 Mahhamad Rakhmat. Pengantar Logika Dasar ..., hal. 33-34.
a. Logika ialah ilmu pengetahuan yang mengetur penelitian hukum-hukum akal manusia sehingga menyebabkan pikirannya dapat mencapai kebenaran.
b. Logika ialah ilmu pengetahuan yang mempelajari aturan-aturan dan cara-cara berpikir yang dapat menyampaikan manusia kepada kebenaran.
c. Logika ialah ilmu pengetahuan yang mempelajari pekerjaan akal dipandang dari jurusan benar atau salah.3
2. Al-Ghazali menyatakan bahwa logika adalah merupakan muqaddimah bagi seluruh ilmu. Bahkan di dalam bukunya yang berjudul al-Mustasyfa fi Ilmi al-Usnul ia menyatakan bahwa barang siapa yang tidak menguasai logika maka pengetahuannya tidak dapat dipercaya sama sekali.4
3. William S. Sahakian menyatakan bahwa logika adalah pengkajian untuk berpikir secara sahih, hakikat dari pengertian ini adalah untuk menegaskan bahwa logika harus dipahami lewat sebuah penalaran, karena sebuah penalaran akan dikatakan logis jika menggunakan konseb berpikir dalam logika. Maka dengan demikian, dalam memahami logika terlebih dahulu harus dipahami apa itu penalara.5
3 Hendro Trieddiantoro putro, artikel, Logik. Universitak Teknilogi Yogyakarta, september 2013. hal 2. http://www.researchgate.net/publication/27126514_Logika , (diakses pada 25 Desember 2020 jam 12:59).
4 Muhammad Nur,”Islam Dan Logika Menurut Pemikiran Abu Hamid Al-Ghazali”,jurnal Al-Ulum, Vol. 11, No. 1, Juni 2011. hal. 49.
5 Mahhamad Rakhmat. Pengantar Logika Dasar ..., hal. 12.
4. The Liang Gie dalam bukunya Dictionary og Logic (kamus logika) menyebutkan: Logika adalah bidang pengetahuan dalam lingkungan filsafat yang mempelajari secara teratur asas-asas dan aturan-aturan penalaran yang betul.
Dari beberapa pengertian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa logika merupakan sebuah ilmu pengetahuan dan keterampilan untuk berpikir lurus, karena sesungguhnya logika berhubungan dengan kegiatan pikir, namun kegiatan pikir yang dimaksud adalah bukan berpikir yang asal-asalan, tetapi berpikir menurut hukum-hukum logika.
Sebagai suatu disiplin, logika adalah cabang filsafat yang mempelajari kegiatan berpikir manusia. Jadi, objek studinya adalah kegiatan berpikir, sedangkan objek materi dari logika adalah kegiatan berpikir, dalam artian teknis yang dimaksud dengan berpikir adalah proses rohani atau kegiatan akal budi yang berada dalam kerangka bertanya dan berusaha untuk memperoleh jawaban. Kerangka bertanya itu akan terjadi jika manusia merasa dihadapkan pada pertanyaan atau masalah. Adapun faktor-faktor yang akan memaksa manusia akan berpikir antara lain:
1. Jika pertanyaannya atau pendiriannya dibantah oleh orang lain.
2. Jika dalam lingkungannya terjadi perubahan secara mendadak, atau terjadi peristiwa yang tidak diharapkan.
3. Jika ia ditanya.
4. Dorongan rasa ingin tau.6
6 Arief Sidharta, Pengantar Logika. (Bandung: PT Refika Aditama, 2016). hal. 3-4
2. Sejarah Perkembangan logika
Logika dimulai sejak Thales (624 SM-548 SM). Filosofi Yunani yang meninggalkan segala dongeng, takhayul dan cerita-cerita isapan jempol dan berpaling dari akal budi untuk memetcahkan rahasia alam semesta.
Thales mengatakan bahwa air adalah arkhe (Yunani) yang berarti prinsip atau asas utama alam semesta. Saat itu Thales telah mengenal logika induktif
Aristoteles kemudian mengenalkan logika sebagai ilmu, yang kemudian disebut dengan logica scientica. Aristoteles mengatakan bahwa Thales menarik kesimpulan bahwa air adalah arkhe alam semesta dengan alasan bahwa air adalah jiwa segala sesuatu. Dalam logika Thales, air adalah arkhe alam semesta, yang menurut Aristoteles disimpulkan dari; air adalah jiwa tumbuh-tumbuhan (karena tanpa air tumbuhan mati); air adalah jiwa hewan dan jiwa manusia, air jugalah uap, air juga es. Jadi, air adalah segala sesuatu, yang berarti air adalah arkhe alam semesta, sejak saat itu Thales sang filsuf mengenalkan pernyataannya, logika telah mulai dikembangkan.
Pada masa Aristoteles logika masih disebut dengan analitica, yang secara khusus meneliti berbagai argumen yang berangkat dari proposisi yang benar, dan diatektika yang secara khusus meneliti argumentasi yang berangkat dari proposisi yang masih diragukan kebenarannya. Inti dari logika Aristoteles adalah silogisme.
Pada 370 SM-288 SM Theophrastus, murid Aristoteles yang menjadi pemimpin Lyceum, melanjutkan pengembangan logika, istilah logika untuk pertama kalinya dikembangkan oleh Zeno dan Citium 334 SM-226 SM pelopor kaum Stoa. Sistemasisasi logika terjadi pada masa Gelenus (130 M-201M) dan Sextus Empiricus 200 M.7
Pada mula tahun 1141, penggarapan logika hanya berkisar pada karya Aristoteles yang berjudul Kategorial dan Peri Hermenies karya tersebut ditambah kerya Porphyrios yang bernama Eisagogen. Sesudah tahun 1441, keempat karya Aristoteles lainnya dikenal lebih luas dan disebut sebagai logika baru. Logika lama dan logika baru kemudian disebut logika antik untuk membedah diri dari logika terminisme atau logika modern. Atau yang disebut juga dengan logika suposisi yang tumbuh berkat pengaruh filosof Arab.
Pada abad ke XII-XV disebut dengan logika modern, tokoh-tokohnya adalah Petrus Hispanus, Roger Bacon, W. Okcham, dan Raimon Lullus yang menemukan metode logika baru yang disebut Ars Magna, yakni semacam Al-jabar pengertian dengan tujuan untuk membuktikan kebenaran-kebenaran tertinggi.8