MAKNA LOGIKA TAN MALAKA DI DALAM MADILOG SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pada Program Studi Aqidah dan Filsafat Islam Fakultas Ushuluddin Adab dan
Dakwah Institut Agama Islam Negeri Bukittinggi
Oleh : Bulan Sari
4517024
Dosen Pembimbing :
Dr. Nunu Burhanuddin, Lc., M.Ag
PRODI AQIDAH DAN FILSAFAT ISLAM FAKULTAS USHULUDDIN ADAB DAN DAKWAH INSTITUT AGAM ISLAM NEGERI BUKITTINGGI
2021 M / 1442 H
SURAT PERNYATAAN ORISINALITAS
Saya yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : Bulan Sari
NIM : 4517024
Tempat/Tanggal Lahir : Bangun Sejati, 13-04-1999
Fakultas/Jurusan : Ushuluddin Adab dan Dakwah/ S1 Aqidah dan Filsafat Islam
Judul Skripsi : Makna Logika Tan Malaka Di Dalam Madilog
Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa karya ilmiah (skripsi) saya dengan judul di atas adalah benar asli karya penulis. Apabila dikemudian hari terbukti bahwa skripsi ini bukan karya sendiri, maka penulis bersedia diproses dengan hukuman yang berlaku dan gelar sarjana dicopot sampai batas waktu yang tidak ditentukan.
Demikian surat ini dibuat dengan sesungguhnya untuk dipergunakan sebagaimana mestinya.
Bukittinggi, 11 Juni 2021 Penulis
Bulan Sari NIM. 4517024
PERSETUJUAN PEMBIMBING
Skripsi dengan judul “ Makna Logika Tan Malaka Di Dalam Madilog ”, yang disusun oleh saudara Bulan Sari, NIM. 4517024 telah memenuhi persyaratan ilmiah dan dapat disetujui untuk diajukan ke sidang munaqasyah pada Program Studi Aqidah dan Filsafat Islam Fakultas Ushuluddin Adab dan Dakwah IAIN Bukittinggi.
Demikianlah persetujuan ini diberikan untuk dapat digunakan seperlunya.
Bukittinggi, 11 juni 2021 Pembimbing
Dr. H. Nunu Burhanuddin, Lc, M.Ag NIP:197305102000121002
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “ Makna Logika Tan Malaka Di Dalam Madilog”. Shalawat dan salam semoga senantiasa tercurah kepada Nabi Muhammad SAW yang telah menuntun manusia menuju jalan yang lurus untuk mencapai kebahagiaan dunia dan akhirat.
Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan ribuan terimakasih kepada kedua orang tua tercinta, Ayahanda Ali Nuddin dan Ibunda Nur Intan yang selalu berdo’a dan tak pernah lelah untuk bekerja demi tercapainya cita-cita penulis. Penulis juga mengucapkan terimakasih yang mendalam kepada seluruh saudara kandung, keluarga besar yang telah memberikan dorongan moril maupun materil selama ini. Tidak lupa juga penulis ucapkan terimakasih kepada sahabat dan senior yang telah ikut memberikan support yang luar biasa demi selesainya penyusunan skripsi ini.
Dalam penyusunan skripsi ini, penulis mengalami berbagai tantangan dan ujian, sehingga penulis menyadari bahwa skripsi ini tidak akan terwujud tanpa adanya bantuan juga bimbingan dari berbagai pihak. Oleh karena itu penulis mengucapkan terimakasih kepada:
1. Dr. Ridha Ahida, M. Hum selaku Rektor Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Bukittinggi. Sekaligus Penasehat Akademik. Terimaksih atas ilmu, nasehat dan batuannya dalam proses penyusunan Skripsi ini.
2. Dr. H. Nunu Burhanuddin, Lc, M.Ag selaku Dekan Fakultas Ushuluddin Adab dan Dakwah Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Bukittinggi sekaligus pembimbing skripsi. Terimakasih atas waktu, tenaga, ilmu, nasehat serta bimbingannya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik.
3. Dr. Zulfan Taufik, MA. Hum sebagai Ketua Prodi Aqidah dan Filsafat Islam Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Bukittinggi
4. Bapak dan Ibu Dosen Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Bukittinggi, terimakasih atas ketulusan ilmu yang telah diberikan.
5. Karyawan/I Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Bukittinggi, terimakasih telah banyak membantu hal-hal yang dibutuhkan dalam penulisan skripsi ini.
6. Rekan-rekan S1 Prodi Aqidah dan Filsafat Islam khususnya angkatan 2017. Terimakasih atas kebersamaan, rasa kekeluargaan, dukungan, semangat dan masukannya selama perkuliahan ini.
7. Sahabat-sahabat dan orang tersayang @Hendra Syaputra yang telah memberikan motivasi dan waktu, baik dikala susah maupun senang
@Ainun Mardiah, @Dewi Sartika, @Zakia Aini, @Yesfi Klaudia,
@Sherly Muthia Yerni, @ Deva Septila dan juga para senior yang telah membantu selama ini.
Terakhir, penulis mendo`akan semoga seluruh bentuk bantuan yang telah penulis terima dari semua pihak, semoga dibalas oleh Allah SWT dengan kebaikan yang berlipat ganda Aamiin Ya Rabbal‘alamiin. Penulis juga menyadari masih banyak kekurangan dalam penyusunan skripsi ini, oleh sebab itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari para pembaca dan semoga skripsi ini bermanfaat serta menambah ilmu pengetahuan pembaca.
Bukittinggi, 11 Juni 2021 Penulis
Bulan Sari NIM. 4517024
ABSTRAK
Skripsi ini berjudul “ Makna Logika Tan Malaka Di Dalam Madilog”
yang ditulis oleh Bulan Sari, NIM. 4517024, Program Studi Aqidah dan Filsafat Islam, Fakultas Usuluddin Adab dan Dakwah, IAIN Bukittinggi, Tahun 2021 M / 1442 H.
Penelitian ini berangkat dari perdebatan berkaitan dengan makna logika Tan Malaka di dalam Madilog yang sudah berlangsung lama bahkan masih berlanjut hingga saat ini. Sebagaimana yang dikaji oleh Tan Malaka yang merupakan tokoh pemikir Indonesia berdarah Minangkabau yang memiliki semangat yang sangat tinggi menuju Indonesia merdeka dan terbebas dari hal-hal yang berbau mistik agar bangsa Indonesia bisa bebas dalam berpikir dan bebas dalam menentukan pilihan hidup yang mereka inginkan
Penelitian ini merupakan penelitian kepustakaan (library research), dengan menggunakan metode studi pemikiran tokoh. Sumber primer penelitian ini adalah karya-karya Tan Malaka seperti Madilog, Aksi Massa, Gerpolek, Islam Dalam Madilog, Dari Penjara ke Penjara. Adapun sumber sekunder penelitian ini yaitu referensi-referensi yang berkaitan dengan penelitian ini. Teknik pengumpulan data yang digunakan yaitu: pertama, pengumpulan karya-karya yang berkaitan dengan logika dan literatur lain yang relevan. Kedua, menentukan sumber pokok dan sumber pendukung yang berkaitan dengan logika. Ketiga, melakukan telaah atau analisis terhadap pemikiran Tan Malaka serta sumber-
sumber pendukung lainnya. Adapun teknik analisis data yang digunakan yaitu deskripsi analitik, interpretasi data, pendekatan historis, dan pendekatan filosofis.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa: dimana logika “mistika”
merupakan cara berpikir yang didorong roh atau hal-hal gaib. Dan kemajuan suatu bangsa sendiri bisa kita lihat dari cara berpikir masyarakat tersebut dalam menyelesaikan suatu persoalan yang sedang dihadapi dan bagaimana jalan keluar yang dapat dihasilkan oleh masyarakat tersebut agar bisa keluar dari persoalan yang mereka hadapi. Ada dua faktor yang menyebabkan bangsa Indonesia mempunyai logik mistika. Pertama, berkembangnya aninisme dan dinanisme sebagai kepercayaan yang pertama di Indonesia. Dari faktor ini sudah tidak bisa di hindari lagi bahwa pemujaan terhadap roh-roh sudah ada sejak dulu. Kedua.
Lamanya bangsa Indonesia dibawah jajahan kolonial. Dimana negara penjajah menyadari jika negara jajahan memiliki pemikiran yang terbuka akan menjadi faktor yang sangat kuat untuk menuju kemerdekaan dari negara jajahan tersebut.
DAFTAR ISI
Surat Pernyataan Orisinalitas ...
Persetujuan Pembimbing ...
Kata Pengantar ...
Abstrak ...
Daftar Isi ...
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ...
B. Batasan Masalah ...
C. Rumusan Masalah ...
D. Tujuan Penelitian ...
E. Manfaat Penelitian ...
F. Penjelasan Judul ...
G. Sistematika Penulisan ...
BAB II LANDASAN TEORI
A. Logika ...
1. Pengertian Logika ...
2. Sejarah Perkembangan Logika ...
B. Makna Logika ...
1. Konsep Teoretik Hermeneutika ...
C. Penelitian Relevan ...
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis Penelitian ... 28 B. Pendekatan Penelitian ... 28 C. Sumber Data ... 29
D. Teknik Pengumpulan Data ... 33 E. Teknik Analisis Data ... 34
BAB IV HASIL PENELITIAN
A. Profil Tan Malaka ...
1. Biografi dan Pendidikan Tan Malaka ...
2. Karya-karya Tan Malaka ...
3. Pemikiran Tan Malaka...
B. Madilog ...
C. Makna Logika Tan Malaka Dalam Madilog ...
D. Kritik Tan Malaka Atas Logika Mistika Bangsa Indonesia ...
E. Analisi ...
BAB VI PENUTUP ...
A. Kesimpulan ...
B. Saran ...
Daftra Pustaka ...
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Logos berarti ucapan, kata, kata yang mempunyai arti. Kemudian logos memiliki makna: konsep, isi pikiran, “kata” batiniyah yang menjelma dalam kata lahiriyah. Secara khusus, isi yang menopang alas atau dasar bagi sesuatu disebut
“logos”. Bahkan terkadang seluruh alam pikiran, gagasan dan roh, disebut logos.
Alam ini bertentangan dengan alam eksitensi material atau berlawanan dengan alam kehidupan organis, korporeal (bios), atau yang berbeda dengan alam perilaku etis atau moral (etos). Kata logos diartikan demikian apabila orang berbicara tentang “keunggulan logos”.1
Logika berasal dari bahasa latin logos yang berarti “perkataan”. Istilah logos secara etimologis sebenarnya diturunkan dari kata sifat logike: “pikiran” atau
“kata”, Istilah logos dalam bahasa Arab berasal dari kata kerja Nataka yang berarti “berkata” atau “berucap”.
Istilah dari logika, dilihat dari segi etimologis, berasal dari bahasal kata Yunani logos yang digunakan dengan beberapa arti, seperti ucapan, bahasa, kata, pengertian, pikiran, akal budi, ilmu. Dari kata logos kemudian turun kata sifat logis yang sudah sangat sering terdengar dalam
1 Johar T.H. Situmorang, Filsafat Yunani, (Jogjakarta: Buku dan Majalah Rohani, 2020).
hal. 32
percakapan kita sehari-hari. Orang berbicara tentang perilaku yang logis sebagai lawan terhadap perilaku yang tidak logis, tentang jalan pikiran yang logis, dan sejenisnya. Dalam kasus itu, kata logos digunakan dalam arti yang kurang lebih sama dengan ‘masuk akal’; singkatnya, segala sesuatu yang sesuai dengan, dan dapat diterima oleh akal sehat.2
Proses menggunakan pengetahuan untuk memecahkan masalah melahirkan tindakan. Tindakan melahirkan hasil, dan hasil yang memuaskan menghasilkan tindakan. Proses tersebut disebut proses berfikir dari konkrit ke yang abstrak kembali ke yang kongkrit. Dari keterangan diatas dapat diambil kesimpulan bahwa berfikir secara nalar mempunyai dua buah kriteria penting, yaitu: 1) ada unsur logis di dalamnya; 2) ada unsur analisis di dalamnya. Ciri pertama dari berfikir adalah adanya sebuah unsur logis didalamnya. Tiap bentuk berfikir mempunyai logika tersendiri.dengan kata lain berfikir secara nalar sama artinya dengan berpikir secara logis. Perlu dijelaskan, bahwa berfikir secara logis mempunyai konotasi jamak dan bukan konotasi tunggal. Karena itu suatu kegiatan berpikir dapat saja logis menurut logika lain.3
Pengetahuan tentang metode-metode dan prinsip-prinsip berpikir tidak dengan sendirinyan memberikan jaminan bagi seseorang dapat terampil dalam berfikir. Keterampilan berfikir itu harus terus menerus dilatih dan dikembangkan.
Untuk itu, mempelajari logika, khususnya logika formal secara akademis sambil tetap menekuni latihan-latihan secara serius, merupakan jalan paling tepat untuk
2 Ainur Rahman Hidayat, Filsafat Berfikir, (Pamekasan :Duta Media, 2018). hal. 1
3 Muhammad Fajrul Islam, “Pemikiran Politik (Madilog) Tan Malaka Menuju Kemerdekaan Indonesia”, Jurnal Pemikiran Dan Pendidikan Islam . Vol., 6 No. 2 Juni-Desember 2016. hal. 157
mengasah dan mempertajam akal budi. Dengan cara ini, lambat-laut diharapkan mampu berpikir sendiri secara tepat dan, bersama dengan itu, mampu pula mengendalikan setiap bentuk kesesatan berpikir, termasuk kesesatan berpikir yang dilakukan sendiri.
Logika itu sangat penting dalam kehidupan sehari-hari, ini berkaitan dengan kemampuan kita bernalar. Beruntunglah kita sebagai manusia diberikan kemampuan penalaran. Jadi pada dasarnya, semua manusia itu secara tidak sadar pasti menggunakan logikanya dalam menjalani kehidupan.4
Lapangan penyelidikan logika adalah manusia itu sendiri, karena hanya manusialah yang mampu melakukan aktivitas berpikir. Manusia tersebut hanya dipelajari menurut aspek tertentu, yaitu budi atau berpikirnya, terutama berkaitan dengan aturan berpikir. Aspek berpikir dari manusia itulah yang kemudian disebut dengan istilah objek material logika. Aturan berpikir dipelajari dalam logika agar manusia dapat berpikir dengan semestinya. Sehingga tercipta teknik-teknik berpikir yang menuntun cara berpikir lurus. Teknik-teknik yang dipelajari dalam logika tentu dilandasi oleh bentuk-bentuk dan hukum-hukum berpikir yang diselidiki dan dirumuskan oleh logika. Taraf kebenaran formal atau kebenaran bentuk. Kebenaran materi dan kriterianya akan diperoleh menurut bidang ilmunya masing-masing terutama dalam kajian epistimologi.5
Kepentingan, peran, dan manfaat logika akan terasa bagi orang-orang yang ingin menyempurnakan proses berpikirnya, baik dalam kehidupan sehari-hari maupun dalam rangka mempelajari suatu ilmu tertentu. Dalam bidang keilmuan,
4 Ainur Rahman Hidayat, Filsafat Berfikir..., hal. 3
5 Ainur Rahman Hidayat, Filsafat Berfikir..., hal. 5
sangat jelas tidak ada satupun ilmu yang tidak menggunakan atau menempu suatu proses pemikiran, proses menalar, pendek kata suatu proses logika. Bahkan semakin meningkat keterlibatannya dalam mengaji ilmu, maka pasti semakin intensif pula dalam hal pikir memikir, sehingga dibutuhkan kesanggupan berpikir yang tertib, lurus, dan baik. Di situlah kemudian logika menjadi sangat berperan penting sebagai alat yang mampu dalam menanggulangi pemikiran dan kesimpulan yang tidak valid. Dalam kehidupan sehari-haripun logika masih diperlukan dalam menuntun kita berpikir dan membuat kesimpulan yang benar.
Bukankah tindakan yang baik dan bijaksana seringkali lahir dari suatu proses pemikiran dan kesimpulan (keputusan) yang juga tepat dan benar. Walaupun logika hanya memberi secerca kebenaran, khususnya pada taraf kebenaran formal, tetapi yang sedikit itu tetap memberi andil kepada manusia berpikir benar, lurus dan tertib, sesuai dengan hukum-hukum berpikir.6
Logika merupakan sebuah ilmu pengetahuan dimana obyek materialnya adalah berpikir (khususnya penalaran/proses penalaran) dan obyek formal logika adalah berpikir/penalaran yang ditinjau dari segi ketepatannya. Logika bersifat a priori. Kebenaran logika tidak dapat ditemukan dan diuji secara empiris, tetapi diuji secara akal.7
Logika sebagai cara berpikir, dimiliki oleh semua manusia, termasuk bangsa Indonesia. Bangsa Indonesia mempunyai cara berpikir tersendiri. Akan tetapi, cara berpikir yang dimiliki itu berbeda. Hal ini terjadi sebelum kemerdekaan
6 Ainur Rahman Hidayat, Filsafat Berfikir..., hal. 6
7 Ainur Rahman Hidayat, Filsafat Berfikir..., hal. 6
bangsa Indonesia. Cara berpikir itu dipengaruhi oleh sejarah, yakni adanya sistem kapitalisme-kolonialisme. Hal ini menjadi keprihatinan bagi Tan Malaka.8
Logika “mistika” ini diwariskan terus menerus sehingga berkembang dan digunakan oleh bangsa Indonesia, dalam hal ini setiap peristiwa dan alam semesta yang terjadi diyakini oleh bangsa Indonesia karena ada sesuatu yang menyebabkannya, yakni Roh-roh atau “kekuatan yang tertinggi”. Orang memiliki kecenderungan untuk tidak menggunakan penalaran rasional atau masuk akal secara mandiri. Menurut Tan Malaka logika ini menyebabkan bangsa Indonesia menjadi “malas berpikir”, sehingga mempermudah perbudakan dan penjajahan bertumbuh dengan subur. Keberaniaan dalam berekplorasi dalam pemikiran untuk menganalisis realitas hidup yang konkret secara mandiri, tidak dimiliki, maka logika “mistika” tidak akan menghantar bangsa Indonesia kepada kemerdekaan yang sejati.9
Cita-cita Tan Malak dalam mewujudkan Indonesia merdeka tidak dapat dipisahkan dari karya Madilog-nya. Menurut Tan Malaka, merupakan sebuah upaya melawan cara berpikir kuno, penuh mistik dan yang masih dominan dengan takhayul-takhayul. Madilog merupakan kerangka berpikir yang timbul berdasarkan kenyataan rill. Karena itu dapat dikatakan bahwa Madilog adalah jalan baru menuju pemikiran yang rasional untuk menggatikan pemikiran Timur yang masih kuno. Dengan kata lain, Madilog merupakan sebuah konseb tentang
8 Suhartoyo,” Logika Menurut Tan Malaka Dalam Madilog”, (Skripsi: fakultas Filsafat Unika Widya Mandala Surabaya, Universitas UNIKA Widya Manda Surabaya, 2013). hal. 2-3
9 Suhartoyo, Skripsi:” Logika Menurut Tan..., hal. 3-4
cara atau pola berpikir baru yang patut dimiliki oleh segenap bangsa Indonesia untuk merdeka dan memperbaharui serta membangun dirinya.10
Logika itu dikatakan dalam Madilog. Madilog merupakan karya orisinil dari Tan Malaka. Karya tersebut menjelaskan tentang logika, yng dimaksudkan oleh Tan Malaka. Karya-karya ini dipengaruhi oleh beberapa pemikiran, terutama George Wilhelm Ffiedrich Hegel (1770-1831), Karl Marx (1818-1883) dan Friedrich Engels (1820-1895) dan “pemikir kiri” lainnya. Berdasarkan hasil pengamatan penulis pada saat ini masih banyak masyarakat yang masih menggunakan cara perpikir yang masih fasip, dimana masyarakat masih mempercayai hal-hal yang tidak masuk akal, takhayul atau ramalan.
Dan penulis juga tertarik pada judul ini karena dalam prodi aqidah dan filsafat Islam khususnya dimana logika merupakan ilmu tentang cara perpikir yang lurus.
Dan dengan ini, penulis mengharapkan mahasiswa aqidah dan filsafat Islam terlatih dalam berpikir secara matang dan tidak gegabah dalam mengambil suatu keputusan.
Diamana penelitian yang diteliti oleh penulis ini sudah ada yang membahas tentang Makna Logika Tan Malaka di Dalam Madilog dimana yang perbedaan antara penelitian ini dengan penelitian terdahalu terletak pada pembahasan dan titik fokus yang dibahas dalam penelitian ini, dimana penelitian terdahulu banyak menceritan tentang faktor-faktor pendorong Tan Malaka dalam menulis buku Madilog dan peristiwa-peristiwa yang dilalu Tan Malaka semasa hidupnya.
Sedangkan dalam penelitian ini penulis ingin memberikan secara langsung
10 Muhammad Fajrul Islam, “Pemikiran Politik (Madilog)..., hal. 162-163
bagaimana makna Logika yang dimaksud oleh Tan Malaka sendiri tanpa harus menyajikan berbagai macam peristiwa-peristiwa yang melatar belakanginya.
Berangkat dari pemikiran Tan Malaka, penulis ingin mengetahui dan mendalami “ Makna Logika Tan Malaka di Dalam Madilog”. Logika yang menjadi kritik atas pemikiran mistis dan bertujuan untuk menghantar kepada kemerdekaan. Kemudian, bagaimana logika itu diterapkan. Terakhir, bagaimana sumbangan pemikiran Tan Malaka bagi bangsa Indonesia.
B. Batasan Masalah
1 Mengenai konsep logika menurut Tan Malaka
2 Mengenai kritik Tan Malaka atas logika mistis bangsa Indonesia 3 Mengenai relevansi pemikiran Tan Malaka bagi bangsa Indonesia
C. Rumusan Masalah
Berdasarkan pada latar belakang masalah diatas, rumusan masalah dalam penelitian ini yaitu:
1. Bagaimana konsep logika menurut Tan Malaka dalam kaitannya dengan budaya berpikir masyarakat Indonesia?
2. Bagaimana kritik Tan Malaka atas logika mistis bangsa Indonesia?
D. Tujuan Penelitian
Dalam melakukan penelitian, peneliti tentu saja tidak dapat lepas dari adanya sebuah tujuan yang ingin dicapai untuk mewujudkan rasa keinginan dari sasaran penelitian adapun tujuan penelitian adalah:
1. Untuk mengetahui bagaimana konseb logika menurut Tan Malaka
2. Untuk mengetahui bagaimana kritik Tan Malaka atas logika mistis bangsa Indonesia
E. Manfaat Penelitian 1. Teoritis
Secara teoritis, hasil dari penelitian ini dapat memperkaya dan sumbangan ilmu pengetahuan khususnya disiplin Ilmu Aqidah dan Filsafat Islam yang dikaitkan dengan logika dan juga dapat dijadikan sebagai sumber atau bahan informasi bagi para pembaca dan rujukan bagi peneliti dengan tema semacamnya.
2. Praktis
a. Untuk memperoleh gelar sarjana pada program studi Aqidah dan Filsafat Islam Ushuluddin Adab dan Dakwah di Institut Agama Islam Negeri Bukittinggi.
b. Untuk memperoleh ilmu pengetahuan, penelitian ini selain untuk menambah kualitas jumlah pustaka, juga berguna untuk memahami dan mempelajari tentang makna logika menurut Tan Malaka di dalam madilog, dan memperluas khasanah Ilmu Aqidah dan
Filsafat Islam khususnya tentang makna Logika Tan Malaka di dalam Madilog.
c. Kegunaan praktis sebagai bahan dasar dalam mengunakan logika yang benar
F. Penjelasan Judul
Untuk mempermudah pembaca dalam menghindari kekeliruan dalam memahami pembahasan judul ini, penulis menjelaskan istilah agar pemahaman dan pembahasannya dapat terarah sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai.
1. Logika
Secara etimologi, logika adalah istilah yang dibentuk dari kata logikos yang berasal dari kata benda logos. Kata logos berarti: sesuatu yang diutarakan, suatu pertimbangan akal (pikiran), kata, atau ungkapan lewat bahasa. Kata logikos berarti mengenai sesuatu yang diutarakan. Mengenai suatu pertimbangan akal, mengenai kata, mengenai percakapan atau yang berkenaan dengan ungkapan lewat bahasa. Dengan demikian, dapatlah dikatakan bahwa logika adalah suatu pertimbangan akal atau pikiran yang diutarakan lewat kata dan dinyatakan dalam bahasa. Sebagai ilmu, logika
disebut logika episteme atau dalam bahasa latin disebut logica scientia yang berarti ilmu logika, namun sekarang lazim disebut dengan logika saja.11 2. Tan Malaka
Tan Malaka adalah tokoh penting bagi Republik Indonesia. Perhatian utamanya ialah menutup buku kolonialisme selama-lamanya dari bumi pertiwi.12 Tan Malaka merupakan sosok pejuang bangsa Indonesia yang dikenal dengan berbagai kontroversi yang dimiliki. Tan Malaka memiliki nama asli Sultan Ibrahim. Lahir di Sumatera Barat pada tahun 1897. Tan malaka serupakan salah satu tokoh pergerak kemerdekaan Indonesia yang cukup ditakuti oleh para kolonialis Belanda disebabkan oleh kritik dan semangat untuk merebut kemerdekaan yang tiada henti menyebabkan Tan Malaka dipenjara dan diasingkan ke luar negeri.13
3. Madilog
Madilog merupakan istilah baru dalam cara berpikir dengan menghubungkan ilmu bukti serta mengembangkannya dengan jalan dan metode yang susuai dengan akar kebudayaan Indonesia yang merupakan bagian dari kebudayaan dunia. Bukti adalah fakta, dan fakta adalah lantainya ilmu bukti. Bagi filsafat idealisme, yang pokok yang pertama adalah budi (mind), kesatuan, pikiran dan pengideraan. Sementara, pikiran
11 Mahhamd Rakhmat. Pengantar Logika Dasar , (Bandung: LoGoz Publishing, 2013).
hal.
12 Taufik Adi Susilo, Tan Malaka, (Jogjakarta : GARASI: 2018). hal. 9.
13 Raden Samidi, Suharno, “Mengurai Gagasan Tan Malaka Sebagai Bentuk Kontribusi Terhadap Pemerintahan Rebublik Indonesia”. Jurnal Ilmu Sosial, Vol. 46. No. 2 desember 2019.
hal. 142.
dan pengideraan alam, benda dan realita nyata serta objek sekeliling sebagai yang ada, yang pokok dan yang pertama.14
Dimana secara umum dari penjelasan judul diatas dapat ditarik kesimpulan dimana logika adalah istilah yang dibentuk dari kata logikos yang berasal dari kata benda logos yang berarti: sesuatu yang diutarakan, suatu pertimbangan akal (pikiran), kata, atau ungkapan lewat bahasa. Sedangkan Tan Malaka merupakan sosok pejuang bangsa Indonesia yang dikenal dengan berbagai kontroversi yang dimiliki. Tan Malaka memiliki nama asli Sultan Ibrahim. Lahir di Sumatera Barat pada tahun 1897. Madolog merupakan istilah baru dalam cara berpikir dengan menghubungkan ilmu bukti serta mengembangkannya dengan jalan dan metode yang sesuai dengan akar kebudayaan Indonesia yang merupakan bagian dari kebudayaan dunia.
G. Sistematika penulisan
Sesuai dengan maksud dan tujuan penelitian proposal ini, maka penulis akan menguraikan tentang makna logika Tan Malaka di dalam Madilog yang terdiri dari tiga bab yaitu:
BAB I : merupakan pendahuluan yang meliputi di dalamnya terdapat latar belakang masalah, rumusan dan batasan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, penjelasan judul, dan sistematika penulisan.
14 Faisal, Firdaus Syah, “Tan Malaka, Revolusi Indonesia Terkini”. Jurnal Kajian Politik Dan Masalah Pembangunan, Vol. 11 No. 1 2015. hal. 1576.
BAB II: menguraikan tentang landasan teori yang berisikan pengertian logika, dan teori makna.
BAB III: Merupakan metodologi penelitian yang didamnya terdapat jenis penelitian, pendekatan penelitian sumber dan teknik pengumpulan data serta analisis data.
BAB IV: merupakan hasil penelitian yang didalamnya membahas profil Tan Malaka, madilog, makna logika Tan Malaka dalam madilog, dan kritik Tan Malaka terhadap logika mistika bangsa Indonesia.
BAB VI: merupakan penutup yang didalamnya membahas kesimpulan dan saran.
BAB II
LANDASAN TEORI
A. LOGIKA
1. Pengertian logika
Pengertian logika berasal dari bahasa Yunani yang berhubungna dengan kata logis, yang berarti pikiran atau perkataan dari pikiran. Hal ini membuktikan bahwa adanya hubungan yang erat antara pikiran dan perkatakaan yang merupakan pernyataan dari bahasa Indonesia. Dalam historis manusia pertama yang menyebut kata logika pertama ialah Ciceru abad ke 1 sebelum masehi. Tetapi, belum dinamakan hukum logika berpikir, dalam arti tersebut seni berdebat. Selanjutnya oleh Alexander Afro Disars adalah orang pertama yang mengunakan kata-kata logika dalam arti ilmu yang menyelidiki sesuatu yang diperlukan dan tidak hanya suatu pemikiran seseorang saja. Namun, Aristoteles pada waktu itu belum menamakan ilmu tersebut dengan logika tetapi, Aristoteles menamakan dengan istilah analitik dan dialektik. Untuk lebih paham tentang logika atau mantiq maka, kata-kata mantiq (logika) menurut bahasa adalah berkata benar. Berkenaan dengan istilah mantiq berasal dari kata “
قطن
” berarti berpikir, “قطان
” berarti yang berpikir, “قوطنم
” berarti yang dipikirkan dan “قيطنم
” yang bermakna alat berpikir. Berdasarkan keterangan diatas dapat dimaklumi bahwa, disiblin ilmu yang membahas metedologi berpikir ini dengan sebutan sebagai berikut:Ilmu Mantiqa. Ma’yar al-Ulum b. Ilmu al-Mizan c. Ilmu al-Ulum1
Encyclopedia Britannica menyatakan bahwa logika adalah studi sistematis tentang stuktur proposisi dan syarat-syarat umum mengenai penalaran yang sahih dengan menggunakan metode yang mengesampingkan isi atau bahan proposisi dan hanya membahas bentuk logisnya saja. Perbedaan bentuk dan bahan ini diasakan apabila kita membedakan ketetapan logik (Logical Soundness) atau kesahihan (validity) sebuah penalaran dengan kebenaran premis-premisnya, yang menjadi pangkal tongkatnya.
Pengertian yang diuraikan oleh Encyclopedia Britannica, hanya membahas bentuk penalaran dan oleh karenanya logika yang dimaksud adalah logika formal, untuk membedakannya dengan logika materil, yakni logika yang membahas penalaran dari segi isi atau bahannya, dalam konsesus sekarang, yakni disebut logika itu adalah logika formal.
Kemudian logika yang dapat dikatakan sebagai metode atau teknik meneliti ketepatan nalar.2
Adapun pengertian logik menurut para ahli sebagai berikut:
1. Drs. Hasbullah Bakry dalam bukunya Sytematika Filsafat (1964) merumuskan defenisi ilmu (pengetahuan) logika sebagai berikut:
1 M. Idrus. H Ahmad, “Signifikasi Memahami Logika Dasar”. Jurnal Bubstantia. Vol.
14., No. 1, April 2012. Hal. 38.
2 Mahhamad Rakhmat. Pengantar Logika Dasar ..., hal. 33-34.
a. Logika ialah ilmu pengetahuan yang mengetur penelitian hukum- hukum akal manusia sehingga menyebabkan pikirannya dapat mencapai kebenaran.
b. Logika ialah ilmu pengetahuan yang mempelajari aturan-aturan dan cara-cara berpikir yang dapat menyampaikan manusia kepada kebenaran.
c. Logika ialah ilmu pengetahuan yang mempelajari pekerjaan akal dipandang dari jurusan benar atau salah.3
2. Al-Ghazali menyatakan bahwa logika adalah merupakan muqaddimah bagi seluruh ilmu. Bahkan di dalam bukunya yang berjudul al-Mustasyfa fi Ilmi al-Usnul ia menyatakan bahwa barang siapa yang tidak menguasai logika maka pengetahuannya tidak dapat dipercaya sama sekali.4
3. William S. Sahakian menyatakan bahwa logika adalah pengkajian untuk berpikir secara sahih, hakikat dari pengertian ini adalah untuk menegaskan bahwa logika harus dipahami lewat sebuah penalaran, karena sebuah penalaran akan dikatakan logis jika menggunakan konseb berpikir dalam logika. Maka dengan demikian, dalam memahami logika terlebih dahulu harus dipahami apa itu penalara.5
3 Hendro Trieddiantoro putro, artikel, Logik. Universitak Teknilogi Yogyakarta, september 2013. hal 2. http://www.researchgate.net/publication/27126514_Logika , (diakses pada 25 Desember 2020 jam 12:59).
4 Muhammad Nur,”Islam Dan Logika Menurut Pemikiran Abu Hamid Al-Ghazali”,jurnal Al-Ulum, Vol. 11, No. 1, Juni 2011. hal. 49.
5 Mahhamad Rakhmat. Pengantar Logika Dasar ..., hal. 12.
4. The Liang Gie dalam bukunya Dictionary og Logic (kamus logika) menyebutkan: Logika adalah bidang pengetahuan dalam lingkungan filsafat yang mempelajari secara teratur asas-asas dan aturan-aturan penalaran yang betul.
Dari beberapa pengertian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa logika merupakan sebuah ilmu pengetahuan dan keterampilan untuk berpikir lurus, karena sesungguhnya logika berhubungan dengan kegiatan pikir, namun kegiatan pikir yang dimaksud adalah bukan berpikir yang asal- asalan, tetapi berpikir menurut hukum-hukum logika.
Sebagai suatu disiplin, logika adalah cabang filsafat yang mempelajari kegiatan berpikir manusia. Jadi, objek studinya adalah kegiatan berpikir, sedangkan objek materi dari logika adalah kegiatan berpikir, dalam artian teknis yang dimaksud dengan berpikir adalah proses rohani atau kegiatan akal budi yang berada dalam kerangka bertanya dan berusaha untuk memperoleh jawaban. Kerangka bertanya itu akan terjadi jika manusia merasa dihadapkan pada pertanyaan atau masalah. Adapun faktor-faktor yang akan memaksa manusia akan berpikir antara lain:
1. Jika pertanyaannya atau pendiriannya dibantah oleh orang lain.
2. Jika dalam lingkungannya terjadi perubahan secara mendadak, atau terjadi peristiwa yang tidak diharapkan.
3. Jika ia ditanya.
4. Dorongan rasa ingin tau.6
6 Arief Sidharta, Pengantar Logika. (Bandung: PT Refika Aditama, 2016). hal. 3-4
2. Sejarah Perkembangan logika
Logika dimulai sejak Thales (624 SM-548 SM). Filosofi Yunani yang meninggalkan segala dongeng, takhayul dan cerita-cerita isapan jempol dan berpaling dari akal budi untuk memetcahkan rahasia alam semesta.
Thales mengatakan bahwa air adalah arkhe (Yunani) yang berarti prinsip atau asas utama alam semesta. Saat itu Thales telah mengenal logika induktif
Aristoteles kemudian mengenalkan logika sebagai ilmu, yang kemudian disebut dengan logica scientica. Aristoteles mengatakan bahwa Thales menarik kesimpulan bahwa air adalah arkhe alam semesta dengan alasan bahwa air adalah jiwa segala sesuatu. Dalam logika Thales, air adalah arkhe alam semesta, yang menurut Aristoteles disimpulkan dari; air adalah jiwa tumbuh-tumbuhan (karena tanpa air tumbuhan mati); air adalah jiwa hewan dan jiwa manusia, air jugalah uap, air juga es. Jadi, air adalah segala sesuatu, yang berarti air adalah arkhe alam semesta, sejak saat itu Thales sang filsuf mengenalkan pernyataannya, logika telah mulai dikembangkan.
Pada masa Aristoteles logika masih disebut dengan analitica, yang secara khusus meneliti berbagai argumen yang berangkat dari proposisi yang benar, dan diatektika yang secara khusus meneliti argumentasi yang berangkat dari proposisi yang masih diragukan kebenarannya. Inti dari logika Aristoteles adalah silogisme.
Pada 370 SM-288 SM Theophrastus, murid Aristoteles yang menjadi pemimpin Lyceum, melanjutkan pengembangan logika, istilah logika untuk pertama kalinya dikembangkan oleh Zeno dan Citium 334 SM-226 SM pelopor kaum Stoa. Sistemasisasi logika terjadi pada masa Gelenus (130 M-201M) dan Sextus Empiricus 200 M.7
Pada mula tahun 1141, penggarapan logika hanya berkisar pada karya Aristoteles yang berjudul Kategorial dan Peri Hermenies karya tersebut ditambah kerya Porphyrios yang bernama Eisagogen. Sesudah tahun 1441, keempat karya Aristoteles lainnya dikenal lebih luas dan disebut sebagai logika baru. Logika lama dan logika baru kemudian disebut logika antik untuk membedah diri dari logika terminisme atau logika modern. Atau yang disebut juga dengan logika suposisi yang tumbuh berkat pengaruh filosof Arab.
Pada abad ke XII-XV disebut dengan logika modern, tokoh-tokohnya adalah Petrus Hispanus, Roger Bacon, W. Okcham, dan Raimon Lullus yang menemukan metode logika baru yang disebut Ars Magna, yakni semacam Al-jabar pengertian dengan tujuan untuk membuktikan kebenaran-kebenaran tertinggi.8
B. TEORI MAKNA
Hidup adalah proses interpretasi (hermeneutika). Manusia tidak dapat menghindari dari membuat interpretasi. Manusia harus senatiasa menafsirkan
7 Mahhamad Rakhmat. Pengantar Logika Dasar ..., hal.
8 Mahhamad Rakhmat. Pengantar Logika Dasar ..., hal. 7.
karena ia selalu harus menempatkan diri dalam konteks yang terus berubah.
Menafsirkan merupakan hakikat transendensi manusia dalam menghadapi bahanya imanensi (ketenggelaman dan kebekuan).
Ketika berhadapan dengan teks, pembaca harus membangun makna sesuai dengan konteks ketika teks itu dibaca. Sebuah teks sudah memiliki makna internal dan objektif hermeneutika berfungsi mencari dinamika internal stuktural teks dan daya proyeksi teks. Sebuah teks tidak lagi berada dibalik atau dibelakangnya, melaikan dihadapannya. Seorang penafsir harus membuka diri terhadap teks yang juga membuka diri dan membuka diri terhadap kemampuannya.
a. Konsep Teoretik Hermeneutika
Apa yang dimaksud dengan hermeneutika? Secara etimologis, kata hermeneutic berasal dari bahasa Yunani hermeneutic yang berarti penafsiran kata benda hermeneia, secara harfiah dapat diartikan sebagai penafsiran atau interpretasi. Hermeneutika secara umum dapat diartikan sebagai suatu teori atau filsafat tentang interpretasi makna. Hermeneutika adalah studi pemahaman, khususnya pembahasan teks.9
Ada banyak tokoh dalam hermeneutika. Sebut saja, misalnya, F.D.E Schleiermarcher, Wilhelm Dilthey, Hans-Georg Gadamer, Jurgen Habermas, dan Paul Ricoeur. Dimana dalam hal ini penulis tidak akan menjelaskan pemikiran hermeneutik semua tokoh tersebut. Dalam dalam
9 Anshari, “Hermeneutika Sebagai Teori Dan Metode Interpretasi Makan Teks Sastra”, Jurnal Sawerigading, Vol. 15, No. 2 Agustus 2009. hal. 188.
tulisan ini metode hermeneutika yang akan dibahas adalah metode yang dikemukakan Paul Ricoeur dan Wilhelm Dilthey.10
1. Paul Recouer
Paul Recouer adalah tokoh yang berpengaruh besar di dalam perkembangan studi hermeneutika di era kontemporer. Beberapa pokok pemikiran Paul Recouer tentang hermeneutika diuraikan berdasarkan permasalahan awal sebagai berikut. Bagaimana sebuah pemikiran simbol, yang sedemikian luasnya dan sedemikian kuatnya, dapat membuka wawasan berpikir yang sejalan dengan arus rasionalitas dan ketanya pemikiran filsafat?
Singkatnya, bangaimana pemikiran filosofis dapat diartikulasikan berdasarkan hermeneutika simbol?11
Menurut Ricoeur simbol membangkitkan pemikiran. Simbol memberikan makna, namum makna yang diberikan tersebut adalah hal yang harus dipikirkan. Ricoeur juga mengemukakan kriteria simbol. Simbol berangkat dari sebuah kesaksian yang nerupakan ranah pengalaman sebelum masuk kedalam ranah teologi atau mitos. Simbol primer dalam hal ini adalah unsur bahasa yang harus dibedakan dengan simbol mitis, simbol mitis lebih banyak
10 Acep Iwan Saidi, “Hermeneutika, Sebagai Sebuah Cara Untuk Memahami Teks”, Jurnal Sosioteknologi. Edisi 13. 7 April 2008. hal. 376.
11 Lathifatul Izzah El Mahdi, “Hermeneutika Fenomenologi Paul Ricoeur Dari Pembaca Simbol Hingga Teks-Aksi-Sejarah, Jurnal Kajian Islam Interdisipliner, Vol. 6 No. 1 2007. Hal.
19.
diceritakan, mencibtaka ruang bagi dimensi naratif, misalnya penokohan, latar tempat dan waktu dalam fabel.12
Menurut Ricoeur hubungan antara hermeneutika dan pemikiran filsafat ada tiga tahap pemahaman yang menyebabkan perubahan dari kehidupan yang berada di dalam simbol menjadi cara berpikir yang berawal dari simbol.
Pertama fenomenoligi sederhana yang berawal dari pemahaman simbol dan dari simbol itu sendiri (totalitas simbol) tahap pertaman ini sudah merupakan pemahaman karena pada tahap ini sudah menghubungkan simbol dengan dunia. Pemahaman pada tahap ini masih bersifat horisontal dan panoramik, belum menampakkan kedalaman. Orang harus berangkap pada tahap yang memungkinkannya untuk secara intens dan emosional sekaligus kritis pada saat yang berasamaan. Kita harus mengikuti proses penafsiran dan terlibat dalam kehidupan sebuah simbol atau mitos.
Pada tahap kedua orang masuk pada ranah hermeneutik yang menawarkan apa yang disebut lingkaran hermeneutik. Interpretasi sangat tergantung pada keadaan yang sangat individual dari teks.dalam hermeneutik modern, simbol itu sendiri memberikan makna dan bekerja bersama-sama dengan inisiatif dan cerdas untuk menguraikannya. Hermeneutika mengajak orang untuk bersama- sama berperan dalam dinamika simbol yang menjadi subjek yang
12 Indraningsih, “Hermeneutika Paul Ricoeur Dan Penerapannya Dalam Pemaknaan Simbol Dalam Roman “Rafilus” Karya Budi Darma”, Jurnal Filsafat, Vol. 21 No. 2 Agustus 2011. hal 199.
ditaklukan. Hanya melalui peran bersama itulah pemahaman masuk kedalam dimensi kritik dan akhirnya menjadi hermeneutik.13
Tahap ketiga adalah pemahaman simbol-simbol. Tahap ini yang disebut dengan tahap filosofis. Pada tahap ini, pemikiran berawal dari simbol dan tentang simbol yang membangun pernyataan dasar bagi wacana yang hidup diantara manusia.
Simbol membangkitkan pemikiran sehingga kita harus selalu penghadapi pengulangan simbol dan tiruannya dalam rasionalitas, merasionalisasikan simbil, serta memastikan keberadaannya dalam imajinasi, tempat simbol itu dan membentuk dirinya.14
2. Wilhelm Dilthey
Wilhelm Dilthey merupakan seorang filusuf yang terkenal dengan filsafat hidupnya, yang menyatakan hidup adalah rangkaian pengalaman manusia yang menjadi secarah kehidupannya yang dipahami secara luas dan menyeluruh. Dimana hermeneutik adalah salah satu dari sekian teori dan metode untuk menyingkap makna, sehingga dapat dikatakan bahwa hermeneutik memiliki tanggung jawab utama untuk menyikap dan menampilkan makna di balik simbol-simbol yang menjadi obyehnya.15
13 Abdul Wachid, “Hermeneutika Sebagai Sistem Interpretasi Paul Ricoeur Dalam Memahami Teks-Teks Seni”, Jurnal Imaji. Vol. 4 No. 2 Agustus 2006. hal 206.
14 Indraningsih, “Hermeneutika Paul Ricoeur.., hal 200.
15 Sholika, “Pemikiran Hermeneutika Wilhelm Dilthey (1833-1911 M), Jurnal Studi Keislaman, Vol. 7, No. 2, September 2017. hal. 110.
Dimana menurut Wilhelm Dilthey hermeneutik adalah “teknik memahami ekspresi kehidupan yang tersusun dalam tulisan”. Oleh karena itu ia menekankan bahwa setiap karya-karya sejarah yang merupakan ekspresi dari pengalaman hidup di masa lalu. Dimana Erlebnis adalah istilah yang digunakan Wilhelm Dilthey untuk menyebut pengalaman hidup.16
Hermeneutika Wilhelm Dilthey dibagi menjadi beberapa bagian pertama pengalaman (Erlebnis) dimana bagi Wilhelm Dilthey pengalaman yang dimaksud adalah pengalaman hidup, dimana seseorang bersentuhan langsung dengan realitas, baik itu berhadapan secara langsung maupun melalui proses transposisi dimana seseorang menemukan dirinya dalam orang lain. Kedua.
Ekspresi bagi Wilhelm Dilthey sebuag ekspresi bukanlah merupakan pembentuk perasaan seseorang namun lebih sebuah
“ekspresi hidup” segala sesuatu yang merefleksikan produk kehidupan dalam manusia. Wilhelm Dilthey yang dikutip oleh Hadi, membedakan ekspresi (ungkapan) menjadi tiga macam yaitu:
1. Ungkapan tentang ide dari hasil konstruksi pikiran atau merupakan Denkgebilde, yaitu stuktur pikiran.
2. Ungkapan dalam bentuk tingkah laku manusia dalam melahirkan maksudnya, dan didalam maksud ungapan itu menggunakan bahasa sebagau alat komunikasi.
16 I Ketut Wisarja, “Hermneneutika Sebagai Ilmu Kemanusiaan (Perspektif Hermeneutika Wilhelm Diilthey), Jurnal Filsafat, No. 3, Desember 2003. Hal. 205.
3. Ungkapan yang disebut dengan Erlebnisausdriicke ungkapan jiwa yang terjadi secara spontan, seperti decak kagum, sedih dan lain sebagainnya.
Ketiga pemahaman dimana pemahaman adalah sebuah kata yang bisa dibandingkan dengan Erklaren yang bermakna menjelaskan. Makna memiliki peran tersendiri dalam pemahaman.
Makna adalah apa yang diperoleh pengalaman dalam interaksi resiprokal yang esensial dari keseluruhan dan bagian-bagian lingkaran hermeneutis. Dimana proses pemahaman ini terdiri dari dua bagian yang berhubungan dengan rangkaian peristiwa dalam proses kehidupan secara berbeda satu sama lain. Pertama, pengalaman yang hidup menimbulkan ungkapan. Kedua, dalam proses menghidupkan kembali atau rekonstruksi berbagai peristiwa, dimana orang dapat melihat kelanjutan peristiwa tersebut sehinnga ia bisa ambil bagian di dalamnya, maka ia melakukan proses hubungan sebab-akibat. Bagian kedua ini merupakan epitomae atau ikhtisar pemahaman.17
C. PENELITIAN RELEVAN
Kajian tentang Makna Logika Menurut Tan Malaka di Dalam Madilog memang bukan pertama kali dilakukan, terutama penelitian jurnal maupun Skripsi. Sejauh penelusuran yang dilakukan, peneliti menjumpai yang memiliki
17 Sholika, “Pemikiran Hermeneutika Wilhelm..., hal. 116-117.
titik singgung dengan judul yang diangkat dalam penelitian skripsi ini, berikut yang menjadi acuan pustaka sebagai komparasi akan keotentikan penenitian ini:
1. Jurnal yang ditulis oleh Ponirin dan Agum Patria Silaban, yang berjudul Pemikiran Politik Tan Malaka Tentang Konseb Negara Indonesia.
Penelitian ini fokus membahas konseb negara dan upaya-upaya yang dilakukan Tan Malaka dalam mewujudkan konsep negara.18
2. Jurnal yang ditulis Raden Samidi dan Suharno, yang berjudul Gagasan Tan Malaka Sebagai Bentuk Kontribusi Terhadap Pemerintahan Republik Indonesia. Penelitian ini fokus membahas mengenai gambaran mengenai nasionalisme Tan Malaka dalam perjuangannya mempertahankan kemerdekaan. Dan membahas teori-teori dasar mengenai konsep nasionalis.19
3. Jurnal yang ditulis oleh Muhammad Fajrul Islam, yang berjudul Pemikiran Politik (madilog) Tan Malaka Menuju Kemerdekaan Indonesia. Penelitian ini fokus membahas stuktur esensi Madilog dan perjuangan Tan Malaka menuju kemerdekan Indonesia.20
4. Jurnal yang ditulis M Idrus dan H Ahmad, yang berjudul Signifikasi Memahami Logika Dasar. Penelitian ini fokus membahas mengenai pengertian logika dan manfaat dari logika.21
18 Ponirin dan Agum Patria Silaban, “Pemikiran Politik Tan Malaka Tentang Negara Indonesia”. Jurnal Putri Hijau. Vol, 4. No, 1. 2019.
19 Raden Samidi, Suharno, “Mengurai Gagasan Tan Malaka Sebagai Bentuk Kontribusi Terhadap Pemerintahan Rebublik Indonesia”. Jurnal Ilmu Sosial, Vol. 46. No. 2 desember 2019
20 Muhammad Fajrul Islam, “Pemikiran Politik (Madilog) Tan Malaka Menuju Kemerdekaan Indonesia”, Jurnal Pemikiran Dan Pendidikan Islam . Vol., 6 No. 2 Juni-Desember 2016.
21 M. Idrus. H Ahmad, “Signifikasi Memahami Logika Dasar”. Jurnal Bubstantia. Vol.
14., No. 1, April 2012.
5. Jurnal yang ditulis Faisal dan Firdaus Syah, yang berjudul Tan Malaka.
Penelitian ini fokus membahas pada revolusi Tan Malaka.22
6. Skripsi Suhartoyo, yang berjudul Logika Menurut Tan Malaka Dalam Madilog. Penelitian ini fokus membahas tentang logika mistika bangsa Indonesia.23
Melihat penelitian sebelumnya maka penulis memilih judul Makna Logika Menurut Tan Malaka di Dalam Madilog sebagai sebuah kajian yang baru mengingat penelitian sebelumnya membahas Logika dan revolusi yang dilakukan Tan Malaka, sehingga penulis hanya memfokuskan penelitian pada Makna Logika Tan Malaka di Dalam Madilog. Sedangka penelitian terdahulu banyak membahsa tentang latar belatan Tan Malaka menulis buku Madilog tersebut dan sejarah-sejarah yang menjadi faktor pendorong Tan Malaka dalama menulis buku Madilog tersebut.
22 Faisal dan Firdaus Syah, “Tan Malaka, Revolusi Indonesia Terkini”. Jurnal Kajian Politik Dan Masalah Pembangunan, Vol. 11 No. 1.
23 Suhartoyo,” Logika Menurut Tan Malaka Dalam Madilog”, (Skripsi: fakultas Filsafat Unika Widya Mandala Surabaya, Universitas UNIKA Widya Manda Surabaya, 2013).
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan oleh penulis adalah penelitian keperpustakaan (library research) artinya kegiatan untuk menghimpun informasi yang relevan dengan topik atau masalah yang menjadi objek penelitian. Informasi tersebut dapat diperoleh dari buku-buku, karya ilmiah, tesis, disertasi, ensiklopedia, internet,dan sumber-sumber lain. Dengan melakukan studi keperpustakaan, peneliti dapat memanfaatkan informasi dan pikiran-pikiran yang relevan dengan penelitiannya.1
Dengan menekankan pada penelusuran atau penelaah bahan-bahan pustaka atau literatur yang sesuai dengan pembahasan penelitian ini, yaitu tentang Makna Logika Tan Malaka di Dalam Madilog.
B. Pendekatan Penelitian
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini ialah studi pemikiran tokoh.
Studi tokoh juga merupakan bagian penting dari kajian akademi yang tidak terpisahkan mengingat tokoh-tokoh besar yang lahir dalam bidang agama begitu banyak. Dalam studi Islam misalnya, sebagaimana yang disebutkan Sahrin Harahap, studi tokoh menjadi mentradisi dikalangan sarjana muslim sebagai bagian dari kerja intelektual mereka. Pendekatan pada pemikiran Islam merujuk
1 Wikipedia, “penelitian Pustaka”, diakses pada tanngal 28 Desember 2020 jam 09:56 WIB, dari http://www.transiskom.com/2016/03/pengertian-studi-keperpustakaan.html?m=1.
ke bidang ilmu yangdijadikan landasan untuk pendalaman objek penelitian.
Seperti Teologis, Sufistik, Filosofis Islam dan lain-lain.2
C. Sumber Data
Penelitian ini merupakan jenis penelitian keperpustakaan atau library research. Maka sumber data bersifat kepustakaan atau berasal dari literatur, baik yang bersumber dari karya Tan Malak sebagai tokoh yang diteliti, maupun sumber lain yang berkaitan dengan tokoh yang diteliti. Sumber yang digunakan baik dalam bentuk buku atau tulisan-tulisan lainnya yang berhubungan dengan topik penelitian yang dibahas. Sumber data yang dikumpulkan terdiri dari data primer dan data sekunder. Data primer sebagai data pokok dan data sekunder sebagai data pendamping atau penujang dalam penelitian.
1. Sumber Primer
Adapun sumber primer yang di bawah ini adalah karya-karya Tan Malaka, diantaranya:
a. Tan Malaka, Madilog, (Yogyakarta: NARASI, 2014)
b. Tan Malaka, Islam Dalam Madilog, (Bandung: SEGA ARSY, 2014)
c. Tan Malaka, Gerpolek, (Yogyakarta: NARASI, 2011) d. Tan Malaka, Aksi Massa, (Yogyakarta: NARASI, 2013)
2 Rahmadi , “Metode Studi Tokoh dan Aplikasinya Dalam Penelitian Agama”. Jurnal AL- JANBARI. Vol, 18. No 2, Juni-Desember 2019. hal. 275.
2. Sumber Skunder
a. Johar T.H. Situmorang, Filsafat Yunani, (Jogjakarta: Buku dan Majalah Rohani, 2020)
b. Ainur Rahman Hidayat, Filsafat Berfikir, (Pamekasan :Duta Media, 2018)
c. Suhartoyo,” Logika Menurut Tan Malaka Dalam Madilog”, (Skripsi: fakultas Filsafat Unika Widya Mandala Surabaya, Universitas UNIKA Widya Manda Surabaya, 2013)
d. Mahhamd Rakhmat. Pengantar Logika Dasar , (Bandung: LoGoz Publishing, 2013)
e. Taufik Adi Susilo, Tan Malaka, (Jogjakarta : GARASI: 2018) f. Faisal, Firdaus Syah, “Tan Malaka, Revolusi Indonesia Terkini”.
Jurnal Kajian Politik Dan Masalah Pembangunan, Vol. 11 No. 1 2015.
g. M. Idrus. H Ahmad, “Signifikasi Memahami Logika Dasar”.
Jurnal Bubstantia. Vol. 14., No. 1, April 2012.
h. Muhammad Nur,”Islam Dan Logika Menurut Pemikiran Abu Hamid Al-Ghazali”,jurnal Al-Ulum, Vol. 11, No. 1, Juni 2011.
i. Arief Sidharta, Pengantar Logika. (Bandung: PT Refika Aditama, 2016).
j. Basiq Djalil, Logika Ilmu Mantiq. (Jakarta: KENCANA 2019).
D. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yaitu cara yang digunakan oleh penulis untuk mengumpulkan data dan menggali data yang bersumber dari sumber primer dan sumber data sekunder, dalam hal ini penulis mengidentifikasi wacana yang terdapat dalam buku-buku, makalah atau artikel, jurnal, web (internet), adapun informasi lain yang berhubungan dengan judul penulis tentang Makna Logika Menurut Tan Malaka di Dalam Madilog. Dalam pelaksanaannya, peneliti ,melalui beberapa langkah sebagai berikut:
1. Melakukan pengumpulan karya-karya yang berkaitan dengan Makna Logika Menurut Tan Malaka di Dalam Madilog.
2. Menentukan sumber inti dan sumber pemdukung. Dalam hal ini yang menjadi sumber-sumber inti adalah karya-karya Tan Malaka yang berkaitan dengan Makna Logika Menurut Tan Malaka di Dalam Madilog. Dan karya-karya tokoh lain yang relevan dengan pembahasan tersebut sebagai sumber pendukung.
3. Melakakukan telaah/analisis terhadap pemikiran Tan Malaka tentang Makna Logika Menurut Tan Malaka di Dalam Madilog.
E. Teknik Analisis Data
Analisi data merupakan cara untuk menelaah seluruh data yang ada dari berbagai sumber. Proses penyerderhanaan data kedalam pengajian yang lebih
mudah untuk di baca dan diiterpretasikan.3 Penelitian ini menganalisa data sebagai berikut.
1. Deskripsi Analitik
Metode deskripsi analitik adalah metode dengan cara menguraikan sekaligus menganalisis. Dengan menggunakan metode ini maka harapan objek dapa diberikan maksa secara maksimal.4 Menurut Anton Bakker dan Zubair metode deskriptif adalah penelitian menguraikan secara teratur seluruh konseb tokoh.5 Teknik deskriptif adalah analitik ini penulis gunakana untuk mengungkap Makna Logika Tan Malaka di Dalam Madilog.
2. Interpretasi Data
Metode interpretasi data adalah menyelami karya tokoh untuk mengungkap arti dan maksud yang di ungkap tokoh secara khas. 6 dalam penelitian yang akan dipahami tentang Makna logika Tan Malaka di dalam Madilog dan karya-karya Tan Malaka mengenai logika.
3 Sofian Efendi dan Cchris Manning, Prinsip-prinsip Analis Data. (Jakarta: Lp3es, 2012).
hal. 250.
4 Nyoman Kutha Ratna, Metode Penelitian Kajian Budaya dan Ilmu Sosial Humaniora Pada Umumnya, ( Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2010). hal. 336.
5 Anton Bakker dan Achmad Charris Zubair, Metodologi Penelitian Fislafat ,(Yogyakarta: Kanisius, 1990). hal. 65.
6 Anton Bakker dan Achmad Charris Zubair, Metodologi Penelitian Fislafat, hal. 69.
BAB VI
HASIL PENELITIAN
A. Profil Tan Malaka
1. Biografi dan pendidikan Tan Malaka
Tan Malaka memiliki nama kecil, yaitu Sultan Ibrahim. Pada usia sekitar 16 tahun, melalui upacara adat, ibrahim diberi gelar “Datuk Tan Malaka” dari sanalah, di masa depan, ia dikenal sebagai Datuk Tan Malaka atau ia sendiri sering menyebut dirinya Tan Malaka. Gelar Datuk Tan Malaka merupakan gelar semi bangsawan yang di dapatkan dari garis keturunan sang ibu.1 Tan Malaka lahir di Pandang Gadang, Suliki, Lima Puluh Kota, Sumatera Barat, pada tanggal 2 Juni 1897.2 Ayahnya bernama HM. Rasad, seorang karyawan petani, dan ibunya bernama Rangkayo Sinah, putri orang yang disegani di desa. Orang tuannya termasuk kedalam golongan bangsawan yang memilki hak dan kedudukan yang tidak jauh berbeda dengan masyarakat sekitar desa. Semasa kecilnya Tan Malaka senang mempelajari ilmu agama dan berlatih pancak silat.3
Tan malaka lahir dalam lingkungan keluarga yang menganut agama secara puritan, taat pada perintah Allah serta senantiasa menjalankan ajaran Islam. Sejak kecil Tan Malaka dididik oleh tuntutan Islam secara ketat, seperti lazimnya tradisi masyarakat Minangkabau yang amat
1 Masykur Arif Rahman, Tan Malaka. ( Yogyakarta: LAKSANA, 2018). hal. 15.
2 Tan Malaka, Parlemen Atau Sovyet. ( Jakarta: LLPM Tan Malaka, 2012). hal. 6.
3 Muhammad Atho’illah, “Pandangan Tan Malak Tentang Tuhan”, (Skiripsi , Jurusan Aqidah Dan Filsafat Islam, Fakultas Ushuluddin Adad Dan Humaniora, Universitas Negeri Walisongo 2019). hal. 65-66.
religius. Terlebih karena ayahnya adalah seorang ulama yang wara’ dan terkemuka pada masa itu, sejak kecil Tan Malaka tumbuh dengan teman- teman sebayanya di kampung-nya dan kerap Tan Malaka menampakkan bakatnya sebagai seorang anak yang cerdas, periang mampu berbahasa Arab dan menjadi guru muda di surau kampungnya. Pendidikan agama Islam yang begitu membekas dalam diri Tan Malaka sehingga kemudian mewarnai seluruh corak pemikiran Tan Malaka. Tan Malaka mendapat pendidikan yang sangat religius. Pendidikan agama dari orang tuanya, menyebabkan Tan Malak kecil sudah hafal Al-Qur’an dan ia pun sudah dapat menafsirkannya. Sehingga ia dijadikan guru muda di kampungnya.
Selain itu, ibunya sering menceritakan kisah-kisah kehidupan para Nabi, mulai dari Nabi Adam hingga Nabi Muhammad bin Abdullah, dimana dengan mendengar cerita tersebut kerap mata Tan Malak berkaca-kaca dan sekaligus inilah yang turut mengasah nalar sastranya.4
Tan Malaka memulai pendidikannya di sekolah rendah, dan begitu pandai sehingga guru-gurunya mempersiapkannya untuk ikut ujian masuk sekolah Guru Pribumi (Inlandsche Kweekschool voor Onderwijzers) di Bukuttinggi, yang merupakan satu-satunya lembaga untuk pendidikan lanjutan di Sumatera, Tan Malaka lulus dan meneruskan di sekolah Guru dengan sukses pada tahun 1908-1913. Setelah menyelesaikan pendidikan di sekolah Guru Pribumi (Inlandsche Kweekschool voor Onderwijzers) kemudian diakhir tahun 1913 sampai pertengahan 1915 tinggal di
4 Arifansyah,” Tan Malaka: Filsafat Realisme Ketimuran”. Jurnal Theosofi Dan Peradapan Islam. vol 2, No 1 Desember -Mei 2020. hal 126.
Haarlem atas jasa salah satu guruya. G.H Horensma seorang guru dari Belanda. Ia berhasil mendapatkan tempat untuk Tan Malaka di Kweekschool Haarlem (Belanda) dan juga mengurus dana untuk perjalanan dan belajarnya, selain juga ikut menyumbang dana khusus dari Suliki. Setelah selesai menyelesaikan pendidikan di Belanda, sosok Tan Malaka selalu berpindah-pindah tempat, mulai dari Banten, Moskow, China, Filipina, Thailand, Malak, Burma dan tempat lainnya sampai ia meninggal pada tanggal 21 Februari 1949 di Jawa Timur. Tan makala banyak menghabiskan waktu hidupnya di luar negeri dikarenakan karena Tan Malaka selalu dalam bayang-bayang penangkapan yang dipelopori oleh Belanda dan sekutu.5
Dalam buku Zulhasril Natsir yang berjudul Tan Malaka dan gerakan kiri Minangkabau menkaji hubungan antara kerevolusioner Tan Malaka dengan aspek sosial budaya Minangkabau dengan gerakan kiri yang anti penjajah. Buku tersebut mencoba menguak unsur-unsur egaliter Minangkabau dengan gerakan kiri yang dilahirkan dari tokoh-tokoh Minangkabau. Formulasi ideologi Tan Malaka merupakan wujud dari jejak kebudayaan dan sejarah yang ia lalui dengan gagasan seperti Marxisme yang diperoleh selama perjuangan di Eropa, Asia dan di Tanah Air.
Tidak dapat dipungkiri bahwa pemikiran revolusioner Tan Malaka dipengaruhi oleh ideologi Marxisme. Bahwa ia juga terlibat dan bahkan
5 Randy Fadillah Gustama, “ Tan Malaka (Ditinjau Dari Presfektif Perjuangan Bangsa).
Jurnal Afretak, Vol. 4, No 1 April 2017. hal. 63.
menjadi ketua PKI, serta menjadi delegasi Komintrem, mewakili Asia di Moskow. Hal ini sudah cukup membuktikan bahwa Tan Malaka adalah seorang Marxis.
Sementara revolusioner sendiri Tan Malaka mempelajarinya dari revolusi Perancis. Filsafat materialisme dialektika dan historis ala Karl Marx, mencoba dikembangkan oleh Tan Malaka dalam konteks yang berbeda. Yaitu dengan melihat situasi dan kondisi Indonesia yang sedang terjajah saat itu.6
Tan Malaka meninggal pada usia 52 tahun, dimana setegah dari usia itu banyak dilewatkannya di luar negri. 6 tahun belajar di negri Belanda dan 20 tahun mengembara dalam pelarian politiknya hampir mengelilingi separuh dunia. Pelarian poliknya yang dimulai dari di Amsterdam dan Rotterdam pada tahun 1922 diteruskan ke Berlin, Moskow, Kanton, Hong Kong, Manila, Shanghai, Amoy, dan beberapa desa di pedalaman Tiongkok.
Selama masa itu Tan Malaka menggunakan 13 alamat rahasia dan sekurangnya ada tujuh nama samaran yang pakai Tan Malaka pada waktu itu. Dimana di Manila Tan Malaka dikenal sebagai Elias Fuentes dan Estahislau Rivera, sedangkan di Filipina selatan Tan Malaka dikenal sebagai Hasan Gozali. Di Shanghai dan Amoy Tan Malaka dikenal sebagai Ossario. Ketika menyeludup ke Burma Tan Malaka mengubah namanya menjadi Oong Soong Lee, orang Cina kelahiran Hawaii.
6 Ponirin dan Agum Patria Silaban, “Pemikiran Politik Tan Malaka Tentang Negara Indonesia”. Jurnal Putri Hijau. Vol, 4. No, 1. 2019. hal. 60-62.
Sedangkan ketika Tan Malaka menjadi guru bahasa Inggris di sekolah menegah atas di Singapura Tan Malaka di kenal dengan nama Tan Ho Seng. Setelah masuk kembali ke Indonesia, Tan Malaka bekerja dipertambangan Bayan, Banten, dan namanya dinganti menjadi Ilyas Husein.
Pelarian dan penyamaran Tan Malaka itu dimungkinkan, salah satunya, karena Tan Malaka sendiri mengusai bahasa-bahasa setempat dengan baik. Ketika Tan Malaka di tangkap di Manila pada Agustus 1927, koran Amerika, Manilla Bulletin, menulis, “ Tan Malaka, seorang Bolsyewik Jawa, ditangkap. Tan Malaka berbicara bermacam-macam bahasa:
Belanda, Inggris, Jerman, Prancis, Tagalog, Tionghoa, dan Melayu.”
Dimana pada masa pelarian Tan Malaka sudah banyak macam-macam pekerjaan yang sudah Tan Malaka lakukan.7
2. Karya-karya Tan Malaka
Kecintaannya pada buku telah menghasilkan sejumlah gagasan dan pemikirannya Tan Malaka tuangkan ke dalam 26 karya yaitu: Dari Penjara ke Penjara (3 jilid, 1948) yang diterbitkan pertama kali oleh PT Narasi, sesuai dengan namanya buku ini menggambarkan kodisi saat-saat terakhir Tan Malaka harus masuk penjara. Buku ini banyak memberikan gambaran kehidupan dan kenangan Tan Malaka yang sangat erat dengan agama dan adat, kemudian pendidikannya, pemikirinnya, masa-masa pembuangannya, orang-orang yang memiliki tempat dalam hidupnya dan
7 Yandhrie Arvian, Philipus Parera, dkk, Tan Malaka Bapak Republik Yang Dilupakan. ( Jakarta: Seri Buku Tempo: Bapak Bangsa 2008). hal.
bagian terpenting dari buku ini adalah semangat yang hendak disampaikan kepada pembaca. Madilog, Materialiseme Dialektika Logika (1943), Madilog ini ditulis Tan Malaka taklama berselang saat Tan Malaka tiba di Jakarta. Madilog dituliskan berdasarkan gagasan orang lain namun semua itu ia kutip diluar kepalanya. Tan Malaka tidak sekedar menghapalkan, akan tetapi apa yang ia terima dicerna secara kritis dan diolah sesuai dengan pemahamannya. Madilog merupakan undang- undang kaum proletar yang disuguhkan Tan Malaka untuk memberantas segala bentuk pemikiran yang berdasakan kepada logika mistika. Dimana pada akhir dari buku Madilog ini Tan Mala membuat tentang impian Tan Malaka akan bangsa Indonesia dimasa yanga ka datang. Parlemen Atau Soviet (1920), SI Semarang dan Onderwijs (1921). Brosur ini diterbitkan di Semarang pada tahun 1921 oleh sekolah serikat Islam, dimana karya pendek Tan Malaka ini sudah termasuk barang langka brosus ini merupakan pengantar sebuah buku yang pada waktu itu akan ditulis oleh Tan Malaka tentang sistem pendidikan yang diselenggarakan kaum penjajah Belanda. Dasar Pendidikan (1921), Naaf De Republik Indonesia (1942), brosur ini ditulis Tan Malaka dalam bahasa Belanda ketika Tan Malaka dalam pengasingan di Canton. Dimana salah satu gagasan yang penting dari buku ini ialah sistem pengelolahan banga oleh organisasi tunggal yang efesien. Mirip dengan negara sosialis pada umunya. Tidak meniru sistem Trias Politika Montesquieu. Semangat Muda (1925), Massa Actie (1926). Dimana didalam buku ini Tan Malaka menunjukkan
pemikirinnya bahwa upaya perebutan dengan kekuasaan dengan radikal bukanlah soslusi terbaik. Baginya untuk merebut suatu kekuasaan adalah aksi segerombongan kecil yang bergerak secara diam-diam dan tak berhubungan dengan rakyat banyak. Manifestor Bangkok (1927), Pari Dan PKI (1927), Pari dan Nasionalisten (1927) Asia Bergabung (1943), Manifestor Jakarta (1945), Politik, Rencana Ekonomi Berjua (1945), Muslihat (1945), Thesis (1946), Pidato Porwokerto (1946), Pidato Solo (1946), Islam Dalam Timjauan Madilog (1948), Pandangan Hidup (1948), Kuhandel di Kaliurang (1948), Pidato Kediri (1948), Gerpolek (1948). Dimana buku ini merupakan buku yang dikonsepkan oleh Tan Malaka ketika dirinya meringkuk di penjara Madiun, dimana buku ini ditulis tanpa dukungan informasi kepustakaan apapun, selain hanya mengandalkan pengetahuan, ingatan, dan semangat kepemimpinan untuk tetap memikirkan keberlangsungan kemerdekaan Republik Indonesia.
Proklamasi 17-8-45 Isi dan Pelaksanaannya (1948). Pada awal tahun 2000-an sejumlah buku Tan Malaka diterbitkan ulang oleh banyak penerbit. Buku Madilog oleh Pusat Data Indikator dan Teplok Press.
Buku Gerpolek: Gerilya Politik Ekonomi oleh Djambatan dan Jendela.
Juga Massa Aksi oleh Komunitas Bambu, Yayasan Massa, dan Cedi Aliansi Press.8
8 Taufik Adi Susilo, Tan Malaka: Biografi Singkat (1897-1849), (Jogjakarta: GARASI, 2008). hal. 31-32.