Berkenaan dengan pengertian model pembelajaran, Bell (1981) menyatakan bahwa : “a teaching/learning model is a generalized instructional process with may be used for many different in a variety of subjects”. Berdasarkan pendapat tersebut, maka dapat dikatakan bahwa suatu model pembelajaran secara umum dapat diterapkan pada berbagai mata pelajaran. Namun demikian, tidak ada suatu model pembelajaran yang cocok untuk setiap topik dalam suatu mata pelajaran.
Joyce, Weil, & Showers (1992) mengemukakan pengertian model pembelajaran sebagai berikut :
“A model of teaching is a plan or pattern that we can use to design face-to face teaching in class rooms or tutorial setting and to shape instructional materials-including books, films, tapes, computer-mediated programs, and curricula (long term courses of study). Each model guides us as we design instructional to help students achieve various objectives”.
Menurut pengertian di atas, model pembelajaran merupakan petunjuk bagi guru dalam merencanakan pembelajaran di kelas, mulai dari mempersiapkan perangkat pembelajaran, media dan alat bantu, sampai alat evaluasi yang mengarah pada upaya pencapaian tujuan pelajaran.
Model pembelajaran menurut Eggen (1995) dimaksudkan sebagai strategi perspektif pembelajaran yang dirancang untuk mencapai tujuan
pembelajaran, sedangkan menurut Arends (1997) suatu model pembelajaran mengacu pada pendekatan pembelajaran yang akan diterapkan. Lebih lanjut, Arends (1997), model pembelajaran yang mengacu pada pendekatan pembelajaran yang akan diterapkan. Lebih lanjut, Arends (1997), model pembelajaran mengacu pada pendekatan pembelajaran yang akan digunakan, termasuk di dalamnya tujuan-tujuan pembelajaran, tahap-tahap dalam kegiatan pembelajaran, lingkungan belajar, dan pengelolaan kelas. Ia memberikan empat cirri khusus dari model pembelajaran yang akan digunakan, termasuk didalamnya, tujuan-tujuan pembelajaran, tahap-tahap dalam kegiatan pembelajaran, lingkungan belajar, dan pengelolaan kelas. Ia memberikan empat cirri khusus dari model pembelajaran yang tidak dimiliki oleh strategi tertentu, yaitu :
1. Rasional teoretik yang bersifat logis yang disusun oleh pengembangnya.
2. Dasar pemikiran tentang apa dan bagaimana siswa belajar (tujuan belajar yang akan dicapai).
3. Tingkah laku mengajar yang diperlukan oleh model tersebut dapat dilaksanakan dengan berhasil, dan
4. Lingkungan belajar yang diperlukan agar tujuan belajar dapat tercapai.
Joyce, Weil, dan Showers (1992) mengemukakan lima unsur penting sebagai uraian dari suatu model pembelajaran, yaitu :
1. Sintaks, yaitu suatu urutan kegiatan yang biasa juga disebut fase.
2. Sistem sosial, yaitu peranan guru dan siswa serta jenis aturan yang diperlukan.
3. Prinsip-prinsip reaksi, yaitu member gambaran kepada guru tentang cara memandang atau merespon pertanyaan-pertanyaan siswa.
4. Sistem pendukung, yaitu kondisi yang diperlukan oleh model tersebut, dan 5. Dampak instruksional dan Pengiring, Dampak instruksional adalah hasil belajar yang dicapai langsung dengan mengarahkan para siswa pada tujuan yang diharapkan. Sedangkan Dampak pengiring adalah hasil belajar lainnya yang dihasilkan oleh suatu proses belajar yang dirancang melalui proses pembelajaran, sebagai akibat terciptanya suasana belajar yang dialami langsung siswa tanpa pengarahan langsung dari guru.
Selain model pembelajaran, terdapat beberapa aspek yang terlibat dalam proses pembelajaran, antara lain : strategi pembelajaran, pendekatan pembelajaran, metode pembelajaran, dan teknik pembelajaran.
Pendekatan adalah suatu jalan, cara, atau kebijaksanaan yang ditempuh oleh guru atau siswa dalam usaha mencapai tujuan pengajaran apabila ditinjau dari pengelolaan materi pembelajaran. Contoh, pendekatan kontekstual, pendekatan realistis, pendekatan pemecahan masalah, pendekatan pengajuan masalah, pendekatan open ended problem, dan sebagainya.
Strategi pembelajaran adalah cara atau siasat dalam meramu pembelajaran untuk mencapai tujuan pembelajaran. Gerlach dan Ely (dalam Uno,2007) menjelaskan bahwa strategi pembelajaran merupakan cara-cara
yang untuk menyampaikan metode pembelajaran dalam lingkungan pembelajaran tertentu. Jadi, strategi pembelajaran mengatur pendekatan apa yang digunakan, apakah materi disajikan kepada siswa secara perorangan atau berkelompok, bagaimana cara guru memotivasi siswa agar terlibat aktif dalam pembelajaran, serta bagaimana guru mengelola kelas agar pembelajaran berlangsung sebagaimana mestinya. Contoh strategi pembelajaran individual, strategi pembelajaran berkelompok, strategi pembelajaran mengaktifkan siswa, dan sebagainya.
Metode mengajar adalah cara mengajar atau cara guru menyampaikan materi pelajaran kepada siswa. Uno (2007) menjelaskan bahwa metode pembelajaran adalah cara yang digunakan guru, yang dalam menjalankan fungsinya merupakan alat untuk mencapai tujuan pembelajarannya. Metode pembelajaran lebih bersifat prosedur yang berisi tahapan tertentu. Contoh, metode ceramah, metode ekspositori, metode tanya jawab, metode penemuan, dan sebagainya.
Teknik mengajar mengarah kepada cara yang lebih spesifik yang dilakukan oleh guru dalam melaksanakan metode mengajar tertentu. Gerlach dan Ely (dalam Uno,2007) mengemukakan bahwa teknik adalah jalan, alat, atau media yang digunakan oleh guru untuk mengarahkan kegiatan peserta didik kearah tujuan yang ingin dicapai. Contoh, teknik bertanya berlantai dalam metode ceramah.
Dalam penggunaan suatu model pembelajaran dapat menggunakan lebih dari satu strategi pembelajaran, dalam suatu strategi pembelajaran dapat dilakukan lebih dari satu pendekatan, dalam satu pendekatan dapat dilakukan lebih dari satu metode, sedangkan dalam satu metode dapat digunakan lebih dari satu teknik (Soedjadi, 1999). Contoh, untuk suatu topic tertentu digunakan model pembelajaran berbasis masalah, dalam model itu digunakan strategi siswa aktif belajar, untuk itu digunakan pendekatan pemecahan masalah dan pendekatan kontekstual, sedangkan dalam pendekatan pemecahan masalah digunakan metode tanya-jawab, dalam metode tanya jawab digunakan teknik bertanya klasikal dan bertanya beranting.
a. Strategi Pembelajaran Kooperatif
Suasana atau iklim belajar memiliki pengaruh yang sangat besar terhadap pencapaian sistem belajar yang dikerjakan dalam bentuk kelompok.
Pembelajar bekerja dalam kelompok kecil untuk saling membantu belajar satu sama lain. Strategi pembelajaran ini memungkinkan pengembangan sejumlah kompetensi nurturant pada diri pembelajar, beberapa efek nurturant yang dapat dihasilkan melalui penerapan metode ini, antara lain :
1) Dapat mengembangkan keterampilan komunikasi, kerjasama, kepekaan sosial, tanggung jawab, tenggang rasa, penyesuaian sosial.
2) Membangun persahabatan, rasa saling percaya, kebiasaan bekerjasama, dan sikap prososial.
3) Memperluas perspektif, keyakinan terhadap gagasan sendiri, rasa harga diri dan penerimaan diri.
4) Memungkinkan sharing pengalaman dan saling membantu dalam memecahkan masalah pembelajaran.
5) Mengoptimalkan penggunaan sumber belajar dan pencapaian hasil belajar.
b. Elemen Dasar Pembelajaran Kooperatif
Ada tiga elemen dasar yang memungkinkan terciptanya suasana belajar kooperatif. Ketiga elemen dasar tersebut adalah sebagai berikut : 1) Saling ketergantungan positif
Dalam pembelajaran kooperatif, dosen/guru dituntut untuk dapat menciptakan suasana pembelajaran yang mendorong terciptanya sikap saling membutuhkan satu sama lain. Hubungan yang saling membutuhkan inilah yang dimaksud dengan saling ketergantungan positif. Dengan saling ketegantungan positif semacam itu, diharapkan akan memudahkan pembelajar melakukan penyesuaian-penyesuaian sosial. Penyesuaian-penyesuaian sosial yang dimaksudkan adalah :
a. Memungkinkan anak belajar tentang sikap, keterampilan, informasi, perilaku sosial, dan pandangan hidup, serta meningkatkan kepekaan dan kesetiakawanan sosial.
b. Memungkinkan berbentuk dan berkembangnya nilai-nilai sosial dan komitmen.
c. Membangun persahabatan, rasa saling percaya, kebiasaan bekerjasama, dan sikap prososial.
Saling ketergantungan positif dapat dicapai melalui saling ketergantungan tujuan, saling ketergantungan tugas, saling ketergantungan bahan atau sumber, saling ketergantungan peran, dan saling ketergantungan hadir.
2) Interaksi tatap muka
Melalui pembelajaran kooperatif, interaksi antar pembelajar dalam kelompok belajar membuat mereka saling bertatap muka sehingga mereka dapat melakukan dialog tidak hanya dengan dosen/guru, melainkan juga dengan antara sesame pembelajar. Interaksi tatap muka semacam itu memungkinkan timbulnya :
a. Perilaku rasional pada masa dewasa
b. Meningkatkan perilaku kejujuran dan tanggung jawab
c. Meningkatkan keterampilan metakognitif atau memahami proses berfikirnya sendiri.
d. Meningkatkan kemampuan memandang masalah dan situasi dari berbagai perspektif.
3) Akuntabilitas individual
Wujud pembelajaran kooperatif adalah belajar secara kelompok, namun penilaian yang diberikan tetap memperhatikan kemampuan masing-masing anggota kelompok. Dengan cara seperti itu, setiap anggota
kelompok masing-masing mengetahui kemampuan setiap anggotanya.
Dengan demikian, tiap anggota kelompok mengetahui siapa anggota yang perlu mendapatkan bantuan, dan siapa dari anggota kelompok yang diharapkan dapat memberikan bantuan. Setiap anggota kelompok harus member sumbangan demi kemajuan kelompok. Penilaian kelompok secara individual inilah yang dimaksudkan dengan akuntabilitas individual.
Dengan akuntabilitas individual semacam itu diharapkan pembelajar : a. Meningkatkan sifat positif terhadap belajar dan pengalaman belajar b. Meningkatkan keterampilan hidup gotong-royong, dan tenggang rasa.
c. Meningkatkan kemampuan berfikir divergen atau berfikir kreatif.
d. Meningkatkan kesadaran tentang arah dan tujuan hidup yang penuh tantangan.
c. Perbedaan Pembelajaran Kooperatif dan Pembelajaran Tradisional
Pada pembelajaran tradisional dikenal adanya pembelajaran kelompok. Akan tetapi ada perbedaan esensial antara kelompok belajar kooperatif dan kelompok belajar tradisional, sejumlah perbedaan tersebut dapat dicermati pada table berikut ini :
No Pembelajaran Kooperatif Pembelajaran Tradisional positif dan dosen/guru menuntun tiap anggota kelompok untuk saling membantu dan saling mendorong atau saling memotivasi.
Kelompok belajar kooperatif menuntut adanya akuntabilitas individual yang mengukur penguasaan bahan pelajaran tiap anggota kelompok dan kelompok diberikan masukan tentang prestasi dipilih oleh anggota kelompok melalui musyawarah untuk memperoleh penyelesaian tugas, tetapi juga pada upaya mempertahankan hubungan diborong oleh salah seorang anggota, sedangkan anggota lain hanya itu tidak memberikan peluang pada setiap pembelajar untuk menjadi
7
8
lain, dan mengelola konflik secara langsung diajarkan.
Pada saat pembelajaran dikelompok belajar kooperatif sedang berlangsung, dosen/guru terus melakukan observasi dan membantu jika terjadi masalah dalam kerja sama antar kelompok.
Dalam kelompok belajar kooperatif, dosen/guru hendaknya memperhatikan proses belajar aktif setiap anggota kelompok dalam menyelesaikan tugas-tugas belajarnya.
Observasi dan intervensi semacam ini sering dilakukan oleh dosen/guru
Tabel 2.1 Perbedaan Pembelajaran Kooperatif dan Pembelajaran Tradisional
d. Tipe Picture and Picture
Picture and picture adalah suatu metode belajar yang menggunakan gambar dan dipasangkan atau diturutkan menjadi urutan yang logis. Model pembelajaran picture and picture sangat mendukung proses belajar mengajar (PBM) di sekolah, karena membantu siswa menyerap pembelajaran yang diberikan oleh guru. Selain itu siswa juga dengan mudah berperan aktif dalam menemukan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai. Adapun langkah-langkah pembelajarannya sebagai berikut :
1) Guru menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai.
2) Guru menyajikan materi sebagai pengantar.
3) Guru menunjukkan atau memperlihatkan gambar-gambar kegiatan yang berkaitan dengan materi.
4) Guru menunjuk/memanggil siswa secara bergantian untuk memasang/mengurutkan gambar-gambar menjadi urutan yang logis.
5) Guru menanyakan alasan/dasar pemikiran urutan gambar tersebut kepada siswa.
6) Dari alasan/urutan gambar tersebut guru mulai menanamkan konsep/materi sesuai dengan kompetensi yang lain dicapai.
7) Siswa dan guru menyimpulkan materi sesuai dari hasil pelajaran yang dilakukan/dikerjakan.
Adapun kelebihan dan kekurangan dari tipe picture and picture yaitu : 1. Kelebihan dari tipe picture and picture, antara lain :
a. Materi yang diajarkan lebih terarah karena pada awal pembelajaran guru menjelaskan kompetensi yang harus dicapai.
b. Murid lebih cepat menangkap materi ajar karena guru menunjukkan gambar-gambar mengenai materi yang dipelajari.
c. dapat meningkatkan daya nalar atau daya piker murid karena murid disuruh oleh guru untuk menganalisa gambar
2. Kekurangan dari tipe picture and picture, yaitu :
a. Sulit menemukan gambar-gambar yang bagus dan berkualitas serta sesuai dengan materi pelajaran.
b. Sulit menemukan gambar-gambar yang sesuai dengan daya nalar atau kompetensi murid yang dimiliki
c. Baik guru atau murid kurang terbiasa dalam menggunakan gambar-gambar sebagai bahan utama dalam membahas suatu materi pelajaran.
d. Tidak tersedianya dana khusus untuk menemukan atau mengadakan gambar-gambar yang diinginkan.