SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mengikuti Ujian Skripsi pada Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Makassar
Oleh:
RISKA EKAWATI 10540 3108 09
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
MARET 2014
xii
LEMBAR PENGESAHAN ……… ii
PERSETUJUAN PEMBIMBING ……….. iii
SURAT PERNYATAAN ……….. iv
SURAT PERJANJIAN ………. v
MOTTO DAN PERSEMBAHAN ……… vi
ABSTRAK ……… vii
KATAPENGANTAR ……….. viii
DAFTAR ISI ……… ix
DAFTAR TABEL ……… x
DAFTAR GAMBAR ………... xi
BAB I PENDAHULUAN ……… 1
A. Latar Belakang ………... 1
B. Masalah Penelitian ………. 6
1. Identifikasi Masalah ………. 6
2. Alternatif Pemecahan Masalah ……… 7
3. Rumusan Masalah ……… 7
C. Tujuan Penelitian ……… 7
D. Manfaat Penelitian ……… 8
xii
a. Daur hidup kupu-kupu……… 10
b. Daur hidup keoak……… 12
2. Pengertian Model Pembelajaran ………. 13
a. Strategi Pembelajaran Kooperatif ………..… 17
b. Elemen Dasar Pembelajaran Kooperatif ……… 18
c. Perbedaan Pembelajaran Kooperatif dan Pembelaran Tradisional ………. 20
d. Tipe Picture And Picture ………22
3. Belajar dan Hasil Belajar ………..……… 24
4. Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam di Sekolah Dasar ….. 27
a. Hakikat Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam ……… 27
b. Tujuan Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar ………….. 33
B. Kerangka Pikir ………. 34
C. Hipotesis Tindakan ………. 35
BAB III METODOLOGI PENELITIAN………. 36
A. Jenis Penelitian ……… 36
B. Setting dan Subjek Penelitian ……… 36
C. Faktor-faktor yang Akan di Teliti ………. 37
xii
G. Analisis Data ……… 43
H. Indikator Keberhasilan ……… 46
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ………. 47
B. Pembahasan Hasil Penelitian ……….. 55
C. Verifikasi Hipotesis ……….. 63
D. Indikator Keberhasilan ……… 63
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ……….. 65
B. Saran ……… 66
DAFTAR PUSTAKA ……… 67 LAMPIRAN-LAMPIRAN
xii
3.1. Teknik Kategori Standar Berdasarkan Ketetapan Dekdiknas ……….. 46
xii
2.2. Metamorfosis kecoak……….12
2.3. Bagan kerangka pikir………..35
3.1. Diagram alur desain penelitian Model Kemmis dan Mc.Tanggart……...38
xii
2. Lembar Kerja Murid (LKM)………...93
3. Lembar Observasi Guru……… 94
4. Lembar Observasi Murid ………....95
5. Lembar Penilaian……….………97
6. Dokumentasi ……… 99
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
Salah satu masalah yang dihadapi oleh dunia pendidikan adalah masalah lemahnya proses pembelajaran. Dalam proses pembelajaran, murid kurang didorong untuk mengembangkan kemampuan berfikirnya. Proses pembelajaran didalam kelas menjadi motivasi dalam meningkatkan kemampuan anak untuk menghafal informasi, otak anak dipaksa untuk mengingat dan menimbun informasi yang diingatnya itu untuk menghubungkan dengan kehidupan sehari-hari.
Akibatnya ketika anak didik kita lulus dari sekolah, mereka hanya pintar secara teoritis, tetapi miskin aplikasi.
Mutu pembelajaran di sekolah sangat bergantung pada komponen yang ada di dalamnya. Jika salah satu komponen tidak berfungsi dengan baik, maka pengajaran tersebut tidak akan berjalan maksimal. Sebagai seorang guru, sangat perlu memahami perkembangan peserta didiknya. Perkembangan peserta didik meliputi:
perkembangan fisik,perkembangan sosial yang mempunyai peranan yang kuat terhadap perkembangan mental atau perkembangan kognitif murid. Dalam pembelajaran sains (IPA) guru bertindak sebagai model bagi muridnya harus dapat menjamin agar murid memberikan perhatian kepada bagian-bagian penting dari pelajaran sains tersebut, sehingga guru sebagai model harus merancang sedemikian rupa lingkungan belajarnya sehingga anak diberi kesempatan untuk berlatih
memecahkan masalah tersebut harus dilakukan melalui kegiatan mental, sehingga murid akan menemukan sendiri konsep maupun prinsip. Sementara itu guru bertindak sebagai fasilitator, yang membantu anak dalam kegiatan penemuan.
Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin pesat akan menuntut sumber daya manusia untuk meningkatkan kemampuannya, karena sumber daya manusia salah satunya harus dapat mengimbangi kemajuan teknologi.
Unutk itu kita sebagai pendidik harus dapat menyiapkan murid agar dimasa yang akan datang mampu mengimbangi kemajuan teknologi tersebut.
Ilmu pengetahuan dan teknologi dapat diserap melalui proses belajar. Belajar merupakan kegiatan yang paling pokok dalam keseluruhan proses pendidikan.
Berhasil tidaknya tujuan pendidikan banyak bergantung pada proses belajar dan pembelajaran. Dalam hal ini guru harus terampil dan mengupayakan agar murid terlihat aktif,inovatif dan kreatif yang akhirnya anak menjadi senang belajar.
Kenyataan ini berlaku untuk semua mata pelajaran. Mata pelajaran IPA tidak dapat menghubungkan kemampuan murid berfikir kritis dan sistematik, karena strategi pembelajaran berfikir tidak digunakan secara baik dalam pembelajaran dikelas. Mata pelajaran agama, tidak dapat mengembangkan sikap yang sesuai dengan norma-norma agama, karena proses pembelajarannya diadakan agar murid bisa menguasai dan menghafal materi pelajaran. Mata pelajaran bahasa tidak diarahkan untuk meningkatkan kemampuan berkomunikasi. Murid menghafal bagaimana langkah-langkah berpidato tetapi mereka bingung ketika mereka
disuruh berbicara di depan umum, juga pada pelajaran IPA, mereka tahu bagaimana struktur dan susunan tumbuhan agar tumbuh dengan subur, akan tetapi mereka kurang mampu mempraktekkan bilamana mereka bercocok tanam.
Sesuai dengan pendapat Sand dalam bukunya yang berjudul “Piage For Education” melalui pendidikan di sekolah dapat dikembangkan pendidikan moral.
Bagaimana sikap guru sains terhadap tantangan tersebut. Memang Piage berpendapat bahwa moralitas tidak hanya dapat diajarkan secara tidak langsung tetapi juga dengan cara melibatkan siswa dalam kegiatan langsung seperti kegiatan diskusi. Jadi melalui interaksi sosial para siswa dilatih memanfaatkan daya otaknya, secara aktif menentukan konsep dan prinsip moral yang baik dan benar, menemukan nilai-nilai yang positif dinamakan proses “kejelasan nilai”.
Setiap bidang ilmu, demikian juga sains, memiliki nilai-nilai penting. Dengan nilai-nilai ini dapat dibangkit kesadarannya tentang bagaimana tiap individu dapat membuat suatu keputusan, atau mengemukakan pendapatnya. Kejelasan nilai ini dikembangkan berdasarkan pada konsep diri yang terlebih dahulu telah terbentuk pada anak. Ciri-ciri dari individu yang menulis nilai-nilai antara lain adalah :
a. Percaya pada diri sendiri b. Bersemangat
c. Bertanggung jawab d. Tidak mudah emosional
e. Bersikap positif dalam melakukan persepsi dan reaksi f. Memiliki tujuan hidup
Melalui pendidikan dan pembelajaran, siswa tidak hanya sekedar memperoleh pengetahuan, tetapi juga menemukan sendiri pengetahuan. Hal ini merupakan suatu penghargaan bagi dirinya, sehingga dapat menimbulkan kepuasan diri. Kalau pembentukannya terus dikembangkan, akan terbentuk konsep diri pada siswa.
Pengembangan variasi mengajar yang dilakukan oleh guru merupakan suatu alat bantu yang tidak sembarangan, tetapi ada tujuan yang hendak dicapai, yaitu untuk meningkatkan dan memelihara perhatian anak didik terhadap relevansi proses belajar-mengajar, memberikan kesempatan kemungkinan berfungsinya motivasi, membentuk sikap positif terhadap guru dan sekolah, memberi kemungkinan pilihan dan fasilitas belajar individual dan mendorong anak untuk belajar.
Berdasarkan observasi awal yang dilakukan oleh peneliti pada murid kelas IV SD Inpres Bira I kota Makassar diketahui bahwa hasil belajar IPA selama ini masih sangat rendah, hasil belajar murid yang rendah dapat dilihat pada hasil ulangan semester ganjil tahun ajaran 2013/2014 yang hanya mencapai nilai rata- rata 65.Sebagaimana yang tercantum dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pembelajaran (KTSP) SD Inpres Bira I kriteria ketuntasan minimal untuk mata pelajaran IPA adalah 70. Dari 35 murid terdapat 20 murid yang nilainya belum
mencapai standar KKM, 10 murid yang mencapai standar KKM, dan 5 murid yang melebihi standar KKM.
Keadaan seperti ini disebabkan oleh beberapa faktor yaitu, kurangnya buku- buku penunjang, fasilitas-fasilitas lain atau mungkin metode pembelajaran yang digunakan guru tidak sesuai dengan kondisi murid atau materi pelajaran itu sendiri.
Serta menggunakan pembelajaran konvensional dengan metode ceramah.
Akibatnya hasil penguasaan konsep yang dicapai dari pembelajaran konvensional cukup rendah.
Melihat realitas yang ada nilai murid sangat rendah serta jauh dari standar nilai yang ditentukan disekolah, sehingga guru perlu sebuah metode yang dapat diterapkan supaya hasil belajar murid meningkat paling tidak bisa mendeteksi nilai ketuntasan hasil belajar murid meningkat paling tidak bisa mendeteksi nilai ketuntasan hasil belajar murid. Berkaitan dengan hal-hal tersebut diatas, khususnya mengenai pembelajaran IPA maka penulis ingin menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe picture and picture.
Atas dasar pertimbangan tersebut, penulis berkeinginan menggunakan model pembelajaran kooperatif khususnya tipe picture and picture dalam pembelajaran IPA kelas IV di SD Inpres Bira I Kecamatan Tamalanrea Kota Makassar agar dapat meningkatkan penguasaan konsep dan memperbaiki sikap belajar murid.
Selanjutnya, model pembelajaran ini diharapkan dapat menemukan pola yang lebih
efektif untuk mengetahui berbagai kelebihan dan kekuatan dari model pembelajaran tersebut sehingga hasilnya dapat diterapkan pada kondisi pembelajaran yang lain.
Hal inilah yang menarik perhatian peneliti untuk mengangkat judul penelitian:
“Peningkatan Hasil Belajar IPA konsep daur hidup beragam jenis makhluk hidup melalui Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Picture and Picture Bagi Murid Kelas IV SD Inpres Bira I Kecamatan Tamalanrea Kota Makassar”.
B. Masalah Penelitian
1. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang yang diuraikan di atas, maka masalah utama dalam penelitian ini diidentifikasi sebagai berikut :
a. Murid: aktivitas murid cenderung pasif, murid merasa bosan atau jenuh mengikuti pelajaran, kurang memahami materi. Hal tersebut berakibat pada rendahnya hasil belajar murid terutama dalam mata pelajaran IPA.
b. Guru, proses pembelajaran yang dilakukan oleh guru masih bersifat konvensional dimana guru lebih banyak menggunakan model ceramah dan pemberian tugas, kurang melatih murid untuk mencari dan menemukan sendiri permasalahan yang dihadapi.
c. Sarana : tidak menggunakan alat peraga dalam proses pembelajaran untuk memudahkan murid memahami materi.
2. Alternatif Pemecahan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah diatas, maka alternatif pemecahan masalah untuk memecahkan masalah diatas adalah menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe picture and picture dalam proses pembelajaran IPA pada murid kelas IV SD Inpres Bira I Kota Makassar.
3. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian pada latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah :
“Apakah penerapan model pembelajaran kooperatif tipe picture and picture meningkatkan hasil belajar IPA konsep daur hidup beberapa hewan pada murid kelas IV SD Inpres Bira I Kecamatan Tamalanrea Kota Makassar?”
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas maka tujuan dari penelitian ini adalah:
“Untuk meningkatkan hasil belajar IPA melalui model pembelajaran kooperatif tipe picture and picture murid kelas IV SD Inpres Bira I Kecamatan Tamalanrea Kota Makassar”
.
D. Manfaat Penelitian
Dengan adanya hasil penelitian diharapkan memberikan kontribusi bagi pembangunan dan pengembangan kelembagaan. Kontribusi hasil penelitian ini adalah dapat dijelaskan sebagai berikut :
1. Manfaat Teoritis
a. Sebagai bahan referensi untuk memperoleh gambaran tentang peranan guru sebagai pendidik pada murid kelas IV SD Inpres Bira I Kecamatan Tamalanrea Kotas Makassar.
b. Sebagai bahan pengembangan ilmu pengetahuan untuk pihak-pihak yang terkait dalam pengambilan kebijakan dan menentukan langkah selanjutnya.
c. Menambah pengalaman dan pengetahuan penulis, khususnya dalam membuat proposal penelitian sekaligus sebagai persyaratan untuk menyelesaikan program S1 di Universitas Muhammadiyah Makassar.
2. Manfaat Praktis a. Bagi Murid
Sebagai bahan masukan bagi murid untuk meningkatkan prestasi belajarnya dalam mata pelajaran IPA khususnya dalam mengurutkan gambar.
b. Bagi Guru
Sebagai salah satu strategi pembelajaran yang dapat meningkatkan kemampuan murid dalam mengurutkan gambar dan sebagai masukan guru dalam meningkatkan mutu pendidikan di kelasnya, serta menjadi salah satu model pelaksanaan penelitian tindakan kelas.
c. Bagi Sekolah
Dengan hasil penelitian ini diharapkan para guru dan pihak sekolah dapat lebih meningkatkan dan melahirkan strategi pembelajaran khususnya model picture and picture (mengurutkan gambar) agar prestasi belajar murid lebih baik dan perlu dicoba untuk diterapkan pada pelajaran lain.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN HIPOTESIS
A. KAJIAN PUSTAKA
1. Daur Hidup Hewan
Kelompok hewan bertelur ada yang langsung menetas menjadi anak yang mirip seperti induknya, contohnya ayam,burung, bebek, bangau dan angsa. Ada juga kelompok hewan yang bertelur yang tidak langsung menetas menjadi anak, tetapi melalui tahapan-tahapan tertentu, contohnya kupu-kupu, nyamuk, kecoak, belalang, capung dan katak.
Hewan tersebut merupakan contoh hewan yang mengalami proses metamorfosis. Hewan itu baru menyerupai induknya setelah mengalami perubahan bentuk. Jadi metamorfosis adalah proses perubahan bentuk dari telur menjadi dewasa. Dalam pertumbuhan hewan terdapat dua macam metamorfosis, yaitu metamorfosis sempurna dan metamorfosis tidak sempurna.
a. Daur hidup kupu-kupu
kupu-kupu mengalami metamorfosis sempurna dengan tahapan di mulai dari telur, ulat, kepompong, sampai menjadi kupu-kupu dewasa.
Sesudah kawin, kupu-kupu betina dewasa mencari jenis tumbuhan yang cocok untuk meletakkan telurnya, biasanya pada pucuk-pucuk tumbuhan. Setelah lebih kurang 2 minggu sampai 1 bulan, telur akan menetas menjadi larva yang disebut ulat.
Ulat lalu mulai memakan pucuk tumbuhan yang masih lunak. Dan mengalami lima kali pergantian kulit. Pada ulat ditemukan kelenjar sutra, yaitu perubahan kelenjar ludah yang terdapat pada bibir bawah. Sutra inilah yang digunakan untuk membuat kepompong (pupa). Ulat yang sudah siap menjadi kupu-kupu akan merayap mencari tempat untuk bergantung menjadi kepompong. Periode kepompong berlangsung selama 2 minggu samapai beberapa bulan, setelah sempurna bentuk kupu-kupunya kepompong tadi akan membuka dan jadilah seekor kupu-kupu yang indah.
Gambar 2.1 : metamorfosis kupu-kupu
b. Daur hidup kecoak
metamorfosis tidak sempurna merupakan metamorfosis yang hanya melalui dua tahapan yaitu dari telur menjadi larva kemudian dewasa. Artinya tidak melewati tahap kepompong.
Kecoak mengalami metamorfosis tidak sempurna. Kecoak dewasa akan bertelur kemudian menetas menjadi kecoak muda yang bersayap. Kecoak akan berkembang menjadi kecoak dewasa dan bersayap.
Gambar 2.2 : metamorfosis kecoak
2. Pengertian Model Pembelajaran
Berkenaan dengan pengertian model pembelajaran, Bell (1981) menyatakan bahwa : “a teaching/learning model is a generalized instructional process with may be used for many different in a variety of subjects”. Berdasarkan pendapat tersebut, maka dapat dikatakan bahwa suatu model pembelajaran secara umum dapat diterapkan pada berbagai mata pelajaran. Namun demikian, tidak ada suatu model pembelajaran yang cocok untuk setiap topik dalam suatu mata pelajaran.
Joyce, Weil, & Showers (1992) mengemukakan pengertian model pembelajaran sebagai berikut :
“A model of teaching is a plan or pattern that we can use to design face-to face teaching in class rooms or tutorial setting and to shape instructional materials-including books, films, tapes, computer- mediated programs, and curricula (long term courses of study). Each model guides us as we design instructional to help students achieve various objectives”.
Menurut pengertian di atas, model pembelajaran merupakan petunjuk bagi guru dalam merencanakan pembelajaran di kelas, mulai dari mempersiapkan perangkat pembelajaran, media dan alat bantu, sampai alat evaluasi yang mengarah pada upaya pencapaian tujuan pelajaran.
Model pembelajaran menurut Eggen (1995) dimaksudkan sebagai strategi perspektif pembelajaran yang dirancang untuk mencapai tujuan
pembelajaran, sedangkan menurut Arends (1997) suatu model pembelajaran mengacu pada pendekatan pembelajaran yang akan diterapkan. Lebih lanjut, Arends (1997), model pembelajaran yang mengacu pada pendekatan pembelajaran yang akan diterapkan. Lebih lanjut, Arends (1997), model pembelajaran mengacu pada pendekatan pembelajaran yang akan digunakan, termasuk di dalamnya tujuan-tujuan pembelajaran, tahap-tahap dalam kegiatan pembelajaran, lingkungan belajar, dan pengelolaan kelas. Ia memberikan empat cirri khusus dari model pembelajaran yang akan digunakan, termasuk didalamnya, tujuan-tujuan pembelajaran, tahap-tahap dalam kegiatan pembelajaran, lingkungan belajar, dan pengelolaan kelas. Ia memberikan empat cirri khusus dari model pembelajaran yang tidak dimiliki oleh strategi tertentu, yaitu :
1. Rasional teoretik yang bersifat logis yang disusun oleh pengembangnya.
2. Dasar pemikiran tentang apa dan bagaimana siswa belajar (tujuan belajar yang akan dicapai).
3. Tingkah laku mengajar yang diperlukan oleh model tersebut dapat dilaksanakan dengan berhasil, dan
4. Lingkungan belajar yang diperlukan agar tujuan belajar dapat tercapai.
Joyce, Weil, dan Showers (1992) mengemukakan lima unsur penting sebagai uraian dari suatu model pembelajaran, yaitu :
1. Sintaks, yaitu suatu urutan kegiatan yang biasa juga disebut fase.
2. Sistem sosial, yaitu peranan guru dan siswa serta jenis aturan yang diperlukan.
3. Prinsip-prinsip reaksi, yaitu member gambaran kepada guru tentang cara memandang atau merespon pertanyaan-pertanyaan siswa.
4. Sistem pendukung, yaitu kondisi yang diperlukan oleh model tersebut, dan 5. Dampak instruksional dan Pengiring, Dampak instruksional adalah hasil belajar yang dicapai langsung dengan mengarahkan para siswa pada tujuan yang diharapkan. Sedangkan Dampak pengiring adalah hasil belajar lainnya yang dihasilkan oleh suatu proses belajar yang dirancang melalui proses pembelajaran, sebagai akibat terciptanya suasana belajar yang dialami langsung siswa tanpa pengarahan langsung dari guru.
Selain model pembelajaran, terdapat beberapa aspek yang terlibat dalam proses pembelajaran, antara lain : strategi pembelajaran, pendekatan pembelajaran, metode pembelajaran, dan teknik pembelajaran.
Pendekatan adalah suatu jalan, cara, atau kebijaksanaan yang ditempuh oleh guru atau siswa dalam usaha mencapai tujuan pengajaran apabila ditinjau dari pengelolaan materi pembelajaran. Contoh, pendekatan kontekstual, pendekatan realistis, pendekatan pemecahan masalah, pendekatan pengajuan masalah, pendekatan open ended problem, dan sebagainya.
Strategi pembelajaran adalah cara atau siasat dalam meramu pembelajaran untuk mencapai tujuan pembelajaran. Gerlach dan Ely (dalam Uno,2007) menjelaskan bahwa strategi pembelajaran merupakan cara-cara
yang untuk menyampaikan metode pembelajaran dalam lingkungan pembelajaran tertentu. Jadi, strategi pembelajaran mengatur pendekatan apa yang digunakan, apakah materi disajikan kepada siswa secara perorangan atau berkelompok, bagaimana cara guru memotivasi siswa agar terlibat aktif dalam pembelajaran, serta bagaimana guru mengelola kelas agar pembelajaran berlangsung sebagaimana mestinya. Contoh strategi pembelajaran individual, strategi pembelajaran berkelompok, strategi pembelajaran mengaktifkan siswa, dan sebagainya.
Metode mengajar adalah cara mengajar atau cara guru menyampaikan materi pelajaran kepada siswa. Uno (2007) menjelaskan bahwa metode pembelajaran adalah cara yang digunakan guru, yang dalam menjalankan fungsinya merupakan alat untuk mencapai tujuan pembelajarannya. Metode pembelajaran lebih bersifat prosedur yang berisi tahapan tertentu. Contoh, metode ceramah, metode ekspositori, metode tanya jawab, metode penemuan, dan sebagainya.
Teknik mengajar mengarah kepada cara yang lebih spesifik yang dilakukan oleh guru dalam melaksanakan metode mengajar tertentu. Gerlach dan Ely (dalam Uno,2007) mengemukakan bahwa teknik adalah jalan, alat, atau media yang digunakan oleh guru untuk mengarahkan kegiatan peserta didik kearah tujuan yang ingin dicapai. Contoh, teknik bertanya berlantai dalam metode ceramah.
Dalam penggunaan suatu model pembelajaran dapat menggunakan lebih dari satu strategi pembelajaran, dalam suatu strategi pembelajaran dapat dilakukan lebih dari satu pendekatan, dalam satu pendekatan dapat dilakukan lebih dari satu metode, sedangkan dalam satu metode dapat digunakan lebih dari satu teknik (Soedjadi, 1999). Contoh, untuk suatu topic tertentu digunakan model pembelajaran berbasis masalah, dalam model itu digunakan strategi siswa aktif belajar, untuk itu digunakan pendekatan pemecahan masalah dan pendekatan kontekstual, sedangkan dalam pendekatan pemecahan masalah digunakan metode tanya-jawab, dalam metode tanya jawab digunakan teknik bertanya klasikal dan bertanya beranting.
a. Strategi Pembelajaran Kooperatif
Suasana atau iklim belajar memiliki pengaruh yang sangat besar terhadap pencapaian sistem belajar yang dikerjakan dalam bentuk kelompok.
Pembelajar bekerja dalam kelompok kecil untuk saling membantu belajar satu sama lain. Strategi pembelajaran ini memungkinkan pengembangan sejumlah kompetensi nurturant pada diri pembelajar, beberapa efek nurturant yang dapat dihasilkan melalui penerapan metode ini, antara lain :
1) Dapat mengembangkan keterampilan komunikasi, kerjasama, kepekaan sosial, tanggung jawab, tenggang rasa, penyesuaian sosial.
2) Membangun persahabatan, rasa saling percaya, kebiasaan bekerjasama, dan sikap prososial.
3) Memperluas perspektif, keyakinan terhadap gagasan sendiri, rasa harga diri dan penerimaan diri.
4) Memungkinkan sharing pengalaman dan saling membantu dalam memecahkan masalah pembelajaran.
5) Mengoptimalkan penggunaan sumber belajar dan pencapaian hasil belajar.
b. Elemen Dasar Pembelajaran Kooperatif
Ada tiga elemen dasar yang memungkinkan terciptanya suasana belajar kooperatif. Ketiga elemen dasar tersebut adalah sebagai berikut : 1) Saling ketergantungan positif
Dalam pembelajaran kooperatif, dosen/guru dituntut untuk dapat menciptakan suasana pembelajaran yang mendorong terciptanya sikap saling membutuhkan satu sama lain. Hubungan yang saling membutuhkan inilah yang dimaksud dengan saling ketergantungan positif. Dengan saling ketegantungan positif semacam itu, diharapkan akan memudahkan pembelajar melakukan penyesuaian-penyesuaian sosial. Penyesuaian- penyesuaian sosial yang dimaksudkan adalah :
a. Memungkinkan anak belajar tentang sikap, keterampilan, informasi, perilaku sosial, dan pandangan hidup, serta meningkatkan kepekaan dan kesetiakawanan sosial.
b. Memungkinkan berbentuk dan berkembangnya nilai-nilai sosial dan komitmen.
c. Membangun persahabatan, rasa saling percaya, kebiasaan bekerjasama, dan sikap prososial.
Saling ketergantungan positif dapat dicapai melalui saling ketergantungan tujuan, saling ketergantungan tugas, saling ketergantungan bahan atau sumber, saling ketergantungan peran, dan saling ketergantungan hadir.
2) Interaksi tatap muka
Melalui pembelajaran kooperatif, interaksi antar pembelajar dalam kelompok belajar membuat mereka saling bertatap muka sehingga mereka dapat melakukan dialog tidak hanya dengan dosen/guru, melainkan juga dengan antara sesame pembelajar. Interaksi tatap muka semacam itu memungkinkan timbulnya :
a. Perilaku rasional pada masa dewasa
b. Meningkatkan perilaku kejujuran dan tanggung jawab
c. Meningkatkan keterampilan metakognitif atau memahami proses berfikirnya sendiri.
d. Meningkatkan kemampuan memandang masalah dan situasi dari berbagai perspektif.
3) Akuntabilitas individual
Wujud pembelajaran kooperatif adalah belajar secara kelompok, namun penilaian yang diberikan tetap memperhatikan kemampuan masing-masing anggota kelompok. Dengan cara seperti itu, setiap anggota
kelompok masing-masing mengetahui kemampuan setiap anggotanya.
Dengan demikian, tiap anggota kelompok mengetahui siapa anggota yang perlu mendapatkan bantuan, dan siapa dari anggota kelompok yang diharapkan dapat memberikan bantuan. Setiap anggota kelompok harus member sumbangan demi kemajuan kelompok. Penilaian kelompok secara individual inilah yang dimaksudkan dengan akuntabilitas individual.
Dengan akuntabilitas individual semacam itu diharapkan pembelajar : a. Meningkatkan sifat positif terhadap belajar dan pengalaman belajar b. Meningkatkan keterampilan hidup gotong-royong, dan tenggang rasa.
c. Meningkatkan kemampuan berfikir divergen atau berfikir kreatif.
d. Meningkatkan kesadaran tentang arah dan tujuan hidup yang penuh tantangan.
c. Perbedaan Pembelajaran Kooperatif dan Pembelajaran Tradisional
Pada pembelajaran tradisional dikenal adanya pembelajaran kelompok. Akan tetapi ada perbedaan esensial antara kelompok belajar kooperatif dan kelompok belajar tradisional, sejumlah perbedaan tersebut dapat dicermati pada table berikut ini :
No Pembelajaran Kooperatif Pembelajaran Tradisional 1
2
3
4
5
6
Kelompok belajar kooperatif di dasarkan pada saling ketergantungan positif dan dosen/guru menuntun tiap anggota kelompok untuk saling membantu dan saling mendorong atau saling memotivasi.
Kelompok belajar kooperatif menuntut adanya akuntabilitas individual yang mengukur penguasaan bahan pelajaran tiap anggota kelompok dan kelompok diberikan masukan tentang prestasi para anggotanya. Dengan demikian, tiap anggotanya kelompok mengetahui teman yang memerlukan bantuan.
Kelompok belajar kooperatif terdiri atas pembelajar-pembelajar yang memiliki kemampuan heterogen atau berbeda-beda.
Pemimpin dalam kelompok kooperatif dipilih oleh anggota kelompok melalui musyawarah untuk memperoleh mufakat. Pemilihan pemimpin
kelompok dapat dilakukan berdasarkan pemilihan secara demokratis.
Pada kelompok belajar kooperatif, penekanannya tidak hanya ada penyelesaian tugas, tetapi juga pada upaya mempertahankan hubungan interpersonal masing-masing anggota kelompoknya.
Pada kelompok belajar kooperatif, keterampilan sosial yang diperlukan dalam kerja gotong-royong seperti kepemimpinan, kemampuan
berkomunikasi, mempercayai orang
Dalam kelompok belajar tradisional, dosen/guru sering membiarkan adanya anggota kelompok yang mendominasi teman atau bergantung pada teman yang lain.
Akuntabilitas individual dalam kelompok belajar tradisional sering tidak diperhatikan sehingga sering diborong oleh salah seorang anggota, sedangkan anggota lain hanya
mengikuti saja keberhasilan pemborong.
Dalam kelompok belajar tradisional, dosen/guru sering mengelompokkan pembelajar secara homogen.
Pengelompokkan homogen semacam itu tidak memberikan peluang pada setiap pembelajar untuk menjadi sumber belajar sesuai dengan keunggulan yang dimiliki masing- masing anggota kelompok.
Sedangkan dalam pembelajaran tradisional pemimpin kelompok sering ditentukan oleh dosen/guru.
Pada kelompok belajar tradisional penekanan sering hanya pada penyelesaian tugas.
Pada kelompok belajar tradisional berbagai keterampilan sosial semacam ini hanya diasumsikan.
7
8
lain, dan mengelola konflik secara langsung diajarkan.
Pada saat pembelajaran dikelompok belajar kooperatif sedang berlangsung, dosen/guru terus melakukan observasi dan membantu jika terjadi masalah dalam kerja sama antar kelompok.
Dalam kelompok belajar kooperatif, dosen/guru hendaknya memperhatikan proses belajar aktif setiap anggota kelompok dalam menyelesaikan tugas- tugas belajarnya.
Observasi dan intervensi semacam ini sering dilakukan oleh dosen/guru dalam kelompok belajar tradisional.
Dalam kelompok belajar tradisional dosen/guru sering kurang peduli, apakah kelompok belajar berjalan dengan baik atau tidak.
Tabel 2.1 Perbedaan Pembelajaran Kooperatif dan Pembelajaran Tradisional
d. Tipe Picture and Picture
Picture and picture adalah suatu metode belajar yang menggunakan gambar dan dipasangkan atau diturutkan menjadi urutan yang logis. Model pembelajaran picture and picture sangat mendukung proses belajar mengajar (PBM) di sekolah, karena membantu siswa menyerap pembelajaran yang diberikan oleh guru. Selain itu siswa juga dengan mudah berperan aktif dalam menemukan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai. Adapun langkah-langkah pembelajarannya sebagai berikut :
1) Guru menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai.
2) Guru menyajikan materi sebagai pengantar.
3) Guru menunjukkan atau memperlihatkan gambar-gambar kegiatan yang berkaitan dengan materi.
4) Guru menunjuk/memanggil siswa secara bergantian untuk memasang/mengurutkan gambar-gambar menjadi urutan yang logis.
5) Guru menanyakan alasan/dasar pemikiran urutan gambar tersebut kepada siswa.
6) Dari alasan/urutan gambar tersebut guru mulai menanamkan konsep/materi sesuai dengan kompetensi yang lain dicapai.
7) Siswa dan guru menyimpulkan materi sesuai dari hasil pelajaran yang dilakukan/dikerjakan.
Adapun kelebihan dan kekurangan dari tipe picture and picture yaitu : 1. Kelebihan dari tipe picture and picture, antara lain :
a. Materi yang diajarkan lebih terarah karena pada awal pembelajaran guru menjelaskan kompetensi yang harus dicapai.
b. Murid lebih cepat menangkap materi ajar karena guru menunjukkan gambar-gambar mengenai materi yang dipelajari.
c. dapat meningkatkan daya nalar atau daya piker murid karena murid disuruh oleh guru untuk menganalisa gambar
2. Kekurangan dari tipe picture and picture, yaitu :
a. Sulit menemukan gambar-gambar yang bagus dan berkualitas serta sesuai dengan materi pelajaran.
b. Sulit menemukan gambar-gambar yang sesuai dengan daya nalar atau kompetensi murid yang dimiliki
c. Baik guru atau murid kurang terbiasa dalam menggunakan gambar- gambar sebagai bahan utama dalam membahas suatu materi pelajaran.
d. Tidak tersedianya dana khusus untuk menemukan atau mengadakan gambar-gambar yang diinginkan.
3. Belajar dan Hasil Belajar
Belajar pada hakikatnya adalah kegiatan yang dilakukan secara sadar oleh seseorang yang menghasilkan perubahan tingkah laku pada dirinya sendiri, baik dalam bentuk pengetahuan dan keterampilan guru, maupun dalam bentuk sikap dan nilai yang positif. Selama berlangsungnya kegiatan belajar, terjadilah proses interaksi.
Proses belajar mengajar melalui interaksi guru-murid, murid-murid, dan murid-guru secara tidak langsung menyangkut berbagai komponen lain yang saling terkait menjadi suatu sistem yang utuh. Pemerolehan hasil belajar sangat ditentukan oleh baik tidaknya kegiatan dan proses belajar mengajar yang berlangsung.
Menurut Sardiman (1986:22) “Belajar dalam arti luas, dapat diartikan sebagai kegiatan psiko-fisik menunjukkan perkembangan pribadi seutuhnya”.
Disini dapat dilihat bahwa belajar merupakan sarana pengembangan pribadi dari individu yang melakukannya.
Sedangkan Sardiman (1986:22) juga mendefinisikan belajar dalam arti sempit yaitu : “Belajar dimaksudkan sebagai usaha penguasaan materi ilmu pengetahuan yang merupakan sebagai kegiatan menuju terbentuknya
kepribadian seutuhnya”. Dari pendefinisian tersebut, dapat diartikan bahwa belajar adalah suatu usaha pengembangan diri.
Dari pendapat-pendapat di atas, maka penulis dapat menyimpulkan bahwa belajar adalah sarana atau usaha pengembangan diri, memberikan suatu proses yang harus dilalui untuk merubah diri dari tidak tahu menjadi tahu. Ini berarti ada tingkatan-tingkatan yang kemudian harus dilalui untuk merubah diri dari tidak tahu menjadi tahu, berarti ada tingkatan-tingkatan yang kemudian harus dilalui dalam proses menjadi pribadi yang seutuhnya.
Belajar sangat erat kaitannya dengan usaha manusia dalam pencapaian kebutuhannya seperti yang dikemukakan oleh Gani (dalam sardiman, 1986:33) bahwa “Masalah produktivitas berhubungan dengan kerja manusia dan efisien”. Di sini ditunjukkan bahwa belajar memberikan kemampuan bagi manusia untuk menjadi lebih baik atau pribadi yang utuh.
Tidak ada belajar yang berlangsung dengan sendirinya kecuali perlu upaya yang sadar, belajar juga berlangsung tahap demi tahap dalam wujud daur (siklus) yang makin meningkat, yakni :
a. Tahap Pemahaman
Tahap pemahaman mengandung tiga jenis aktivitas yakni “merekam”
mengolah dan mencoba. Dari pengertian ini kegiatan seperti membaca buku, study tour dan melaksanakan kerja praktek pada dasarnya barulah merupakan kegiatan merekam.
b. Tahap Penghayatan
Dalam rangka belajar yang hakiki, memahami saja belumlah cukup.
Oleh karena itu perlu diikuti dengan tahap menghayati agar dapat menghayati hal-hal yang telah dipahami seseorang perlu melakukan penilaian terhadap hasil “mencoba” yang dilakukan. Kalau hasilnya positif maka orang itu akan memiliki motifasi yang kuat untuk mengamalkan penghayatan dalam berbagai bentuk.
c. Tahap Pengamalan
Dalam rangka proses belajar yang hakiki, pengamalan terhadap hasil penghayatan merupakan ujung terakhir dan sekaligus awalan baru bagi proses belajar lebih lanjut. Artinya di satu pihak belajar bertujuan untuk diamalkan hasilnya dan dilain pihak dengan mengamalkan hasil belajar itu proses belajar telah dimulai lagi.
Hasil belajar adalah kemampuan yang dimiliki murid setelah ia menerima pengalaman belajarnya. Hasil belajar mempunyai peranan penting dalam proses pembelajaran.
Kata hasil berarti “hasil yang telah dicapai dari yang telah dilakukan atau dikerjakan” (depdikbud, 2001:895). Prestasi yang dimaksudkan disini adalah suatu hasil yang dicapai mengenai pendidikan atau pelajaran.
Menurut Dimyati dan Mudjiono, hasil belajar merupakan hal yang dapat di pandang dari dua sisi yaitu sisi siswa dan dari sisi guru. Dari sisi
siswa, hasil belajar merupakan tingkat perkembangan mental yang lebih baik bila dibandingkan pada saat sebelum belajar.
Sedangkan menurut Oemar Hamalik hasil belajar adalah bila seseorang telah belajar akan terjadi perubahan tingkah laku pada orang tersebut, misalnya dari tidak tahu menjadi tahu, dan dari tidak mengerti menjadi mengerti.
Dari pendapat diatas, maka penulis dapat menyimpulkan bahwa hasil belajar adalah suatu penilaian akhir dari proses dan pengenalan yang telah dilakukan berulang-ulang. Serta akan tersimpan dalam jangka waktu lama atau bahkan tidak akan hilang selama-lamanya karena hasil belajar turut serta dalam membentuk pribadi individu yang selalu ingin mencapai hasil yang lebih baik lagi sehingga akan merubah cara berpikir serta menghasilkan perilaku kerja yang lebih baik.
4. Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) di SD
a. Hakikat pembelajaran IPA
Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berkaitan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses penemuan. Pendidikan IPA diharapkan dapat menjadi wahana bagi peserta didik untuk mempelajari diri sendiri dan
alam sekitar, serta prospek perkembangan lebih lanjut dalam menerapkannya di dalam kehidupan sehari-hari. Proses pembelajarannya menekankan pada pemberian pengalaman langsung untuk mengembangkan kompetensi agar menjelajahi dan memahami alam sekitar secara ilmiah. Pendidikan IPA diarahkan untuk inkuiri dan berbuat sehingga dapat membantu peserta didik untuk memperoleh pemahaman yang lebih mendalam tentang alam sekitar.
Dari uraian tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa sains (IPA) bermula timbul dari rasa ingin tahu manusia, dari rasa keingintahuan tersebut membuat manusia selalu mengamati terhadap gejala-gejala alam yang ada dan mencoba memahaminya.
Ilmu pengetahuan alam (IPA) merupakan bagian dari ilmu pengetahuan atau sains yang semula berasal dari bahasa inggris „science‟. Kata „science‟
sendiri berasal dari kata dalam Bahasa Latin „scientia‟ yamg berarti saya tahu.
„science‟ terdiri dari social sciences (ilmu pengetahuan sosial) dan natural science (ilmu pengetahuan alam). Namun dalam perkembangannya science sering di terjemahkan sebagai sains yang berarti ilmu pengetahuan alam (IPA) saja, walaupun pengertian ini kurang pas dan bertentangan dengan etimologi ( Jujun Suriasumantri, 1998:299). Untuk itu, dalam hal ini kita tetap menggunakan istilah IPA untuk merujuk pada pengertian sains yang kaprah yang berarti natural science.
Untuk mendefenisikan IPA tidaklah mudah, karena sering kurang dapat menggambarkan secara lengkap pengertian sains sendiri. Menurut H.W Fowler (dalam Laksmi Prihantoro, 1986:1.3),IPA adalah pengetahuan yang sistematis dan dirumuskan, yang berhubungan dengan gejala-gejala kebendaan dan didasarkan terutama atas pengamatan dan deduksi.
IPA mempelajari alam semesta, benda-benda yang ada di permukaan bumi, di dalam perut bumi dan di luar angkasa, baik yang dapat diamati indera maupun yang tidak dapat diamati dengan indera. Oleh karena itu,dalam menjelaskan hakikat fisika, pengertian IPA dipahami terlebih dahulu. IPA atau ilmu kealaman adalah ilmu tentang dunia zat, baik makhluk hidup maupun benda mati yang diamati (Kadir dan Nur,1994:1).
Adapun Wahyana (1986) mengatakan bahwa IPA adalah suatu kumpulan pengetahuan tersusun secara secara sistematik, dan dalam penggunaannya secara umum terbatas pada gejala-gejala alam. Perkembangannya tidak hanya ditandai oleh adanya kumpulan fakta, tetapi oleh adanya metode ilmiah dan sikap ilmiah.
Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa IPA adalah suatu kumpulan teori yang sistematis, penerapannya secara umum terbatas pada gejala-gejala alam, lahir dan berkembang melalui metode ilmiah seperti
observasi dan eksperimen serta menuntut sikap ilmiaah seperti rasa ingin tahu, terbuka ,jujur, dan sebagainya.
Carin dan Sund (1993) mendefinisikan IPA sebagai “pengetahuan yang sistematis dan tersusun secara teratur, berlaku umum (universal), dan berupa kumpulan data hasil observasi dan eksperimen”.
Merujuk pada pengertian IPA itu, selanjutnya Carin dan Sund (1993) menyimpulkan bahwa hakikat IPA meliputi empat unsur utama yaitu :
a. Sikap
Rasa ingin tahu tentang benda, fenomena alam, makhluk hidup, serta hubungan sebab akibat yang menimbulkan masalah baru yang dapat dipecahkan melalui prosedur yang benar, IPA bersifat open ended.
b. Prosedur
Prosedur pemecahan masalah melalui metode ilmiah, metode ilmiah meliputi penyusunan hipotesis, perancangan eksperimen atau percobaan, evaluasi, pengukuran, dan penarikan kesimpulan.
c. Produk
Berupa fakta, prinsip, teori, dan hukum.
d. Aplikasi
Penerapan metode ilmiah dan konsep IPA dalam kehidupan sehari-hari.
Keempat unsur itu merupakan ciri IPA yang utuh sebenarnya tidak dapat dipisahkan satu sama lain. Dalam proses pembelajaran IPA keempat unsur itu diharapkan dapat muncul, sehingga peserta didik dapat mengalami proses pembelajaran secara utuh, memahami fenomena alam melalui kegiatan pemecahan masalah, metode ilmiah, dan meniru cara ilmuwan bekerja dalam menemukan fakta baru. Kecenderungan pembelajaran IPA pada masa kini adalah peserta didik hanya mempelajari IPA sebagai produk, menghafalkan konsep, teori dan hukum. Keadaan ini diperparah oleh pembelajaran yang berorientasi pada tes/ujian. Akibatnya IPA sebagai proses, sikap, dan aplikasi tidak tersentuh dalam pembelajaran.
Pengalaman belajar yang diperoleh di kelas tidak utuh dan tidak berorientasi tercapainya standar kompetensi dan kompetensi dasar.
Pembelajaran lebih bersifat teacher-centered, guru hanya menyampaikan IPA sebagai produk dan peserta didik menghafal informasi faktual. Peserta didik tidak dibiasakan untuk mengembangkan potensi berfikirnya. Fakta dilapangan menunjukkan bahwa banyak peserta didik yang cenderung menjadi malas berfikir secara mandiri. Cara berfikir yang dikembangkan dalam kegiatan belajar belum menyentuh domain afektif dan psikomotor. Alasan yang sering dikemukakan oleh para guru adalah keterbatasan waktu, sarana, lingkungan belajar, dan jumlah peserta didik per kelas yang terlalu banyak.
Abad 21 di tandai oleh pesatnya perkembangan IPA dan teknologi dalam berbagai bidang kehidupan di masyarakat, terutama teknologi informasi dan
komunikasi. Oleh karena itu, diperlukan cara pembelajaran yang dapat menyiapkan peserta didik untuk melek IPA dan teknologi, mampu berfikir logis, kritis, kreatif, serta dapat berargumentasi secara benar. Dalam kenyataan, memang tidak banyak peserta didik yang menyukai bidang kajian IPA, karena dianggap sukar, keterbatasan kemampuan peserta didik, atau karena mereka tak berminat menjadi ilmuwan atau ahli teknologi. Namun demikian, mereka tetap berharap agar pembelajaran IPA di sekolah dapat disajikan secara menarik, efisien, dan efektif.
Standar kompetensi dan kompetensi dasar yang akan dicapai peserta didik yang dituangkan dalam empat aspek, yaitu : makhluk hidup dan proses kehidupan, materi dan sifatnya, energi dan perubahannya, serta bumi dan alam semesta. Indikator pencapaian kompetensi dikembangkan oleh sekolah, disesuaikan dengan lingkungan setempat, dan media serta lingkungan belajar yang ada di sekolah. Semua ini ditujukan agar guru dapat lebih aktif, kreatif, dan melakukan inovasi dalam pembelajaran tanpa meninggalkan isi kurikulum.
Melalui pembelajaran IPA terpadu, diharapkan peserta didik dapat membangun pengetahuannya melalui cara kerja ilmiah, bekerja sama dalam kelompok, belajar berinteraksi dan berkomunikasi, serta bersikap ilmiah.
b. Tujuan Pembelajaran IPA di SD
Adapun tujuan pembelajaran sains di sekolah dasar dalam Badan Nasional Standar Pendidikan (BSNP 2006) dimaksudkan untuk :
1) Memperoleh keyakinan terhadap kebesaran Tuhan Yang Maha Esa berdasarkan keberadaan, dan keteraturan alam ciptaan-Nya.
2) Mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep IPA yang bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.
3) Mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positif, dan kesadaran tentang adanya hubungan saling mempengaruhi antara IPA, lingkungan, teknologi, dan masyarakat.
4) Mengembangkan keterampilan proses untuk menyelidiki alam sekitar, memecahkan masalah, dan membuat keputusan.
5) Meningkatkan kesadaran untuk berperan serta dalam memelihara, menjaga, dan melestarikan lingkungan alam.
6) Meningkatkan kesadaran untuk menghargai alam dan segala keteraturannya sebagai salah satu ciptaan Tuhan.
7) Memperoleh bekal pengetahuan, konsep, dan keterampilan IPA sebagai dasar untuk melanjutkan pendidikan ke SMP.
B. KERANGKA PIKIR
Kerangka pikir penelitian ini pada hakikatnya merupakan garis petunjuk yang digunakan untuk menopang dan mengarahkan penelitian dalam mengumpulkan data, menganalisis data dan menarik kesimpulan.
Penelitian ini mengacu pada kerangka pemikiran bahwa tujuan utama penerapan pembelajaran kooperatif khususnya tipe picture and picture dapat meningkatkan kemampuan berfikir anak dalam mengurutkan (menyusun) sebuah gambar yang diacak sehingga menjadi gambar yang utuh dan berarti baik dilakukan sendiri (individu) maupun dilakukan secara bersama-sama (berkelompok).
Dalam menyusun gambar guru diharapkan dapat memberikan kesempatan kepada setiap murid baik individu/kelompok untuk mengaplikasikan materi sesuai maksud tujuan pembelajaran yang ingin dicapai. Untuk lebih jelasnya, kerangka pemikiran tersebut dapat dilihat pada bagan berikut :
Gambar 2.3 : Bagan Kerangka Pikir C. HIPOTESIS TINDAKAN
Jika dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe picture and picture pada murid kelas IV SD Inpres Bira I Kecamatan Tamalanrea Kota Makassar, maka dapat meningkatkan hasil belajar IPA.
Daur Hidup Hewan
Picture and Picture
Siklus I
Refleksi
Hasil Belajar
Analisis
Temuan
Rekomendasi
Siklus II PBM
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (classroom action research) yang akan dilaksanakan dalam dua siklus. Jenis penelitian tindakan kelas ini dipilih dengan tujuan agar “mampu menawarkan cara baru untuk memperbaiki dan meningkatkan profesionalisme guru dalam kegiatan belajar mengajar di kelas dengan melihat berbagai indikator keberhasilan proses dan hasil belajar” (Umar,2005:3). Selain itu penelitian tindakan kelas ini dianggap mudah karena hanya melalui empat tahapan yaitu perencanaan, aksi, observasi, dan refleksi.
B. Setting Penelitian dan Subjek
Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini dilaksanakan di SD Inpres Bira I Kecamatan Tamalanrea Kota Makassar pada semester genap (dua) tahun pelajaran 2013/2014 dengan jumlah siswa 35 orang yang terdiri atas 18 perempuan dan 17 laki-laki. Penelitian ini dilakukan secara berkolaborasi dengan dosen Universitas Muhammadiyah Makassar dan guru kelas IV SD Inpres Bira I Kecamatan Tamalanrea Kota Makassar.
C. Faktor-Faktor Yang Akan Diteliti
Fokus penelitian ini adalah siswa yakni meningkatkan hasil belajar melalui penerapan model kooperatif tipe picture and picture. Disamping itu juga akan dilihat minat dan motivasi siswa dalam menyusun gambar pada mata pelajaran IPA di Sekolah Dasar (SD).
D. Prosedur Pelaksanaan Penelitian
1. Gambaran umum pemilihan model PTK yang dipilih
Model PTK Kemmis dan Mc.Taggart sangat mudah dipahami oleh guru ketika menggunakannya karena jelas arah model penelitian tindakan kelas.
2. Bagan model PTK
Adapun alur penelitian ini mengacu pada modifikasi diagram oleh Kemmis dan Mc.Taggart (Depdiknas, 2003:19) sebagai berikut :
Gambar 3.1 Diagram Alur Desain Penelitian Model Kemmis dan Mc.Taggart E. Prosedur Penelitian
Gambaran Tahapan Siklus I 1. Perencanaan
a. Membuat scenario pembelajaran
b. Membuat rencana pelaksanaan pembelajaran c. Membuat lembar kerja siswa
Perencanaan
Refleksi
Observasi
Perencanaan
SIKLUS II
Tindakan
Refleksi Tindakan
SIKLUS I
Observasi
?
d. Membuat lembar observasi sebagai alat pengumpul data untuk mengetahui bagaimana kondisi belajar mengajar di kelas pada waktu berlangsungnya kegiatan pembelajaran, baik siswa maupun guru.
e. Membuat alat evaluasi
f. Membentuk kelompok belajar berdasarkan hasil evaluasi tes awal.
2. Aksi
Kegiatan yang dilakukan pada tahap ini adalah melaksanakan pembelajaran sesuai scenario pembelajaran yang telah dibuat. Kegiatan itu sebagai berikut : a. Sebelum pelaksanaan tindakan peneliti memberikan tes awal kepada siswa
untuk mengetahui kemampuan dasar yang dimiliki siswa, serta dijadikan dasar untuk pembentukan kelompok.
b. Pada awal tatap muka peneliti menyampaikan materi yang sesuai dengan rencana pembelajaran yang telah dibuat, yaitu materi pelajaran IPA.
c. Peneliti atau guru menjelaskan materi pelajaran setelah itu siswa diminta untuk menanyakan hal-hal yang belum dipahami.
d. Peneliti kemudian membagikan Lembar Kerja Siswa (LKS) untuk dikerjakan secara berkelompok.
e. Peneliti melakukan pemantauan selama kegiatan pembelajaran berlangsung berdasarkan pedoman observasi.
f. Meminta wakil dari tiap kelompok untuk mengerjakan soal (LKS) dipapan tulis dan kelompok menanggapi.
g. Memberikan tugas rumah yaitu membuat soal sendiri dan dijawab sendiri
h. Pada akhir siklus dilakukan pengukuran kemampuan.
3. Observasi
a. Peneliti memperhatikan keseluruhan murid untuk mengetahui siapa yang hadir dan siapa yang tidak hadir.
b. Pemantauan keaktifan siswa pada saat pembelajaran berlangsung berdasarkan format yang telah disiapkan.
4. Refleksi
Kegiatan yang dilakukan pada tahap ini adalah menganalisis data yang diperoleh pada tahap observasi. Berdasarkan hasil analisis data dilakukan refleksi guna melihat kekurangan dan kelebihan yang terjadi pada saat pembelajaran. Kekurangan dan kelebihan ini dijadikan acuan untuk merencanakan siklus berikutnya.
Adapun masalah yang ditemukan pada tahap perencanaan yaitu dalam pembagian kelompok, murid kelihatannya ingin memilih teman sendiri yang disuka dalam kelompoknya.
Sedangkan masalah yang ditemukan pada tahap observasi adalah belum sepenuhya murid siap mengikuti KBM dengan model pembelajaran tersebut serta kurangnya penguasaan konsep dasar IPA.
Gambaran Tahapan Siklus II
Berdasarkan hasil refleksi tindakan yang dilaksanakan pada siklus I, maka dilakukan perbaikan pelaksanaan pembelajaran pada siklus II.
Pelaksanaan tindakan pada siklus II disesuaikan dengan perubahan yang ingin
dicapai. Hasil yang dicapai pada siklus ini dikumpulkan serta dianalisis untuk menetapkan suatu kesimpulan.
F. Teknik Pengumpulan Data
Untuk memperoleh data dan informasi yang dibutuhkan, maka teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah :
1. Observasi
Menurut Sudjana (2005:84) observasi adalah alat untuk mengukur atau menilai hasil dan proses belajar. Misalnya tingkah laku murid pada waktu belajar, tingkah laku guru pada waktu mengajar, kegiatan diskusi murid, partisipasi murid dalam simulasi serta penggunaan alat peraga.
Bentuk observasi yang dipilih dala penelitian ini adalah observasi langsung yaitu pengamatan yang dilakukan terhadap gejala atau proses yang terjadi dalam situasi sebenarnya dan langsung diamati oleh pengamat.
2. Tes
Tes adalah alat pengukuran berupa pertanyaan, perintah dan petunjuk yang ditujukan kepada testee untuk mendapatkan respon sesuai dengan petunjuk itu. Bentuk tes yang dipilih dalam penelitian ini adalah bentuk isian dan uraian.
Cara-cara pengumpulan data, antara lain :
a. Sumber data penelitian adalah siswa kelas IV SD Inpres Bira I Kecamatan Tamalanrea Kota Makassar Tahun Pelajaran 2012/2013.
b. Cara pengambilan data adalah :
1. Data hasil belajar yang diambil dengan cara memberikan tes mengurutkan gambar yang disusun acak dengan menggunakan lembar yang disusun acak dengan menggunakan lembar observasi.
2. Data tentang keterkaitan antara perencanaan dan pelaksanaan yang didapat dari RPP (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran) dan lembar observasi.
c. Instrumen penelitian
Instrumen penelitian ini adalah penelitian sendiri dan dilengkapi dengan pengumpulan data berupa :
1. Lembar pedoman observasi yang digunakan untuk menjaring aktivitas guru dan siswa selama pembelajaran. Pedoman observasi memuat butir-butir kegiatan yang perlu diamati terhadap aktivitas-aktivitas subjektif terteliti yang menggambarkan penerapan model picture- picture. Lembar observasi ini berfungsi sebagai untuk mengumpulkan data tentang respon atau tanggapan siswa dan guru terhadap pembelajaran yang diterapkan.
2. Catatan lapangan digunakan untuk memperoleh data secara objektif mengenai hal-hal khusus atau dianggap penting selama kegiatan mengajar yang tidak relevan pada lembar observasi.
3. Tes hasil belajar setiap siklus digunakan untuk menjaring data yang tidak terjaring dari observasi atau mengklarifikasi hal-hal yang
dianggap perlu (wawancara dengan guru tentang respon, tanggapan, dan pendapat mereka tentang pembelajaran).
G. Analisis Data
Analisis data dalam penelitian ini dilaksanakan selama dan sesudah pengumpulan data. Analisis data dilakukan pada tahap refleksi dan siklus penelitian. Analisis data dilakukan dengan menggunakan analisis kualitatif model alir yang dikembangkan oleh Milles dan Humbermen (1992) yang terdiri atas : 1. Mereduksi Data
Kegiatan ini meliputi : proses menyeleksi, memfokuskan, dan menyederhanakan semua data yang telah diperoleh sejak awal pengumpulan laporan penelitian. Hasil tes dan transkrip hasil wawancara tentang respon dan tanggapan siswa dan guru terhadap pembelajaran yang dilaksanakan serta hasil observasi mungkin masih belum memberi informasi yang jelas. Oleh karena itu, data-data tersebut perlu direduksi. Reduksi data dilakukan dengan cara pemilihan, pemusatan perhatian, penyederhanaan, dan transformasi data yang diperoleh dari observasi, catatan lapangan, wawancara, dan rekanan. Hal ini dimaksudkan untuk memperoleh informasi yang jelas dari data tersebut, sehingga kesimpulan yang dihasilkan dapat dipertanggung jawabkan.
2. Penyajian Data
Penyajian data dilakukan untuk mengorganisasikan hasil reduksi dengan menyusun kesimpulan informasi yang telah diperoleh. Hal ini dimaksudkan sebagai rangkaian dalam penarikan kesimpulan dan penentuan
tindakan. Informasi yang dimaksudkan adalah uraian proses kegiatan pembelajaran, aktivitas siswa dalam KBM dan hasil yang diperoleh akibat dari penerimaan tindakan secara spesifik, kegiatan yang diamati adalah interaksi guru dengan siswa, siswa dengan siswa, kelompok satu dengan kelompok siswa lainnya. Informasi ini diperoleh dari perpaduan data hasil observasi, catatan lapangan wawancara, perekaman, dan tes.
Data yang disajikan, selanjutnya ditafsirkan dan dievaluasi untuk membuat rencana tindakan berikutnya. Hasil penafsiran dan evaluasi dapat berupa penjelasan mengenai :
a. Perbedaan dan koherensi rancangan dengan alternatif tindakan dianggap tepat.
b. Persepsi dan tanggapan teman sejawat (kelaborator) tentang penerapan model pembelajaran kooperatif tipe picture and picture, dan
c. Kendala-kendala yang dihadapi dan penyebab kendala tersebut.
3. Penarikan Kesimpulan
Penarikan kesimpulan adalah kegiatan memberikan kesimpulan terhadap hasil penafsiran dan evaluasi. Proses kegiatan ini mencakup memaknai data dan memberikan penjelasan, kemudian melakukan verifikasi, yakni mengkaji kebenaran, kekokohan dan mencocokkan makna-makna yang muncul dari data. Verifikasi adalah validasi dari yang disimpulkan.
Dalam menganalisis data, peneliti menyusun rambu-rambu analisis pembelajaran sebagai upaya meningkatkan keterampilan menyusun gambar.
Adapun data yang terkumpul selanjutnya dianalisis dengan menggunakan analisis deskriptif. Analisis data deskriptif digunakan untuk menghitung nilai rata-rata dan persentase hasil belajar.
Menurut (Sudjono,2006:43) mencari persentase (%) nilai rata-rata adalah :
1. Mencari rata-rata hitung : x =
(1)
Keterangan
x = Nilai rata-rata hitung X = Nilai hasil tes murid n = Jumlah murid
2. Prosentasi skor pencapaian
(2)
Keterangan P : Persentase
f : Frekuensi
n : Jumlah sampel
Adapun untuk keperluan analisis kuantitatif digunakan teknik kategori tingkat penguasaan materi. Pedoman yang digunakan untuk mengubah skor mentah yang diperoleh murid menjadi skor standar (nilai).
Tabel 3.1 Teknik Kategori Standar Berdasarkan Ketetapan Depdiknas
No Interval Kategori Hasil Belajar
1 0 – 34 Sangat Rendah
2 35 – 54 Rendah
3 55 – 64 Sedang
4 65 – 84 Tinggi
5 85 - 100 Sangat Tinggi
Sumber : Depdiknas
H. Indikator Keberhasilan
Indikator keberhasilan penelitian tindakan kelas ini adalah bila hasil belajar murid selama proses pembelajaran tiap siklus mengalami peningkatan dari siklus I ke siklus II. Hal ini ditandai dengan daya serap individu minimal 65% dan ketuntasan klasikal 85% serta observasi murid dan pengelolaan pembelajaran berada dalam kategori baik dan sangat baik.
43 A. Hasil Penelitian
Pada bagian ini dibahas secara rinci mengenai hasil penelitian yang terdiri dari hasil analisis kuantitatif dan hasil analisis kualitatif. Hasil analisis kuantitatif adalah gambaran tingkat penguasaan murid melalui tes hasil belajar sebagai refleksi dari proses belajar mengajar dengan melalui model pembelajaran kooperatif tipe picture and picture untuk siklus I maupun siklus II pada murid kelas IV SD Inpres
Bira I Kecamatan Tamalanrea Kota Makassar.
Hasil analisis kualitatif adalah rumusan penelitian dalam bentuk pernyataan yang diarahkan untuk mencapai indikator keberhasilan yang diajukan dalam penelitian ini. Pernyataan itu didasarkan pada data yang diperoleh dari hasil pengamatan selama proses pembelajaran pada akhir siklus.
Proses penelitian ini dilakukan dalam dua siklus yang masing-masing siklus terdiri dari 4 tahapan, yaitu: (1) perencanaan tindakan, (2) pelaksanaan tindakan, (3) observasi (pengamatan), dan (4) refleksi tindakan.
1. Siklus 1 a. Perencanaan
Kegiatan-kegiatan yang dilakukan pada tahap ini meliputi identifikasi masalah dan penetapan alternatif pemecahan masalah. Dalam hal ini peneliti melakukan observasi awal yakni dengan melakukan pengamatan pada saat proses pembelajaran berlangsung dan wawancara dengan guru mengenai permasalahan yang dihadapi murid dalam pembelajaran khususnya yang berkaitan dengan mata
43
Peneliti bersama dengan guru merencanakan pembelajaran yang akan diterapkan dalam proses belajar mengajar atau dengan kata lain membuat rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) berdasarkan standar kompetensi yang sudah ada.
Peneliti mempersiapkan sumber belajar berupa buku paket mata pelajaran IPA yang biasa digunakan oleh guru atau menambahkan sumber belajar lainnya yang berkaitan dengan materi dalam mata pelajaran IPA. Selain itu, peneliti juga mempersiapkan bahan ajar berupa spidol, kertas atau lainnya. Hal terpenting adalah membuat media pembelajaran semenarik mungkin misalnya dalam bentuk gambar.
Menyusun lembar observasi untuk mengetahui sampai sejauh mana perkembangan yang dialami murid selama proses pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe picture and picture. Seperti halnya untuk mengamati tingkat kehadiran murid, perhatian murid pada saat guru menjelaskan, murid yang tidak ragu untuk bertanya, murid yang selalu menjawab pertanyaan dari guru secara lisan, murid yang rajin mengerjakan tugas dan murid yang melakukan kegiatan lain pada saat proses pembelajaran berlangsung.
Peneliti berusaha mengembangkan atau membuat format evaluasi yang dapat mengasah kemampuan berpikir murid seperti memberikan latihan-latihan atau tes berupa soal-soal baik itu secara lisan maupun tertulis. Soal yang diberikan pun bervariasi. Tapi dalam hal ini untuk mengetahui hasil akhir dari pengetahuan murid atau tes evaluasi pada pertemuan keempat, peneliti menggunakan soal berupa pilihan ganda. Adapun soal uraian atau isian diberikan pada saat pembelajaran sedang berlangsung yaitu pertemuan pertama sampai pertemuan ketiga.
I. Pertemuan pertama membahas pengertian metamorfosis sempurna . Pertemuan kedua membahas tentang metamorfosis tidak sempurna. Dan pertemuan ketiga membahas daur hidup tanpa metamorfosis, dan pertemuan keempat tes siklus I.
Semua kegiatan yang akan diimplementasikan dalam pembelajaran dilakukan berdasarkan RPP.
b. Pelaksanaan Tindakan Siklus I
Pada tahap tindakan dalam siklus I dilaksanakan selama 4 kali pertemuan yang diimplementasikan berdasarkan RPP yang telah disusun. Berdasarkan RPP tersebut pelaksanaan tindakan pada semua pertemuan yaitu kegiatan awal, kegiatan inti dan kegiatan penutup.
1) Pertemuan pertama
Pertemuan pertama dilaksanakan 28 Januari 2014, indikator yang diharapkan dicapai pada pertemuan ini adalah menjelaskan metamorfosis sempurna.
Pertama-tama guru memberi salam kemudian mengabsen murid. Setelah mengabsen guru memotivasi murid berani menjawab pertanyaan dengan memberikan pertanyaan terkait dengan materi yang akan dipelajari. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran, kemudian guru menjelaskan sedikit materi pelajaran.
Pada kegiatan inti, guru menunjukkan/memperlihatkan gambar-gambar kegiatan yang berkaitan dengan materi,kemudian guru menunjukk/memanggil peserta didik secara bergantian untuk memasang /mengurutkan gambar-gambar menjadi urutan yang logis,dan guru menanyakan alasan/dasar pemikiran urutan
sesuai dengan kompetensi yang ingin dicapai . Guru memberikan pekerjaan rumah, memberikan pesan-pesan moral, kemudian guru menutup pelajaran dengan mengucapkan salam.
2) Pertemuan kedua
Pertemuan kedua dilaksanakan tanggal 29 Januari 2014, indikator yang diharapkan dicapai pada pertemuan ini adalah menyebutkan tentang metamorfosis tidak sempurna. Pada umumnya langkah yang dilakukan sama dengan langkah pada pertemuan pertama tetapi guru menambahkan sedikit kegiatan yang lebih mengasah kerja sama murid dengan kerja kelompok.
Pertama-tama guru memberi salam kemudian mengabsen murid. Setelah mengabsen guru memotivasi murid berani menjawab pertanyaan dengan memberikan pertanyaan terkait dengan materi yang akan dipelajari. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran, kemudian guru menjelaskan sedikit materi pelajaran.
Pada kegiatan inti, guru menunjukkan/memperlihatkan gambar-gambar kegiatan yang berkaitan dengan materi,kemudian guru menunjukk/memanggil peserta didik secara bergantian untuk memasang /mengurutkan gambar-gambar menjadi urutan yang logis,dan guru menanyakan alasan/dasar pemikiran urutan gambar tersebut.Dari alasan tersebut guru memulai menanamkan konsep/ materi sesuai dengan kompetensi yang ingin dicapai . Guru memberikan pekerjaan rumah, dan memberikan pesan-pesan moral, kemudian guru menutup pelajaran dengan mengucapkan salam.
Pertemuan ini dilaksanakan pada tanggal 1 Februari 2014, indikator yang diharapkan dicapai pada pertemuan ini adalah Murid mampu mengurutkan gambar- gambar yang berkaitan dengan metamorfosis. Pada umumnya langkah yang dilakukan sama dengan langkah pada pertemuan pertama dan kedua tetapi guru menambahkan sedikit kegiatan yang lebih mengasah kreatifitas dan kerja sama murid dengan mengadakan permainan.
Pertama-tama guru memberi salam, berdo’a kemudian mengabsen murid.
Setelah mengabsen guru memotivasi murid berani menjawab pertanyaan dengan memberikan pertanyaan terkait dengan materi yang akan dipelajari. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran, kemudian guru menjelaskan sedikit materi pelajaran.
Pada kegiatan inti, guru menunjukkan/memperlihatkan gambar-gambar kegiatan yang berkaitan dengan materi,kemudian guru menunjukk/memanggil peserta didik secara bergantian untuk memasang /mengurutkan gambar-gambar menjadi urutan yang logis,dan guru menanyakan alasan/dasar pemikiran urutan gambar tersebut.Dari alasan tersebut guru memulai menanamkan konsep/ materi sesuai dengan kompetensi yang ingin dicapai . Guru memberikan pesan-pesan moral, kemudian guru menutup pelajaran dengan mengucapkan salam.
4) Pertemuan keempat
Pelaksanaan evaluasi pada siklus I tanggal 2 Februari 2014. Pertama-tama guru membuka pembelajaran dengan mengucapkan salam, kemudian mengecek kesiapan murid dan menginstruksikan untuk menyiapkan alat tulis-menulisnya.
Setelah murid siap, guru membagikan tes siklus I yang harus dikerjakan oleh
yang diberikan sampai bel pergantian pelajaran berbunyi.
Kegiatan evaluasi siklus I ini berjalan dengan lancar. Dan hasilnya dikumpulkan tepat pada waktu yang telah ditentukan. Setelah semua murid mengumpulkan lembar jawabannya, guru menutup pelajaran dengan mengucapkan salam.
Berdasarkan evaluasi siklus I yang telah diberikan kepada murid, maka diperoleh hasil yang kurang memuaskan. Hal ini dapat dilihat dari nilai akhir yang diperoleh murid yaitu terdapat beberapa murid yang belum mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) ditentukan.
c. Observasi dan Evaluasi
Berikut ini data hasil observasi yang digunakan untuk mengetahui seberapa jauh penerapan pembelajaran kooperatif tipe picture and picture pada murid kelas IV SD Inpres Bira I Kecamatan Tamalanrea Kota Makassar.
Berdasarkan hasil observasi itulah peneliti menggambarkannya data yang diperoleh sebagai berikut:
Tabel 4.1: Hasil observasi aktifitas murid kelas IV SD Inpres Bira I Kecamatan Tamalanrea Kota Makassar selama penerapan model kooperatif tipe picture and picture
No Komponen yang diamati
Siklus I Pertemuan
I
Pertemuan II
Pertemuan III 1.
2.
3.
4.
Kehadiran murid Murid yang memperhatikan penjelasan guru Murid yang bertanya Murid yang menjawab
31 25
2 5
33 28
5 8
35 30
8 12