• Tidak ada hasil yang ditemukan

Studi Tokoh dalam Penelitian Kualitatif

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Studi Tokoh dalam Penelitian Kualitatif"

Copied!
20
0
0

Teks penuh

(1)

STUDI TOKOH DALAM PENELITIAN KUALITATIF Latar Belakang

Studi tokoh atau sering disebut juga dengan penelitian tokoh atau penelitian riwayat hidup individu (individual life history) merupakan salah satu jenis penelitian kualitatif yang sering digunakan untuk menyelesaikan salah satu tugas akhir studi dalam bentuk skripsi, tesis atau disertasi.1 Studi tokoh sudah cukup lama diperkenalkan oleh ilmuwan barat, namun demikian, model penelitian ini di Indonesia baru diperkenalkan pada tahun 90-an. Ini pun hanya populer untuk kalangan IAIN dan kurang populer di kalangan perguruan tinggi umum. Namun, dalam pelaksanaanya terdapat kendala metodologis, karena tidak ada suatu rujukan yang dapat dijadikan suatu pegangan dalam pelaksanaan studi di lapangan. Akibatnya, penelitian dilakukan apa adanya, tanpa merujuk pada buku-buku penelitian yang ada, tanpa mempertimbangkan karakteristik studi dan relevansinya, sehingga sering terjadi kerancuan dalam membangun kerangka metodologisnya.2

Namun terkadang masing sering terjadi kesalahan dalam pelaksanaanya, kesalahan umum yang sering terjadi, khususnya bagi peneliti pemula adalah mencari tokohnya dahulu. Padahal yang seharusnya dilakukan lebih dahulu oleh peneliti adalah menentukan bidang keilmuan lebih dulu bukan menentukan tokohnya terlebih dahulu.

A. Pengertian Penelitian Studi Tokoh

1Arief Furchan dan Agus Maimun, Study Tokoh: Metode Penelitian Mengenai Tokoh (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2005),P. 1.

(2)

Secara historis, studi model ini sudah lama digunakan orang. Pada zaman dahulu, metode ini pernah dipergunakan oleh sejarawan Yunani kuno, dan juga sejarawan Islam seperti Ibnu Khaldun.

Pada mulanya karya-karya mengenai tokoh ini lebih banyak bersifat karya sastra dan lebih menekankan pada segi keindahan bahasa dalam penulisannya sehingga lebih enak dibaca dan lebik komunikatif. Namun, dalam perkembangannya, studi tokoh ini kemudian diadopsi oleh lembaga pendidikan tinggi dan diwujudkan dalam karya ilmiah untuk tugas akhir mahasiswa. Karena merupakan karya ilmiah, studi tokoh ini kemudian dibingkai dengan nilai-nilai ilmiah berupa kajian metodologis dan akademis yang bisa dipertanggungjawabkan secara ilmiah.

Dilihat dari segi relevansinya dengan masyarakat, studi tokoh ini mempunyai pengaruh yang signifikan dalam aktivitas kehidupan masyarakat. Oleh karena itu, studi tokoh ini kemudian dikembangkan secara lebih luas di perguruan tinggi.3

Riset atau penelitian secara etimolologi, berasal dari bahasa Inggris,

research, yaitu re yang berarti kembali atau berulang-ulang dan search berarti mencari, menjelajahi, menemukan makna.4 Menurut Kerlinger (1986) Penelitian adalah proses penemuan yang mempunyai karakteristik sistematis, terkontrol, empiris, dan mendasarkan pada teori dan hipotesis atau jawaban sementara. Sedangkan menurut Tuckman penelitian adalah suatu usaha yang sistematis untuk menemukan jawaban ilmiah terhadap suatu masalah, sistematis artinya mengikuti prosedur atau langkah-langkah tertentu. Selain itu penelitian didefinisikan sebagai: “Suatu usaha untuk menemukan, mengembangkan, dan menguji kebenaran suatu pengetahuan, dan usaha-usaha itu dilakukan dengan metode ilmiah”.5

3Arief Furchan dan Agus Maimun, Op. Cit. P. 6

4Sudarwan Danim, Menjadi Peneliti Kualitatif: Ancangan Metodologi, Presentasi, dan Publikasi Hasil Penelitian untuk Mahasiswa dan Peneliti Pemula Bidang Ilmu-Ilmu Sosial, Pendidikan, dan Humaniora (Bandung: Pustaka Setia, 2002), P. 25.

(3)

Sedangkan pengertian tokoh adalah seseorang yang terkemuka atau kenamaan dibidangnya, atau seseorang yang memegang peranan penting dalam suatu bidang atau aspek kehidupan tertentu dalam masyarakat.Seseorang tersebut berasal, dibesarkan, dan hidup dalam lingkungan masyarakat tertentu.6

Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa penelitian studi tokoh adalah usaha untuk menemukan, mengembangkan, mengumpulkan data-data dan informasi tentang seorang tokoh secara sistematik guna untuk meningkatkan atau menghasilkan informasi dan pengetahuan.

Studi tokoh yang ada selama ini dilakukan dalam dua bentuk.Pertama,

sebagai bagian dari pendekatan sejarah (historical approach).yang bersangkutan.

Kedua, studi ini sering kali dikelompokkan pada bidang yang dibicarakan oleh tokoh yang bersangkutan.Misalnya, jika seorang tokoh membicarakan tasawuf, maka studi ini dimasukkan pada pendekatan tasawuf.7 Pengelompokan ini, ternyata mengalami kesulitan dalam penanganannya, sebab suatu studi tokoh memerlukan suatu analisis tersendiri yang tidak tercover dalam bidang ilmu yang digunakannya.

B. Tujuan Penelitian Studi Tokoh

Tujuan studi tokoh ini pada umumnya adalah untuk mencapai suatu pemahaman tentang ketokohan seorang individu dalam suatu komunitas tertentu, melalui pandangan-pandangannya yang mencerminkan pandangan warga dalam komunitas yang bersangkutan. Tujuan lain dari studi model ini adalah untuk memperdalam pengertian kita terhadap komunitas tertentu di mana tokoh-tokoh atau individu itu hidup. Yang lebih penting lagi, malalui pengakuan yang berupa riwayat hidup ini, seorang individu akan banyak motivasi, aspirasi, dan ambisinya tentang kehidupan dalam masyarakatnya.

6 Muhtar Syafa’at,PenelitianTokoh (online).http://pengembara9ilmu. blogspot. Com / 2012/09/penelitian-tokoh.html

(4)

Wawancara, dalam bentuk meminta seseorang untuk menceritakan riwayat hidupnya adalah metode yang paling mudah diperoleh. Hal ini karena orang pada umumnya senang sekali menceritakan kisah mengenai dirinya sendiri. Sudah barang tentu, ada juga individu yang menolak untuk mengungkapkan riwayat hidupnya. Biasanya ia mengalami hambatan psikologis untuk mengungkapkan kisah hidupnya. Misalnya, karena masa lalunya dianggapnya kurang baik atau karena ia tidak melihat keluarbiasaan dalam jalan hidupnya. Namun biasanya, setelah melalui pendekatan-pendekatan sehingga timbul hubungan pribadi yang baik dan dekat.8

Adanya gejala kejiwaan tersebut membuat tujuan studi tokoh bukan lagi terbatas pada pengertian terhadap masyarakat atau komunitas di mana informan atau tokoh itu hidup, melainkan sudah bertambah dengan masalah pengaruh lingkungan sosial-budaya dan agama terhadap seseorang.

Tema-tema yang menjadi pusat perhatian dari penelitian seperti ini biasanya berkisar pada hal-hal berikut:

1. Masalah individu yang berperilaku menyimpang dari perilaku yang dominan dalam masyarakatnya (the deviant individual),

2. Sebagai lanjutan dari itu, masalah pengaruh yang menyebabkan orang-orang menyimpang mencapai sukses untuk menjadi sumber gagasan-gagasan baru dalam masyarakatnya,

3. Juga erat bersangkutan dengan masalah tersebut, masalah para individu menyimpang yang terjepit dalam masyarakat dan masalah penyakit jiwa yang merupakan akibat dari keadaan-keadaan seperti itu, dan akibatnya, suatu tema yang agak berbeda adalah

4. Masalah pngaruh kemiskinan terhadap kehidupan dalam masyarakat.9

Secara spesifik, tujuan studi tokoh adalah untuk: (1) memperoleh gambaran tentang persepsi, motivasi, aspirasi, dan ambisi sang tokoh tentang bidang yang

8 Danandjaja, Antropologi Psikologis: Teori, Metode, dan Sejarah Perkembangannya. (Jakarta: Rajawali Press. 1988) P. 114

(5)

digelutinya, (2) memperoleh gambaran tentang teknik dan strategi yang digunakannya dalam melaksanakan bidang yang digelutinya, (3) memperoleh gambaran tentang bentuk-bentuk keberhasilan sang tokoh terkait dengan bidang yang digelutinya, dan (4) dapat mengambil hikmah dari keberhasilan sang tokoh.

Disamping itu, studi tokoh juga sangat berguna bagi penelitian sosial-keagamaan karena mempunyai beberapa fungsi, antara lain:

a. Data riwayat hidup seorang tokoh adalah penting untuk memperoleh pandangan orang dalam (insider’s view) mengenai gejala-gejala sosial keagamaan dalam suatu masyarakat melalui pandangan para warga sebagai partisipan dari masyarakat yang bersangkutan,

b. Data riwayat hidup seorang tokoh adalah penting untuk mencapai pemahaman tentang individu-individu warga masyarakat yang berperilaku lain (menyimpang dari kebiasaan warga lainnya) sebagai pendorong munculnya gagasan baru dan perubahan dalam masyarakat dan kebudayaan,

c. Data riwayat hidup seorang tokoh adalah penting untuk memperoleh pengertian mendalam tentang masalah-masalah psikologis yang tidak mudah diamati dari luar, atau diperoleh dengan metode wawancara berdasarkan pertanyaan langsung. Hal ini biasanya sudah menyangkut pengaruh lingkungan kebudayaan terhadap jiwa sang tokoh dan data serupa itu, secara praktis, adalah penting dalam penelitian psikologis agama.

Data riwayat hidup seorang tokoh adalah penting untuk mendapatkan gambaran lebih mendalam tentang rincian hal-hal yang tidak mudah diceritakan orang melalui metode wawancara berdasarkan pertnyaan langsung. Hal ini biasanya dilakukan dalam penelitian tentang cara hidup orang oleh masyarakat dianggap berperilaku kurang baik seperti orang yang tidak peduli dengan ajaran agama, wanita tuna susila, penjahat, homo, lesbi dan sebagainya.10

C. Kriteria Tokoh yang Diteliti

(6)

Studi tokoh memungkinkan peneliti memandang sang tokoh dalam konteks seluruh kehidupannya, mulai dari lahir sampa saat sekarang. Subyek studi dipandang sebagai orang yang mengalami keberhasilan dan kegagalan, dan yang memandang ke masa depan dengan harapan dan ketakutan. Dokumen semacan ini membantu peneliti mengembangkan pemahaman lebih lengkap tentang tahap-tahap dan masa-masa kritis dalam proses perkembangan diri sang tokoh.

Studi tokoh memungkinkan peneliti memandang seseorang (tokoh) dalam hubungannya dengan sejarah zamannya dan menyelidiki bagaimana arus sosial, budaya, keagamaan, politik, dan ekonomi mempengaruhi dirinya.

Ketokohan seseorang paling tidak dapat dilihat dari tiga indikator.

Pertama, integritas tokoh tersebut.Hal ini dapat dilihat dari kedalaman ilmunya, kepemimpinannya, keberhasilan dalam bidang yang digeluti hingga mempunyai kekhasan atau kelebihan dibanding orang-orang segenerasinya, dan juga dapat dilihat dari integritas moralnya.Kedua, karya monumentalnya, baik karya tulis, karya nyata dalam bentuk fisik maupun nonfisik yang bermanfaat bagi masyarakat atau pemberdayaan manusia, baik sezaman maupun sesudahnya.

Ketiga, kontribusinya dalam masyarakat yang dapat dirasakan oleh masyarakat, baik dalam bentuk pemikiran maupun aksinya.11

Tokoh adalah orang yang berhasil di bidangnya yang ditunjukkan dengan karya-karya monumental dan mempunyai pengaruh pada masyarakat sekitarnya serta ketokohannya diakui secara “mutawatir”. Dari batasan ini, seorang tokoh harus mencerminkan empat indikator, yaitu:

a. Berhasil di bidangnya.

Istilah berhasil menunjuk pada pencapaian tujuan-tujuan tertentu. Orang yang berhasil adalah orang yang mencapai tujuan-tujuan tertentu (baik tujuan jangka pendek maupun jangka panjang) berdasarkan potensi yang dimiliki dan aktivitas yang dilakukan sesuai dengan bidang yang digelutinya.

b. Mempunyai karya-karya monumental.

(7)

Sebagai seorang tokoh, ia harus mempunyai karya-karya yang dapat diwariskan kepada generasi berikutnya, baik berupa karya tulis maupun non-fisik yang dapat dilacak jejaknya. Artinya, karya itu masih dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah bahwa karya itu merupak karya sang tokoh.

c. Mempunyai pengaruh pada masyarakat.

Artinya, segala pikiran dan aktivitas sang tokoh betul-betul dapat dijadikan rujukan dan panutan oleh masyarakat dalam melaksanakan aktivitas sesuai dengan bidangnya.

d. Ketokohannya diakui secara “mutawatir”.

Artinya, dengan segala kekurangan dan kelebihan sang tokoh, sebagian besar masyarakat warga masyarakat memberikan apresiasi positif dan mengidolakannya sebagai orang yang pantas menjadi tokoh atau ditokohkan untuk menyelaisakan berbagai persoalan sesuai dengan bidangnya.12

D. Studi Tokoh dalam Kerangka Penelitian Kualitatif

Dalam studi tokoh, metode yang digunakan untuk meneliti subyek penelitian akan mempengaruhi cara meneliti memandang subyek tersebut. Jika subyek dipandang oleh peneliti berdasarkan angka atau kriteria tertentu, maka peneliti akan kehilangan sifat subyektif perilaku manusiawi sang tokoh. Melalui metode kualitatif, peneliti dapat mengenal lebih jauh dan mendalam mengenai sang tokoh secara pribadi dan melihat dia mengembangkan definisinya sendiri tentang dunia dengan berbagai pemikiran, karya dan perilaku yang dijalaninya. Peneliti dapat merasakan apa yang dirasakan, dipikirkan, dan diucapkan sang tokoh dalam pergulatan dengan komunitasnya. Peneliti dapat mempelajari kelompok-kelompok atau komunitas tertentu yang mungkin menjadi pengikut atau “fans berat” sang tokoh yang sebelumnya tidak diketahui dan dipikirkan oleh peneliti.

(8)

Sebagai bagian dari penelitian kualitatif, maka paradigma yang dibangun dalam studi tokoh mengikuti kaidah kualitatif. 13

E. PendekatanStudi Tokoh

Dalam batas-batas tertentu, studi tokoh memiliki kesamaan dengan studi kasus. Bahkan, dalam anropologi, pendekatan studi kasus yang digunakan umumnya berupa studi tokoh, terutama apabila peneliti berhadapan dengan seorang informan yang kebetulan tidak punya karya yang berbentuk dokumen sehingga data yang diperoleh lebih banyak berasal dari hasil wawancara. Studi kasus yang dilakukan dengan cara wawancara dengan seseorang ini sebenarnay identik dengan studi tokoh. Bedanya adalah, dalam studi tokoh, penggalian informasi kepada seseorang bersifat lebih mendalam dan terfokus pada persoalan yang berkaitan dengan bidang keilmuan tertentu.14

Sehubungan dengan kedekatan studi tokoh dengan studi kasus, dengan mengadopsi pemikiran Vredenbeegt yang dikutip oleh Bungin,15 terdapat 4 pendekatan studi tokoh, yaitu:

1. Pendekatan Tematis

Aktivitas seseorang dideskripsikan berdasarkan sejumlah tema (topik) yang menggunakan konsep-konsep yang biasanya dipakai untuk mempelajari suatu bidang keilmuan tertentu, misalnya studi tokoh mengenai pemikiran pendidikan Islam di Indonesia, studi tokoh mengenai pemikiran hukum Islam di Indonesia, dan sebagainya. Pendekatan ini bersifat analitis sehingga dapat membedakan antara pemikiran sang tokoh dari pemikiran tokoh lain dalam suatu bidang keilmuan tertentu.

2. Pendekatan Otobiografi

Pendekatan ini sangat luas dan intensif dari masing-masing tokoh. Teknik ini digunakan untuk memahami sang tokoh berdasarkan pendapat

13Arief Furchan dan Agus Maimun, Op. Cit. P. 15

14Ibid. P. 34

(9)

tokoh lain yang mempunyai disiplin keilmuan yang sama atau berbeda. Prinsipnya adalah, baik yang menilai maupun yang dinilai harus sama-sama tokoh. Pandangan bebas dari masing-masing tokoh terhadap sang tokoh yang menjadi fokus studi dapat membantu kesahihan dan keandalan data yang diperoleh dari teknik ini. Misalnya dalam pendidikan Islam, studi tokoh terhadap Prof. Zakiyah Daradjat. Dalam studi tokoh ini diharapkan adanya penilaian dari tokoh pendidikan Islam lainnya, seperti Prof. Mastuhu, Prof. Azyumardi Azra, dan sebagainya mengenai pemikiran pendidikan Islam Prof. Zakiyah Daradjat.

3. Pendekatan Masalah Khusus

Pendekatan ini bertujuan untuk mempelajari secara intensif atau masalah khusus atau kejadian luar biasa atau kejadian gawat yang menyangkut sang tokoh. Bagaimana sang tokoh menghadapi persoalan baru yang sangat khusus dan bahkan luar biasa itu? Pengetahuan tentang hal ini akan mengungkapkan aspek-aspek yang laten dari psikodinamika kehidupan sang tokoh. Misalnya, studi tokoh terhadap Gus Dur dalam politik kenegaraan. Dari studi ini diharapkan akan dapat diungkap berbagai persoalan psikologis yang sangat rumit di saat pelengseran Gus Dur dari kursi kepresidenan, dan sebagainya.

4. Pendekatan construction of days

(10)

F. Cara Melaksanakan Studi Tokoh 1. Persyaratan Studi Tokoh

Paling tidak ada tiga persyaratan penting dalam melakukan studi tokoh, yaitu: sistematis, berencana, dan mengikuti kaidah-kaidah ilmiah. Ketiga syarat tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:

1. Sistematis, artinya dilaksanakan menurut urutan tertentu. Misalnya, dari yang paling sederhana sampai kepada yang paling kompleks, dari yang khusus ke yang umum, atau sebaliknya. Dengan demikian, data yang diperoleh dapat dijamin kesahihan dan keandalannya. Sistematis ini juga mengacu pada kegiatan yang bersifat prosedural. Artinya, kegiatan studi tokoh harus dilakukan dari tahap ke tahap, yang masing-masing tahapnya mempunyai konsekuensi dan implikasi sendiri-sendiri.

2. Terencana, artinya dilaksanakan dengan adanya unsur kesengajaan dan melalui pemikiran yang serius sehingga, dari awal sudah dipikirkan sebagai peluang dan tantangan, serta faktor pendukung dan penghambat yang mungkin terjadi. Untuk itu, segala perangkat pendukung kegiatan studi, baik bersifar material maupun non material, harus sudah disiapkan secara matang terlebih dahulu. Termasuk dalam penyiapan ini adalah penyusunan proposal harus menggambarkan secara menyeluruh proses atau prosedur studi, mulai dari konteks studi, fokus studi, tujuan dan manfaat studi, metode studi, dan sistematika laporan.

(11)

kekurangan sang tokoh berdasarkan data yang dikumpulkan berkaitan dengan bidang keilmuan tersebut.16

2. Prosedur Studi Tokoh

Secara umum, prosedur studi tokoh meliputi langkah-langkah berikut: 1. Menentukan persoalan bidang keilmuan yang dianggap penting.

Kecencerungan (yang sebenarnya keliru) studi tokoh selama ini adalah menentukan tokohnya terlebih dahulu. Padahal yang seharusnya dilakukan adalah menentukan bidang keilmuan terlebih dahulu. Dengan menentukan bidang keilmuan terlebih dahulu, kita akan hanyu pada tokoh tertentu, melainkan bisa mengambil beberapa tokoh yang relevan dengan studi tersebut. Kalau kita menentuka tokohnya terlebih dahulu dan ketika kita tidak menemukan bidang keahlian sang tokoh yang signifikan, maka sering terjadi adalah adanya manipulasi bidang keilmuan, di mana keilmuan sang tokoh dicari-cari sekedar untuk mengukuhkan ketokohan sang tokoh yang telah terlanjur dipilih tersebut. Dengan menentukan persoalan bidang keilmuan terlebih dahulu, maka kecenderungan untuk memanipulasi studi seperti itu dapat dihindari.

2. Memilih tokoh

Setelah menentukan bidang kelimuan, barulah kemudian kita memilih tokoh dengan kriteria sebagaimana di atas. Dalam hal ini, kita dapat memilih lebih dari satu tokoh. Dengan demikian diharapkan pemilihan tokoh tersebut betul-betul didasarkan pada seleksi ilmiah, bukan pada hubungan primordial atau emosional semata.

3. Identifikasi kelebihan, keberhasilan dan kehebatan sang tokoh.

Maksudnya, peneliti menghimpun berbagai informasi mengeni sang tokoh sebanyak-banyaknya dari berbagai sumber dan karya yang telah

(12)

dihasilkannya untuk menentukan keistimewaan dan kelebihan tokoh tersebut dari tokoh lain.

4. Menentukan fokus studi.

Maksudnya, peneliti memilah dan memilih keistimewaan sang tokoh di bidang keilmuan tertentu yang sangat signfikan untuk dikembangkan dan mampu memberikan pengaruh pada pengembangan keilmuan, berdasarkan pertimbangan keilmuan yang menjadi perhatian peneliti.

5. Menentukan instrumen studi

Maksudnya, menentukan instrumen apa yang cocok untuk menghimpun data lebih lanjut mengenai keistimewaan sang tokoh berdasarkan fokus studi yang telah ditentukan. Misalnya dengan panduan observasi, pedoman wawancara dan catatan dokumen.

6. Melaksanakan studi

Maksudnya, menghimpun berbagai data dan fakta mengenai keistimewaan sang tokoh secara mendalam dan komprehensif berdasarkan fokus studi yang telah ditentukan. Dalam pengumpulan data ini, sekaligus dilakukan pula analisis data untuk membangun kerangka konseptual dalam bentuk proposisi-proposisi sebagai simplikasi dari data yang diperoleh.

7. Pengecekan keabsahan data

Maksudnya, untuk membangun keyakinan bahwa data yang diperoleh betul-betul dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah, maka diperlukan pengecekan keabsahan (validitas) data dengan berbagai cara yang memungkinkan data dijamin keasliannya, tanpa rekayasa dan distorsi dari peneliti atau sumber data.

8. Menarik kesimpulan

(13)

Berkaitan dengan prosedur tersebut, ada satu prosedur yang tidak boleh dilupakan oleh peneliti, meskipun tidak tercantum dalam prosedur tersebut, yaitu suatu kronologis dinamika pengalaman hidup dang tokoh. Dalam hal ini, peneliti dapat dibimbing oleh saat-saat penting yang membawa perubahan dalam kehidupan sang tokoh. Misalnya, pada saat studi dilakukan, tiba-tiba sang tokoh sang tokoh diangkat menjadi pejabat publik yang cukup bergengsi. Kondisi ini jelas akan berpegaruh pada pola perilaku sang tokoh, yang secara langsung akan berubah pula pandangan-pandangannya mengenai berbagai persoalan. Demikian juga sebaliknya, bila pada saat studi dilakukan, tiba-tiba sang tokoh mendapat musibah berupa mosi tidak percaya dari komunitasnya. Kondisi ini akan berpengaruh pada pola pikir dan tingkat emosi sang tokoh secara langsung akan berubah pula pandangan-pandangannya mengenai berbagai persoalan.17

Terkait sistematika laporan studi tokoh memang tidak ada pola yang baku. Tetapi setidaknya model berikut (diadopsi dari Furchan dan Maimun, 2005: 90-91) bisa dipakai sebagai panduan:

1. Pendahuluan a. Konteks Studi b. Fokus Studi c. Tujuan Studi

d. Ruang Lingkup dan Keterbatasan Studi e. Manfaat Studi, yang meliputi:

a) Manfaat teoretik b) Manfaat Praktik c) Manfaat Institusional f. Metode Studi, meliputi :

a) Metode Perolehan Data b) Metode Keabsahan Data c) Metode Analisis Data 2. Riwayat Hidup Tokoh

(14)

a. Identitas diri

b. Riwayat Pendidikan c. Sejarah Sosial

d. Aktivitas Terkait Bidang yang Dikaji e. Peran Sosial dan Akademik

f. Karya yang Pernah Dihasilkan 3. Paparan Data Studi

a. Paparan Berdasarkan Fokus Studi Pertama

b. Paparan Berdasarkan Fokus Studi Kedua, dan seterusnya 4. Pembahasan Studi

a. Pembahasan Fokus Studi Pertama

b. Pembahasan Fokus Studi Kedua, dan seterusnya 5. Simpulan dan Saran

a. Jawaban atas Fokus Studi, yang meliputi:

1) Jawaban Substantif, yakni jawaban atas fokus masalah berdasarkan data

2) Jawaban Formal, yakni jawaban substantif yang sudah diabstraksikan sehingga menjadi konsep.

b. Saran (kepada sang tokoh dan peneliti lebih lanjut).18

G. Metode Pengumpulan Data Dalam Penelitian Studi Tokoh

Data yang dikumpulkan dalam penelitian kualitatif tentang studi tokoh meliputi data pengamatan, wawancara, dokumentasi dan catatan perjalanan hidup sang tokoh.19

1. Observasi

18Arief Furchan dan Agus Maimun, Op. Cit. P. 91

(15)

Observasi atau pengamatan merupakan salah satu tekhnik pengumpulan data atau fakta yang cukup efektif untuk mempelajari suatu sistem. Observasi membantu menegaskan atau menolak sera melihat kembali tentang apa yang telah ditemukan lewat wawancara maupun kuisioner.20

Petunjuk- petunjuk yang dapat dipertimbangkan untuk melakukan observasi yang efektif adalah sebagai berikut :

Yang harus dilakukan untuk melakukan observasi:

a. Rencanakan terlebih dahulu observasi yang harus dilakukan, meliputi :

 Apa yang akan diobservasi.

 Dimana letak lokasi observasi.

 Kapan observasi akan dilakukan.

 Siapa yang akan melakukan observasi tersebut.

 Siapa yang diobservasi.

 Bagaimana melakukan observasi tersebut.

b. Meminta izin kepada pihak yang terlibat dan berwenang. c. Bertindaklah dengan rendah hati.

d. Lengkapilah dengan catatan selama observasi.

e. Kaji ulang observasi dengan individu- individu yang terlibat.

 Yang tidak boleh dilakukan

a. Mengganggu kerja individu yang diobservasi

b. Terlalu menekankan pada pekerjaan-pekerjaan yang tidak penting. c. Jangan membuat asumsi-asumsi.

2. Wawancara

Wawancara dalam istilah lain dikenal dengan interview. Wawancara merupakan suatu metode pengumpulan berita, data, atau fakta dilapangan. Prosesnya bisa dilakukan secara langsung dengan bertatap muka langsung

(16)

( face to face ) dengan narasumber. Namun, bisa juga dilakukan dengan tidak langsung seperti melalui telepon, internet, atau surat ( wawancara tertulis).21

Dalam melakukan wawancara dapat dilakukan tiga macam pendekatan, yakni :

a. Dalam bentuk percakapan informal, yang mengandung unsur spontanitas, kesantaian, tanpa pola atau arah yang ditentukan sebelumnya.

b. Menggunakan lembar berisi garis besar pokok- pokok, topik atau masalah yang dijadikan pegangan dalam pembicaraan.

c. Menggunakan daftar pertanyaan yang lebih rinci, namun bersifat terbuka yang telah dipersiapkan terlebih dahulu dan akan diajukan menurut urutan dan rumusan yang tercantum.22

Secara umum, prosedur pengumpulan data dilakukan melalui beberapa tahap sebagai berikut :

a. Menyusun alat pengumpul data atau instrument pengumpul data, yang berisi beberapa butir pertanyaan yang bersifat umum. Daftar pertanyaan itu, tersusun dalam sebuah panduan wawancara, yang menjadi pegangan peneliti untuk dikembangkan dalam pelaksanaan wawancara.

b. Menghubungi informan atau responden untuk menentukan kesediaan wawancara, terutama berkenaan dengan substansi wawancara, tempat dan waktu wawancara.

c. Peneliti mempunyai kemampuan untuk menciptakan situasi dalam mengembangkan isi wawancara : menimbulkan kepercayaan kepada informan atau responden bahwa wawancara yang dilakukan itu bermanfaat sehingga dapat dilakukan tanpa kecurigaan, dan memelihara hubungan baik antara peneliti dengan informan atau responden, dengan mengembangkan kemampuan empati, diantaranya kemampuan menempatkan diri sebagai bagian dari komunitas yang bersangkutan.

21 http://mcdougelas.blogspot.com/pengertian-wawancara.html

(17)

d. Mencatat isi wawancara. Pencatatan isi wawancara cukup dibatasi pada hal-hal yang dipandang penting, sedangkan isi wawancara secara lengkap, direkam dengan menggunakan alat perekam.

e. Melakukan pengecekan pada hasil wawancara, yang dapat ditempuh melalui dua cara: pertama, wawancara ulang apabila hasil wawancara belum memadai dan ditemukan hal- hal yang kurang jelas. Kedua, dilakukan melalui responden berikutnya apabila kesamaan pandangan antar responden tampak dengan nyata.

f. Menyalin hasil wawancara dari ragam bahasa lisan menjadi bahasa tulisan, sesuai dengan ungkapan responden, atau hasil pengamatan.

g. Menyarikan isi catatan yang telahdisalin ke dalam bahasa tulisan menurut kosa kata dan gaya bahasa yang digunakan oleh peneliti. Disamping itu, hal yang juga penting menghindarkan diri untuk berkomentar apalagi, penilaian terhadap hasil wawancara.

h. Melakukan konfirmasi dengan informan atau responden terutama tentang sari hasil wawancara.

i. Mengklasifikasikan data sesuai dengan unsur dan pertanyaan penelitian yang diajukan.

j. Berdasarkan hasil klasifikasi data itu, dilakukan klasifikasi yang lebih spesifik, yakni subkelas data sebagaimana hasil pengumpulan data kepustakaan.23

 Isi wawancara

Yang dapat ditanyakan dalam wawancara ialah antara lain:

a. Pengalaman dan perbuatan responden, yakni apa yang telah dikerjakannya, atau yang lazim dikerjakannya.

b. Pendapat, pandangan, tanggapan, tafsiran atau pikirannya tentang sesuatu. c. Perasaan, respon emosional, yakni apakah ia merasa cemas, takut, senang,

gembira, curuga, jengkel dan sebagainya tentang sesuatu.

d. Pengetahuan, fakta- fakta, apa yang diketahuinya tentang sesuatu.

(18)

e. Penginderaan, apa yang dilihat, didengar, diraba, dikecap atau diciumnya, diuraikan secara deskriptif.

f. Latar belakang pendidikan, pekerjaan, daerah asal, tempat tinggal, keluarga dan sebagainya.

3. Dokumentasi

Data dalam suatu penelitian kebanyakan diperoleh dari sumber manusia atau human resources, melalui observasi dan wawancara.Akan tetapi ada pula sumber bukan manusia, non human resources, diantaranya dokumen dan foto.

 Dokumen

Dokumen terdiri atas tulisan pribadi seperti buku harian, surat- surat dan dokumen resmi. Keuntungan bahan tulisan ini antara lain ialah bahwa bahan itu telah ada, telah tersedia dan siap pakai. Menggunakan bahan ini tidak meminta biaya, hanya memerlukan waktu untuk mempelajarinya.banyak yang dapat ditimba pengetahuan dari bahan itu, bila dianalisis dengan cermat yang berguna bagi penelitian yang dijalankan.

Buku harian, member keterangan terinci mengenai pengalaman pribadi, hal- hal yang terkandung dalam pikiran, dan hati sanubari seseorang mengenai dirinya sendiri serta dunia sekitar, renungan tentang nilai- nilai, hubungan dengan Tuhan dan manusia, harapan dan kekecewaan dan lain sebagainya. Demikian pula surat- surat pribadi kepada keluarga dekat memberikan data banyak mengenai pandangan pandangan seseorang tentang berbagai hal.

(19)

Foto

Foto mempunyai keuntungan tersendiri, foto dapat menangkap, “membekukan” suatu situasi pada detik tertentu dan dengan demikian memberikan bahan deskriptif yang berlaku pada saat itu.

Foto bukan sekedar gambar. Banyak hal yang dapat dikorek dari foto itu bila kita berusaha untuk memperhatikannya dengan cermat dalam usaha untuk memahaminya lebih mendalam.24

4. Catatan- catatan perjalanan hidup sang tokoh/ riwayat

Riwayat hidup adalah catatan singkat tentang gambaran diri seseorang.Selain berisi data pribadi, gambaran diri itu paling tidak harus diisi keterangan tentang pendidikan atau keahlian dan pengalaman. Dengan data itu riwayat hidup akan memberikan gambaran atau kualifikasi seseorang. Dari segi penampilannya riwayat hidup tidak mempunyai bentuk standard. Riwayat hidup ditulis seperti karangan singkat, diawali oleh judul dan ditutup oleh rangkaian tanggal, tanda tangan dan nama. Sebenarnya riwayat hidup termasuk surat keterangan, dalam hal ini keterangan pribadi.25

24 Nasution, Metode, Op. Cit. P. 85

(20)

DAFTAR PUSTAKA

Arief Furchan dan Agus Maimun. 2005. Study Tokoh: Metode Penelitian Mengenai Tokoh. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Bungin, B. 2003. Analisis Data Penelitian Kualitatif, Pemahaman Filosofis dan Metodologis ke arah Penguasaan Model Aplikasi. Jakarta: Raja Afindo.

Basrowi dan Suwandi. 2008. Memahami Penelitian Kualitatif . Jakarta: PT. Rineke Cipta.

Danandjaja. 1988. Antropologi Psikologis: Teori, Metode, dan Sejarah Perkembangannya. Jakarta: Rajawali Press.

Hasan Bisri. 2003. Model Penelitian Fiqh. Jakarta:Prenada Media

Muhtar Syafa’at,PenelitianTokoh (online).http://pengembara9ilmu. blogspot. Com / penelitian-tokoh.html

Sudarwan Danim. 2002. Menjadi Peneliti Kualitatif: Ancangan Metodologi, Presentasi, dan Publikasi Hasil Penelitian untuk Mahasiswa dan Peneliti Pemula Bidang Ilmu-Ilmu Sosial, Pendidikan, dan Humaniora (Bandung: Pustaka Setia,

Sutrisno Hadi, Metodologi Reseach. 1996. Yogyakarta: Yayasan Penerbit Fakultas Psycologi Universitas Gajah Mada.

Syahrin Harahap, 2011. Metodologi Studi Tokoh Pemikiran Islam. Jakarta: Prenada Media Group.

http: //ilhamkans.files.wordpress.com.

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui keefektifan konseling kelompok teknik bermain peran dalam analisis transaksional dalam meningkatkan keterampilan manajemen konflik

Jadwal dapat berubah sewaktu-waktu, untuk kemudahan pelayanan mohon membuat perjanjian

Name and Adress of the College Composite Remarks Contact

Penggunaan sistem merit dalam proses perhitungan gaji yang menggunakan penilaian kinerja karyawan sangat efektif karena dapat mencerminkan rasa keadilan untuk karyawan

If Hobbesian agents form a commonwealth that has the power to compel the observance of rules preserving the peace, they have sufficient reason, according to Hobbes, to observe

dan teknologi sendiri terdapat beberapa hal yang harus diketahui, diantaranya adalah: strategi inovasi dan keunggulan bersaing, membangun kekuatan persaingan melalui

Pemberi bantuan pemerintah program PKK adalah Direktorat Kursus dan Pelatihan, Ditjen Pendidikan Vokasi melalui DIPA Tahun 2020 dengan alokasi dana rata-rata sebesar

Software biasa disebut dengan perangkat lunak. Sifatnya pun berbeda dengan hardware atau perangkat keras. Jika perangkat keras adalah komponen yang nyata yang dapat dilihat