• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tinjauan Pustaka

2.2.2 Pengertian Munada

ٛدبَْىا :

فشد ذؼث غقٗ ٌعا ءاذْىا فشدأ ٍِ

.

/Al- munāda ismu waqa’a ba’da ḥarfin min ‘aḥrufi l nidā’i/ ‘Munada adalah ism yang muncul atau hadir setelah huruf nida‟. Dari definisi di atas dapat kita ketahui apa yang dimaksud dengan munada, yaitu ism yang muncul setelah huruf nida (huruf munada) atau salah satu saudaranya.

Munada‟ bermaksud kata seru yang berada selepas (ءاذاْىا حادأ) adat al-nida’

ialah: (أ-ادْٛ-ادٚأ- آ-اٚ-٘أ-أ)/a- ai- yā- ā- ayā- hayā- wā/ (Ghulayaini, 2018: 578).

Munada‟ adalah ism yang terletak setelah alat (huruf) dari alat-alat nida‟ (huruf-huruf untuk memanggil). Munada‟ ada dua macam : Manshub (dinashabkan) dan Mabni (tetap). Munada dinashabkan apabila menjadi Mudhaf atau Menyerupai mudhaf dan Nakirah ghairu maqsudah. Munada dimabnikan atas rafa‟ apabila ism

„alam (nama orang) atau nakirah maqsudah (Fauzan, 2015:79).

Perbedaan di antara nakirah maqsudah dan ghairu maqsudah : - Naqirah maqsudah : panggilan untuk individu tertentu :

تىبغ بٝ (pelajar tertentu)

- Naqirah ghairu maqsudah : tidak dituju kepada individu tertentu (umum) : ًبجىبغ بٝ (bukan pelajar tertentu). (Ishak 2014:45).

Ghulayaini (2018: 579) Munada ada lima bagian, yaitu :

1.

ٌَيَؼْىَا دشفَىا

/Al- mufrad Al-‘alamu/ „Dipanggil dengan Nama tunggal‟

Munada Mufrad „Alam adalah seseorang yang di panggil dengan menyebutkan namanya, seperti contoh : ( ذاٝصبٝ , ذاَداباٝ). Biasanya munada seperti ini, ber-i'rab rafa'(atau berharkat Dhammah serta tidak bertanwin) pada isim Munadanya. Untuk memahami tentang Munada Mufrad Alam, coba kita perhatikan contoh ini : ( ذاَدا ). Adapun (باٝ) adalah Huruf Nida atau huruf untuk باٝ

memanggil. Sedangkan lafadz ( ذاَدا) adalah Munada Mufrad Alam, atau seseorang yang dipangil dengan disebut namanya. Dan jangan lupa, perhatikan lafadz

munada Mufrad Alamnya yaitu lafadz ( ذاَدا) ia berharkat dhammah yang tidak bertanwin.

Contoh dalam Al- Qur‟an Surah Al-a‟raf Ayat 19 :

ََِِِٞىبَّظىا ٍَِِ بَّ٘ نَزَف َحَشَجَّشىا ِِٓزََٰٕ بَثَشْقَر َلَ َٗ بََ زْئِش شَْٞد ٍِِْ َلا نَف َخََّْجْىا َل جَْٗصَٗ َذَّْأ ِْ نْعا ُوَدآ اَٚ َٗ

/Wa yā ādamuskun anta wa zaujukal-jannata fa kulā min ḥaiṡu syi`tumā wa lā taqrabā hāżihisy-syajarata fa takụnā minaẓ-ẓālimīn/ „(Dan Allah berfirman): Hai Adam bertempat tinggallah kamu dan isterimu di surga serta makanlah olehmu berdua (buah-buahan) di mana saja yang kamu sukai, dan janganlah kamu berdua mendekati pohon ini, lalu menjadilah kamu berdua termasuk orang-orang yang zalim‟.

/Yā: ḥarfun nidā’i mabniyyun ‘alā s sukūn, lā maḥalla lahā min al i’rābi. Ādamu:

munāda mabniyyun ‘alā lḍammi li’annahu Al- mufrad Al-‘alamu fī maḥalli nasbi/

اي

adalah huruf nida mabni atas sukun dan ُوَدآ adalah munada mabni atas sukun pada tempat nashab‟.

Pada struktur kalimat, munada terletak setelah

(ءاددُنا جادأ)

adat al-nida’, Seperti contoh diatas (

ءاددُنا جادأ

) adat al-nida’ yaitu:

باٝ

dan setelah huruf nida terdapat ُوَدآ yaitu munada mufrad alam.

2.

ح َد٘اا صْقََْىَا حَشااِنَّْىاَٗ

/wa n-nakiratu al-maqṣūdatu/ „Dipanggil dengan isim nakirah dengan tujuan‟

Munada Nakirah Maqshudah ialah Munada yang yang di gunakan untuk menganggil seseorang secara umum disertai dengan maksud memanggilnya.

Seperti contoh : ( وا جَسباََٝٗ) artinya: Wahai Laki-laki . sedangkan I'rab nya adalah Rafa' (atau berharkat dhammah dan tidak bertanwin).jika kita perhatikan, ada perbedaan antara Munada Mufrad Alam dengan Munada Nakirah maqshudah, yaitu dari sisi maknanya, jika munada Mufrad Alam bermakna Khusus, sedangkan

Munada Nakirah Maqshudah bermakna umum. akan tetapi ada persamaan pada I'rabnya yaitu BerI'rab Rafa' (atau berharkat Dhammah dan tidak bertanwin).

Contoh dalam Al- Qur‟an Surah Al-baqarah ayat 168 :

ِِٞج ٍ ٗ ذَػ ٌْ نَى َِّّٔا ۚ ُِبَطَّْٞشىا ِداَ٘ ط خ ا٘ ؼِجَّزَر َلََٗ بًجاَٞغ ًلَ َلاَد ِضْسَ ْلْا ِٜف بٍََِّ ا٘ ي م طبَّْىا بَٖ َٝأ بَٝ

/Yā ayyuhan-nāsu kulụ mimmā fil-arḍi ḥalālan ṭayyibaw wa lā tattabi'ụ khuṭuwātisy-syaiṭān, innahụ lakum 'aduwwum mubīn/ „Hai sekalian manusia, makanlah yang halal lagi baik dari apa yang terdapat di bumi, dan janganlah kamu mengikuti langkah-langkah syaitan; karena sesungguhnya syaitan itu adalah musuh yang nyata bagimu‟.

/Yā: ḥarfun nidā’i mabniyyun ‘alā s sukūn, lā maḥalla lahā min al i’rābi. Ādamu:

munāda mabniyyun ‘alā lḍammi li’annahu Al- mufrad Al-‘alamu min maḥalli nasbi/ „

اي

adalah huruf nida mabni atas sukun dan ُوَدآ adalah munada mabni atas sukun pada tempat nashab‟.

Pada struktur kalimat, munada terletak setelah

(ءاددُنا جادأ)

adat al-nida’, Seperti contoh diatas (

ءاددُنا جادأ

) adat al-nida’ yaitu:

باٝ

dan setelah huruf nida terdapat ُوَدآ yaitu munada mufrad alam.

3.

ِحَد٘ا صْقََْىَا شاَْٞغ حَشاِنَّْىاَٗ

/ wa n-nakiratu ghayru al-maqṣūdatu/ „Dipanggil dengan nakirah tanpa tujuan‟

Munada Nakirah Ghairu Maqshudah ialah Munada yang digunakan untuk memanggil seseorang secara umum tanpa disertai maksud memanggilnya. Seperti contoh ucapan orang yang buta :

( ٙذِٞث ز خ ًلاجَسبٝ

) Artinya : Wahai laki laki pegang tanganku. Sedangkan I'rab munada Nakirah Ghair Maqsudah adalah Nasab (atau berharkat fathah yang bertanwin). Jika kita perhatikan pada munada ini, ada perbedaan dengan munada Nakirah maqshudah, yaitu pada harkatnya. sedangkan Munada Nakirah Maksudahadalah berharkat Dammah Tanpa tanwin(atau disebut

I'rab rafa), sedangkan Munada Nakirah Ghair Maqshudah adalah berharkat Fathah dan bertanwin (atau disebut I'rab Nashab).

4.

فب َع َْىاَٗ

/wa al-muḍāfu/ „panggilan dengan menggunakan Mudhaf‟

Munada Mudhaf adalah Munada yang isimnya terdiri dari Mudhaf dan Mudhaf ilahi , seperti contoh : ( ِلَذاجػبٝ). Atinya : "wahai Abdullah. Sedangkan I'rabnya adalah Nashab (atau brrharkat Fathah yang tidak bertanwin) pada isim Munadanya. Untuk lebih jelas memahami tentang Munada Mufrad Mudhaf, coba kita perhatikan contoh ini : ( ِلَذاجػبٝ). Adapun (باٝ) adalah Huruf Nida atau huruf yang digunakan untuk memanggil. Sedangkan lafadz ( ِلَذااجػ) adalah Munada Mudhaf, atau Munada yang mengandung Mudhaf dan mudhaf ilahi. yaitu lafadz ( َذجػ) sebagai Mudhaf, sedangkan lapadz ( ِل) sebagai Mudhaf ilaihi. lafadz munada Mudhaf yaitu pada lafadz (

ِلَذجػ

) ia berharkat Fathah yang tidak bertanwin.

Contoh dalam Al- Qur‟an Surah Al-an‟am 128 :

بَْ عْؼَث َغَزََْزْعا بََّْثَس ِظِّْ ْلْا ٍَِِ ٌْ ٕ إبَِٞىَْٗأ َهبَقَٗ ۖۚ ِظِّْ ْلْا ٍَِِ ٌْ رْشَضْنَزْعا ِذَق اِِجْىا َشَشْؼٍَ بَٝ بًؼََِٞج ٌْ ٕ ش شْذَٝ ًَََْ٘ٝٗ

/Wa yauma yaḥsyuruhum jamī'ā, yā ma'syaral-jinni qadistakṡartum minal-ins, wa qāla auliyā`uhum minal-insi rabbanastamta'a ba'ḍunā biba'ḍiw wa balagnā ajalanallażī ajjalta lanā, qālan-nāru maṡwākum khālidīna fīhā illā mā syā`allāh, inna rabbaka ḥakīmun 'alīm/ „Dan (ingatlah) hari diwaktu Allah menghimpunkan mereka semuanya (dan Allah berfirman): "Hai golongan jin, sesungguhnya kamu telah banyak menyesatkan manusia", lalu berkatalah kawan-kawan meraka dari golongan manusia: "Ya Tuhan kami, sesungguhnya sebahagian daripada kami telah dapat kesenangan dari sebahagian (yang lain) dan kami telah sampai kepada waktu yang telah Engkau tentukan bagi kami". Allah berfirman: "Neraka itulah tempat diam kamu, sedang kamu kekal di dalamnya, kecuali kalau Allah menghendaki (yang lain)". Sesungguhnya Tuhanmu Maha Bijaksana lagi Maha Mengetahui.‟

5.

ِفبَع َْىبِث ِٔٞجَّشىاَٗ

/ wa sy-syabīhu bi l-muḍāfu / „pangilan yang menyerupai mudhaf‟

Munada Tasybih Mudhaf adalah Munada yang isimnya menyerupai idhafah, seperti contoh : ( ًلاَجَجًباِؼىبغبٝ) Atinya : "wahai pendaki gunung. Sedangkan I'rabnya adalah Nashab (atau berharkat Fathah yang bertanwin). Adapun (باٝ) adalah Huruf Nida atau huruf yang digunakan untuk memanggil. Sedangkan lafadz ( ًلاَجَجًباِؼىبغ) adalah Munada Tasybih Mudhaf, atau Munada yang mengandung penyerupaan Mudhaf. yaitu lafadz ( ًلاَجَجًباِؼىبغ) sebagai Mudhaf, lafadz munada Tasybih Mudhaf, yaitu pada lafadz ( ًلاَجَجًبِؼىبغ) ia berharkat Fathah dan bertanwin.

Apabila ingin memanggil isim yang ada ( ها ) maka ada dua cara:

a. Kita datangkan sebelum munada lafadz

(باَٖ َٝأ )

untuk mudzakkar, lafadz

(باَٖز َٝأ)

untuk muannats. Kedua lafadz tersebut menjadi munada dan isim setelahnya yang ada لا) ) marfu‟ sebagai sifat.

b. Atau sebelum munada diberi isim isyarah yang sesuai. Isim isyarah menjadi munada dan isim yang diberi ( لا ) setelahnya marfu‟ sebagai sifat.

Dikecualikan dari yang telah lewat, lafadz jalalah ( ل ) , maka dapat di katakan:

للهؤَٝ

(Tanpa menyebutkan (

بَٖ َٝأ

) atau (

ا زٕ

) Kebanyakannya dalam menyeru nama Allah ta‟ala memakai )

ٌٖيىا (

dengan mentasydidkan mim sebagai ganti dari

huruf nida‟ (mutarjim: 2015).

Dokumen terkait