• Tidak ada hasil yang ditemukan

B. Ketentuan Nasab dalam Hukum Islam

1. Pengertian Nasab

Istilah nasab secara etimologi berasal dari bahasa Arab, yaitu nasaba – yansibu – nasban (

ﺎﺒﺴﻧ – ﺐﺴﻨﯾ – ﺐﺴﻧ )

yang berarti keturunan. Nasab juga bermakna al-qarabah (

ﺔﺑﺮﻘﻟا )

yang artinya dekat atau kerabat.27 Nasab merupakan kata serapan dari bahasa Arab yang telah menjadi bahasa Indonesia resmi dan telah masuk dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia yang diartikan dengan keturunan dan pertalian kekeluargaan.28

Di dalam Al-Qur`an kata nasab disebutkan sebanyak tiga kali dalam tiga surah yang berbeda. Pertama disebutkan dalam bentuk jamak, yaitu ansāb yang terdapat dalam surah Al-mu’minūn ayat 101.29 Kemudian ayat lain menyebutkannya dengan kata nasab, yaitu dalam surah Ash-Shāffāt ayat 158 dan terakhir dalam surah Al-Furqān ayat 54.30Ayat-ayat tersebut berbunyi:

26 Wahbah al-Zuhayly, Al Fiqhu al Islamiyy wa Adillatuh, (Damaskus: Dar al-Fikr, 1989), hal. 671, cet. III. Selanjutnya disebut Wahbah al-Zuhayly, Al Fiqhu al Islamiyy.

27Nurul Irfan, Nasab dan Status Anak, hal. 27

28Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1988, hal. 609. Selanjutnya disebut Kamus Besar Bahasa.

29Ali Audah, Konkordansi Al-Qur`ān, hal. 96

30Ali Audah, Konkordansi Al-Qur`ān, hal. 472



manusia itu (punya) keturunan dan mushaharah dan adalah Tuhanmu Maha Kuasa. (Al-Furqān 54)32

31Ayat ini menjelaskan tentang kedasyatan hari kiamat, di mana tidak ada lagi pertalian keturunan, dan seorang tidak akan menyapa kawannya sekalipun dia mengenalnya. Lihat Ahmad Musthafa Al-Maraghi, Tafsir Al-Maraghi, terj. Bahrun Abubakar, dkk. Jilid 18, (Semarang: Toha Putra, 1993), cet. Ke-2, hal. 104. Selanjutnya disebut Ahmad Musthafa Maraghi, Tafsir Al-Maraghi. Kemudian ayat ini juga disebutkan menjelaskan tentang kehidupan sesudah alam barzah, yang mana perhubungan keturunan tidak dapat menolong , kekeluargaan tidak dapat membela. Seperti anak Nabi Nuh yang tidak dapat berlindung dengan kebesaran ayahnya, istri Nabi Luth yang tidak bisa mendapat pertolongan dari kenabian suaminya, Abu Lahab, dan lain-lain. Diakrenakan pada waktu itu setiap orang sibuk dengan urusan amal masing-masing. Lihat Haji Abdulmalik Abdulkarin Amrullah, Tafsir Al-Azhar, jilid 6 (Singapura: Kerjaya Printing, 2003), cet. Ke-5, hal. 4842. Selanjutnya disebut HAMKA, Tafsir Al-Azhar.

32Tafsir dari ayat di atas yaitu: “Dan disamping Dia Yang Maha Esa itu mengatur air laut dan air sungai sehingga tidak bercmpur, dia (pula) yang menciptakan manusia dari setetes air mani, lalu Dia jadikan manusia itu berjenis kelamin lelaki atau perempuan yang mempunyai yang (punya) hubungan kekerabatab melalui keturunan yakni yang lelaki itu dan mushaharah yakni perkawinan dengan perempuan itu dan adalah Tuhan pemelihara dan pembimbing-mu wahai Nabi Muhammad Maha Kuasa atas segala sesuatu sehingga dapat menciptakan dari setetes air dua jenis kelamin makhluk yang berbeda namun sungguh sangat sempurna. Dan dari setetes itu pula lahir anak keturunan yang berbeda-beda wajah dan perangainya.” Ayat ini berbicara tentang kekuasaan Allah menciptakan dan megendaikan air, khususnya setetes air mani yang dapat menjadi makhluk yang sempurna, yakni manusia. Lihat M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah, jilid 9, (Jakarta: Lenteraa Hati, 2002), hal. 503. Selanjutnya disebut Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah.

Artinya: Dan mereka adakan (hubungan) nasab antara Allah dan antara jin. dan Sesungguhnya jin mengetahui bahwa mereka benar-benar akan diseret (ke neraka ). (Ash-Shāffāt: 158)33

Al-Qurthubi menafsirkan kata nasab dalam ayat di atas bersifat umum yang mencakup hubungan kerabat diantara manusia. Kemudian pendapat Ibn Al-Arabi yang dikutip oleh Al-Qurthubi juga menjelaskan bahwa nasab adalah sebuah istilah yang menggambarkan proses bercampurnya sperma laki-laki dan ovum seorang wanita atas dasar ketentuan syariat.34 Adapun pengertian nasab secara terminologi yang dikemukakan oleh Yasin bin Yasir, menurutnya pengertian nasab secara syara’ adalah:

“Keadaan Hukum yang disandarkan antara seseorang dengan orang lain yang mana orang tersebut terlepas dari rahim seorang wanita yang terikat dalam ikatan suami istri maupun ikatan kepemilikan yang sah, di mana baik ikatan suami istri maupun akad kepemilikan itu diakui kebenarannya tau mirip dengan yang diakui kebenarannya. Ketetapan ini dihubungkan kepada seseorang yang melalui air spermanya kehamilan itu terjadi.”35

33 Ini merupakan ayat yag berisi tentang kecaman Allah SWT bagi masyarakat Arab yang percaya bahwa Allah mempunyai anak. Kata ﺔّﻨﺠﻟا bermakna sekelompok jin wanita yang mulia. Masyarakat Arab Jahiliyyah percaya bahwa dari hubungan antar Allah dan jin itu lahir malaikat-malaikat yang merupakan anak-anak perempuan Allah. Beberapa suku Arab Jahiliyyah yang percaya diantaranya suku Juhainah, Salim, Khuza’ah, dan Bani Malih. Tafsir dari ayat di atas adalah: Dan disamping mereka percaya bahwa Allah beranak, mereka juga menjadikan adakan (hubungan) nasab yakni kekerabatan antara Allah dan antara jin. dan Sesungguhnya jin mengetahui bahwa mereka yakni orang-orang kafir yang percaya seperti itu benar-benar akan diseret ke hadapan Allah untuk menerima balasan yang telah ditentukannya (ke neraka ). Lihat Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah, hal. 158

34Nurul Irfan, Nasab dan Status Anak, hal. 28

35Nurul Irfan, Nasab dan Status Anak, hal. 31

Definisi nasab menurut Ensiklopedi Hukum Islam disebutkan bahwa nasab adalah pertalian kekeluargaan berdasarkan pertalian hubungan darah sebagai salah satu akibat dari hubungan perkawinan yang sah.36 Selanjutnya dalan Ensiklopedi Indonesia nasab diartikan dengan ikatan kekeluargaan sebagai hubungan darah, baik karena hubungan darah ke atas (bapak, kakek, ibu, nenek, dan seterusnya), ke bawah (anak, cucu, dan seterusnya) maupun ke samping (saudara, paman, bibi, dan lain-lain).37 Dari beberapa uraian di atas dapat disimpulkan bahwa nasab adalah pertalian kekeluargaan berdasarkan hubungan darah, baik ke atas, ke bawah maupun ke samping yang semuanya itu merupakan akibat dari sebuah perkawinan.

Dokumen terkait