• Tidak ada hasil yang ditemukan

LANDASAN TEORI

A. Pengertian Nilai-Nilai Pendidikan Islam 1.Pengertian Nilai

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Pengertian Nilai-Nilai Pendidikan Islam 1. Pengertian Nilai

Menurut Thoha (1996:60-61) nilai adalah suatu kepercayaan yang berada dalan suatu ruang lingkup kehidupan dari seseorang terhadap orang lain yang bersifat abstrak, ideal, dan bukan benda konkrit. Dari pengertian tersebut dapat difahami bahwasannya nilai adalah suatu sifat yang melekat pada diri seseorang yang merupakan suatu kualitas dan ada tolok ukurnya, yang memberi makna kepada orang lain. Pendapat lain mengatakan bahwasannaya nilai adalah sumber kekuatan, karena mereka memberi kekuatan kepada orang-orang untuk bertindak (Scott, 2010:19).

Nilai Secara etimologi nilai berasal dari kata value (Inggris) yang berasal dari kata valere (Latin) yang berarti : kuat, baik, dan berharga. Dengan demikian secara sederhana, nilai (value ) adalah sesuatu yang berguna. Menurut Christoper Gleson, “nilai adalah suatu yang pantas untuk dibela atau diperjuangkan, suatu yang berharga dan demi serta terhadap nilai seseorang bersedia menderita, berkorban, mempertahankannya, bahkan bersedia mati.” Gleson (1997:) dari pengertian ini menunjukkan bahwasannya nilai adalah suatu yang sangat

12

penting dalam diri seseorang yang tidak akan pernah lepas sampai kapanpun.

Ada juga pendapat lain dari Eyre Richart dan Linda (1997 :xxiv-xxv) Nilai adalah kualitas-kualitas yang menguntungkan orang lain dan diri sendiri, yang diberikan sebanyak yang diterima dan yang diterima sebanyak yang diberikan yang menghasilkan suatu perilaku dan perilaku itu berdampak positif bagi yang menjalankan maupun bagi orang lain.

Jadi Pendidikan tidak harus merupakan suatu progam atau pelajaran khusus, seperti pelajaran menggambar atau bahasa Inggris, tetapi lebih merupakan suatu dimensi dari seluruh usaha pendidikan.

Nilai Pendidikan tidak hanya mau mengembangkan ilmu, ketrempilan, teknologi, tetapi juga ingin mengembangkan aspek-aaspek lainnya seperti: kepribadian, etik moral, dan lain-lain.

2. Pengertian Pendidikan Islam

Sebelum menginjak pembahasan yang lebih mendalam pengertian pendidikan Islam, penulis akan membahas terlebih dahulu tentang pengertian pendidikan.

Secara etimologi pendidikan adalah proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusiamelalui upaya pengajaran dan pelatihan.

13

Secara terminologi Menurut KBBI, kata pendidikan berasal dari kata “didik” yang berarti memelihara dan memberi latihan (ajaran, tuntunan, pimpinan) mengenai akhlak dan kecerdasan pikiran. Kemudian kata “didik” ini mendapat awalan “pe-“ dan akhiran “-an”, sehingga kata ini mempunyai arti proses atau cara atau perbuatan yang mendidik.

Pendidikan berasal dari bahasa Yunani, Paedagogy, yang mempunyai arti seorang anak yang pergi dan pulang sekolah diantar seoran pelayan. Sedangkan dalam bahasa Inggris, dari kata to educate

yang artinya memperbaiki moral dan melatih intelektual (Suwarno, 2006:19). Pendidikan berasal dari kata “didik”, lalu mendapat kata tambahan awal me yang jadi “mendidik” yang mempunyai arti yang memelihara dan memberi latihan. Dalam memelihara dan memberi latihan diperlukan suatu atau adanya ajaran, tuntunan, dan pimpinan akhlak dan kecerdasan pikiran (Syah, 2004:10).

Dalam pengertian umum pendidikan dapat diartikan sebai pendewasaan manusia yang meliputi sifat, sikap, moral, kepribadian, watak, pemikiran yang lebih efektif. Adapun definisi yang lebih konkrit, Menurut Muhaimin (2008:37), yang dikutip dari Undang-Undang Nomor 2/1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional, bahwasannya “Pendidikan adalah usaha sadar untuk mempersiapkan peserta didik melalui kegiatan

14

bimbingan, pengajaran dan atau pelatihan bagi peranannya di masa yang akan datang.”

Arti Islam secara Etimologi dan Terminologi. Arti Islam secara etimologi adalah selamat, damai, dan tunduk. Arti Islam Terminologi adalah agama wahyu berintikan tauhid atau keesaan Tuhan yang diturunkan oleh Allah SWT kepada Nabi Muhammad Saw sebagai utusan-Nya yang terakhir dan berlaku bagi seluruh manusia, di mana pun dan kapan pun, yang ajarannya meliputi seluruh aspek kehidupan manusia. Dari difinisi di atas dapat diambil dua hal yang utama yakni “kedewasaan” dan “tanggung jawab”, kedewasaan dapat diartikan suatu kondisi seseorang yang sudah akil balig atau sudah berusia cukup tua atau masih muda tetapi mempuanyai kecakapan sama dengan orang yang berusia cukup tua. Tanggung jawab yang dimaksud adalah mampu meneriama sebab dan akibat yang telah dilakukannya.

Pendidikan Islam mempunyai arti luas. Di sekolah-sekolah formal maupun non formal, pendidikan Islam sering diasumsikan pada studi agama seperti aqidah, fikih, hadits, tafsir, al Quran, tarikh Nabi, dan lain sebagainya. Arti pendidikan Islam menurut Rofiq (2009:20) “bimbingan jasmani dan rohani berdasarkan hukum-hukum ajaaran Islam menuju terbentuknya kepribadian utama menurut ukuran-ukuran Islam, yaitu kepribadian muslim. Dapat diartikan bahwa pendidikan islam berdasarkan tiga unsur yang saling mendukung, yang pertama adalah upaya

15

pembimbingan pengokohan jasmani dan rohani yang seimbang, yang kedua bimbingan tersebut yang bersumber dari Al-Qur‟an, as-sunnah, dan ijtihad, yang sesuai dengan ajaran Islam, dan yang ketiga, usaha tersebut yang bertujuan untuk membentuk kepribadian yang baik sesuai dengan nilai-niali Islam, dan menjadikan manusia seutuhnya (insan kamil) sesuai dengan norma Islam.

Menurut Chabib Thoha, pendidikan Islam adalah pendidikan yang falsafah dasar dan tujuan serta teori-teori yang dibangun untuk melaksanakan praktek pendidikan berdasarkan nilai-nilai dasar Islam yang terkandung dalam Al-Qur‟an dan hadits (Thoha, 1996:99). Dari pengertian tersebut tidah jauh beda dengan pengertian yang sebelumnya, yaitu sama-sama membentuk kepribadian manusia yang sesuai dengan ajaran Islam.

Masih banyak lagi pengertian pendidikan yang dikemukakan oleh para ahli, namun dari sekian banyak pengertian pendidikan Islam yang dapat kita ambil dan kita pahami, pada dasarnya pendidikan Islam adalah usaha sadar untuk membimbing manusia baik jasmani dan rohani dari tingkat kehidupan individu dan sosial, supaya lebih dewasa dalam menyikapi tanggung jawab di dunia, sesuai dengan Al-Qur‟an, Hadis dan Ijtihat, sehingga terbentul manusia yang seutuhnya, untuk mencapai kebahagiaan di dunia dan di akherat.

16 3. Ruang Lingkup Pendidikan Islam

Konsep pendidikan Islam mengacu pada kehidupan manusia yang seutuhnya, tidah hanya menyoroti atau mementingkan dari salah satu aspek pendidikan itu sendiri sepertihalnya dari aspek keyakinan (akidah), ritual (ibadah), norma-etika (akhlak) aja. Namun jauh lebih luas dan dalam dari dari semua hal tersebut. Pada dasarnya para pendidik Islam memiliki pandangan yang sama bahwasannya pendidikan islam mencakup berbagai bidang seperti: keagamaan, akidah dan amaliyah, akhlak dan budi pekerti, fisik-biologis, eksak, mental psikis, dan kesehatan. Dari penjelasan di depan maka dapat dinyatakan bahwa ruang lingkup pendidikan Islam meliputi:

a. Setiap proses perubahan yang menuju arah perkembangan dan kemajuan harus didasarkan pada ruh ajaran Islam

b. Perpaduan dari pendidikan akal (intelektual, rohani (spiritual), perasaan (emosi), mental dan jasmani.

c. Keseimbangan antara jasmani dan rohani, keimanan dan ketakwaan, pikir dan dzikir, ilmiah dan amaliah, materil dan spiritual, individu dan sosial, serta dunia dan akhirat.

d. Relisasi dwi fungsi manusia, yaitu fungsi peribadatan untuk menghambakan diri hanya semata-mata karena Allah, dan fungsi sebagai khalifah Allah, untuk melaksanakan tugas untuk menguasai,

17

memelihara, memanfaatkan, melestariakan, dan memakmurkan alam semesta (Roqib, 2009:22).

4. Pembelajaran Nilai dalam Pendidikan Islam

Kehidupan manusia tidak lepas dari nilai, dan nilai itu selanjutnya diinstitusikan. Institusional nilai yang terbaik adalah melalui upaya pendidikan. Hakekat pendidikan adalah proses transformasi dan internalisasi nilai. Proses pembiasaaan terhadap nilai, proses rekonstruksi nilai serta proses penyesuaian terhadap nilai (Muhaimin dan Mujib, 1993: 136-137).

Lebih dari itu fungsi pendidikan islam adalah warisan dan pengembangan nilai-nilai Islam serta memenuhi aspirasi masyarakat dan kebutuhan tenaga di semua tingkat dan bidang pembangunan demi terwujudnya kesejahteraan masyarakat. (Muhaimin dan Mujib, 1993: 138) Daripada itu nilai-nilai pendidikan Islam perlu ditanamkan pada anak sejak dini supayadapat mengetahui dan memahami nila-nilai agama dalam kehidupannya serta dapat merealisasikan dalam kehidupan sehari-hari.

Pokok-pokok pendidikan yang harus ditanamkan pada anak didik yaitu, keimanan, akhlak, ibadah.

a. Aqidah

Iman adalah kepercayaan yang terhujam kedalam hati dengan penuh keyakinan, tidak ada perasaan syak (ragu-ragu) serta mempengaruhi orientasi kehidupan, sikap dan aktifitas keseharian

18

(Zainuddin, 1991:97) iman adalah mengucapkan dengan lidah, mengakui benarnya dengan hati dan mengamalkan dengan anggota badan.

Pendidikan keimanan termasuk aspek pendidikan yang patut mendapat perhatian yang pertama dan utama dari orang tua. Memberikan pendidikan ini pada anak merupakan sebuah keharusan yang tidak boleh ditinggalkan. Pasalnya iman merupakan suatu pilar yang mendasari keislaman seseorang. Pembentukan iman harus diberikan kepada anak sejak dini, sejalan dengan pertumbuhan kepribadiannya. Niali-nilai keimanan harus mulai diperkenalkan pada anak dengan cara:

1) Memperkenalkan nama Allah SWT dan RasulNya

2) Memberikan gambaran tentang siapa pencipta alam raya ini melalui kisah-kisah teladan.

3) Memperkenalkan kemaha Agungan Allah SWT (Nippan; Halim, 2001:176)

Rasulullah SAW adalah orang yang menjadi suri tauladan bagi umatnya, baik sebagai pemimpin maupun orang tua. Beliau mengajarkan kepada umatnya bagaimana menanamkan nilai-nilai keimanan pada anak-anaknya. Ada lima pola dasar pembinaan iman yang harus diberikan kepada anak, yaitu membacakan kalimat tauhid kepada anak, menanamkan kecintaan kepada Allah SWT dan

19

Rasulnya, mengajarkan Al Qur‟an dan menanamkan nilai-nilai perjuangan dan pengorbanan (Hafidz, 1997:110).

Orang tua memiliki tanggung jawab mengajarkan Al Qur‟an pada anak-anaknya sejak kecil. Pengajaran Al Qur‟an mempunyai pengaruh yang besar dalam menanamkan iman yang kuat bagi anak. Pada saat pelajaran Al Qur‟an berlangsung secara bertahap mereka mulai dikenalkan pada satu keyakinan bahwa Allah adalah tuhan mereka dan Al Qur‟an adalah firman-firmannya yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW.

Iman yang kuat dan tertanam dalam jiwa seseorang merupakan hal yang sangat penting dalam perkembangan pendidikan anak. Salah satu yang bisa menguatkan aqidah adalah anak memiliki nilai pengorbanan dalam dirinya demi membela aqidah yang diyakini kebenarannya (Hafidz, 1997:147). Semakin kuat nilai pengorbanannya akan semakin kokoh iman yang dimilikinya.

Hal ini telah ditegaskan bahwasannya seseorang yang dilahirkan kecuali dalam keadaansuci dari kesalahan dan dosa, dan orang tuanyalah yang mmendidik seorang anak menjadi Yahudi, Nasrani, atau Majusi. dan perkembangan selanjutnya tergantung pada orang tua dan pendidiknya. Pendidikan keimanan termasuk aspek-aspek pendidikan yang patut mendapatkan perhatian pertama dan

20

utama dari orang tua. Maka orang tua wajib mengarahkan anaknya agar sesuai dengan fitrahnya.

Memberikan pendidikan ini kepada anak merupakan sebuah keharusan yang tidak boleh ditinggalkan oleh orang tua dengan penuh kesungguhan. Pasalnya iman merupakan pilar yang mendasari keislaman seseorang.

Pembentukkan iman seharusnya diberikan kepada anak sejak dalam kandungan, sejalan dengan pertumbuhan kepribadiannya. Berbagai hasil pengamatan pakar kejiwaan menunjukkan bahwa janin di dalam kandungan telah mendapat pengaruh dari keadaan sikap dan emosi ibu yang mengandungnya (Daradjat, 1993: 55).

Nilai-nilai keimanan yang diberikan sejak anak masih dini, dapat mengenalkannya pada Tuhannya, bagaimana ia bersikap pada Tuhannya dan apa yang mesti diperbuat di dunia ini. Sebagaimana dikisahkan dalam Al- Qur‟an tentang Luqmanul Hakim adalah orang yang diangkat Allah sebagai contoh orang tua dalam mendidik anak, ia telah dibekali Allah dengan keimanan dan sifat-sifat terpuji. Orang tua sekarang perlu mencontoh Luqman dalam mendidik anaknya, karena ia sebagai contoh baik bagi anak-anaknya. Perbuatan yang baik akan ditiru oleh anak-anaknya begitu juga sebaliknya.

Oleh karena itu, pendidikan keimanan, harus dijadikan sebagai salah satu pokok dari pendidikan kesalehan anak. supaya dapat

21

diharapkan bahwa kelak ia akan tumbuh dewasa menjadi insan yang beriman kepada Allah SWT. Melaksanakan segala perintah-Nya dan menjauhi segala larangan-Nya. Dengan keimanan yang sejati bisa membentengi dirinya dari berbuat dan berkebiasaan buruk.

b. Pendidikan Ibadah

Ibadah semacam kepatuhan dan sampai batas penghabisan, yang bergerak dari perasaan hati untuk mengagungkan kepada yang disembah. Kepatuhan yang dimaksud adalah seorang hamba yang mengabdikan diri pada Allah SWT. Ibadah merupakan bukti nyata bagi seorang muslim dalam meyakini dan mempedomani aqidah Islamiyah. Sejak dini anak-anak harus diperkenalkan dengan nilai-nilai ibadah dengan cara :

1) Mengajak anak ke tempat ibadah 2) Memperlihatkan bentuk-bentuk ibadah 3) Memperkenalkan arti ibadah

4) Melakukan pembinaan shalat 5) Pembinaan mengenai ibadah puasa 6) Pembinaan mengenai ibadah

7) Pembinaan mengenai ibadah (Hafizh, 1997:28)

Karena ibadah dari anak akan menambah keyakinan kebenaran ajarannya. Semakin rajin ibadah maka akan semakin tinggi nilai

22

keimanannya. Sehingga pendidikan anak dalam beribadah dianggap sebagai penyempurna dari pendidikan aqidah.

Pembinaan ketaatan pada anak juga dimulai dalam keluarga, kegiatan ibadah yang dapat menarik bagi anak yang masih kecil adalah yang mengandung gerak. Anak-anak suka melakukan soholat, meniru orang tuanya kendatipun ia tidak mengerti apa yang dilakukannya itu (Daradjat, 1993: 60-61). Nilai pendidikan ibadah bagi anak akan membiasakannya melaksanakan kewajibannya.

Ibadah merupakan tujuan hidup manusi diciptakan-Nya dimuka bumi. Pendidikan ibadah merupakan salah satu aspek pendidikan islam yang perlu diperhatikan. Semua ibadah dalam islam bertujuan membawa manusia supaya selalu ingat kepada Allah. Oleh karena itu. Allah berfirman dalam surat Adz- Dzariyat ayat 56:















Artinya : “ Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya menyembahku” (QS. Adz Dzariyat: 56). Dari ayat diatas dapat dipahami bahwasannya umat manusia dalam keadaan apapun dan dimana pun harus melaksanakan ibadah. Dalam melaksanakan ibadah yang dimaksud dalam ayat di atas tidak

23

hanya melaksanakan shalat saja, melaikan dalam arti yang sangat laus seperti halnya berdakwah, membantu orang, sedekah, dsb.

c. Pendidikan akhlak

Kata Akhlak berasal dari bahasa Arab, dari khuluq yang menurut bahasa berarti “adab atau etika yang mengendalikan seseorang dalam bersikap dan bertindak.” Adapun definisi akhlak menurut istilah ialah kehendak jiwa manusia yang menimbulkan perbuatan dengan mudah karena kebiasaan, yang dapat dibina serta dapat diciptakan dalam diri masing-masing pribadi (hafizh, 1997:178). Dengan demikian dari pengertian pendidikan dan akhlak di atas dapat disimpulkan bahwa pendidikan akhlak adalah usaha sadar dan tidak sadar yang dilakukan oleh seorang pendidik untuk membentuk tabiat yang baik pada seorang anak didik, sehingga terbentuk manusia yang taat kepada Allah. Pembentukan tabiat ini dilakukan oleh pendidik secara terus menerus dengan tidak ada paksaan dari pihak manapun.

Pendidikan akhlak adalah pendidikan budi perkerti, dilihat dari segi pembiasaan seseorang dengan sifat-sifat yang baik dan sifat yang terpuji, seperti: jujur, menghormati orang lain, ikhlas, suka beramal, berani dalam kebenaran dan sebagainya.

Perlu diketahui bahwa akhlak tidak hanya pada perintah hubungan antara manusia dengan manusia, namun juga mengatur

24

hubungan dengan segala yang terdapat dalam wujud dan kehidupan ini bahkan juga mengatur hubungan manusia dengan tuhannya.

B. Pewayangan

Wayang merupakan salah satu dari seni budaya bangsa Indonesia yang paling menonjol di antara banyak karya budaya lainnya. Budaya wayang meliputi seni peran, seni suara, seni musik, seni tutur, seni sastra, seni lukis, seni pahat, dan juga seni perlambang. Budaya wayang, yang terus berkembang dari zaman ke zaman, juga merupakan media penerangan, dakwah, pendidikan, hiburan, pemahaman filsafat, serta hiburan. Yang mendapatkan pengakuan dari UNESCO pada tanggal 7 Novembe 2003.

Wayang dikenal oleh bangsa Indonesia sudah sejak dahulu, karena nenek moyang kita percaya bahwa setiap benda hidup mempunyai roh/jiwa, ada yang baik dan ada yang jahat.(http://umum.kompasiana.com/2009)

Dari pengamatan para ahli wayang asal usul wayang ada dua pendapat.

Pertama, pendapat bahwa wayang berasal dan lahir pertama kali di Pulau Jawa, tepatnya di Jawa Timur. Pendapat ini selain dianut dan dikemukakan oleh para peneliti dan ahli-ahli bangsa Indonesia, juga merupakan hasil penelitian sarjana-sarjana Barat. Di antara para sarjana Barat yang termasuk kelompok ini, adalah Hazeau, Brandes, Kats, Rentse, dan Kruyt.

Alasan mereka cukup kuat. Di antaranya, bahwa seni wayang masih amat erat kaitannya dengan keadaan sosiokultural dan religi bangsa Indonesia,

25

khususnya orang Jawa. Panakawan, tokoh terpenting dalam pewayangan, yakni Semar, Gareng, Petruk, Bagong, hanya ada dalam pewayangan Indonesia, dan tidak di negara lain. Selain itu, nama dan istilah teknis pewayangan, semuanya berasal dari bahasa Jawa (Kuna), dan bukan bahasa lain. Sementara itu, pendapat kedua menduga wayang berasal dari India, yang dibawa bersama dengan agama Hindu ke Indonesia. Mereka antara lain adalah Pischel, Hidding, Krom, Poensen, Goslings, dan Rassers. Sebagian besar kelompok kedua ini adalah sarjana Inggris, negeri Eropa yang pernah menjajah India (http://budayawayangkulit.blogspot.com/2009).

C. Punakawan

Pada umumnya para panakawan ditampilkan dalam pementasan wayang , baik itu wayang kulit , wayang golek , ataupun wayang orang sebagai kelompok penebar humor untuk mencairkan suasana. Namun di samping itu,para panakawan juga berperan penting sebagai penasihat nonformal kesatria yang menjadi asuhan mereka.

Istilah panakawan berasal dari kata pana yang bermakna "paham", dan kawan yang bermakna"teman". Maksudnya ialah, para panakawan tidak hanya sekadar abdi atau pengikut biasa, namun mereka juga memahami apa yang sedang menimpa atau yang terjadi pada majikan mereka

(http://budayawayangkulit.blogspot.com/2009). Bahkan seringkali mereka

26

dari keberadaan panakawan adalah sebagai kelompok penebar humor di tengah-tengah jalinan cerita. Tingkah laku dan ucapan mereka hampir selalu mengundang tawa penonton. Selain sebagai penghibur dan penasihat, adakalanya mereka juga bertindak sebagai penolong majikan mereka di kala menderita kesulitan. Misalnya, sewaktu Bimasena kewalahan menghadapi Sangkuni dalam perang Baratayuda, Semar muncul memberi tahu titik kelemahan Sangkuni. Dalam percakapan antara para panakawan tidak jarang bahasa dan istilah yang mereka pergunakan adalah istilah modern yang tidak sesuai dengan zamannya. Namun hal itu seolah sudah menjadi hal yang biasa dan tidak dipermasalahkan. Misalnya, dalam pementasan wayang, tokoh Petruk mengaku memiliki mobil atau handphone , padahal kedua jenis benda tersebut tentu belum ada pada zaman pewayangan.

Punakawan dapat pula diartikan seorang pengasuh, pembimbing yang memiliki kecerdasan fikir, ketajaman batin, kecerdikan akal-budi, wawasannya luas, sikapnya bijaksana, dan arif dalam segala ilmu pengetahuan. Ucapannya dapat dipercaya, antara perkataan dantindakannya sama, tidaklah bertentangan. Khasanah budaya Jawa menyebutnya sebagai „tanggap ing sasmita, lan limpat pasang ing Grahita‟. Dalam istilah pewayangan terdapat makna sinonim dengan apa yang disebut wulucumbu yakni rambut yang tumbuh padajempol kaki. Keseluruhan gambaran karakter pribadi Ki Lurah Semar tersebut berguna dalamupaya melestarikan alam semesta, dan menciptakan kemakmuran serta kesejahteraan dibumi pertiwi.

27

Dalam cerita pewayangan Jawa, punakawan tersebut dibagi menjadi dua kelompokyang masing-masing memiliki peranan yang samasebagai penasehat spiritual dan politik, namun masing-masing mengasuh tokoh yangkarakternya saling kontradiksi. Kelompok Ki Lurah Semar Badranaya. Kelompok ini terdiri Semar, Gareng, Petruk, dan Bagong. Mereka menggambarkan kelompok punakawan yang jujur, sederhana, tulus, berbuat sesuatu tanpa pamrih, tetapi memiliki pengetahuan yang sangat luas, cerdik, dan mata batinnya sangat tajam. Ki Lurah Semar, khususnya, memiliki hati yang “nyegoro” atau seluas samudra serta kewaskitaan dan kapramanan -nya sedalam samudra. Hanya satria sejati yang akan menjadi asuhan Ki Lurah Semar. Semar hakekatnya sebagai manusia setengah dewa, yang bertugas mengemban/ momong para kesatria sejati.

Ki Lurah Semar disebut pula Begawan Ismaya atau Hyang Ismaya, karena eksistensinya yang teramat misterius sebagai putra Sang Hyang Tunggal umpama dewa mangejawantah. Sedangkan julukan Ismaya artinya tidak wujud secara wadag/fisik, tetapi yang ada dalam keadaan samar/semar. Dalam uthak-athik-gathuk secara Jawa, Ki Semar dapat diartikan guru sejati (sukma sejati), yang ada dalam jati diri kita. Guru sejati merupakan hakekat Zat tertinggi yang terdapat dalam badan kita. Maka bukanlah halyang muskil bila hakekat guru sejati yang disimbolkan dalam wujud Ki Lurah Semar, memiliki kemampuan sabda pendita ratu, ludahnya adalah ludah api (idu geni). Apa yang diucap guru sejati menjadi sangat bertuah, karena ucapannya

28

adalah kehendak Tuhan. Para kesatria yang diasuh oleh Ki Lurah Semar sangat beruntung karena negaranya akan menjadi adil makmur, gamah ripah, murah sandang pangan, tenteram, selalu terhindar dari musibah. Ki Lurah Semar selalu dituakan dan dipanggil sebagai kakang, karena dituakan dalam arti kiasan yakni ilmu spiritualnya sangat tinggi, sakti mandraguna, berpengalaman luas dalam menghadapi pahit getirnya kehidupan. Bahkan para Dewa pun memanggilnya dengan sebutan “kakang”.

Dari tokoh tokoh punakawan banyak hal yang mengajarkan berbudi luhur, menanamkan ketuhan atu ketauhidan yang kokoh sebagai pondasi dalam menjalani kehidapan kelak, supaya tidak menjadi orang yang sombong, bertindak tidak usah tergesa-gesa atau berhati-hati, dan mengajarakan supaya bisa membedakan mana yang baik dan buruk. Penjelasan dari masing-masing tokoh punakawan.

1. Semar

Semar dari kata samar, kenyataan wujud Kyai Lurah Semar itu tersamar, banyak yang mengatakana pria namun wajahnya seperti wanita,

Dokumen terkait