• Tidak ada hasil yang ditemukan

NILAI - NILAI PENDIDIKAN ISLAM DALAM KEHIDUPAN PUNAKAWAN DI PEWAYANGAN Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "NILAI - NILAI PENDIDIKAN ISLAM DALAM KEHIDUPAN PUNAKAWAN DI PEWAYANGAN Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam"

Copied!
83
0
0

Teks penuh

(1)

i

NILAI - NILAI PENDIDIKAN ISLAM

DALAM KEHIDUPAN PUNAKAWAN

DI PEWAYANGAN

Diajukan untuk Memperoleh Gelar

Sarjana Pendidikan Islam

Oleh:

NAMA

: TEZAR ADITIYA MUFID

NIM

: 11111018

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN (FTIK)

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)

SALATIGA

(2)
(3)
(4)
(5)

v

(6)

vi

“...Allah akan meninggikan orang

-orang yang beriman diantaramu

dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan

Allah Maha Mengetahui apa yang kerjakan.”[Al Baqoroh : 11]

“Jangan pernah katakan menyesal apa yang telah diperbuat, tapi

ambilah pelajaran dan hikmah dari apa yang telah diperbuat”

PERSEMBAHAN

Skripsi ini ku persembahkan untuk:

Kepada kedua orang tua saya yang

telah membesarkan dan mendidikku dengan

(7)

vii

secara lahir maupun batin dengan iringan

do‟a restunya.

Keluarga MI Geyongan yang telah

memberikan dukungan dan motivasinya,

serta do‟anya yang telah memperlancar

saya dalam menyelesaikan tanggung jawab

ini.

Kepada bapak Mufiq, S.Ag, M.Phil.

selaku pembimbing dan sekaligus sebagai

motivator serta pengarah sampai selesainya

penulisan skripsi ini

Kepada seluruh teman-teman guru

yang telah membantu dan selalu

memberikan semangat untuk segera

(8)

viii

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur kita panjatkan kepada Allah SWT. Yang telah memberikan rahmat, taufik, nikmat serta hidayahnya sehigga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Sholawat serta salam senantiasa terlimpahkan kepada junjungan Nabi Agung Muhammad SAW , yang telah menyampaikan dan membimbing umat pada jalan yang diridhoi Allah,dengan semangat dalam menebarkan ilmunya dan nur kemuliyaannya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul “NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAM DALAM

KEHIDUPAN PUNAKAWAN DI PEWAYANGAN”..

Selanjutnya pada kesempatan ini penulis ucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Dr. Rahmat Hariyadi, M.Pd selaku Rektor IAIN Salatiga. 2. Suwardi, M.Pd. selaku Dekan FTIK IAIN Salatiga.

3. Siti Rukhayati, M. Ag. selaku ketua program studi Pendidikan Agama Islam beserta stafnya yang telah membantu penulis selama menjalani kuliah dan ketika penyusunan skripsi ini.

4. Mufiq, S.Ag, M.Phil. selaku pembimbing yang telah mengarahkan dan memberikan bimbingan serta meluangkan waktu dan perhatian dalam penulisan skripsi ini.

(9)

ix

6. Kepada bapak dan ibu dosen yang telah mendidik dan memberikan ilmu pengetahuan dan pengalaman dengan penuh kesungguhan dan kesabaran, serta bagian akademik IAIN Salatiga yang telah memberikan layanan serta bantuan kepada penulis

7. Semua pihak yang telah membantu demi lancarnya skripsi ini baik secara langsung maupun tidak langsung, sehingga dapat terselesaikan dengan baik.

Hanya rasa syukur yang dapat penulis haturkan kepada Allah SWT yang telah memberikan anugrah-Nya dalam penyusunan skripsi ini, dengan demikian, akhirnya penulis mengucapakan banyak terimakasih dan tentunya dalam penulisan atau penyusunana skripsi ini masih banyak kekurangan. Maka penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun, sehingga skripsi ini dapat bermanfaat khususnya bagi penulis dan umumnya bagi pembaca yang dermawan, serta bermanfaat bagi agama, nusa dan bangsa. Amin

Salatiga, 27 September 2017

Penulis

(10)

x ABSTRAK

Tezar Aditiya Mufid. 2017. Nilai – nilai Pendidikan Islam Dalam Ajaran Pewayangan Puanakawan. Skripsi. Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan. Jurusan Pendidikan Agama Islam. Institut Agama Islam Negeri Salatiga. Pembimbing : Mufiq S.Ag., M.Phil.

Kata Kunci: Nilai-nilai Pendidikan Islam

Latar belakang penelitian ini dikarenakan hakekat pendidikan adalah proses memanusiakan manusia, yaitu menyadari akan manusia yang merdeka, kreatif yang terwujud di dalam budayanya. Namun hingga saat ini menurut beberapa pakar pendidikan belum mampu mencapai titik idealnya yakni memanusiakan manusia. Kurang berhasilnya pendidikan untuk menanamkan nilai humanism terlihat dengan menempatkan Indonesia termasuk Negara korup. Banyak dari generasi muda pada zaman ini yang sudah melupakan nilai-nilai khasanah budaya daerah, khususnya di tanah Jawa terlebih lagi dalam hal kesenian wayang, tokoh wayang yang sangat terkenal dan penuh dengan pesan-pesan moral yaitu Semar, Petruk, Gareng dan Bagong. Maka dari itu peneliti mencoba mendiskripsikan dan menganalisis tentang nilai-nilai pendidikan Islam dalam ajaran pewayangan Punakawan dan relevansinya.

Penelitian ini merupakan penelitian kepustakaan, dilihat dari cara dan taraf pembahasannya penelitian ini termasuk dalam jenis penelitian kualitatif. Pengumpulan data dengan mencari informasi ke buku-buku serta melakukan wawancara ke dalang dan melihat video wayang Punakawan.

(11)

xi DAFTAR ISI

LEMBAR BERLOGO………i

HALAMAN SAMPUL………...i

PERSETUJUAN PEMBIMBING………...ii

PENGESAHAN KELULUSAN………..iii

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN………iv

MOTTO DAN PERSEMBAHAN………...v

KATA PENGANTAR………...vii

ABSTRAK………ix

DAFTAR ISI………...x

DAFTAR TABEL………...xiii

DAFTAR LAMPIRAN………...xiv

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah………..1

B. Rumusan Masalah………....4

(12)

xii

D. Penegasan Istilah….………....5

E. Manfaat Penelitian……….7

F. Metodologi Penelitian………8

G. Sistematika Penyusunan……….9

BAB II LANDASAN TEORI A. Pengertian Pendidikan Islam 1. Pengertian Nilai……….………..…...11

2. Pengertian Pendidikan Islam………...12

3. Ruang Lingkup Pendidikan Islam………....………...16

4. Pembelajaran Nilai Dalam Pendidikan Islam……….17

B. Pewayangan………...24

C. Punakawan………25

BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan dan Jenis Penelitian…………...………33

B. Kehadiran Peneliti……….33

C. Sumber Data……….34

D. Prosedur Pengumpulan Data………35

E. Analisis Data………36

(13)

xiii

G. Paparan Data Penelitian………39

BAB IV ANALISIS DATA

A. Paparan Data……….…………...………46

B. Temuan Penelitian……….46 1) Nilai-nilai Pendidikan Islam Dalam Ajaran Pewayangan

Punakawan………..44

2) Relevansi nilai-nilai Pendidikan Islam Dalam Ajaran Pewayangan

Punakawan………..54

3) Penerapan Nilai-nilai Pendidikan Islam dalam kehidupan Punakawan di masyarakat………..57

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan………60

B. Saran ……….61

DAFTAR PUSTAKA……….63

(14)

xiv

DAFTAR LAMPIRAN

1. Daftar Riwayat Hidup………

2. Lembar Konsultasi Skripsi……….

3. Proposal Skripsi……….

(15)

1 BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan agama Islam mempunyai peran yang sangat penting dalam kehidupan sehari-hari. Karena pendidikan agama Islam bersifat teoritis dan praktis. Selain untuk dipelajari pendidikan agama Islam juga untuk diamalkan dalam keseharian dimanapun dan kapanpun. Oleh karena itu dalam pengajaran dan pembelajaran yang dilakukan dalam setiap lembaga pendidikan harus pandai dalam menentukan dan pemilihan metode, media, alat pembelajaran.

Anak adalah titipan dari Allah yang sangat besar yang harus dijaga dan dididik sebaik mungkin oleh kedua orang tuanya. Seorang anak dilahirkan dalam keadaan suci, polos dan suci hatinya. Sebagaimana firman Allah

artinya “(Tetaplah atas) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia

menurut fitrah itu. Tidak ada perubahan pada fitrah Allah. (Itulah) agama

(16)

2

Apabila dilihat dari ayat di atas, Bahwa setiap manusiayang terlahir ke dunia ini telah dibekali oleh Allah SWT potensi-potensi untuk beriman kepada-Nya dan terhadap setiap apa yang diperintahkan Allah SWT, dan juga bahwa setiap manusia yang terlahir ke dunia diberi kekuatan untuk serta sarana-sarana untuk menjalankan tuntutan-Nya (menjalankan ajaran agama Islam secara menyeluruh), yang mana konsep tersebut berimplikasi secara pasti terhadap pendidikan Islam.

Usaha pendidikan agama Islam dalam suatu lembaga pendidikan adalah lingkungan pengembangan kepribadian yang shaleh dari apa yang telah ditanamkan oleh kedua orang tuanya saat di lingkungan keluarga. Pembentukan keimanan dan akhlak sejak usia dini sangat diperlukan, dan itu semua harus dimulai dari rumah dengan mengajarkan ayat-ayat Al Quran dan nilai-nilai tauhid sejak dini, sehinga hal itu dapat menjadi filter kehidupan sewaktu mereka masuk ke alam remaja. Pengajaran agama bertujuan untuk membentuk akhlak, sehingga segala perintah dan larangan agama bertujuan untuk membentuk akhlak.

(17)

3

didengar, dirasakan, dan yang dialami adalah suatu proses pembelajaran anak. (Suwardi, 2009:98)

Salah satunya dengan memperkenalkan budaya bangsa ini, yang mempunyai makna yang banyak untuk memperkuat kepribadian dan moral anak negeri, karena banyak hal yang bisa diambil pelajaran dari nilai-nilai yang terkandung.

Berbagai ragam budaya yang dimiliki bangsa ini sangatlah banyak, yang dapat dipelajari oleh masyarakat, juda bisa diamalkan makna yang terkandung dalam ragam budaya dalam keseharian. Tidak itu saja budaya negeri harus dilestarikan dan dijaga supaya tidak hilang di kehidupan mendatang. Budaya mempengaruhi moral anak negeri, supaya moral anak negeri tidak hancur seperti halnya sekarang sudah mulai luntur moral anak negeri ini.

(18)

4

(http://triscbn.wordpress.com), dengan wayang tersebut masyarakat pada saat itu tertarik karena wayang dipandang sangat unik, sehingga masyarakat tertarik untuk melihatnya.

Banyak sekali cerita pewayangan, dari Kurawa, Pandawa Lima, Ramayana, Mahabarata, dan Punakawan, dan yang lainnya. Sebelum zaman Wali Songo, wayang masih bercerita tentang Hindu, dan saat Wali Songo dimasukkanlah unsur-unsur Islam, seperti cerita para nabi, dan juga mewayangkan kisah para raja Majapahit, di antaranya cerita Damarwulan.

Banyak nilai-nilai pendidikan dalam tokoh pewayangan, seperti tokoh punakawan sebagai tokoh yang paling lucu, bentuk tubuhnya yang unik. Namun di balik itu semua, banyak nilai-nilai pendidikan yang tersirat dalam tokoh ini, mulai dari bentuk tubuhnya, dan kisah-kisahnya. Nilai-nilai pendidikan agama Islam itu dapat kita pelajari dari kisah dan tokoh tersebut. Wayang bisa dijadikan sebagai media pembelajaran yang sangat menarik, dana juga melestarikan budaya yang telah ada sejak zaman dahulu kala.

(19)

5 B. Rumusan Masalah

Mengacu pada latar belakang masalah tersebut, rumusan masalah penelitian ini, sebagai berikut:

1. Apa saja nilai-nilai pendidikan Islam dalam dalam kehidupan Punakawan di Pewayangan.?

2. Apa relevansi nilai-nilai pendidikan Islam dalam dalam kehidupan Punakawan di Pewayangan.?

C. Tujuan Penelitian

Sebagai konsekuensi dari permasalahan pokok, maka tujuan dari pembahasan ini adalah:

1. Untuk mengetahui nilai-nilai pendidikan Islam dalam kehidupan Punakawan di Pewayangan.

2. Untuk mengetahui relevansi niali-nilai pendidikan Islam dalam dalam kehidupan Punakawan di Pewayangan dalam masyarakat sekarang.

D. Penegasan Istilah

(20)

6

1. Nilai dapat berarti sifat-sifat, yang penting atau berguna bagi kemanusiaan (Poerwadarminta, 1982: 667). Dalam difinisi lain bahwa nilai adalah suatu penetapan atau suatu kualitas yang menyangkut suatu jenis apresiasi ataau minat. Sehingga nilai merupakan suatu otoritas ukuran dari subyak yang menilai, dalam artian koridor keumpamaan dan kelaziman dalam batas-batas tertentu yang pantas bagi pandangan individu dan sekelilingnya (Aziz, 2009: 120)

2. Secara etimologi kata pendidikan dalam bahasa Inggris disebut education

yang berasal dari bahasa Latin yaitu “educatum” yang tersusun atas dua

kata yaitu “E” dan “Duco”. Kata “E” berarti sebuah perkembangan dari

dalam ke luar atau dari sedikit menjadi banyak, sementara “Duco” berarti

perkembangan atau sedang berkembang. Dalam hal ini menunjukkan bahwa pengertian pendidikan adalah menjadi berkembang atau bergerak dari dalam keluar, atau dengan kalimat lain, pendidikan berarti proses mengembangkan kemampuan diri sendiri dan kekuatan individu. Secara termonologi Menurut KBBI, kata pendidikan berasal dari kata “didik” yang berarti memelihara dan memberi latihan (ajaran, tuntunan, pimpinan) mengenai akhlak dan kecerdasan pikiran. Kemudian kata “didik” ini

mendapat awalan “pe-“ dan akhiran “-an”, sehingga kata ini mempunyai

(21)

7

berintikan tauhid atau keesaan Tuhan yang diturunkan oleh Allah SWT kepada Nabi Muhammad Saw sebagai utusan-Nya yang terakhir dan berlaku bagi seluruh manusia, di mana pun dan kapan pun, yang ajarannya meliputi seluruh aspek kehidupan manusia. Pendidikan agama Islam menurut Ahmad D. Marimba memberikan pengertian bahwa pendidikan Islam adalah bimbingan jasmani dan rohani berdasarkan hukum-hukum Islam menuju kepada terbentuknya kepribadian utama menurut ukuran-ukuran Islam (https://islamiced.wordpress.com)

3. Wayang secara etimologi berasal dari kata „bayang-bayang‟. Awalnya Wayang ini digunakan untuk melakukan komunikasi dengan roh leluhur atau nenek moyang, dan perantaranya disebut dalang. Namun akhirnya berkembang menjadi sebuah sarana hiburan, pendidikan, media informasi maupun ajaran moral. Kata `wayang' berasal dari kata `wewayangan', yang artinya bayangan. dengan kenyataan pada pergelaran Wayang Kulit yang menggunakan kelir, secarik kain, sebagai pembatas antara dalang yang memainkan wayang, dan penonton melihatnya melalui di balik kelir itu.

(22)

8 E. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan memiliki signifikansi teoritis maupun praktis.

1. Secara teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi pada dunia pendidikan tantang nilai-nilai pendidikan apa yang harus diajarkan kepada anak-anak sehingga anak-anak akan tumbuh menjadi manusia yang sempurna.

2. Secara praktis

Hasil penelitian ini dapat memberikan manfaat bagi penulis, pembaca, orang tua dan pendidik, agar penanaman nilai-nilai pendidikan agama islam dilakukan sedini mungkin, melalui media dan media apapun yang sangat disukai anak, sebagai contohnya tokoh Pewayangan „Punakawan‟.

F. Metodologi Penelitian

1. Pendekatan Penelitian

(23)

9 a) Wawancara.

Penulis dalam menggunakan metode ini dengan cara melakukan dialog dengan narasumber yang terkait untuk memperoleh informasi yang terkait (Arikunta, 2010: 198). Wawancara dilaksanakan pada tanggal 9 September 2017 dengan seorang Dalang bernama Ki Sugeng beralamat Dusun Kenongo Desa Lemahireng Kecamatan Bawen.

b) Dokumentasi

Tidak kalah penting dari metode-metode lain adalah metode dokumentasi, yaitu mencari data mengenai hal-hal yang berupa catatan, transkip, buku, surat kabar, prasasti, notulen rapat, lengger, agenda, dan sebagainya (Arikunto, 2010: 201).

Dokumentasi berasal dari kata dokumen, yang artinya barang-barang tertulis. Metode dokumentasi berarti cara mengumpulkan data dengan mencatat data-data yang sudah ada. Elemen tentang sejarah wayang dan cerita-ceritanya

(24)

10

sebuah video dapat menggugah emosi audien. Oleh sebab itu video dapat berperan membentuk sikap individu dan sikap sosial.

G. Sistematika Penyusunan

Sistematika penyusunan dalam penelitian ini dibagi dalam lima (5) bab, setiap bab dirinci ke dalam sub bab sebagai berikut:

Bab I :Pendahuluan, pada bab ini akan diuraikan mengenai latar belakang masalah, perumusan masalah, penegasan istilah, tujuan penulisan dan manfaat penelitian, metodologi penelitian dan sistematika penyusunan.

Bab II : Landasan Teori, pada bab ini akan diuraikan mengenai pengertian nilai, pendidikan Islam, dan ajaran pewayangan “Punakawan”

Bab III : Metodologi Penelitian, Membahas tentang nilai-nilai pendidikan Islam dalam ajaran pewayangan “penakawan”

Bab IV : Analisis nilai-nilai pendidikan Islam dalam ajaran pewayangan “penakawan”

(25)

11 BAB II

LANDASAN TEORI

A. Pengertian Nilai-Nilai Pendidikan Islam

1. Pengertian Nilai

Menurut Thoha (1996:60-61) nilai adalah suatu kepercayaan yang berada dalan suatu ruang lingkup kehidupan dari seseorang terhadap orang lain yang bersifat abstrak, ideal, dan bukan benda konkrit. Dari pengertian tersebut dapat difahami bahwasannya nilai adalah suatu sifat yang melekat pada diri seseorang yang merupakan suatu kualitas dan ada tolok ukurnya, yang memberi makna kepada orang lain. Pendapat lain mengatakan bahwasannaya nilai adalah sumber kekuatan, karena mereka memberi kekuatan kepada orang-orang untuk bertindak (Scott, 2010:19).

Nilai Secara etimologi nilai berasal dari kata value (Inggris) yang berasal dari kata valere (Latin) yang berarti : kuat, baik, dan berharga. Dengan demikian secara sederhana, nilai (value ) adalah sesuatu yang berguna. Menurut Christoper Gleson, “nilai adalah suatu yang pantas untuk dibela atau diperjuangkan, suatu yang berharga dan demi serta terhadap nilai seseorang bersedia menderita, berkorban, mempertahankannya, bahkan bersedia mati.” Gleson (1997:) dari

(26)

12

penting dalam diri seseorang yang tidak akan pernah lepas sampai kapanpun.

Ada juga pendapat lain dari Eyre Richart dan Linda (1997 :xxiv-xxv) Nilai adalah kualitas-kualitas yang menguntungkan orang lain dan diri sendiri, yang diberikan sebanyak yang diterima dan yang diterima sebanyak yang diberikan yang menghasilkan suatu perilaku dan perilaku itu berdampak positif bagi yang menjalankan maupun bagi orang lain.

Jadi Pendidikan tidak harus merupakan suatu progam atau pelajaran khusus, seperti pelajaran menggambar atau bahasa Inggris, tetapi lebih merupakan suatu dimensi dari seluruh usaha pendidikan.

Nilai Pendidikan tidak hanya mau mengembangkan ilmu, ketrempilan, teknologi, tetapi juga ingin mengembangkan aspek-aaspek lainnya seperti: kepribadian, etik moral, dan lain-lain.

2. Pengertian Pendidikan Islam

Sebelum menginjak pembahasan yang lebih mendalam pengertian pendidikan Islam, penulis akan membahas terlebih dahulu tentang pengertian pendidikan.

(27)

13

Secara terminologi Menurut KBBI, kata pendidikan berasal dari kata “didik” yang berarti memelihara dan memberi latihan (ajaran,

tuntunan, pimpinan) mengenai akhlak dan kecerdasan pikiran. Kemudian kata “didik” ini mendapat awalan “pe-“ dan akhiran “-an”, sehingga kata ini mempunyai arti proses atau cara atau perbuatan yang mendidik.

Pendidikan berasal dari bahasa Yunani, Paedagogy, yang mempunyai arti seorang anak yang pergi dan pulang sekolah diantar seoran pelayan. Sedangkan dalam bahasa Inggris, dari kata to educate

yang artinya memperbaiki moral dan melatih intelektual (Suwarno, 2006:19). Pendidikan berasal dari kata “didik”, lalu mendapat kata tambahan awal me yang jadi “mendidik” yang mempunyai arti yang memelihara dan memberi latihan. Dalam memelihara dan memberi latihan diperlukan suatu atau adanya ajaran, tuntunan, dan pimpinan akhlak dan kecerdasan pikiran (Syah, 2004:10).

Dalam pengertian umum pendidikan dapat diartikan sebai pendewasaan manusia yang meliputi sifat, sikap, moral, kepribadian, watak, pemikiran yang lebih efektif. Adapun definisi yang lebih konkrit, Menurut Muhaimin (2008:37), yang dikutip dari Undang-Undang Nomor 2/1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional, bahwasannya “Pendidikan

(28)

14

bimbingan, pengajaran dan atau pelatihan bagi peranannya di masa yang akan datang.”

Arti Islam secara Etimologi dan Terminologi. Arti Islam secara etimologi adalah selamat, damai, dan tunduk. Arti Islam Terminologi adalah agama wahyu berintikan tauhid atau keesaan Tuhan yang diturunkan oleh Allah SWT kepada Nabi Muhammad Saw sebagai utusan-Nya yang terakhir dan berlaku bagi seluruh manusia, di mana pun dan kapan pun, yang ajarannya meliputi seluruh aspek kehidupan manusia. Dari difinisi di atas dapat diambil dua hal yang utama yakni “kedewasaan” dan “tanggung jawab”, kedewasaan dapat diartikan suatu kondisi

seseorang yang sudah akil balig atau sudah berusia cukup tua atau masih muda tetapi mempuanyai kecakapan sama dengan orang yang berusia cukup tua. Tanggung jawab yang dimaksud adalah mampu meneriama sebab dan akibat yang telah dilakukannya.

Pendidikan Islam mempunyai arti luas. Di sekolah-sekolah formal maupun non formal, pendidikan Islam sering diasumsikan pada studi agama seperti aqidah, fikih, hadits, tafsir, al Quran, tarikh Nabi, dan lain sebagainya. Arti pendidikan Islam menurut Rofiq (2009:20) “bimbingan

(29)

15

pembimbingan pengokohan jasmani dan rohani yang seimbang, yang kedua bimbingan tersebut yang bersumber dari Al-Qur‟an, as-sunnah, dan ijtihad, yang sesuai dengan ajaran Islam, dan yang ketiga, usaha tersebut yang bertujuan untuk membentuk kepribadian yang baik sesuai dengan nilai-niali Islam, dan menjadikan manusia seutuhnya (insan kamil) sesuai dengan norma Islam.

Menurut Chabib Thoha, pendidikan Islam adalah pendidikan yang falsafah dasar dan tujuan serta teori-teori yang dibangun untuk melaksanakan praktek pendidikan berdasarkan nilai-nilai dasar Islam yang terkandung dalam Al-Qur‟an dan hadits (Thoha, 1996:99). Dari pengertian tersebut tidah jauh beda dengan pengertian yang sebelumnya, yaitu sama-sama membentuk kepribadian manusia yang sesuai dengan ajaran Islam.

(30)

16 3. Ruang Lingkup Pendidikan Islam

Konsep pendidikan Islam mengacu pada kehidupan manusia yang seutuhnya, tidah hanya menyoroti atau mementingkan dari salah satu aspek pendidikan itu sendiri sepertihalnya dari aspek keyakinan (akidah), ritual (ibadah), norma-etika (akhlak) aja. Namun jauh lebih luas dan dalam dari dari semua hal tersebut. Pada dasarnya para pendidik Islam memiliki pandangan yang sama bahwasannya pendidikan islam mencakup berbagai bidang seperti: keagamaan, akidah dan amaliyah, akhlak dan budi pekerti, fisik-biologis, eksak, mental psikis, dan kesehatan. Dari penjelasan di depan maka dapat dinyatakan bahwa ruang lingkup pendidikan Islam meliputi:

a. Setiap proses perubahan yang menuju arah perkembangan dan kemajuan harus didasarkan pada ruh ajaran Islam

b. Perpaduan dari pendidikan akal (intelektual, rohani (spiritual), perasaan (emosi), mental dan jasmani.

c. Keseimbangan antara jasmani dan rohani, keimanan dan ketakwaan, pikir dan dzikir, ilmiah dan amaliah, materil dan spiritual, individu dan sosial, serta dunia dan akhirat.

(31)

17

memelihara, memanfaatkan, melestariakan, dan memakmurkan alam semesta (Roqib, 2009:22).

4. Pembelajaran Nilai dalam Pendidikan Islam

Kehidupan manusia tidak lepas dari nilai, dan nilai itu selanjutnya diinstitusikan. Institusional nilai yang terbaik adalah melalui upaya pendidikan. Hakekat pendidikan adalah proses transformasi dan internalisasi nilai. Proses pembiasaaan terhadap nilai, proses rekonstruksi nilai serta proses penyesuaian terhadap nilai (Muhaimin dan Mujib, 1993: 136-137).

Lebih dari itu fungsi pendidikan islam adalah warisan dan pengembangan nilai-nilai Islam serta memenuhi aspirasi masyarakat dan kebutuhan tenaga di semua tingkat dan bidang pembangunan demi terwujudnya kesejahteraan masyarakat. (Muhaimin dan Mujib, 1993: 138) Daripada itu nilai-nilai pendidikan Islam perlu ditanamkan pada anak sejak dini supayadapat mengetahui dan memahami nila-nilai agama dalam kehidupannya serta dapat merealisasikan dalam kehidupan sehari-hari.

Pokok-pokok pendidikan yang harus ditanamkan pada anak didik yaitu, keimanan, akhlak, ibadah.

a. Aqidah

(32)

18

(Zainuddin, 1991:97) iman adalah mengucapkan dengan lidah, mengakui benarnya dengan hati dan mengamalkan dengan anggota badan.

Pendidikan keimanan termasuk aspek pendidikan yang patut mendapat perhatian yang pertama dan utama dari orang tua. Memberikan pendidikan ini pada anak merupakan sebuah keharusan yang tidak boleh ditinggalkan. Pasalnya iman merupakan suatu pilar yang mendasari keislaman seseorang. Pembentukan iman harus diberikan kepada anak sejak dini, sejalan dengan pertumbuhan kepribadiannya. Niali-nilai keimanan harus mulai diperkenalkan pada anak dengan cara:

1) Memperkenalkan nama Allah SWT dan RasulNya

2) Memberikan gambaran tentang siapa pencipta alam raya ini melalui kisah-kisah teladan.

3) Memperkenalkan kemaha Agungan Allah SWT (Nippan; Halim, 2001:176)

(33)

19

Rasulnya, mengajarkan Al Qur‟an dan menanamkan nilai-nilai perjuangan dan pengorbanan (Hafidz, 1997:110).

Orang tua memiliki tanggung jawab mengajarkan Al Qur‟an pada anak-anaknya sejak kecil. Pengajaran Al Qur‟an mempunyai pengaruh yang besar dalam menanamkan iman yang kuat bagi anak. Pada saat pelajaran Al Qur‟an berlangsung secara bertahap mereka

mulai dikenalkan pada satu keyakinan bahwa Allah adalah tuhan mereka dan Al Qur‟an adalah firman-firmannya yang diturunkan

kepada Nabi Muhammad SAW.

Iman yang kuat dan tertanam dalam jiwa seseorang merupakan hal yang sangat penting dalam perkembangan pendidikan anak. Salah satu yang bisa menguatkan aqidah adalah anak memiliki nilai pengorbanan dalam dirinya demi membela aqidah yang diyakini kebenarannya (Hafidz, 1997:147). Semakin kuat nilai pengorbanannya akan semakin kokoh iman yang dimilikinya.

(34)

20

utama dari orang tua. Maka orang tua wajib mengarahkan anaknya agar sesuai dengan fitrahnya.

Memberikan pendidikan ini kepada anak merupakan sebuah keharusan yang tidak boleh ditinggalkan oleh orang tua dengan penuh kesungguhan. Pasalnya iman merupakan pilar yang mendasari keislaman seseorang.

Pembentukkan iman seharusnya diberikan kepada anak sejak dalam kandungan, sejalan dengan pertumbuhan kepribadiannya. Berbagai hasil pengamatan pakar kejiwaan menunjukkan bahwa janin di dalam kandungan telah mendapat pengaruh dari keadaan sikap dan emosi ibu yang mengandungnya (Daradjat, 1993: 55).

Nilai-nilai keimanan yang diberikan sejak anak masih dini, dapat mengenalkannya pada Tuhannya, bagaimana ia bersikap pada Tuhannya dan apa yang mesti diperbuat di dunia ini. Sebagaimana dikisahkan dalam Al- Qur‟an tentang Luqmanul Hakim adalah orang yang diangkat Allah sebagai contoh orang tua dalam mendidik anak, ia telah dibekali Allah dengan keimanan dan sifat-sifat terpuji. Orang tua sekarang perlu mencontoh Luqman dalam mendidik anaknya, karena ia sebagai contoh baik bagi anak-anaknya. Perbuatan yang baik akan ditiru oleh anak-anaknya begitu juga sebaliknya.

(35)

21

diharapkan bahwa kelak ia akan tumbuh dewasa menjadi insan yang beriman kepada Allah SWT. Melaksanakan segala perintah-Nya dan menjauhi segala larangan-Nya. Dengan keimanan yang sejati bisa membentengi dirinya dari berbuat dan berkebiasaan buruk.

b. Pendidikan Ibadah

Ibadah semacam kepatuhan dan sampai batas penghabisan, yang bergerak dari perasaan hati untuk mengagungkan kepada yang disembah. Kepatuhan yang dimaksud adalah seorang hamba yang mengabdikan diri pada Allah SWT. Ibadah merupakan bukti nyata bagi seorang muslim dalam meyakini dan mempedomani aqidah Islamiyah. Sejak dini anak-anak harus diperkenalkan dengan nilai-nilai ibadah dengan cara :

1) Mengajak anak ke tempat ibadah 2) Memperlihatkan bentuk-bentuk ibadah 3) Memperkenalkan arti ibadah

4) Melakukan pembinaan shalat 5) Pembinaan mengenai ibadah puasa 6) Pembinaan mengenai ibadah

7) Pembinaan mengenai ibadah (Hafizh, 1997:28)

(36)

22

keimanannya. Sehingga pendidikan anak dalam beribadah dianggap sebagai penyempurna dari pendidikan aqidah.

Pembinaan ketaatan pada anak juga dimulai dalam keluarga, kegiatan ibadah yang dapat menarik bagi anak yang masih kecil adalah yang mengandung gerak. Anak-anak suka melakukan soholat, meniru orang tuanya kendatipun ia tidak mengerti apa yang dilakukannya itu (Daradjat, 1993: 60-61). Nilai pendidikan ibadah bagi anak akan membiasakannya melaksanakan kewajibannya.

Ibadah merupakan tujuan hidup manusi diciptakan-Nya dimuka bumi. Pendidikan ibadah merupakan salah satu aspek pendidikan islam yang perlu diperhatikan. Semua ibadah dalam islam bertujuan membawa manusia supaya selalu ingat kepada Allah. Oleh karena itu. Allah berfirman dalam surat Adz- Dzariyat ayat 56:

(37)

23

hanya melaksanakan shalat saja, melaikan dalam arti yang sangat laus seperti halnya berdakwah, membantu orang, sedekah, dsb.

c. Pendidikan akhlak

Kata Akhlak berasal dari bahasa Arab, dari khuluq yang menurut bahasa berarti “adab atau etika yang mengendalikan seseorang dalam bersikap dan bertindak.” Adapun definisi akhlak

menurut istilah ialah kehendak jiwa manusia yang menimbulkan perbuatan dengan mudah karena kebiasaan, yang dapat dibina serta dapat diciptakan dalam diri masing-masing pribadi (hafizh, 1997:178). Dengan demikian dari pengertian pendidikan dan akhlak di atas dapat disimpulkan bahwa pendidikan akhlak adalah usaha sadar dan tidak sadar yang dilakukan oleh seorang pendidik untuk membentuk tabiat yang baik pada seorang anak didik, sehingga terbentuk manusia yang taat kepada Allah. Pembentukan tabiat ini dilakukan oleh pendidik secara terus menerus dengan tidak ada paksaan dari pihak manapun.

Pendidikan akhlak adalah pendidikan budi perkerti, dilihat dari segi pembiasaan seseorang dengan sifat-sifat yang baik dan sifat yang terpuji, seperti: jujur, menghormati orang lain, ikhlas, suka beramal, berani dalam kebenaran dan sebagainya.

(38)

24

hubungan dengan segala yang terdapat dalam wujud dan kehidupan ini bahkan juga mengatur hubungan manusia dengan tuhannya.

B. Pewayangan

Wayang merupakan salah satu dari seni budaya bangsa Indonesia yang paling menonjol di antara banyak karya budaya lainnya. Budaya wayang meliputi seni peran, seni suara, seni musik, seni tutur, seni sastra, seni lukis, seni pahat, dan juga seni perlambang. Budaya wayang, yang terus berkembang dari zaman ke zaman, juga merupakan media penerangan, dakwah, pendidikan, hiburan, pemahaman filsafat, serta hiburan. Yang mendapatkan pengakuan dari UNESCO pada tanggal 7 Novembe 2003.

Wayang dikenal oleh bangsa Indonesia sudah sejak dahulu, karena nenek moyang kita percaya bahwa setiap benda hidup mempunyai roh/jiwa, ada yang baik dan ada yang jahat.(http://umum.kompasiana.com/2009)

Dari pengamatan para ahli wayang asal usul wayang ada dua pendapat.

Pertama, pendapat bahwa wayang berasal dan lahir pertama kali di Pulau Jawa, tepatnya di Jawa Timur. Pendapat ini selain dianut dan dikemukakan oleh para peneliti dan ahli-ahli bangsa Indonesia, juga merupakan hasil penelitian sarjana-sarjana Barat. Di antara para sarjana Barat yang termasuk kelompok ini, adalah Hazeau, Brandes, Kats, Rentse, dan Kruyt.

(39)

25

khususnya orang Jawa. Panakawan, tokoh terpenting dalam pewayangan, yakni Semar, Gareng, Petruk, Bagong, hanya ada dalam pewayangan Indonesia, dan tidak di negara lain. Selain itu, nama dan istilah teknis pewayangan, semuanya berasal dari bahasa Jawa (Kuna), dan bukan bahasa lain. Sementara itu, pendapat kedua menduga wayang berasal dari India, yang dibawa bersama dengan agama Hindu ke Indonesia. Mereka antara lain adalah Pischel, Hidding, Krom, Poensen, Goslings, dan Rassers. Sebagian besar kelompok kedua ini adalah sarjana Inggris, negeri Eropa yang pernah menjajah India (http://budayawayangkulit.blogspot.com/2009).

C. Punakawan

Pada umumnya para panakawan ditampilkan dalam pementasan wayang , baik itu wayang kulit , wayang golek , ataupun wayang orang sebagai kelompok penebar humor untuk mencairkan suasana. Namun di samping itu,para panakawan juga berperan penting sebagai penasihat nonformal kesatria yang menjadi asuhan mereka.

Istilah panakawan berasal dari kata pana yang bermakna "paham", dan kawan yang bermakna"teman". Maksudnya ialah, para panakawan tidak hanya sekadar abdi atau pengikut biasa, namun mereka juga memahami apa yang sedang menimpa atau yang terjadi pada majikan mereka

(http://budayawayangkulit.blogspot.com/2009). Bahkan seringkali mereka

(40)

26

dari keberadaan panakawan adalah sebagai kelompok penebar humor di tengah-tengah jalinan cerita. Tingkah laku dan ucapan mereka hampir selalu mengundang tawa penonton. Selain sebagai penghibur dan penasihat, adakalanya mereka juga bertindak sebagai penolong majikan mereka di kala menderita kesulitan. Misalnya, sewaktu Bimasena kewalahan menghadapi Sangkuni dalam perang Baratayuda, Semar muncul memberi tahu titik kelemahan Sangkuni. Dalam percakapan antara para panakawan tidak jarang bahasa dan istilah yang mereka pergunakan adalah istilah modern yang tidak sesuai dengan zamannya. Namun hal itu seolah sudah menjadi hal yang biasa dan tidak dipermasalahkan. Misalnya, dalam pementasan wayang, tokoh Petruk mengaku memiliki mobil atau handphone , padahal kedua jenis benda tersebut tentu belum ada pada zaman pewayangan.

Punakawan dapat pula diartikan seorang pengasuh, pembimbing yang memiliki kecerdasan fikir, ketajaman batin, kecerdikan akal-budi, wawasannya luas, sikapnya bijaksana, dan arif dalam segala ilmu pengetahuan. Ucapannya dapat dipercaya, antara perkataan dantindakannya sama, tidaklah bertentangan. Khasanah budaya Jawa menyebutnya sebagai „tanggap ing sasmita, lan limpat pasang ing Grahita‟. Dalam istilah

(41)

27

Dalam cerita pewayangan Jawa, punakawan tersebut dibagi menjadi dua kelompokyang masing-masing memiliki peranan yang samasebagai penasehat spiritual dan politik, namun masing-masing mengasuh tokoh yangkarakternya saling kontradiksi. Kelompok Ki Lurah Semar Badranaya. Kelompok ini terdiri Semar, Gareng, Petruk, dan Bagong. Mereka menggambarkan kelompok punakawan yang jujur, sederhana, tulus, berbuat sesuatu tanpa pamrih, tetapi memiliki pengetahuan yang sangat luas, cerdik, dan mata batinnya sangat tajam. Ki Lurah Semar, khususnya, memiliki hati yang “nyegoro” atau seluas samudra serta kewaskitaan dan kapramanan -nya

sedalam samudra. Hanya satria sejati yang akan menjadi asuhan Ki Lurah Semar. Semar hakekatnya sebagai manusia setengah dewa, yang bertugas mengemban/ momong para kesatria sejati.

(42)

28

adalah kehendak Tuhan. Para kesatria yang diasuh oleh Ki Lurah Semar sangat beruntung karena negaranya akan menjadi adil makmur, gamah ripah, murah sandang pangan, tenteram, selalu terhindar dari musibah. Ki Lurah Semar selalu dituakan dan dipanggil sebagai kakang, karena dituakan dalam arti kiasan yakni ilmu spiritualnya sangat tinggi, sakti mandraguna, berpengalaman luas dalam menghadapi pahit getirnya kehidupan. Bahkan para Dewa pun memanggilnya dengan sebutan “kakang”.

Dari tokoh tokoh punakawan banyak hal yang mengajarkan berbudi luhur, menanamkan ketuhan atu ketauhidan yang kokoh sebagai pondasi dalam menjalani kehidapan kelak, supaya tidak menjadi orang yang sombong, bertindak tidak usah tergesa-gesa atau berhati-hati, dan mengajarakan supaya bisa membedakan mana yang baik dan buruk. Penjelasan dari masing-masing tokoh punakawan.

1. Semar

Semar dari kata samar, kenyataan wujud Kyai Lurah Semar itu tersamar, banyak yang mengatakana pria namun wajahnya seperti wanita, biala disebut wanita jelas-jelas perawakannya jelas pria. Makanya banyak yang salah menduga, dikarenakan mempunyai hidung kecil mempesona, mata basah mempesona, dan lain-lain yang serba mempesona.

(43)

29

penuh denagn keunikkan. Semar merupkan perantara anra dunia manusia dengan dunia para dewa, penghubung dunia jiwa dengan dunia nyata. Semar yang melambangkan kearifan dan kebenaran. Ke benaran yang bersifat hakiki dan kearifan yang bersifat fitrah dan alam manusia.

“Semar berasal dari kata Samara (bergegas). Semar merupakan pusat dari punakawan sendiri dan asal usul dari

keseluruhan punakawan itu sendiri. Semar disegani oleh kawan

maupun lawan Semar menjadi rujukan para kesatria untuk

meminta nasihat dan menjadi tokoh yang dihormati. Namun

karakter tetap rendah hati, tidak sombong, jujur, dan tetap

mengasihi sesame dapat menjadi contoh karakter yang baik.

Penuh kelebihan tetapi tidak lupa diri karena kelebihan yang

dimiliki.”(yokimirantiyo.blogspot.com)

Semar digambarkan dengan jari telunjuk seolah menuding, melambangkan karsa/keinginan yang kuat untuk menciptakan sesuatu. mata yang menyipit juga melambangkan ketelitian dan keseriusan dalam menciptakan.

(44)

30

(sopan santu), hidup rukun, gotong royong, mencegah perbuatan tercela melakukan perbuatan yang terpuji, dan melakukan apa yang menjadi kewajiban manusia (halal/haram).

2. Nala Gareng

Gareng adalah anak Semar yang berarti pujaan atau didapatkan dengan memuja. Nala gareng adalah seorang yang tak pandai bicara, apa yang dikatakannya kadang - kadang serba salah. Tetapi ia sangat lucu dan menggelikan. Nala gareng merupakan tokoh punakawan yang memiliki ketidaklengkapan bagian tubuh. Nala gareng mengalami cacat kaki, cacat tangan, dan mata. Karakter yang disimbolkan adalah cacat kaki menggambarkan manusia harus berhati-hati dalam menjalani kehidupan. Tangan yang cacat menggambarkan manusia bisa berusaha tetapi Tuhan yang menentukan hasil akhirnya. Mata yang cacat menunjukkan manusia harus memahami realitas kehidupan. Kita tidak boleh menyerah.bagaimanapun kita sudah berusaha.apapun hasilnya,pasrahkan padaNya (yokimirantiyo.blogspot.com).

3. Petruk

(45)

31

panjang, biasanya akan mengalami penyesalan di akhir. Petruk merupakan tokoh yang nakal dan cerdas, serta bermuka manis dengan senyuman yang menarik hati, pandai berbicara, dan juga sangat lucu. Ia suka menyindir ketidakbenaran dengan lawakan-lawakannya. dengan tangan dan kaki yg panjang, tubuh tinggi langsing, hidung mancung, wujud dari cipta, yang kemudian diberi rasa, sehingga terlihat lebih indah

(yokimirantiyo.blogspot.com).

Petruk adalah seorang pelayan tapi bukan seorang penjilat, dan tidak sombong, tidak angkuh, pantang menyerah, dan masih banyk lagi sifat-sifat yang lainnya. selain itu peteuk juga mengajarkan tidak boleh menari musuh, tidak boleh mencela dengan sesama, semar juga mengajarkan untuk selalu bersyukur atas apa yang di berikan oleh Tuhan Yang Maha Esa atas nikmat yang telah diberikan, dan juga tidak boleh menghambur hamburkan uang untuk senang membeli sesuatu yang kurang penting, boros, melainkan mengarjankan untuk saling berbagi dengan sesama. Petruk ngajar ke dadi wong ora ntuk grusa-grusu “tergesa-gesa” mengko mundak nyesel neng mburine.

4. Bagong

(46)

32

seperti halnya Semar. Namun seperti anak-anak semar yang lain, Bagong juga suka bercanda bahkan saat menghadapi persoalan yang teramat serius. serta memiliki sifat lancang dan suka berlagak bodoh. Ia juga sangat lucu. Karakter yang disimbolkan dari bentuk bagong adalah manusia harus sederhana, sabar, dan tidak terlalu kagum pada kehidupan di dunia (yokimirantiyo.blogspot.com).

(47)

33 BAB III

METODE PENELITIAN

1. Pendekatan dan jenis penelitian

Jenis penelitian yang digunakan oleh penulis adalah jenis penelitian kualitatif. Yang dapat diartikan sebagai penelitian yang tidak menggunakan perhitungan. Penelitian kualitatif menurut Kirk dan Milner adalah tradisi tertentu dalam ilmu pengetahuan sosial yang secara fundamental bergantung pada pengamatan manusia dalam kawasannya sendiri dan berhubungan dengan orang-orang tersebut dalam bahasannya dan peristilahannya (Moloeng, 2008:4).

Sedangkan penelitian kualitatif menurut Bodgan dan Taylor mendefinisikan “Metodologi Kualitatif” sebagai prosedur penelitian yang

menghasilkan hasil deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati (Moloeng, 2008: 4).

2. Kehadiran Peneliti

(48)

34

lapangan sebagai tolak ukur keberhasilan untuk memahami kasus yang ditelit, sehingga keterlibatan peneliti secara langsung dan aktif dengan informan atau sumber data lainnya di sisn mutlak diperlukan.

3. Sumber Data

Ada dua sumber data yang digunakan oleh peneliti yaitu:

a. Data Primer

Yaitu data yang dapat diperoleh langsung dari lapangan atau tempat penelitian. Kata-kata dan tindakan merupakan sumber data yang diperoleh dari lapangan dengan mengamati atau mewawancarai. Peneliti menggunakan data ini untuk mendapatkan informasi langsung tentang nilai – nilai pendidikan Islam dalam pewayangan Punakawan. Adapun sumber data langsung penulis dapatkan dari pembinaan dalang atau video.

b. Data Sekunder

(49)

35 4. Prosedur Pengumpulan Data

a. Wawancara

Wawancara adalah percakapan langsung dan tatap muka dengan maksud tertentu. Percakapan itu dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewancara (interviewer) yang mengajukan pertanyaan dan yang diwawancarai (interview) yang memberikan jawaban atas pertanyaan itu (Suprayogo & Tobroni, 2003:172). Adapun teknik ini penulis gunakan untuk mencari data tentang nilai – nilai pendidikan Islam dalam pewayangan Punakawan.

b. Observasi

Observasi merupakan salah satu metode utama dalam penelitian sosial keagamaan terutama pada penelitian kualitatif. Secara umum observasi adalah penglihatan atau pengamatan. Sedangkan secara khusus dalam dunia penelitian, observasi adalah mengamati dan mendengar dalam rangka memahami, mencari jawab, mencari bukti terhadap fenomena sosial-keagamaan selama beberapa waktu tanpa mempengaruhi fenomena yang diobservasi, dengan mencatat, merekam dan memotret guna penemuan data analisis (Suprayogo & Tobroni, 2003:167).

c. Dokumentasi

(50)

36

surat-surat, catatan harian, cenderamata, laporan, artefak, foto dan sebagainya. Sifat utama data ini tidak terbatas pada ruang dan waktu sehingga memberi peluang kepada peneliti unutk mengetahui hal-hal yang pernah terjadi diwaktu silam. Teknik ini penulis gunakan untuk memuat data atau data gambar tentang nilai – nilai pendidikan Islam dalam pewayangan Punakawan.

5. Analisis Data

Terdapat tiga teknik analisasi data kualitatif yaitu reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan. Proses ini berlangsung terus menerus selama penelitian berlangsung, bahkan sebelum data benar-benar terkumpul.

1) Reduksi Data

Reduksi data merupakan salah satu dari teknik data kualitatif. Reduksi data adalah bentuk analisis yang menajamkan, menggolongkan, mengarahkan, membuang yang tidak perlu dan mengorganisasi data sedemikian rupa sehingga kesimpulan akhir dapat diambil.

2) Penyajian Data

(51)

37 3) Penarikan Kesimpulan

Penarikan kesimpulan merupakan salah satu dari teknik data kualitatif. Penarikan kesimpulan adalah hasil analisis yang dapat digunakan untuk mengambil tindakan.

Tujuan analisis data yaitu agar peneliti mendapat makna variable-variabel sehingga dapat digunakan untuk menjawab masalah yang dirumuskan dalam penelitian. Prinsip pokok teknik analisis data kualitatif ialah mengelola dan menganalisis data-data yang terkumpul menjadi data yang sistematik, teratur, terstruktur dan mempunyai makna (www.pengertianpaakar.com).

6. Pengecekan Keabsahan Data

a. Triangulasi Sumber Data

(52)

38 b. Triangulasi Teknik

Dilakukan dengan cara membandingkan informasi atau data dengan cara berbeda. Sebagaimana dikenal, dalam penelitian kualitatif peneliti menggunakan metode wawancara, observasi, dan survei. Untuk memperoleh kebenaran informasi yang handal dan gambaran yang utuh mengenai informasi tertentu, peneliti bisa menggunakan metode wawancara bebas dan wawancara terstruktur. Atau penenilti menggunakan wawancara dan observasi atau pengamatan untuk mengecek kebenarannya.

Selain itu peneliti juga bisa menggunakan informan yang berbeda untuk mengecek kebenaran informasi tersebut. Melalui berbagai perspektif atau pandangan diharapkan diperoleh hasil yang mendekati kebenaran. Karena itu, triangukasi tahap ini dilakukan jika data atau informasi yang diperoleh dari subjek atau informan penelitian diragukan kebenarannya. Dengan demikian, jika data itu sudah jelas, misalnya berupa teks atau naskah/transkip film, novel dan sejenisnya, triangulasi tidak perlu dilakukan. Namun demikian, triangulasi aspek lain tetap dilakukan.

c. Triangulasi Waktu

(53)

39

observasi, atau teknik lain dalam waktu atau situasi yang berbeda, maka dilakukan secara berulang-ulang sehingga ditemukan kepastian datanya. Triangulasi dapat juga dilakukan dengan cara mengecek hasil penelitian, dari tim peneliti lain yang diberi tugas melakukan pengumpulan data. Tujuan penelitian kualitatif memang bukan semata-mata mencari kebenaran, tetapi lebih pada pemahaman subjek terhadap dunia sekitar

(http://dinarpratama.wordpress.com).

7. Paparan Data Penelitian

Untuk mengetahui nilai pendidikan Islam dalam kehidupan Punakawan di Pewayangan., dapat didasarkan pada beberapa pendapat sumber informasi yaitu dari dalang dan video wayang Punakawan. Setidaknya, hasil wawancara dengan dalang dan hasil dari video dapat menjadi bentuk perwakilan informasi tentang nilai-nilai pendidikan Islam dalam kehidupan Punakawan di Pewayangan..

Adapun sumber datanya (informan) yaitu ; 1. Ki Sugeng (dalang)

2. Video wayang (Semar Mbangun Kayangan)

(54)

40

1. Dialog/wawancara dengan dalang (bapak Sugeng, Dusun Kenanga Desa Lemahireng)

Peneliti : Pesan/nilai pendidikan Islam apa yang disampaikan tokoh Punakawan Semar, Petruk, Gareng dan Bagong dalam pewayangan?

Pak Sugenng :“Semar, menyampaikan atau berpesan kepada

penonton(manusia) hidup di dunia itu harus; Menjalankan rukun Islam(menjadi muslim yang baik), Seorang muslim harus mempunyai sopan santun, suka

menolong, tidak boleh sombong(riya‟), Jika jadi

peminpin jangan lupa dengan yang dibawah sebaliknya juga jika dibawah jangan lupa dengan yang diatasnya, pemimpin harus bisa mengayomi, manusia harus bersyukur atas segala sesuatu yang diberikan oleh Tuhan”.

Peneliti : Sekarang yang nilai pendidikan Islam yang disampaikan Petruk Pak?

Pak Sugeng :“Kalau Petruk itu menyampaikan; harus realistis

dalam menyikapi masalah hidup di dunia ini, patuh terhadap orang tuanya, manusia harus berusaha ikhlas dalam beramal apapun, pasrah kepada Allah SWT, jika jadi pemimpin harus bijaksana, manusia tidak boleh

angkuh dan manusia harus jujur.”

Peneliti : Masih dua tokoh punakawan pak, sekarang yang disamapaikan oleh Gareng pak?

Pak Sugeng :“Gareng, manusia dalam bersosialisasi dengan sesama

(55)

41

berbicara, jangan iri kepada orang lain dan jangan

mengambil hak orang lain(mencuri/korupsi)”.

Peneliti : Sekarang yang tokoh yang terakhir pak yaitu Bagong?

Pak Sugeng :“Kalau Bagong pesannya, manusia harus mencari

ilmu sebanyak-banyaknya, carilah bekal untuk hidup di akhirat karena kehidupan di akhirat adalah kekal, dan berani mengkritik penguasa atau pemimpin artinya manusia harus berani membela atau memperjangkan

kebenaran. Itu yang disamapaikan Bagong”.

Peneliti : Apakah yang disamapaikan tokoh-tokoh punakawan dalam setiap lakon juga sama dengan apa yang disamapaikan bapak diatas?

Pak Sugeng :“Pada dasarnya ya sama, akan tetapi bahasa atau

narasinya yang berbeda, tapi pada intinya sama.”

Peneliti : Jadi setiap pertunjukan kesenian wayang kulit pasti ada tokoh Punakawan yang selalu memberikan pesan pendidikan?

Pak Sugeng :“Ya tergantung lakonnya, akan tetapi tokoh

Punakawan pasti ada dan muncul untuk memberikan pesan-pesan kehidupan bagi manusia. Karena pertunjukan wayang pasti ada unsur-unsur ajaran

pendidikan.”

2. Dialog yang terdapat di video dalam lakon “Semar Mbangun Kayangan”

Petruk : “saat saya datang di tanah wonogiri, taubat, sangat terlihat kerukunan bermasyarakat di tanah jati serono”.

(56)

42

Petruk : ”seperti, terlihat saat bekerja tidak ada yang merasa unggul

dan tidak ada yang merasa di unggulkan, semua pada ingat pada kewajibannya sendiri-sendiri, mas gareng”.

Gareng : “kamu ini merendah-rendahkan dan membaik-baikkan, serta

tidak membicarakan kejelekannya sama sekali ini gimana”.

Petruk : “sebab itu saya berbicara merendahkan, supaya orang-orang mengambil hikmahnya menjadi pengikut dan petunjuk kepada illahi, moga-moga bicaraku ini di ijabah dan diridhoi oleh Allah. Dan tanah disini bisa terwujud seperti yang saya bicarakan tadi mas. Orang yang beriman mendoakan orangkan dengan doa yang baik-baik kan? Bila seseorang dicari kejelekannya maka tidak ada benarnya kan mas? Kan

orang sebagai khalifah itu tidak ada yang benar”.

Bagong : “saya menggaris bawahi apa yang di bicarakan oleh petruk

mas gareng”.

Gareng : “yang mana?”

(57)

43

egonya masing-masing,yang ada di atas jangen melupakan yang dibawah, yang kuat dan yang besar jangan meremehkan

yang kecil”.

Petruk : “orang kalau di ajak naik gunung emang susah, tapi kalu di

ajak jatuh ke jurang wah cepat sekali. Seperti itu memang berguna untuk menguji mental apakah mentalnya lurus, tegar,

dan tidak goyang seperti yang di omongkan bagong tadi”.

Semar : “orang itu harus bias menjaga keluarganya

(quuanfusikum)”.

Gareng : “aku punya tetatangga punya putri yang mau di lamar laki -laki yang bernama yanto, putri nya bernama istiqomah, ayahnya yanto itu berbicara kepada yanto kenapa mau menikahi istoqomah padahal miskin, kemudian yanto menjawab, istiqomah itu cucunya pak karto , kemudian

Gareng : “ya berpengaruh, makanya harimau mati meninggalkan kulit,

gajah mati meninggalkan gading”.

Semar : “makanya setan dan jin itu musuh Nabi Adam sampai

keturunannya (innahu lakum adu wummubiin) yang tidak berhati-hati orang yang punya drajatnya hilang maka akan

jadi makhluk yang paling hina”.

Sesaji rojo suryo

Semar : “ada empat pilar yang harus dimiliki seorang pemimpin,

(58)

44

emosi, keempat jiwa (mencintai tetangga, agama, keluarga,

dan likuk biruk nya, itu merupakan sebuah demokrasi)”.

Semar : “saya dan anak saya gareng petruk bagong, dapat

penghormatan, saya ini sangat tersanjung bisa bertemu sama dengan disini, saya memembri hormat bakti saya, dari

pembantu semar semoga diterima oleh tuanku puntho dewa”.

Puntha dewa: “kakak semar jangan di ambil hati jika penghormatanmu

tidak bisa saya terima”.

Petruk : “gong, di hormati kyai semar belum diterima gong”.

Bagong : “pemimpin yang baik ya seperti itu, sebab semar itu

Bagong : “makanya yag mastur dan yang mashur harus

jadi satu membuat negara yang “baldatun thoyibatun warobbun ghofur” ”.

Petruk : “oh begitu ya gong?”

Bagong : “jangan antara bawahan dan atasan

bertengkar, ktp cepat diselesaikan, kasian yang mau menikah, pindah rumah, mau meminjam dibank, dan yang lainnya”.

Semar : “saya ya mengucapkan syukur punya pemimpin seperti aden,

yang bisa merasa dan mengerti. Memang benar pangkat dicari, pangkat yang paling tinggi adalah pensiun dan gelar yang paling lebar adalah almarhum. Saya ambil dari

ajarannya Syeh Siti Jenar di kitab ma‟rifat jawa, orang

meninggal khusnul khatimah itu ada cirinya yaitu orang yang meninggalkan air setetes yang harum baunya dan hidup seperti lidi laki-laki yang tegak seperti payung besar yang bisa melindungi minimal melindungi keluarganya “quanfusakum

wa ahlikum narra,” jadi seumpama tuan berkata seperti tadi,

(59)

45

menyaksikan atas sejarah para nenek moyangnya. Kemarin

ada apa reng tolong di ceritakan”.

Semar : “sebab itu gus, sombong itu hanya dipakai oleh Allah Swt.

Tidak boleh dipakai oleh para manusia, nanti saya ceritakan ini ada makhluk yang bernama Azazil, Makhluk Azazil ini di sayang sama tuhan yang membuat dunia ini yaitu Allah, tidak di sayang gimana makhluk yang namanya Azazil ini itu dikasih penghargaan di langit sab satu di kasih bendera yang

bertuliskan al abid (pengikut yang rajin ibadah)”.

Petruk : “semar tadi membaca apa tidak gong?”

Bagong : “tidak, nasihat ok membaca, nasehat itu dihafalkan apa lagi

dilaksanakan jadi keluarnya itu dari hati,kalau membaca naskahnya pas hilang ya bingung sendiri”.

Semar : “di langit sab tigaada bendera yang bertuliskan Syaidul

Malaikat jadi komandan malaikat itu lamanya 30000 tahun, itu Azazil. Tawaf di Baitul Makmur bersama malaikat-malaikat 14000 tahun, bertempat tinggal di surga menjadi Syaidul Malaikat bersama malaikat Qurabiyun lamanya 40000 tahun, bertempat tinggal di surga. Saat berada di langit sab tujuh ada bendera penghaargaan kanggo makhluk Azazil yang bertulisakan al izroillah, makhluk Azazil di kasih wewenang Allah ikut memberi tanda , dan diberi hak untuk mencabut nyama manusia seperti malaikat Izroil. Tetapi saat Nabi Adam As. di ciptakan semua makhluk di perintahkan Allah untuk bersujud kepada Nabi Adam As. Sujud itu sujud hormat bukan sujud sembah, yang akan di nobatkan sebagai khalifah di bumi, semuanya pada sujud yang tidak mau sujud Cuma Azazil, alasanya masuk akal, aku ini makhluk yang mulia yang bisa masuk surga dan thawaf dibaitul makmur bersama malaikat Qurrabiyun. Kenapa harus hoirmat kepada nabi adam yang di buat dari bahan tanah yang paling rendah, azazil lupa kalau yang memberi gelar dan pangkat yaitu Allah. Karena membantah perintah Allah semua gelar dan bendera di cabut dan azazil di buang di bumi nama nya menjadi iblis dan

(60)

46 BAB IV

ANALISIS DATA

1. Paparan Data

Untuk mengetahui nilai pendidikan Islam dalam kehidupan Punakawan di Pewayangan., dapat didasarkan pada beberapa pendapat sumber informasi yaitu dari dalang dan video wayang Punakawan. Setidaknya, hasil wawancara dengan dalang dan hasil dari video dapat menjadi bentuk perwakilan informasi tentang nilai-nilai pendidikan Islam dalam kehidupan Punakawan di Pewayangan..

Adapun sumber datanya (informan) yaitu ; 1. Ki Sugeng (dalang)

2. Video wayang (Semar Mbangun Kayangan) 2. Temuan Penelitian

a) Nilai-nilai Pendidikan Islam dalam kehidupan Punakawan di Pewayangan.

(61)

47

kesenian, unsur utama wayang adalah hiburan yang diselipi tentang ajaran atau tuntunan-tuntunan hidup atau nilai-nilai pendidikan Islam terutama bagi masyarakat Jawa yang beraga Islam dalam peran “punakawan”.

Punakawan mengajarkan manusia untuk selalu berbuat kebijakan, antara lain: 1. Selalu menuntun kepada Allah SWT (beriman).

2. Tidak boleh riya‟

3. Sesama manusia itu harus tolong menolong, manusia satu dengan yang lainnya saling membutuhkan.

4. Manusia yang di atas jangan melupakan yang di bawah, dan yang di bawah jangan melupakan yang di atas.

5. Orang itu harus bisa menjaga keluarganya. 6. Selalu membantu anak yatim.

7. Orang yang punya derajat tapi tidak hati-hati maka akan jadi orang atau makhluk yang paling hina.

8. Harus selalu bersyukur kepada Allah SWT.

9. Serta ada empat pilar yang harus dimilki seorang khalifah (pemimpin) yaitu :

1) Hati samudra (karakter hati yang baik)

(62)

48

4) Jiwa yang baik (iman kepada Allah SWT, mencintai keluarga, mencintai tetangga, dan mengutamaka kemaslahatan rakyat.

Punakawan dalam menanamkan karakter pada dasarnya mengajarkan manusia selalu mengutamakan beberapa hal untuk menjadi pedoman hidup, yaitu :

1. Keimanan

Dalam ajaran Islam terdapat enam rukun iman yaitu iman kepada Allah, iman kepada kitab-kitab Allah, ian kepada para malaikat Allah, iman kepada para nabi Allah, iman kepada hari kiamat, iman kepada qada dan qadar.

Punakawan semar sejatinya merupakan dewa mengejawantah, maka simboliknya mengajarkan kepada manusia untuk selalu bertaqwa dan percaya kepada adanya kekuatan dan kekuasaan Allah

2. Ibadah

(63)

49 3. Akhlak

Akhlak bisa diartikan sebagai tabiat, watak, budi pekerti, atau moral. Punakawan adalah guru spiritual yang berusaha mendidik pandawa agar menpunyai akhlak mulia, pendidikan ini selalu terlihat dalam lakon

Semar Mbangun Kayangan.

Akhlak yang berakhlak mulia sering dikaitkan dengan orang beramal, orang yang memiliki kesadaran moral senantiasa jujur. Tindakan orang yang bermoral tidak akan menyimpang dan selalu ber pegagang teguh pada nilai-nilai luhur. Bahkan dalam pergaulan di masyarakat, perbuatan orang bermoral cenderung akan diterima, disetujui, dan berlaku pada setiap waktu dan di manapun.

Dalam masyarakat jawa terkenal istilah becik ketitik olo ketara

(orang yang baik akan terlihat, orang jahatpun akan terlihat). Meskipun istilah ini sangat sederhana, namun sanagtlah berpengaruh cukup besar dalam kehidupan masyarakat jawa. Bagi masyarakat jawa orang jahat tidak mempunyai tempat dan ruang bebas, dan begitu pula sebaliknya orang jahat akan selalu akan dicemooh dan dikucilkan dari pergaulan di lingkungan masyarakat.

(64)

50

kedermawanan dan keberpihakan mereka kepada orang kecil (rakyak jelanta). Dalam islam, harta kekayaan dianggap sebagai amanah Allah yang harus gigunakan dengan sebaik-baikna. Bila amanah itu tidak dilaksanakan berarti telah menghianati Allah. Sebagaimana firman Allah:

sebelum datang hari yang pada hari itu tidak ada lagi jual beli dan tidak ada lagi syafa'at. dan orang-orang kafir Itulah orang-orang yang zalim”. (QS.al-Baqarah:254)

4. Persaudaraan

(65)

51

wujud menghargai atas apa yang dikerjakan oleh orang lain.Salah satu contoh nilai toleransi yang diajarkan oleh tokoh Semar yaitu : “Sampeyan pancen bener gelem tata krama. Ngajeni dhateng sinten kemawon, satemeni ajine luwih aji sing ngajeni kaliyan sing diajeni.” Terjemahan : “Anda memang benar mau bertata krama. Menghargai kepada siapapun.

Sesungguhnya lebih berharga yang menghormati daripada yang dihormati”.

Persaudaraan yang digambarkan dalam laku Semar menjadi sangat penting adanya tanpa melihat setiap perbedaan yang ada. Karena kewajiban setiap manusia adalah menjalin hubungan persaudaraan antar sesama, seperti halnya Semar yang menyadari perannya sebagai abdi sekaligus sebagai perawat, pembimbing, pelindung, pengarah kepada kebenaran.

4. Kesetia Kawanan

(66)

52

suka membantu, mengingatkan jika teman melakukan kesalahan dan lain sebagainya.

Sedangkan pengertian setia kawan menurut Islam adalah perasaan bersatu, sekepentingan, sependapat dan sepenanggungan dalam suatu ikatan persahabatan. Serta kawan dalam Islam disebut juga dengan Ukhuwah Islamiyahyang artinya persaudaraan sesame muslim. Seperti halnya dalam tokoh Punakawan Semar, Gareng, Petruk dan Bagong, mereka selalu mengutamaka pertemanan atau kesetia kawanan. Contohnya dalam pertunjukan pewayangan mereka selalu mengingatkan hal kebaikan antara satu dengan yang lainnya, selalu menegur jika melakukan keslahan dalam berkata ataupun dalam berbuat. Dan mereka selalu kompak dan mendukung satu dengan yang lain.

5. Ketaatan pada Pemimpin

Dalam karakter Punakawan (Semar) berpesan kepada kita sebagai rakyat yaitu “Sebagai Pamong atau abdi, Janggan Semarasanta sangat

setia kepada Bendara (tuan)nya”. Ia selalu menganjurkan untuk menjalani laku prihatin dengan berpantang, berdoa, mengurangi tidur dan bertapa, agar mencapai kemuliaan. Artinya kita sebagai rakyat atau abdi Negara harus setia atau taat kepada pemimpinnya.

Allah berfirman dalam surat An Nisa ayat 59

(67)

53

Artinya : “Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (Nya), dan ulil amri di antara kamu”.

Mengapa Allah memerintahkan kita taat kepada pemimpin. Kalau taat kepada Allah dan Rasul-Nya sudah jelas, karena Rasullah yang menyampaikan pesan-pesan Allah. Tidak lain karena ketaatan kita kepada pemimpin memiliki arti kemanusiaan dan sekaligus ketuhanan; kebahagiaan dan persatuan; keselamatan dan kebersamaan; kerjasama dan persaudaraan, serta keteraturan dan ketaatan. Pemimpin tidak lain merupakan representasi wakil Allah dalam urusan duniawi agar visi memakmurkan bumi dan penduduknya dapat dilakukan melalui sistem yang teratur, tertib, berkeadilan dan ketaatan. Maka pemimpin dengan segala nilai kekurangan dan kelebihannya harus didukung.

6. Pengandian

(68)

54

b) Relevansi Nilai-nilai Pendidikan Islam dalam kehidupan Punakawan di Pewayangan dalam masyarakat

Dakwah merupakan panggilan kembali ke jalan Tuhan, yaitu Allah SWT. Dengan demikian, salah satu fungsi punakawan adalah memperagakan tugas dan fungsi Wali Sanga pada zaman awal Islam di tanah Jawa. Semar merupakan pendakwah jalan kebaikan dan kebenaran. Kiai Lurah Semar Badranaya atau Nur Naya mempunyai arti cahaya tuntunan atau cahaya pemimpin, di mana dia seolah-olah sedang menjalankan tugas menuntun cahayanya ke jalan yang benar.

Seorang muslim sejati harus mampu melaksanakan segala apa yang diperintahkan dan menjauhi segala yang dilarang oleh agama. Tujuannya agar menjadi manusia yang berbudi, berakhlak mulia, disayang orang banyak, dan suka menolong tanpa pamrih.

Jelaslah sudah bahwa tokoh-tokoh punakawan yang dibawa oleh Wali Sanga banyak memperkenalkan ajaran-ajaran Islam (aqidah, syari‟ah, dan

(69)

55

Punakawan merupakan sesuatu yang luhur karena diciptakan untuk tujuan yang mulia. Mereka dapat dikatakan sudah menjadi ikon budaya bangsa. Dengan tokoh utama Petruk dan Gareng cukup mendapat tempat di hati masyarakat. Mereka tampil dengan kepolosan, dan kejenakaan lewat kesialan mereka yang terlindas pembangunan kota dan masih cenderung mengkritisi sesuatu.

Seiring dengan berkembangnya zaman, wayang sebagai kesenian tradisional adilihung tidak akan pernah lekang di makan waktu. Punakawan sebagai salah satu milik asli masyarakat Jawa akan terus hidup dan dinamis setia dipakai sebagai media penyampai gagasan dan kritik-kritik demi keharmonisan kehidupan manusia yang akan datang. Sebagaimana arti dari Punakawan yaitu, teman yang memahami, mereka bukan hanya sebatas simbol, mereka akan terus hidup dan setia mendampingi manusia baik yang baik atau jahat, menjadi hati nurani yang meneriakan kebenaran, keadilan dari berbagai gejolak sosial dalam kehidupan di dunia ini.

(70)

56

pewayangan. Serta pendidikan amanah adalah tuntunan iman, amanah merupakan urusan yang terkait dengan jiwa dan akal. Barang siapa yang hatinya kehilangan sifat amanah maka ia akan menjadi orang yang mudah berdusta dan khianat. Amanah Amar Ma‟ruf nahi munkar, seseorang muslim

memikul amanah untuk menyeru atau mengajak manusia lain untuk mengerjakan kebaikan dan menjauhi kemungkaran. Dengan demikian dari semua pendidikan yang disampaikan tokoh Punakawan jika dapat dilakukan oleh manusia maka akan tercipta masyarakat yang madani.

c) Penerapan Nilai-nilai Pendidikan Islam dalam kehidupan Punakawan di masyarakat.

Dalam menanamkan karakter yang luhur atau penerapan punakawan dalam nilai-nilai pendidikan agama Islam pada masyarakat di dalam pertunjukan wayang kulit yaitu seperti halnya menjadi penasehat para kesatria, penghibur, kritisi sosial, bahkan sumber kebenaran dan kebijakan. Sehingga puakawan secara karakteristik sebenarnya mewakili profil umum manusia, mereka adalah tokoh multi peran yang dapat menjadi penasehat para penguasa atau satria. Dalam pementasan wayang kulit punakawan biasanya dikeluarkan untuk sesi dagelan (lawakan) di tengah cerita, tujuannya adalah memberikan istirahat sejenak agar para penonton tidak jenuh.

Referensi

Dokumen terkait

Guru menggunakan metode ceramah, tanya jawab, diskusi dalam menanamkan nilai-nilai Pancasila kepada peserta didik melalui pembelajaran PKn yang dibuktikan dengan

Hasil penelitian menyatakan bahwa ada perubahan pengetahuan produk dan proses pengambilan keputusan pembelian produk asuransi kecelakaan pribadi yang dimiliki oleh mahasiswa,

3.8 Hasil Rekap Kuesioner pada bagian Suplai dan Distribusi PT Pertamina (Persero) UPms II Palembang

Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan data/fakta yang tepat (shahih, benar, valid) dan dapat dipercaya (reliable) tentang seberapa jauh hubungan antara sikap konsumen

mempengaruhi konsumen untuk memilih produk yang ditawarkan dengan4. memahami perilaku konsumen, sehingga pada

Hal inilah yang melatar belakangi konsep judul dan konsep acara sakukurata ini, yaitu memberikan informasi kepada penonton bahwa dalam menikmati wisata alam dan

Variasi yeast yang digunakan pada penelitian ini adalah 7,2%, 7,6%, 8,0%, 8,4%, 8,8% dan 9,2% w/w dari 100 gram ubi jalar putih.Dari penelitian Nur Rohmadi pada

Apabila nilai t-hitung  t- table, maka hipotesis nol ditolak, yang berarti variabel independen memiliki pengaruh yang signifikan terhadap variabel dependen dengan. tingkat