• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TEORI TENTANG PEMBIAYAAN BERMASALAH DAN

D. Pembiayaan Bermasalah

1. Pengertian Pembiayaan Bermasalah

Menurut Undang-undang Nomor 10 Tahun 1998 Pasal 1 ayat 12 tentang Perbankan, “pembiayaan adalah penyediaan uang atau tagihan yang dipersamakan dengan itu berdasarkan persetujuan atau kesepakatan antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak yang dibiayai mengembalikan uang atau tagihan tersebut setelah jangka waktu dengan bagi hasil”.

Pembiayaan merupakan aktivitas bank syariah dalam menyalurkan dana kepada pihak lain selain bank berdasarkan prinsip syariah. Penyaluran dana dalam bentuk pembiyaan didasarkan pada kepercayaan yang diberikan oleh pemilik dana kepada pengguna dana. Pemilik dana percaya kepada penerima dana dalam bentuk pembiayaan yang diberikan pasti akan terbayar. Penerima pembiayaan yang mendapat kepercayaan dari pemberi pembiayaan, sehingga penerima pembiayaan berkewajiban untuk mengembalikan pembiayan yang telah diterimanya sesuai dengan jangka waktu yang telah diperjanjikan dalam akad pembiayaan.7

Pengertian Pembiayaan pada Undang-undang Nomor 21 Tahun 2008 pasal1 ayat 25 tentang perbankan syariah, “Pembiayaan adalah penyediaan dana atau tagihan yang dipersamakan dengan itu berupa : a. Transaksi bagi hasil dalam bentuk Mudharabah dan musyarakah.

b. Transaksi sewa menyewa dalam bentuk ijarah atau sewa beli dalam

bentuk ijarah muntahiyan bittamlik

c. Transaksi dalam bentuk piutang murabahah, salam dan istisna d. Transaksi pinjam meminjam dalam bentuk utang qard dan;

e. Transaksi sewa menyewa jasa dalam bentuk ijarah untuk transaksi multijasa.

7

2. Analisis Pembiayaan

Bebarapa prinsip dasar yang perlu dilakukan sebeum memutuskan permohonan pembiayaan yang diajukan oleh calon nasabah antara lain dikenal dengan prinsip 5C, antara lain:8

a. Character, yaitu Menggambarkan watak dan kepribadian calon nasabah, analisis ini bertujuan untuk mengetahui bahwa calon nasabah mempunyai keinginan untuk memenuhi kewajiban membayar kembali pembiayaan yang telah diterima sehingga lunas.

b. Capacity, yaitu Analisis ini bertujuan untuk mengetahui kemampuan keuangan calon nasabah dalam memenuhi kewajibannya sesuai jangka waktu pembiayaan. Kemampuan keuangan calon nasabah sangat penting karena merupakan sumber utama pembayaran.

c. Capital, yaitu Capital atau modal yang perlu disertakan dalam objek pembiayaan perlu dilakukan yang lebih mendalam. Karena modal merupakan jumlah modal yang dimiliki oleh calon nasabah atau jumlah dana yang disertakan dalam proyek yang dibiayai. Semakin besar modal yang dimiliki dan disertakan oleh calon nasabah dalam objek pembiayaan akan semakin meyakinkan bagi bank akan keseriusan calon nasabah dalam mengajukan pembiayaan dan pembayaran kembali.

d. Collateral, Merupakan agunan yang diberikan oleh calon nasabah atas pembiayaan yang diajukan. Agunan merupakan sumber pembayaran kedua. Dalam hal nasabah tidak dapat memabayar angsurannya, maka bank syariah dapat melakukan penjualan terhadap agunan, hasil penjualan agunan digunakan sebagai sumber pembayaran kedua untuk melunasi pembiayaannya.

e. Condition Of Economy, Merupakan analisis terhadap kondisi perekonomian. Bank perlu mempertimbangkan sektor usaha calon nasabah dikaitkan dengan kondisi ekonomi. Bank perlu melakukan

8

analisis dampak kondisi ekonomi terhadap calon nasabah dimasa yang akan datang, untuk mengetahui pengaruh kondisi ekonomi terhadap usaha calon nasabah.

D. Pembiayaan Bermasalah

1. Pengertian Pembiayaan Bermasalah

Pemberian pembiayaan pada mitra oleh bank syariah atau untuk itu usaha syariah tidak selalu berjalan lancar sebagaimana yang diharapkan, terkadang mitra pembiayaan mengalami kendala dalam mengembalikan atau membayar angsuran pinjaman, mitra pembiayaan tidak dapat menembalikan pinjaman sesuai dengan jangka waktu yang telah ditentukan. Sehingga hal ini dapat menyebabkan terjadinya pembiayaan bermasalah.9

Pembiayaan bermasalah juga dapat disebut kredit macet. Pembiayaan bermasalah dapat diartikan dengan suatu keadaan dimana seorang mitra tidak mampu membayar lunas kredit atau pembiayaan pada bank tepat pada waktunya.10

Pembiayaan bermasalah pada lembaga keuangan menyebabkan menurunnya tingkat kesehatan lembaga keuangan dan menurunya tingkat kepercayan masyarakat serta dapat mengakibatkan kelangsungan usaha menjadi terganggu. Penurunan tingkat kesehatan suatu lembaga keuangan sangat mengganggu kegiatan perekonomian dilembaga keuangan tersebut.

9

Husnul Qari, “Strategi Penyelesaian pembiayaan musyarakah bermasalah pada BMT

mekar da’wah serpong”, (Skripsi S-1 Fakultas Syariah Dan Hukum, Universitas Islam Negeri

Jakarta, 2015)

10 Gatot Supranomo, Perbankan dan Masalah Kredit : Suatu Tinjauan Yuridis, (Jakarta: Djambatan,1996), h., 131.

Menurut Veithzal Rivai ada beberapa pengertian pembiayaan bermasalah, yaitu:11

a. Pembiayaan yang didalam pelaksanaanya belum mencapai atau memenuhi target yang diinginkan oleh pihak bank ;

b. Pembiayaan yang memiliki kemungkinan timbulnya risiko dikemudian hari bagi bank dalam arti luas.

c. Mengalami kesulitan di dalam penyelesian kewajiban-kewajibannya, baik dalam bentuk pembayaran kembali pokoknya dan atau pembyaran bunga, denda keterlambatan serta ongkos-ongkos bank yang menjadi beban nasabah yang bersangkutan.

d. Pembiayaan dimana pembayaran kembalinya dalam bahaya, terutama apabila sumber-sumber pembiayaan kembali yang diharapkan, diperkirakan tidak cukup untuk membayarkembali pembiayaan, sehingga belum memnuhi target yang diinginkan oleh bank.

e. Pembiayaan dimana terjadi cidera janji dalam pembayaran kembali sesuai perjanjian, sehingga terdapat tunggakan atau ada potensi kerugian diperusahaan nasabah sehingga memiliki kemungkinan timbulnya resiko dikemudian hari bagi bank dalam arti luas.

f. Mengalami kesulitan didalam penyelesaian kewajiban-kewajibannya terhadap bank, baik dalam bentuk pembayaran kembali pokoknya, pembayaran bunga, pembayaran ongkos-ongkos bank yang menjadi beban nasabah yang bersangkutan.

g. Pembiayaan golongan perhatian khusus, kurang lancar, diragukan dan macet serta golongan lancar yang berpotensi menunggak.

11

Veithzal Rivai, dan Andria Permanda Veithzal, Credit Manajemen Handbook; Teori,

Konsep, dan Aplikasi Panduan Praktir Mahasiswa, Bankir, dan Nasabah, (Jakarta: PT Raja

2. Strategi Penyelesaian Pembiayaan Bermasalah

Peraturan bank indonesia No. 10 tahun 2008 tentang Restrukturisasi pembiayaan bagi Bank Syariah dan Unit Usaha Syariah. Restrukturisasi pembiayaan merupakan upaya yang dilakukan Bank dalam rangka membantu nasabah agar dapat menyelesaikan kewajibannya antara lain melalui:

Penjadwalan kembali, Rescheduling yaitu perubahan jadwal pembayaran kewajiban atau jangka waktu angsuran pembiayaan serta memperkecil jumlah angsuran pembiayaan.

a. Reconditioning , yaitu perubahan seluruh atau sebagian syarat-syarat pembiayaan meliputi perubahan jadwal pembayaran angsuran, jangka waktu dan/atau pemberian potongan sepanjang tidak menambah sisa kewajiban nasabah yang harus dibayarkan kepada bank.

b. Restructuring, yaitu penataan kembali meliputi perubahan persyaratan pembiayaan tidak terbatas pada rescheduling atau reconditioning, antara lain meliputi :

1) Penambahan dana fasilitas pembiayaan bank ; 2) Konversi akad pembiayaan;

3) Konversi pembiayaan menjadi surat berharga syariah berjangka waktu menengah;

4) Konversi pembiayaan menjadi penyertaan modal sementara pada perusahaan nasabah.

5) Penyitaan Jaminan, penyitaan jaminan dilakukan apabila mitra sudah benar-benar tidak punya itikad baik ataupun sudah tidak mampu lagi utnuk membayar semua hutang-hutangnya.

E. Pengertian Akad Ijarah Multi Jasa

Menurut fatwa DSN MUI No. 09/DSN-MUI/IV/2000 tentang pembiayaan ijarah adalah akad pemindahan hak guna (manfaat) atas suatu barang atau jasa dalam waktu tertentu melalui pembayaran sewa/upah, tanpa diikuti dengan pemindahan kepemilikan barang itu sendiri. Dengan demikian akad ijarah tidak ada perubahan kepemilikan, tetapi hanya perpindahan hak guna saja dari yang menyewakan pada penyewa.

Arti ijarah secara bahasa, sebagaimana dijelaskan dalam kitab al-Qamus al-Muhith karya al-Fairuz Abadi, adalah jual beli manfaat. Ijarah merupakan kata dasar (mashdar) yang semakna dengan kata al-ajr yang berarti perbuatan (al-fi’l). Oleh karen itu, arti ijarah secara etimologi adalah imbalan atas perbuatan. Sedangkan dalam kitab maqayis al-lughah ditegaskan bahwa arti ijarah secara bahasa menunjukan salah satu rukunnya, yaitu ujrah yang merupakan imban atas kerja.12

Ijarah adalah akad untuk memanfaatkan jasa, baik jasa atas barang

ataupun jasa atas tenaga kerja. Bila digunakan untuk mendapatkan manfaat barang maka disebut dengan sewa menyewa, sedangkan jika digunakan untuk mendapat tenaga kerja disebut upah mengupah,13 Dia juga menjelaskan bahwa transaksi ijarah dilandasi adanya pemindahan manfaat (hak guna) bukan perpindahan kepemilikan (hak milik). Jadi pada dasarnya prinsip ini sama dengan prinsip jual beli, namun perbedaannya terdapat dalam objek transaksinya, bila akad jual beli objek transaksinya adalah barang, maka pada

ijarah objek transaksinya adalah manfaat dari barang maupun jasa, dengan

12

Jaih Mubarok dan hasanudin, Fikih Mu’amalah Maliyyah Akad Ijarah Dan Ju’alah, (Bandung : Simbiosa Rekatama Media, 2017), h., 2.

13

Adiwarman A Karim, Bank Islam Analisis Fiqh dan Keuangan, Edisi Kelima, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2013), h., 74.

ijarah bank syariah dapat pula melayani nasabah yang hanya membutuhkan

jasa.14

1. Hukum Ijarah

Ijarah dan jual beli termasuk pertukaran, ijarah merupakan

pertukaran harta dengan mnfaat. Karena definisi yang demikian maka ulama pada umumnya menjelaskan bahwa iarah adalah jual beli manfaat barang, karena definisi jual beli adalah pertukaran harta dengan harta. Oleh karena itu, ijarah merupakan bagian dri akad jual beli. ijarah dari objeknya dibedakan menjadi dua, antara lain :

a. Ijarah yang objeknya manfaat barang/benda disebut sewa (al-ijarah). b. Ijarah yang objeknya jasa (tenaga atau keahlian manusia) disebut upah

atau buruh (al-kira)

2. Rukun Ijarah

Rukun Ijarah sifatnya umum adalah :

a. Penerima Sewa ( Musta’jir), yaitu pihak uang menyewa barang b. Pemberi Sewa (Mu’jir), yaitu pihak yang menyewakan barang

c. Manfaat adalah imbalan yang diterima oleh musta’jir karena penggunaan barang sewa

d. Ujrah adalah imbalan yang diterima mu’jir

e. Akad ijarah dah pernyataan penawaran (ijab) dan penerimaan (qabul) oleh mu’jir dan musta’jir.15

14

Adiwarman A Karim, Bank Islam Analisis Fiqh dan Keuangan, Edisi Kelima, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2013), h., 13.

15

Jaih mubarok & hasanudin, Fikih Mu’amalah Maliyyah Akad Ijarah dan Jualah, (Bandung: Simbiosa Rekatama Media, 2017), h., 12.

Dokumen terkait