• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II. PENYELENGGARAAN POKOK-POKOK

A. Pokok-pokok Pendidikan Agama Katolik di Sekolah

1. Pengertian Pendidikan Agama Katolik

Penulis menyampaikan pengertian Pendidikan Agama Katolik dari para ahli yakni Mangunwijaya sebagaimana dikutip Heryatno (2008: 15) yang menyatakan bahwa “hakikat dasar Pendidikan Agama Katolik sebagai komunikasi iman, bukan pengajaran agama”. Komunikasi iman dapat menumbuhkembangkan kepercayaan dalam diri manusia sedangkan pengajaran agama hanya sebagai pengetahuan manusia serta membantu manusia untuk menerapkannya. Sangat perlulah komunikasi iman antar sesama melalui sharing pengalaman. Sharing pengalaman dapat membantu seseorang agar imannya berkembang. Mangunwijaya sebagaimana dikutip Heryatno (2008: 16) mengungkapkan bahwa:

Sebagai komunikasi iman Pendidikan Agama Katolik perlu menekankan sifatnya yang praktis, artinya bermula dari pengalaman penghayatan iman, melalui refleksi dan komunikasi menuju kepada penghayatan iman baru yang lebih baik. Bersifat praktis juga berarti Pendidikan Agama Katolik lebih menekankan tindakan (kehidupan) daripada konsep atau teori. Dengan sifatnya yang praktis, Pendidikan Agama Katolik menjadi mediasi transformasi iman yang berlangsung secara terus-menerus.

Refleksi tidak dapat dipisahkan dari komunikasi iman karena dengan adanya refleksi yang dilakukan oleh siswa di sekolah, maka siswa dapat melakukan komunikasi iman dengan orang-orang yang berada di sekitarnya. Refleksi juga membantu siswa dalam menghayati pengalaman imannya sehingga

siswa semakin percaya kepada Tuhan. Perkembangan iman siswa dibantu melalui pengalaman iman yang direfleksikan karena dengan refleksi siswa mampu menemukan pengalaman imannya sehingga siswa bisa melakukan komunikasi iman terhadap sesama serta semakin mengimani Kristus sebagai Anak Allah. Siswa yang percaya kepada Tuhan selalu mengandalkan Tuhan dalam hidupnya. Pendidikan Agama Katolik di sekolah lebih menekankan tindakan nyata daripada teori karena Pendidikan Agama Katolik bertujuan untuk mengembangkan iman siswa secara konkrit dalam hidup siswa, hal ini dimaksudkan agar perkembangan iman siswa bukan hanya berguna bagi dirinya sendiri tetapi juga berguna bagi orang-orang yang ada di sekitarnya.

Senada dengan pemikiran Mangunwijaya, Jacobs sebagaimana dikutip oleh Dapiyanta (2011: 4) mengungkapkan bahwa “Pendidikan Agama Katolik di sekolah merupakan salah satu bentuk komunikasi iman yang meliputi unsur pengetahuan, pergumulan, dan penghayatan dalam pelbagai bentuk”. Komunikasi iman yang meliputi unsur pengetahuan dimaksudkan bahwa Pendidikan Agama Katolik di sekolah tidak begitu saja melupakan pengetahuan karena dengan pengetahuan yang dimiliki, siswa mampu melakukan tindakan nyata. Pengetahuan juga membantu siswa memahami apa yang harus mereka lakukan dan tidak merugikan diri sendiri serta orang lain. Pendidikan Agama Katolik di sekolah juga merupakan bentuk komunikasi berupa pergumulan dan penghayatan berbagai bentuk. Hal ini diartikan bahwa siswa tidak hanya mengetahui atau memahami saja tetapi siswa diharapkan mampu menghayati serta merangkul sesama dalam iman dan perbuatan, sehingga siswa semakin terbantu dalam mengembangkan

imannya dan mengimani Kristus sebagai sumber kehidupan. Heryatno (2008: 14-15) berpendapat bahwa:

Pendidikan Agama Katolik harus bervisi spiritual. Yang dimaksud spiritual disini adalah hal-hal yang berhubungan dengan inti hidup manusia. Maka bervisi spiritual berarti Pendidikan Agama Katolik secara konsisten terus berusaha memperkembangkan kedalaman hidup peserta didik, memperkembangkan jati diri atau inti hidup mereka.

Dengan bervisi spiritual, Pendidikan Agama Katolik diharapkan dapat membantu perkembangan iman siswa melalui kepercayaan yang ada dalam diri siswa. Hal ini sangat penting untuk ditanamkan kepada siswa di sekolah agar siswa mendapatkan nilai-nilai yang bisa menopang kepercayaan yang terkandung di dalam Pendidikan Agama Katolik. Nilai-nilai tersebut diharapkan dapat membantu siswa dalam menghadapi berbagai masalah pada masa remajanya. Pendidikan Agama Katolik mengajarkan kepada siswa agar pengetahuan dapat diterapkan dalam perbuatan nyata dan keduanya haruslah seimbang.

Ajaran dan pedoman Gereja tentang Pendidikan Katolik sebagaimana dikutip oleh Dapiyanta (2011: 4) mengemukakan bahwa “Pendidikan Agama Katolik di sekolah merupakan sarana atau pelaksanaan pewartaan Kristus”. Sarana merupakan alat agar manusia menjadi pewarta Kristus di dunia. Setiap orang mempunyai cara yang berbeda sebagai pewarta misalnya berbuat baik dan saling mengasihi sesama. Pendidikan Agama Katolik di sekolah merupakan sarana agar siswa dapat mengenal Kristus sebagai pewarta iman yang sejati. Sarana yang diberikan guru terhadap siswa berupa pengetahuan dari materi yang disampaikan serta pekerjaan rumah (PR) agar siswa dapat menerapkannya di tengah keluarga, Gereja, dan masyarakat luas.

Lokakarya mengenai tempat dan peranan Pendidikan Agama Katolik di sekolah yang diadakan oleh Komkat KWI di Malino sebagaimana dikutip oleh Dapiyanta (2011: 4) mengemukakan bahwa “Pendidikan Agama Katolik merupakan bagian dari katekese yang berusaha membantu siswa agar dapat menggumuli hidupnya dari segi pandangan Kristiani”. Katekese merupakan pelayanan sabda dengan fungsi khas pendidikan iman. Pelayanan sabda yang dilakukan melalui pengajaran Pendidikan Agama Katolik di sekolah diupayakan dapat membantu siswa menemukan jati dirinya serta beriman kepada Kristus. Siswa yang beriman kepada Kristus akan senantiasa melayani sesama dengan sepenuh hati.

Berdasarkan pengertian di atas, penulis lebih tertarik dengan pernyataan Ajaran dan pedoman Gereja tentang Pendidikan Katolik sebagaimana dikutip oleh Dapiyanta yakni Pendidikan Agama Katolik di sekolah merupakan sarana atau pelaksanaan pewartaan Kristus. Sarana merupakan alat, dimana alat tersebut dapat digunakan guru di sekolah untuk mendidik siswanya menjadi berkembang, baik berkembang dalam rohani maupun jasmani. Pendidikan Agama Katolik di Sekolah membantu siswa agar mampu mengenal dan mencintai Kristus. Sarana juga membantu siswa agar mewartakan kasih Allah. Selain itu, Pendidikan Agama Katolik menjadi tolak ukur siswa dalam perkembangan imannya. Berbagai cara dapat dilakukan dalam melaksanakan pewartaan Kristus, misalnya berdoa. Berdoa merupakan sarana agar manusia dapat berkomunikasi dengan Tuhan. Di dalam Pendidikan Agama Katolik di sekolah, berdoa juga diajarkan guru kepada para muridnya, bahkan sebelum memulai dan mengakhiri kegiatan selalu diawali

dengan berdoa. Semuanya merupakan sarana agar manusia dekat dengan Tuhan serta mewartakan kasih Kristus.

Suradibrata (1984: 2) mengungkapkan bahwa “mendidik adalah kegiatan untuk membantu sesama agar “jadi orang”, dengan segala keterbatasannya, secara berangsur-angsur, dalam kebersamaan dengan orang lain”. Guru Pendidikan Agama Katolik di sekolah menempatkan diri sebagai guru yang mempunyai jiwa pendidik yang sepenuh hati mendidik siswanya agar siswa tersebut mendapat pengetahuan dan perkembangan iman yang utuh dan penuh sehingga dapat berguna bagi orang-orang yang ada di sekitarnya. Guru Pendidikan Agama Katolik di sekolah mempunyai keunikan masing-masing dalam mendidik siswanya agar dapat berkembang. Berbagai macam cara dilakukan agar siswa dapat memahami materi yang disampaikan dan dapat mewujudnyatakan dalam kehidupannya di tengah masyarakat luas. Groome (2010: 37) mengungkapkan bahwa:

Pendidikan Agama Kristen adalah kegiatan politis bersama para peziarah dalam waktu yang secara sengaja bersama mereka memberi perhatian pada kegiatan Allah di masa kini kita, pada cerita komunitas iman Kristen, dan Visi Kerajaan Allah, benih-benih yang telah hadir diantara kita.

Pada jaman dahulu Yesus menjadi guru bagi para murid-Nya dan mengajarkan nilai-nilai Kerajaan Allah. Tentu saja Yesus tidak hanya memberikan pengetahuan kepada para murid-Nya tetapi memberikan harapan agar para murid-Nya dapat menerapkan nilai-nilai Kerajaan Allah di tengah dunia. Begitu pula Pendidikan Agama Katolik di sekolah, guru memberikan pengetahuan kepada siswa dengan harapan siswa mampu melaksanakan nilai-nilai Kerajaan Allah dalam kehidupan sehari-hari. Silabus (2010: 1) menyatakan bahwa:

Pendidikan Agama Katolik adalah usaha yang dilakukan secara terencana dan berkesinambungan dalam rangka mengembangkan kemampuan peserta didik untuk memperteguh iman dan ketaqwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa sesuai dengan ajaran Gereja Katolik, dengan tetap memperhatikan penghormatan terhadap agama lain dalam hubungan kerukunan antarumat beragama dalam masyarakat untuk mewujudkan persatuan nasional.

Pendidikan Agama Katolik di sekolah bertujuan agar siswa mampu memahami dan melakukan kegiatan sesuai dengan ajaran Gereja Katolik, kegiatan yang dilakukan dapat membantu mengembangkan iman dan kepercayaan siswa. Siswa juga diajarkan untuk menghargai dan menghormati agama lain sejak dini baik di lingkungan keluarga maupun di lingkungan sekolah agar siswa dapat menjalin komunikasi yang baik antar sesama. Guru terlibat aktif dalam proses perkembangan siswa di sekolah agar siswa melakukan kegiatan secara terarah dan mempunyai dorongan yang kuat dari guru tersebut.

Dokumen terkait