• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II. KAJIAN PUSTAKA

C. Pendidikan Karakter

1. Pengertian Pendidikan Karakter

C. Pendidikan Karakter

1. Pengertian Pendidikan Karakter

Pengertian pendidikan sangat erat kaitannya dengan pengertian pengajaran, sehingga sulit untuk dipisahkan dan dibedakan. Pendidikan tidak dapat dilaksanakan tanpa adanya pengajaran, dan pengajaran tidak akan berarti jika tanpa diarahkan ke tujuan pendidikan.

Pendidikan merupakan terjemahan dari education yang berasal dari kata educate atau bahasa Latinnya Educo. Educo berati mengembangkan diri dalam mendidik, melaksanakan hukum kegunaan. Ada juga yang mengatakan Education berasal dari bahasa Latin Educare yang berarti melatih atau menjinakkan (seperti manusia melatih hewan-hewan yang liar menjadi semakin jinak sehingga bisa diternakkan) (Najib dkk, 2016:55).

Pada Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional diungkapkan bahwa pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta berbagai keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara(Najib dkk, 2016:56).

16

Menurut Azyumardi Azra pendidikan merupakan suatu proses di mana suatu bangsa mempersiapkan generasi mudanya untuk menjalankan kehidupannya dan untuk memenuhi tujuan hidup secara efektif dan efisien. Bahkan ia menegaskan, bahwa pendidikan lebih sekedar pengajaran, artinya bahwa pendidikan adalah suatu proses dimana suatu bangsa atau negara membina dan mengembangkan kesadaran diri diantara individu-individu (Muslich, 2015:48).

Dengan demikian, pendidikan adalah sebuah proses bimbingan atau sarana transfer ilmu pengetahuan yang dilakukan secara sadar dengan tujuan membentuk kepribadian yang berkualitas.

Pendidikan dapat dipandang dari sudut keilmuan tertentu (Salahudin dan Alkrienciehie, 2013:80), misalnya:

a. Sosiologi memandang pendidikan dari aspek sosial.

b. Antropologi memandang pendidikan adalah enkulturalisasi.

c. Psikologi memandang pendidikan dari aspek tingkah laku individu. d. Ekonomi memandang pendidikan sebagai usaha penanaman modal

insani yang dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi suatu bangsa.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) karakter merupakan sifat-sifat kejiwaan, akhlak atau budi pekerti yang

17

membedakan seseorang dengan yang lain (Samani dan Hariyanto, 2014:42).

Prof. Suyanto, Ph.D (Muslich, 2015:70) menyatakan bahwa karakter adalah cara berpikir dan berperilaku yang menjadi ciri khas setiap individu untuk hidup dan bekerjasama, baik dalam lingkup keluarga, masyarakat, bangsa dan negara. Individu yang berkarakter baik adalah individu yang bisa membuat keputusan dan siap mempertanggungjawabkan tiap akibat dari keputusan yang ia buat.

Karakter identik dengan akhlak sehingga karakter merupakan nilai-nilai perilaku manusia yang universal yang meliputi seluruh aktivitas manusia baik dalam rangka berhubungan dengan Tuhan, diri sendiri, sesama manusia, maupun lingkungan yang terwujud dalam pikiran, sikap, perasaan, perkataan, dan perbuatannya berdasarkan norma-norma agama, hukum, tata krama, budaya dan adat istiadat. Karakter seseorang dipengaruhi oleh faktor bawaan,faktor lingkungan, serta faktor bawaan dan lingkungan.

Dari berbagai pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa karakter merupakan cara berpikir dan berperilaku khas yang dimiliki setiap individu dan membedakan dengan individu yang satu dengan yang lainnya dalam kehidupan sehari-harinya, seperti dalam lingkungan

18

keluarga, masyarakat, bangsa, negara, dan agama. Individu yang berkarakter baik adalah individu yang mampu membuat keputusan dan siap mempertanggungjawabkan setiap akibat dari keputusan yang diambilnya.

Dari berbagai definisi sebagimana diuraikan, dapat diperoleh pengertiam jelas tentang pendidikan karakter, yaitu: karakter itu merupakan ssuatu yang mengualifikasi seorang pribadi (Foerster); keadaan jiwa yang menyebabkan seseorang bertindak tanpa dipikirkan

terlebih dahulu (Ibnu Miskawaih); “hal” keadaan atau kondisi jiwa yang

bersifat bathiniah (Al-Ghazali); sifatalami seseorang dalam merespons situasi secara bermoral (Thomas Lickona); cara berpikir dan berperilaku yang menjadi ciri khas tiap individu untuk hidup dan bekerjasama, baik dalam lingkungan keluarga, masyarakat, bangsa dan negara (Suyanto); serangkaian sikap, perilaku, motivasi, dan keterampilan (Tadkiroatun Musfiroh); watak, tabiat, akhlak, atau kepribadian seseorang yang terbentuk dari hasil internalisasi berbagai kebijakan yang diyakini dan digunakan sebagai landasan utuk cara pandang, berpikir, bersikap, dan bertindak (Wibowo, 2012:35).

Berdasarkan deskripsi di atas, maka pendidikan karakter adalah sebagai usaha sadar dan terencana yang dilakukan pada diri seseorang dalam setiap tindakannya agar dapat menjadi ciri khas yang dimiliki yang

19

membedakan dirinya dengan individu lain dan salah satu usaha agar berperilaku positif dalam menjalin hubungan dengan Tuhan, dirinya sendiri, orang lain, dan makhluk ciptaan Tuhan lainnya.

Dasar pendidikan karakter diterapkan sejak usia kanak-kanak atau yang biasa disebut para ahli psikologi sebagai usia emas karena usia dini terbukti sangat menentukan kemampuan anak dalam mengembangkan potensinya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sekitar 50% variabilitas kecerdasan orang dewasa terjadi ketika anak berusia 4 tahun. Peningkatan 30% berikutnya terjadi pada usia 8 tahun, dan 20% sisanya pada pertengahan atau akhir dasawarsa kedua. Dari sini sudah sepatutnya pendidikan karakter dimulai dari dalam pendidikan keluarga, yang merupakan lingkungan pertama bagi pertumbuhan karakter anak.

Akan tetapi, bagi sebagian keluarga, proses pendidikan karakter yang sistematis di atas sangat sulit, terutama bagi sebagian orangtua yang terjebak pada rutinitas yang padat. Karena itu, sebaiknya pendidikan karakter juga perlu diberikan saat anak-anak masuk di lingkungan sekolah, terutama sejak play group dan taman kanak-kanak. Disinilah peran guru yang dalam filosofi Jawa disebut digugu dan ditiru menjadi ujung tombak di lingkungan sekolah, yang berhadapan langsung dengan peserta didik (Salahudin dan Alkrienciehie, 2013:56).

20

Adapun peserta didik yang memiliki ciri-ciri :

a. Memiliki kesadaran spiritual b. Memiliki integritas moral

c. Memiliki kemampuan berpikir holistic d. Memiliki sikap terbuka

e. Memiliki sikap peduli

Menurut Arif Rahman Hakim (pakar pendidikan) (Salahudin dan Alkrienciehie, 2013:57), pendidikan dikatakan berhasil apabila memenuhi lima karakteristik, yaitu:

a. Bertakwa

b. Kepribadian matang

c. Berilmu mutakhir dan berprestasi d. Mempunyai rasa kebangsaan e. Berwawasan global

2. Macam-Macam Nilai Pendidikan Karakter

Dokumen terkait