i
NILAI-NILAI MATERI PENDIDIKAN KARAKTER
PADA NOVEL AYAHKU (BUKAN) PEMBOHONG
KARYA TERE LIYE
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)
Oleh:
IDA RISQI AFITA 111-14-048
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS TERBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
iii
NILAI-NILAI MATERI PENDIDIKAN KARAKTER
PADA NOVEL AYAHKU (BUKAN) PEMBOHONG
KARYA TERE LIYE
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)
Oleh:
IDA RISQI AFITA 111-14-048
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS TERBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
vii MOTTO
“Dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua dengan penuh kesayangan
dan ucapkanlah: "Wahai Tuhanku, kasihilah mereka keduanya, sebagaimana
viii
PERSEMBAHAN
Alhamdulillahi robbilalamin, atas limpahan rahmat dan karuniaNya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini tanpa suatu halangan apapun. Skripsi ini penulis persembahkan untuk:
1. Ayahanda Kukuh Santoso dan Ibunda Khomsatun yang telah menjadi
alasan untuk selalu semangat, dan yang tak pernah berhenti memberikan
doa, nasihat, kasih sayang, semangat, dan motivasi.
2. Nenekku tercinta Hj. Toyimah dan Alm. Supinah yang selalu memberikan
doa dalam setiap langkahku.
3. Kakakku Devi Hermawanti beserta suami Muhammad Saukani Jamil yang
selalu memberikan semangat dan dukungan.
4. Ponakan tercinta As-Sakya Najid Mauzza Azzavi yang selalu menjadi
alasan untuk tetap tersenyum bahagia disaat hati berantakan.
5. Edi Wiyanto yang selalu berusaha memberikan semangat, dukungan, dan
doanya.
6. Dosen pembimbing skripsiku Bapak Drs. Bahroni, M.Pd yang selalu
memberikan pengarahan serta bimbingan dengan penuh kesabaran selama
poses skripsi ini.
7. Alm. Abah Mahfud Ridwan,Ibu Nyai Hj. Nafisah, Gus Muhammad Hanif,
dan Ibu Nyai Rosyidah selaku pengasuh Pondok Pesantren Edi Mancoro
yang selalu memberikan doa untuk santri-santrinya dan selalu saya
ix
8. Sahabat-sahabat Pondok Pesantren Edi Mancoro yang selalu setia
memberikan semangat dan doa dalam menyelesaikan skripsi ini.
9. Sahabat seperjuangan Nurul Hidayah yang selalu berusaha ada
disampingku dalam kondisi apapun, yang tak pernah berhenti saling
mendoakan dan memberikan semangat.
10.Teman seperjuangan bimbingan Miftakhul Farid, Hesti Setianungrum, dan
lainnya yang selalu memberikan motivasi, semangat, dan dukungan dalam
menyelesaikan skripsi ini.
11.Teman-teman kamar 7 dan kamar 12 Pondok Pesantren Edi Mancoro
(Fariqotul Adhimah, Nurul Ermawati, Ni’matul Wafiroh, Siti Qoniah,
Alfiyah, Anik Meilinda, Fiki Rizkia, Vina Yuliyanti, Siti Mualimah, Siti
Masitoh, Rosy, Siti Rofiqoh, dan Anggun) yang tidak pernah berhenti
memberi semangat, doa dan ikut serta membantu menyelesaikan skripsi
ini.
12.Sahabat-sahabat Purworejo Squad (Tatu, Muza, Izza, Eka, Hima, Ruli,
Hana) yang selalu saling memberi semangat dan mendoakan satu sama
lain.
13.Teman-teman PPL SMK Negeri 1 Salatiga.
14.Teman-teman KKN posko 36 (Alviyan, Rino, Vivi, Anik, Rizka, Vivin,
Qisma) yang selalu menjadi penyemangat untuk dapat wisuda
x
15.Sahabat-sahabat seperjuangan PAI angkatan 2014.
16.Dan untuk semua pihak yang telah memberikan bantuan, semangat dan
xi
KATA PENGANTAR
Alhamdulillahi robbil’alamin atas ke hadirat Allah SWT yang telah memberikan nikmat, rahmat, karunia, taufik, serta hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini yang berjudul Nilai-Nilai Materi Pendidikan Karakter Pada Novel Ayahku (Bukan) Pembohong Karya Tere Liye dengan baik dan lancar.
Sholawat serta salam semoga senantiasa selalu tercurahkan kepada Nabi Agung Muhammad SAW, dimana semoga kelak dapat berjumpa dan mendapatkan syafaatnya di Yaumul Akhir, amin.
Skripsi ini tidak akan terselesaikan dengan baik dan lancar tanpa bantuan dari berbagai pihak yang telah berkenan membantu dalam menyelesaikan skripsi ini. Oleh karena itu penulis mengucapkan banyak terimakasih kepada:
1. Bapak Dr. H. Rahmat haryadi, M.Pd. selaku Rektor IAIN Salatiga.
2. Bapak Suwardi, M.Pd. Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan IAIN
Salatiga.
3. Ibu Siti Rukhayati , M.Ag. ketua Jurusan Pendidikan Agama Islam.
4. Bapak Drs. Bahroni, M.Pd. selaku dosen pembimbing skripsi yang telah
memberikan bimbingan dan pengarahan dari awal hingga akhir dalam
proses menyelesaikan skripsi ini.
5. Bapak Prof. Dr. Mansur, M.Ag. selaku pembimbing akademik yang
senantiasa membimbing dan mengarahkan dalam proses bimbingan
akademik selama kuliah.
6. Bapak dan Ibu dosen yang telah membekali berbagai ilmu pengetahuan,
serta karyawan IAIN Salatiga sehingga penulis dapat menyelesaikan
xii
7. Ayah, Ibu, Nenek, dan kakakku beserta suami.
8. Semua pihak yang sudah mendukung dan memberikan semangat, doa, dan
ikut serta membantu dalam menyelesaikan skripsi ini yang tidak bisa
disebutkan satu persatu.
Penulis sepenuhnya sadar bahwa skripsi ini masih jauh dari kata
sempurna, maka kritik dan saran yang bersifat membangun sangat penulis
harapkan. Semoga hasil penelitian ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya,
serta pembaca pada umumnya.
Salatiga, 29 Agustus 2018
Penulis
Ida Risqi Afita
xiii ABSTRAK
Afita, Ida Risqi. 2018. Nilai-Nilai Materi Pendidikan Karakter Pada Novel Ayahku (Bukan) Pembohong Karya Tere Liye. Skripsi. Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan. Program Studi Pendidikan Agama Islam. Institut Agama Islam Negeri salatiga. Pembimbing Drs. Bahroni, M.Pd.
Kata Kunci: Nilai Pendidikan Karakter
Pendidikan karakter merupakan salah satu komponen inti dalam menciptakan generasi penerus bangsa yang berkualitas untuk membangun atau memajukan bangsa dan negara. Karena pada dasarnya negara tidak hanya membutuhkan generasi penerus yang cerdas namun juga memiliki karakter yang berkualitas. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui nilai-nilai-nilai materi pendidikan karakter yang terkandung dalam novel Ayahku (Bukan) Pembohong karya Tere Liye . Pertanyaan utama yang akan dijawab dalam penelitian ini adalah: (1) Apa saja nilai-nilai materi pendidikan karakter pada novel Ayahku (Bukan) Pembohong karya Tere Liye, dan (2) Bagaimana relevansinya terhadap karakter remaja di era globalisasi.
Penelitian ini merupakan penelitian kepustakaan (library research). Sedangkan dalam pengumpulan data menggunakan metode dokumentasi.
xiv DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL LUAR ... i
LEMBAR BERLOGO IAIN ... ii
HALAMAN SAMPUL DALAM ... iii
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... iv
HALAMAN PENGESAHAN KELULUSAN ... v
HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN PENELITIAN ... vii
MOTTO ... viii
PERSEMBAHAN ...viii
KATA PENGANTAR ... xi
ABSTRAK ... xivi
DAFTAR ISI ... xiv
BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Rumusan Masalah ... 4
C. Tujuan Penelitian ... 4
D. Manfaat Penelitian ... 5
E. Metode Penelitian... 5
xv
G. Sistematika Penulisan ... 9
BAB II. KAJIAN PUSTAKA A. Penelitian Terdahulu ... 11
B. Pengertian Nilai ... 14
C. Pendidikan Karakter ... 15
1. Pengertian Pendidikan Karakter ... 15
2. Macam-Macam Nilai Pendidikan Karakter... .21 3. Tujuan Pendidikan Karakter ... 25
4. Fungsi Pendidikan Karakter ... 27
5. Landasan Pendidikan Karakter ... 29
6. Ciri Dasar Pendidikan Karakter ... 34
D. Novel ... 35
1. Pengertian Novel ... 35
2. Unsur Intrinsik Novel ... 35
3. Macam-Macam Novel ... 37
BAB III. GAMBARAN UMUM NOVEL AYAHKU (BUKAN) PEMBOHONG A. Biografi Penulis Novel ... 40
B. Profil Novel ... 43
C. Unsur Intrinsik Novel ... 44
xvi BAB IV. PEMBAHASAN
A. Analisis Pendidikan Karakter Pada Novel Ayahku (Bukan)
Pembohong ... 72
B. Relevansi Nilai-Nilai Pendidikan Karakter Pada Remaja Di Era Globalisasi ... 90
BAB V. PENUTUP A. Kesimpulan ... 95
B. Saran ... 98
DAFTAR PUSTAKA ... 100
1 BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Dewasa ini, semakin banyak anak bangsa yang menciptakan
karya-karya yang luar biasa. Salah satunya adalah menciptkan atau menerbitkan
karya sastra berbentuk novel. Dimana setiap penulis memiliki karakteristik
yang berbeda-beda pada karyanya. Salah satu contoh yang ada yaitu
perbedaan pada novel ini dengan novel lainnya. Pada novel yang lain,
biasanya penulis mengangkat cerita yang berhubungan dengan kisah cinta
remaja, pra-nikah, atau kehidupan rumah tangga, dan lain sebagainya
Namun berbeda dengan novel Ayahku (Bukan) Pembohong karya Tere
Liye ini, yang memberikan pesan-pesan pendidikan dan inspirasi bagi
kehidupan sehari-hari di dalamnya. Terlebih pada saat ini bahwasanya
keadaan karakter remaja, masih banyak sekali yang harus diperbaiki. Hal
tersebut merupakan salah satu dampak dari globalisasi yang terjadi saat ini
yang menyebabkan masyarakat Indonesia melupakan pendidikan karakter
bangsa. Padahal pendidikan karakter merupakan suatu pondasi bangsa yang
sangat penting dan perlu ditanamkan sejak dini kepada anak-anak.
Novel Ayahku (Bukan) Pembohong ditulis ketika Tere Liye berusia 37
tahun. Pada usia tersebut Tere Liye mampu menciptakan karya yang luar
2
dengan karya-karyanya yang sebelumnya dan dengan karya-karya penulis
lainnya.
Ada beberapa pesan yang ingin Tere Liye sampaikan kepada pembaca,
yaitu bahwasanya agar setiap anak memiliki karakter yang lebih baik
dibandingan dengan anak-anak yang lainnya, yang mana harus dimulai dan
ditanamkan sejak dini, yaitu dimulai dari hal-hal yang kecil dan sederhana.
Selain itu pelajaran penting yang akan disampaikan adalah tentang sebuah
kemewahan sejatinya tidak selamanya membuat kita bahagia, namun ternyata
sebuah kesederhanaan jika memang kita mensyukuri adalah sebuah
kebahagiaan yang sejati. Karena kebahagiaan itu diciptakan pada diri kita
sendiri bagaimana kita menikmati hidup ini meskipun dalam keadaan yang
sulit atau terbatas sekalipun. Selain itu pentingnya pantang menyerah dalam
melakukan sesuatu, sekalipun badai menghadang. Karena tidak ada hasil
yang menghianati sebuah usaha sekecil apapun itu.
Pada novel Dam digambarkan sebagai anak lelaki yang memiliki
rambut keriting dan berkulit hitam. Dam adalah seorang anak yang memiliki
kepribadian yang baik dibandingkan teman-teman seusianya. Dam berasal
dari keluarga yang sederhana, dan dididik dengan cara yang sederhana pula
yang tidak banyak dilakukan oleh orang tua mana pun, yaitu dengan cara
memberikan cerita atau dongeng-dongeng yang menginspirasi yang
3
yang berpenghasilan pas-pasan. Namun keluarga Dam sangat dihormati dan
disegani banyak orang.
Bahkan semua orang di kota tempat mereka tinggal, mengenal Ayah
Dam sebagai orang yang paling jujur dan baik kepada semua orang meskipun
tidak mengenalnya. Hal tersebut membuat Ayah Dam menjadi orang yang
sangat dipercaya. Setiap apa yang dikatakan Ayah Dam, semua orang
mempercayainya.
Semasa kecil, Dam selalu mendengarkan dan menantikan cerita-cerita
dari Ayahnya. Ia lebih memilih mendengarkan cerita Ayahnya dibandingkan
bermain seperti anak seusianya. Baginya cerita-cerita Ayahnya adalah hal
yang paling mengagumkan. Karena Ayahnya selalu menceritakan
petualangan pada masa mudanya dulu. Meskipun terkadang cerita-cerita itu
sangatlah tidak masuk akal. Dari mulai sang Ayah yang bersahabat dengan
sang kapten pemain bola legendaris pada masanya, petualangan di Lembah
Bukhara, mengenal baik si Raja Tidur, mengenal si penguasa angin dan lain
sebagainya.
Hingga suatu hari, Dam tidak mempercayai lagi cerita-cerita Ayahnya.
Bahkan membenci Ayahnya yang ia anggap selama ini telah membohonginya.
Namun saat hari pemakaman Ayahnya, Dam mempercayai semua yang
dikatakan Ayahnya, dan sejak itu Dam sadar bahwa Ayahnya bukanlah
4
Penulis tertarik untuk meneliti novel ini karena pada novel ini penuh
dengan inspirasi dan motivasi yang sangat baik bagi pembacanya. Dengan
demikian penulis mengungkapkannya sebagai bahan untuk skripsi dengan
judul “NILAI-NILAI MATERI PENDIDIKAN KARAKTER PADA NOVEL
AYAHKU (BUKAN) PEMBOHONG KARYA TERE LIYE”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan pemaparan latar belakang di atas, maka rumusan masalah
yang akan diangkat dalam penelitian ini adalah :
1. Apa saja nilai-nilai materi pendidikan karakter pada novel Ayahku (Bukan)
Pembohong karya Tere Liye?
2. Bagaimana relevansinya terhadap karakter remaja di era globalisasi?
C. Tujuan Penelitian
Dengan adanya permasalahan di atas maka penelitian ini bertujuan
untuk :
1. Untuk mendeskripsikan nilai-nilai materi pendidikan karakter dalam novel
Ayahku (Bukan) Pembohong karya Tere Liye.
2. Untuk mendeskripsikan relevansi nilai-nilai materi pendidikan karakter
pada novel Ayahku (Bukan) Pembohong karya Tere Liye terhadap karakter
5 D. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat hasil penelitian ini adalah ditinjau secara teoritis dan
praktis. Penelitian ini diharapkan dapat memiliki manfaat sebagai berikut :
1. Secara Teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi bagi
dunia pendidikan dalam menambah wawasan pengetahuan, khususnya
tentang pendidikan karakter yang terkandung dalam novel Ayahku
(Bukan) Pembohong karya Tere Liye.
2. Secara Praktis
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat secara
langsung kepada masyarakat umum, dan khususnya para pendidik.
Bahwa banyak pelajaran yang dapat diambil di dalamnya.
E. Metode Penelitian
1. Jenis Penelitian
Adapun jenis penelitian yang digunakan dalam skripsi ini adalah
penelitian kualitatif yang bersifat kepustakaan (library research).
Bahan-bahan yang digunakan adalah buku-buku perpustakaan dan
sumber-sumber lainnya yang berbasis kepustakaan.
Pada penelitian ini dilakukan dengan cara mengkaji pada sebuah
buku dan menjelaskan teks-teks yang mengandung nilai-nilai pendidikan
6
2. Jenis Pendekatan
Abrams membagi pendekatan penelitian menjadi beberapa bagian.
Yaitu:
a. Pendekatan Ekspresif, yaitu berhubungan dengan pengarang.
b. Pendekatan Objektif, yaitu menitikberatkan pada teks sastra yang
kelas disebut strukturalisme atau instrinsik.
c. Pendekatan Mimetik, yaitu penelitian sastra yang berhubungan dengan
kemestaan.
d. Pendekatan Pragmatik, yaitu penelitian sastra yang berhubungan
dengan persepsi pembaca terhadap teks sastra (Endraswara, 2003:9).
Berdasarkan penjelasan di atas, pendekatan yang digunakan
penulis adalah pendekatan pragmatik. Dimana suatu karya sastra yang
melatih persepsi atau cara pandang penikmatnya.
3. Metode Pengumpulan Data
Untuk memperoleh data yang diperlukan, penulis menggunakan
metode dokumentasi. Metode dokumentasi adalah metode pengumpulan
data dengan menyelidiki benda-benda tertulis sepeti buku, majalah,
dokumen, peraturan-peraturan, notulen rapat, catatan harian dan
7
Pengumpulan data dilakukan dengan teknik membaca, menyimak
dan mencatat hal-hal yang bekaitan dengan unsur pendidikan karakter
yang terdapat dalam novel Ayahku (Bukan) Pembohong karya Tere Liye.
4. Sumber Data
Sumber data yang dijadikan bahan-bahan dalam kajian ini
merupakan sumber data yang diperoleh dari bahan-bahan kepustakaan
yang dikategorikan sebagai berikut :
a. Sumber Data Primer
Sumber data primer mencakup data pokok yang dijadikan
obyek kajian, adapun sumber data tersebut adalah novel Ayahku
(Bukan) Pembohong karya Tere Liye.
b. Sumber Data Sekunder
Data sekunder yang diambil dalam penelitian ini adalah
buku-buku tambahan yang menurut peneliti di dalamnya mendukung dalam
pembahasan skripsi ini.
5. Metode Analisis Data
Metode analisis data yang digunakan adalah analisis isi (content
analysis), yaitu sebuah analisis yang digunakan untuk mengungkapkan,
8 F. Penegasan Istilah
1. Nilai
Nilai berasal dari bahasa Latin Vale’re yang artinya berguna,
mampu akan, berdaya, berlaku, sesuatu yang dipandang baik, bermanfaat
dan paling benar menurut keyakinan seseorang atau sekelompok orang
(Adisusilo, 2013:56).
2. Pendidikan Karakter
Pendidikan merupakan terjemahan dari education yang berasal dari
kata educate atau bahasa Latinnya educo. Educo berarti mengembangkan
diri dalam mendidik, melaksanakan hukum kegunaan. Ada juga yang
mengatakan Education berasal dari bahasa Latin Educare yang berarti
melatih atau menjinakkan (seperti manusia melatih hewan-hewan yang
liar menjadi semakin jinak sehingga bisa diternakkan) (Najib dkk,
2016:55).
Adapun menurut John S. Brubacher, pendidikan adalah proses
pengembangan potensi, kemampuan, dan kapasitas manusia yang mudah
dipengaruhi oleh kebiasaan, kemudian disempurnakan dengan
kebiasaan-kebiasaan yang baik, didukung dengan alat (media) yang disusun
sedemikian rupa, sehingga pendidikan dapat digunakan untuk menolong
orang lain atau dirinya sendiri dalam mencapai tujuan-tujuan yang telah
9
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) karakter
merupakan sifat-sifat kejiwaan, akhlak atau budi pekerti yang
membedakan seseorang dengan yang lain. Dengan demikian karakter
adalah nilai-nilai yang unik yang berparti dalam diri dan dalam perilaku
(Kementrian Pendidikan Nasional, 2010) (Samani dan Hariyanto,
2014:42).
Scerenko mengatakan bahwa pendidikan karakter dapat dimaknai
sebagai upaya yang sungguh-sungguh dengan cara mana ciri kepribadian
positif dikembangkan, didorong, dan diberdayakan melalui keteladanan,
kajian (sejarah, dan biografi para bijak pemikir besar), serta praktik
emulasi (usaha yang maksimal untuk mewujudkan hikmah dari apa-apa
yang diamati dan dipelajari) (Samani dan Hariyanto, 2014:45).
G. Sistematika Penulisan Skripsi
Sistematika dalam penulisan skripsi terbagi menjadi tiga bagian, yaitu
bagian awal, bagian isi, dan bagian akhir. Bagian awal terdiri dari sampul,
lembar berlogo, halaman judul, halaman persetujuan pembimbing, halaman
pengesahan kelulusan, halaman pernyataan orisinalitas, halaman motto dan
persembahan, halaman kata pengantar, halaman abstrak, halaman daftar isi,
halaman daftar lampiran.
Bagian inti dalam penelitian ini, peneulis menyusun kedalam lima bab
10
BAB I PENDAHULUAN
Pada bab ini membahas mengenai: latar belakang masalah,
rumusan masalah, tujuan penelitian, kegunaan penelitian,
metode penelitian, penegasan istilah dan sistematika
penulisan.
BAB II KAJIAN PUSTAKA
Pada bab ini membahas tentang: penelitian terdahulu dan
landasan teori.
BAB III GAMBARAN UMUM NOVEL AYAHKU (BUKAN)
PEMBOHONG
Bab ini membahas tentang: biografi penulis novel, profil novel,
unsur instrinsik, dan sinopsis.
BAB IV PEMBAHASAN
Pada bab ini penulis memberikan sebuah analisis terhadap
kandungan nilai-nilai materi pendidikan karakter yang terdapat
pada novel Ayahku (Bukan) Pembohong dan relevansinya
dengan keadaan karakter remaja pada globalisasi sekarang ini.
BAB V PENUTUP
11 BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Penelitian Terdahulu
Dari pengamatan penulis, ada beberapa hasil penelitian yang
berhubungan dengan peneilitian ini, antara lain:
1. Skripsi berjudul Nilai Pendidikan Karakter Dalam Novel Amelia Karya
Tere Liye Dan Relevansinya Bagi Anak Usia Madrasah Ibtidaiyah (MI)
hasil penelitian Bayu Cahyo Rahtomo, Fakultas Tarbiyah dan Keguruan
UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta (2014). Skripsi ini membahas tentang
nilai-nilai pendidikan karakter yang ada dalam novel Amelia dan
relevansinya bagi anak usiaMadrasah Ibtidaiyah (MI), dan mengatakan
bahwa masyarakat Indoneisa sudah mulai kehilangan karakter bangsa
yang santun dan jujur, hal tersebut sudah banyak disaksisakan di media
massa seperti televisi yang menayangkan sikap generasi muda yang
kurang hormat terhadap kedua orang tuanya, guru, dan orang yang lebih
tua. Selain itu Bayu Cahyo Rahmoto menyebutkan nilai-nilai pendidikan
karakter yang ada dalam novel Amelia antara lain: religius, jujur,
toleransi, disiplin, kerja keras, kreatif, mandiri, demokratis, rasa ingin
tahu, cinta tanah air, bersahabat atau komunikatif, cinta damai, gemar
12
2. Skripsi berjudul Nilai Pendidikan Karakter Novel Bumi Cinta Karya
Habiburrahman El-Shirazy Dan Relevansinya Terhadap Materi
Pembelajaran Sastra Di SMA hasil penelitian Reny Nawang Sakti,
Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Yogyakarta (2013). Skripsi
ini membahas tentang nilai pendidikan karakter dalam novel Bimi Cinta
serta relevansinya terhadap materi pembelajaran sastra pada siswa SMA.
Nilai pendidikan karakter yang terkandung dalam novel Bumi Cinta
mencakup nilai jujur, religius, toleransi, disiplin, kerja keras, kreatif,
mandiri, demokratis, rasa ingin tahu, semangat kebangsaan, komunikatif,
peduli lingkungan, dan peduli sosial. Novel Bumi Cinta dapat digunakan
sebagai materi pembelajaran sastra di SMA karena menggunakan bahasa
yang mudah dipahami, memunculkan situasi baru yang menarik bagi
peserta didik, merupakan bacaan yang memiliki kisah romansa berbalut
dakwah.
3. Skripsi berjudul Nilai-Nilai Pendidikan Karakter Novel Sang Pemimpi
Karya Andrea Hirata Dan Pembelajarannya di SMA hasil penelitian Lusy
Tri Lestari, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung
(2018). Skripsi ini membahas tentang nilai-nilai pendidikan karakter yang
ada dalam novel Sang Pemimpi karya Andrea Hirata dan menyusn
rancangan pembelajarannya di SMA. Nilai-nilai pendidikan karakter
13
keras, kreatif, mansiri, rasa ingin tahu, menghargai prestasi, bersahabat,
peduli sosial, tangggug jawab. Lusy juga mengatkan bahwa nilai
pendidiikan karakter tersebut hadir dengan berbgai cara. Ada yang
tampak melalui ucapan atau perkataan tokoh, ada yang hadir melalui
peristiwa yang terjadi dalam novel, ada juga yang tampak melalui perilaku
atau perbuatan tokoh. Nilai pendidikan karakter yang paling baik
dijadikan bahan ajar sastra adalah nilai pendidiikan karakter yang hadir
lewat perilaku tokoh. Hal tersebut akan nmemudahkan siswa dalam
menginterprestasi nilai yang terkandung dalam novel sehingga dapat
diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Selain itu novel Sang Pemimpi
dapat dijadikan rancangan pembelajaran alternatif bahan pembelajaran di
SMA, khususunya kelas XII semester genap, dengan kompetensi dasar
menginterpretasi makna teks novel secara lisan maupun tulisan.
Skripsi ini berbeda dengan skripsi di atas, dikarenakan skripsi ini
membahas tentang nilai-nilai pendidikan karakter yang terkandung dalam
novel Ayahku (Bukan) Pembohong dan relevansinya terhadap karakter remaja
di era globalisasi. Pada skripsi ini tidak mengkhususkan pada remaja usia
tertentu yang menjadi pembahasan. Akan tetapi yang menjadi objek
14 B. Nilai
Nilai berasal dari bahasa Latin Vale’re yang artinya berguna, mampu
akan, berdaya, berlaku, sesuatu yang dipandang baik, bermanfaat dan paling
benar menurut keyakinan seseorang atau sekelompok orang (Adisusilo,
2013:56).
Menurut Steeman, nilai adalah sesuatu yang memberi makna pada
hidup, yang member acuan, titik tolak dan tujuan hidup dan sesuatu yang
dijunjung tinggi, yang dapat mewarnai dan menjiwai tindakan seseorang
(Adisusilo, 2013:56).
Adapun Raths, Harmin dan Simon mengatakan bahwa nilai itu
merupakan panduan umum untuk membimbing tingkah laku dalam rangka
mencapai tujuan hidup seseorang (Adisusilo, 2013:59).
Diryakara mengatakan bahwa inti pendidikan adalah pemanusiaan
manusia muda.Pada dasarnya pendidikan adalah pengembangan manusia
muda ke taraf insane (Suwarno, 2006:21).
Maka dapat disimpulkan, nilai merupakan sesuatu yang berharga,
bermutu, menunjukkan kualitas, sehingga membuat orang berpikir dalam
bertingkah laku. Bagi orang yang menghayatinya akan menjadi bermartabat.
15 C. Pendidikan Karakter
1. Pengertian Pendidikan Karakter
Pengertian pendidikan sangat erat kaitannya dengan pengertian
pengajaran, sehingga sulit untuk dipisahkan dan dibedakan. Pendidikan
tidak dapat dilaksanakan tanpa adanya pengajaran, dan pengajaran tidak
akan berarti jika tanpa diarahkan ke tujuan pendidikan.
Pendidikan merupakan terjemahan dari education yang berasal dari
kata educate atau bahasa Latinnya Educo. Educo berati mengembangkan
diri dalam mendidik, melaksanakan hukum kegunaan. Ada juga yang
mengatakan Education berasal dari bahasa Latin Educare yang berarti
melatih atau menjinakkan (seperti manusia melatih hewan-hewan yang
liar menjadi semakin jinak sehingga bisa diternakkan) (Najib dkk,
2016:55).
Pada Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional diungkapkan bahwa pendidikan merupakan usaha
sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses
pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi
dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,
kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta berbagai keterampilan yang
16
Menurut Azyumardi Azra pendidikan merupakan suatu proses di
mana suatu bangsa mempersiapkan generasi mudanya untuk menjalankan
kehidupannya dan untuk memenuhi tujuan hidup secara efektif dan
efisien. Bahkan ia menegaskan, bahwa pendidikan lebih sekedar
pengajaran, artinya bahwa pendidikan adalah suatu proses dimana suatu
bangsa atau negara membina dan mengembangkan kesadaran diri diantara
individu-individu (Muslich, 2015:48).
Dengan demikian, pendidikan adalah sebuah proses bimbingan
atau sarana transfer ilmu pengetahuan yang dilakukan secara sadar dengan
tujuan membentuk kepribadian yang berkualitas.
Pendidikan dapat dipandang dari sudut keilmuan tertentu
(Salahudin dan Alkrienciehie, 2013:80), misalnya:
a. Sosiologi memandang pendidikan dari aspek sosial.
b. Antropologi memandang pendidikan adalah enkulturalisasi.
c. Psikologi memandang pendidikan dari aspek tingkah laku individu.
d. Ekonomi memandang pendidikan sebagai usaha penanaman modal
insani yang dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi suatu bangsa.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) karakter
17
membedakan seseorang dengan yang lain (Samani dan Hariyanto,
2014:42).
Prof. Suyanto, Ph.D (Muslich, 2015:70) menyatakan bahwa
karakter adalah cara berpikir dan berperilaku yang menjadi ciri khas
setiap individu untuk hidup dan bekerjasama, baik dalam lingkup
keluarga, masyarakat, bangsa dan negara. Individu yang berkarakter baik
adalah individu yang bisa membuat keputusan dan siap
mempertanggungjawabkan tiap akibat dari keputusan yang ia buat.
Karakter identik dengan akhlak sehingga karakter merupakan
nilai-nilai perilaku manusia yang universal yang meliputi seluruh aktivitas
manusia baik dalam rangka berhubungan dengan Tuhan, diri sendiri,
sesama manusia, maupun lingkungan yang terwujud dalam pikiran, sikap,
perasaan, perkataan, dan perbuatannya berdasarkan norma-norma agama,
hukum, tata krama, budaya dan adat istiadat. Karakter seseorang
dipengaruhi oleh faktor bawaan,faktor lingkungan, serta faktor bawaan
dan lingkungan.
Dari berbagai pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa karakter
merupakan cara berpikir dan berperilaku khas yang dimiliki setiap
individu dan membedakan dengan individu yang satu dengan yang
18
keluarga, masyarakat, bangsa, negara, dan agama. Individu yang
berkarakter baik adalah individu yang mampu membuat keputusan dan
siap mempertanggungjawabkan setiap akibat dari keputusan yang
diambilnya.
Dari berbagai definisi sebagimana diuraikan, dapat diperoleh
pengertiam jelas tentang pendidikan karakter, yaitu: karakter itu
merupakan ssuatu yang mengualifikasi seorang pribadi (Foerster);
keadaan jiwa yang menyebabkan seseorang bertindak tanpa dipikirkan
terlebih dahulu (Ibnu Miskawaih); “hal” keadaan atau kondisi jiwa yang
bersifat bathiniah (Al-Ghazali); sifatalami seseorang dalam merespons
situasi secara bermoral (Thomas Lickona); cara berpikir dan berperilaku
yang menjadi ciri khas tiap individu untuk hidup dan bekerjasama, baik
dalam lingkungan keluarga, masyarakat, bangsa dan negara (Suyanto);
serangkaian sikap, perilaku, motivasi, dan keterampilan (Tadkiroatun
Musfiroh); watak, tabiat, akhlak, atau kepribadian seseorang yang
terbentuk dari hasil internalisasi berbagai kebijakan yang diyakini dan
digunakan sebagai landasan utuk cara pandang, berpikir, bersikap, dan
bertindak (Wibowo, 2012:35).
Berdasarkan deskripsi di atas, maka pendidikan karakter adalah
sebagai usaha sadar dan terencana yang dilakukan pada diri seseorang
19
membedakan dirinya dengan individu lain dan salah satu usaha agar
berperilaku positif dalam menjalin hubungan dengan Tuhan, dirinya
sendiri, orang lain, dan makhluk ciptaan Tuhan lainnya.
Dasar pendidikan karakter diterapkan sejak usia kanak-kanak atau
yang biasa disebut para ahli psikologi sebagai usia emas karena usia dini
terbukti sangat menentukan kemampuan anak dalam mengembangkan
potensinya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sekitar 50% variabilitas
kecerdasan orang dewasa terjadi ketika anak berusia 4 tahun.
Peningkatan 30% berikutnya terjadi pada usia 8 tahun, dan 20% sisanya
pada pertengahan atau akhir dasawarsa kedua. Dari sini sudah sepatutnya
pendidikan karakter dimulai dari dalam pendidikan keluarga, yang
merupakan lingkungan pertama bagi pertumbuhan karakter anak.
Akan tetapi, bagi sebagian keluarga, proses pendidikan karakter
yang sistematis di atas sangat sulit, terutama bagi sebagian orangtua yang
terjebak pada rutinitas yang padat. Karena itu, sebaiknya pendidikan
karakter juga perlu diberikan saat anak-anak masuk di lingkungan
sekolah, terutama sejak play group dan taman kanak-kanak. Disinilah
peran guru yang dalam filosofi Jawa disebut digugu dan ditiru menjadi
ujung tombak di lingkungan sekolah, yang berhadapan langsung dengan
20
Adapun peserta didik yang memiliki ciri-ciri :
a. Memiliki kesadaran spiritual
b. Memiliki integritas moral
c. Memiliki kemampuan berpikir holistic
d. Memiliki sikap terbuka
e. Memiliki sikap peduli
Menurut Arif Rahman Hakim (pakar pendidikan) (Salahudin dan
Alkrienciehie, 2013:57), pendidikan dikatakan berhasil apabila memenuhi
lima karakteristik, yaitu:
a. Bertakwa
b. Kepribadian matang
c. Berilmu mutakhir dan berprestasi
d. Mempunyai rasa kebangsaan
e. Berwawasan global
2. Macam-Macam Nilai Pendidikan Karakter
a. Disiplin
Disiplin adalah tindakan yang menunjukkan perilaku tertib dan
patuh pada berbagai ketentuan dan peraturan (Salahudin dan
21
b. Kerja Keras
Kerja keras adalah perilaku yang menunjukkan upaya
sungguh-sungguh dalam mengatasi berbagai hambatan belajar dan tugas, serta
menyelesaikan tugas dengan sebaik-baiknya (Wibowo, 2012:43).
c. Peduli
Peduli adalah sikap dan tindakan yang selalu ingin
memberikan bantuan pada orang lain dan masyarakat yang
membutuhkan (Wibowo, 2012:44).
d. Kemandirian
Kemandirian adalah sikap dan perilaku yang tidak mudah
tergantung pada orang lain dalam menyelesaikan tugas-tugas
(Wibowo, 2012:43).
e. Tanggung Jawab
Tanggung jawab adalah sikap dan perilaku seseorang untuk
melaksanakan tugas dan kewajibannya, yang seharusnya dia lakukan,
terhadap diri sendiri, masyarakat, lingkungan (alam, sosial dan budaya,
22
f. Penuh Kasih Sayang
Penuh kasih sayang adalah sikap memiliki dan menunjukkan
perasaan penuh kasih sayang, mencintai, dan bersikap penuh
kelembutan (Samani dan Hariyanto, 2014:118).
g. Rasa Ingin Tau
Rasa ingin tau adalah sikap dan tindakan yang selalu berupaya
untuk mengetahui lebih mendalam dan meluas dari sesuatu yang
dipelajarinya, dilihat, dan didengar (Wibowo, 2012:43).
h. Santun
Santun adalah berperilaku sopan, berbudi bahasa halus sebagai
perwujudan rasa hormat dengan orang lain (SamanidanHariyanto,
2014:119).
i. Kesederhanaan
Kesederhanaan yakni sikap dan perilaku yang menunjukkan
kesahajaan dan tidak berlebihan dalam berbagai hal (Zuchdi, 2013:28).
j. Keikhlasan
Keikhlasan yakni sikap dan perilaku seseorang untuk
melakukan suatu perbuatan dengan ketulusan hatinya (Zuchdi,
23
k. Kejujuran
Kejujuran yakni sikap dan perilaku seseorang yang didasarkan
pada upaya menjadikan dirinya selalu dapat dipercaya dalam perkataan
dan perbuatannya (Zuchdi, 2013:26).
l. Keadilan
Keadilan yakni sikap dan perilaku seseorang yang
menunjukkan upaya untuk melakukan perbuatan yang sepatutnya
sehingga terhindar dari perbuatan yang semena-mena dan berat sebelah
(Zuchdi dkk, 2013:28).
m.Religius
Religius yakni sikap dan perilaku yang patuh dalam
melaksanakan ajaran agama yang dianutnya (Salahudin dan
Alkrienciehie, 2013:111).
n. Toleransi
Toleransi adalah sikap dan tindakan yang menghargai
perbedaan agama, suku, etnis, sikap, dan tindakan orang lain yang
24
o. Cinta Tanah Air
Cinta tanah air adalah cara berpikir, bersikap, danberbuat yang
menunjukkan kesetiaan, kepedulian, dan penghargaan yang tinggi
terhadap bahasa, lingkungan fisik, sosial, budaya, ekonomi, dan politik
bangsa (Salahudin dan Alkrienciehie, 2013:111).
p. Menghargai Prestasi
Menghargai prestasi adalah sikap dan tindakan yang
mendorong dirinya untuk menghasilkan sesuatu yang berguna bagi
masyarakat, dan mengakui serta menghormati keberhasilan orang lain
(Salahudin dan Alkrienciehie, 2013:111).
q. Bersahabat atau Komunikatif
Bersahabat atau komunikatif adalah tindakan yang
memperlihatkan rasa senang berbicara, bergaul, dan bekerja sama
denganorang lain (Salahudin dan Alkrienciehie, 2013:112).
r. Gemar Membaca
Gemar membaca adalah kebiasaan menyediakan waktu untuk
membaca berbagai bacaan yang memberikan kebajikan bagi dirinya
25
3. Tujuan Pendidikan Karakter
Tujuan pertama, pendidikan karakter adalah memfasilitasi
penguatan dan pengembangan nilai-nilai tertentu sehingga terwujud dalam
perilaku anak, baik ketika proses sekolah maupun ketika sudah menjadi
alumni. Penguatan mengarahkan proses pendidikan pada proses
pembiasaan yang disertai oleh logika dan refleksi terhadap proses dan
dampak dari proses pembiasaan yang dilakukan di sekolah. Penguatan
juga memiliki makna adanya hubungan antara penguatan perilaku melalui
pembiasaan di sekolah dengan pembiasaan di rumah. Hal ini berimplikasi
bahwa proses pendidikan harus dilakukan secara kontekstual.
Tujuan kedua, pendidikan karakter adalah mengoreksi perilaku
peserta didik yang tidak bersesuaian dengan nilai-nilai yang
dikembangkan oleh sekolah. Yang bermaksud bahwa pendidikan karakter
memiliki sasaran untuk meluruskan berbagai perilaku anak yang negatif
menjadi positif. Proses pelurusan yang dimaknai sebagai pengkoreksian
perilaku dipahami sebagai proses yang pedagogis, bukan suatu pemaksaan
atau pengkondisian yang tidak mendidik.
Tujuan ketiga, pendiidkan karakter setting sekolah adalah
membangun koneksi yang harmoni dengan keluarga dan masyarakat
26
Yang bermakna bahwa proses pendidikan karakter di sekolah harus
dihubungkan dengan proses pendidikan karakter di keluarga. Jika saja
pendidikan karakter di sekolah hanya bertumpu pada interaksi antara guru
dengan peserta didik di kelas dan sekolah, maka pencapaian berbagai
karakter yang diharapkan akan sangat sulit diwujudkan (Najib dkk,
2016:69).
Berdasarkan deskripsi di atas, maka dapat disimpulkan bahwa
tujuan pendidikan karakter sebagai berikut:
1. Menciptakan lingkungan sekolah yang kondusif bagi peserta didik
pada khususnya dan seluruh warga sekolah pada umumnya dalam
menjalin interaksi edukasi yang sesuai dengan nilai-nilai karakter.
2. Membentuk peserta didik yang memiliki kecerdasan emosional dan
kecerdasan spiritual (emotional and spiritual quotient/ESQ).
3. Menguatkan berbagai perilaku positif yang ditampilkan oleh peserta
didik baik melalui kegiatan pembelajaran maupun pembiasaan di kelas
dan sekolah.
4. Mengoreksi berbagai perilaku negatif yang ditampilkan oleh peserta
didik ketika berada di lingkungan sekolah maupun di lingkungan
27
5. Memotivasi dan membiasakan peserta didik mewujudkan berbagai
pengetahuan tentang kebaikan dan kecintaannya akan kebaikan ke
dalam berbagai perilaku positif di lingkungan sekolah dan lingkungan
keluarga (Najib dkk, 2016:71).
Adapun tujuan pendidikan karakter menurut Kementerian
Pendidikan Nasional adalah mengembangkan karakter peserta didik agar
mampu mewujudkan nilai-nilai luhur Pancasila (Salahudin dan
Alkrienciehie, 2013:110).
4. Fungsi Pendidikan Karakter
Masyarakat memandang pendidikan sebagai pewaris kebudayaan
atau nilai-nilai budaya, baik yang bersifat keterampilan, keahlian dari
generasi tua kepada generasi muda agar masyarakat tersebut memelihara
kelangsungan hidupnya atau tetap memelihara kepribadiannya. Dari segi
pandangan individu, pendidikan berarti upaya pengembangan potensi
yang dimiliki individu yang masih terpendam agar teraktualisasi secara
konkret, sehingga hasilnya dapat dinikmati oleh individu dan masyarakat.
Fungsi pendidikan karakter menurut Kementerian Pendidikan
Nasional (Salahudin dan Alkrienciehie, 2013:105), sebagai berikut:
1. Pengembangan potensi dasar, agar berhati baik, berpikiran baik, dan
28
2. Perbaikan perilaku yang kurang baik dan penguatan perilaku yang
sudah baik.
3. Penyaring budaya yang kurang sesuai dengan nilai-nilai luhur
Pancasila.
Adapun fungsi pendidikan karakter menurut Ahmad Fikri
(Salahudin dan Alkrienciehie, 2013:104), yaitu:
a. Pengembangan
Pengembangan potensi dasar peserta didik agar berhati,
berpikiran, dan berperilaku baik.
b. Perbaikan
Untuk memperkuat dan membangun perilaku bangsa yang
multikutur untuk menjadi bangsa yang bermartabat.
c. Penyaring
Untuk menyaring budaya yang negarif dan menyerap budaya
yang sesuai dengan nilai budaya dan karakter bangsa untuk
meningkatkan peradaban bangsa yang kompetitif dalam pergaulan
29
5. Landasan Pendidikan Karakter
Landasan pelaksanaan pendidikan karakter sangat jelas. Hal ini
tampak dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional pada Pasal 3 yang menyatakan “Pendidikan Nasional
berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta
peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan
kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik
agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang
Maha Esa, berakhlak mulia,sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan
menjadi warga yang demokratis serta tanggung jawab” (Wiyani, 2013:31
-32).
Dalam penelitian berjudul “Revitalisasi Pendidikan Karakter di
Sekolah Dasar”, Sa’dun Akbar menemukan tujuh landasan pendidikan
karakter sebagai berikut:
a. Landasan Filsafat Manusia
Secara filosofis manusia diciptakan oleh Tuhan dalam keadaan
“belum selesai”, mereka dilahirkan dalam keadaan belum jadi.
Manusia yang ketika dilahirkan berwujud anak manusia belum tentu
dalam proses perkembangannya menjadi mansuia yang sesungguhnya.
Agar dapat menjadi manusia yang sesungguhnya, dalam proses
30
bantuan. Upaya membantu manusia menjadikan manusia yang
sesungguhnya itulah yang disebut pendidikan. Dalam proses
perkembangannya, karakter manusia bahkan dapat menjadi lebih buruk
daripada hewan. Oleh sebab itu, pendidikan karakter sangat
diperlukan bagi manusia sepanjang hidupnya, agar menjadi manusia
yang berkarakter baik.
b. Landasan Filsafat Pancasila
Manusia Indonesia yang ideal adalah manusia Pancasila, yaitu
menghargai nilai-nilai Ketuhanan, Kemanusiaan, Persatuan,
Kerakyatan, dan Keadilan sosial.Nilai-nilai Pancasila tersebut
harusnya menjadi cover value dalam pendidikan karakter di negeri ini
(Wiyani, 2013:33).
Pendidikan dan pendidikan karakter berbasis Pancasila sangat
dibutuhkan oleh bangsa dan rakyat Indonesia dewasa ini. Sangat
dibutuhkan karena mengingat banyaknya ideologi dan praktik-praktik
hidup yang bertentangan dengan ideologi dan praktik hidup Pancasila
(Dwiyanto dan Saksono, 2012:171). Pancasila sebagai ideologi
pembentukan karakter bangsa yang bernuansa pembebasan tidak boleh
31
Pendidikan harus dijadikan arena bagi pembebasan manusia,
yang akan mengantar orang untuk menemukan dirinya sendiri, yang
kemudian secara kritis dapat menghadapi realitas di sekitarya dan
secara kreatif mengubah dunianya. Perubahan semacam ini yang
dikehendaki oleh sila Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab (Dwiyanto
dan Saksono, 2012:162).
Pendidikan karakter yang berbasis Pancasila akan mengajak
setiap insan manusia untuk menghormati hak asasi manusia lain,
manusia sebagai manusia, bukan manusia yang boleh ditindas dalam
sistem kapitalisme yang sedang mencengkram manusia Indonesia
sekarang (Dwiyanto dan Saksono, 2012:163).
c. Landasan Filsafat Pendidikan
Pendidikan pada dasarnya bertujuan mengembangkan
kepribadian utuh dan mencetak warga negara yang baik. Seseorang
yang berkepribadian utuh digambarkan dengan terinternalisasikannya
nilai-nilai dari berbagai dunia makna (nilai). Yaitu simbolik, empirik,
estetik, etik, sinoptik, dan sinnoetik. Nilai simbolik ada dalam bahasa,
ritualis keagamaan, dan matematika. Nilai empirik terdapat dalam
Ilmu Pengetahuan Alam dan Sosial. Nilai etik berupa pilihan-pilihan
32
adab, dan akhlak.Nilai estetik terdapat pada kesenian. Dan nilai
sinnoetik adalah nilai yang bersifat personal yang hadir dari
pengalaman-pengalaman personal. Nilai sinoptik di dalamnya
terangkum nilai simbolik, estetik, etik, dan sinnoetik. Nilai-nilai
tersebut hadir dalam pendidikan agama, sejarah, dan filsafat.
d. Landasan Agama atau Religius
Pada hakikatnya manusia membutuhkan agama. Hal ini
disebabkan agama berfungsi sebagai pembimbing dan petunjuk arah
atau haluan. Agama memiliki peran besar dalam pembangunan
karakter manusia. Agama menjamin pemeluknya memiliki karakter
mulia, jika ia memiliki komitmen tinggi dengan seluruh ajaran
agamanya. Apabila pemeluk agama memiliki agama hanya sebagai
formalitas belaka tanpa memperhatikan dan mematuhi ajaran
agamanya, maka yang terjadi sering kali agama tidak bisa
mengantarkan pemeluknya berkarakter mulia, malah agama sering
menjadi tameng di balik ketidakberhasilan membangun karakter
pemeluknya (Zuchdi dkk, 2013:19).
Masyarakat Indonesia adalah masyarakat beragama. Oleh
karena itu, dalam kehidupan sehari-harinya baik dalam berhubungan
33
kenegaraan selalu didasari pada ajaran agama yang dianutnya. Maka
nilai-nilai pendidikan budaya dan karakter bangsa harus didasarkan
pada nilai-nilai dan kaidah yang berasal dari agama.
Untuk menjadikan manusia yang memiliki karakter mulia
(berakhlak mulia), manusia berkewajiban menjaga dirinya dengan cara
memelihara kesucian lahir batin, selalu menambah ilmu pengetahuan,
membina disiplin diri, dan berusaha melakukan perbuatan-perbuatan
terpuji serta menghindari perbuatan-perbuatan tercela (Zuchdi dkk,
2013:18).
e. Landasan Sosiologis
secara sosiologis manusian Indonesia hidup dalam masyarakat
heterogen yang terus berkembang. Karena berada di tengah-tengah
masyarakat dengan suku, etnis, agama, golongan, status sosial, dan
ekonomi yang berbeda-beda. Di smaping itu, bangsa Indonesia juga
hidup berdampingan dan bergaul dengan bagsa-bangsa lain. Oleh
sebab itu upaya mengembangkan karakter saling menghargai dan
34
f. Landasan Psikologis
Dari segi psikologis perkembangan terdapat tahapan-tahapan
dalam perkembangan manusia.Perkembangan manusia tercermin dari
karakteristik masing-masing dalam setiap tahap perkembangan.
g. Landasan Teoretik
Ada beberapa teori pendidikan dan pembelajaran yang dapat
dirujuk untuk pengembangan karakter, antara lain: teori-teori yang
berorientasi behavioristik, teori-teori yang berorientasi kognitivistik,
teori-teori yang berorientasi komprehensif.
6. Ciri Dasar Pendidikan Karakter
Menurut Foester (Muslich, 2015:127), pencetus pendidikan
karakter dan pedagog Jerman, ada empat ciri dasar dalam pendidikan
karakter, yaitu:
a. Keteraturan interior di mana setiap tindakan diukur berdasar hieraki
nilai. Nilai menjadi pedoman normatif setiap tindakan.
b. Koherensi yang memberi keberanian, membantu seseorang teguh pada
prinsip, tidak mudah terombang-ambing pada situasi baru atau takut
35
satu sama lain. Tidak adanya koherensi meruntuhkan kredibilitas
seseorang.
c. Otonomi, dimana seseorang menginternalisasikan aturan dari luar
sampai menjadi nilai-nilai bagi pribadi. Ini dapat dilihat lewat
penilaian atas keputusan pribadi tanpa terpengaruh atau desakan pihak
lain.
d. Keteguhan dan kesetiaan. Keteguhan merupakan daya tahan seseorang
guna menginginkan apa yang dipandang baik, dan kesetiaan
merupakan dasar bagi penghormatan atas komitmen yang dipilih.
D. Novel
1. Pengertian Novel
Novel merupakan sebuah karya fiksi prosa yang tertulis dan
naratif. Biasanya dalam bentuk cerita (Maslikhah, 2017:126).
2. Unsur-Unsur Instrinsik Novel
Unsur instrinsik adalah unsur-unsur yang membangun karya sastra
itu sendiri (Nurgiyantoro, 2013:30). Berikut ini adalah beberapa unsur
36
a. Tema
Tema adalah sesuatu yang menjadi dasar cerita, sesuatu yang
menjiwai cerita, atau sesuatu yang menjadi pokok masalah dalam
cerita (Kurniasari, 2014:160).
b. Tokoh dan Penokohan
Menurut Baldic menjelaskan bahwa tokoh adalah orang yang
menjadi pelaku dalam cerita fiksi atau darma, sedangkan penokohan
adalah penghadiran tokoh dalam cerita fiksi atau drama dengan cara
langsung atau tidak langsung dan mengundang pembaca untuk
menafsirkan kualitas dirinya lewat kata dan tindakannya
(Nurgiyantoro,2013:247).
c. Alur
Alur adalah urutan atau rangkaian peristiwa dalam cerita
(Kurniasari, 2014:160).
d. Latar (Setting)
Latar atau setting disebut juga sebagai landasan tumpu,
menunjuk pada pengertian tempat, hubungan waktu sejarah, dan
lingkungan sosial tempat terjadinya peristiwa-peristiwa yang
37
e. Sudut Pandang
Sudut pandang adalah cara memandang penulis dalam
menempatkan dirinya pada posisi tertentu dalam cerita tersebut
(Kurniasari, 2014:161).
f. Gaya Bahasa
Gaya bahasa adalah teknik pengolahan bahasa oleh pengarang
dalam upaya menghasilkan karya sastra yang hidup dan indah
(Kurniasari, 2014:161).
g. Amanat
Amanat merupakan sesuatu yang ingin disampaikan oleh
pengarang kepada pembaca, dan merupakan makna yang terkandung
dalam sebuah karya, makna yang disarankan lewat cerita (Nurgiyanto,
2013:429).
3. Macam-Macam Novel
a. Novel Serius
Novel serius adalah novel yang membutuhkan konsentrasi yang
tinggi dalam membacanya agar memahami dengan baik isi dari novel
38
Pengalaman dan permasalahan kehidupan yang ditampilkan
dalam novel jenis ini disoroti dan diungkapkan sampai ke inti hakikat
kehidupan yang bersifat universal. Di samping memberikan hiburan,
novel serius juga memberikan pengalaman yang berharga kepada
pembaca dan merenungkan secara lebih sungguh-sungguh tentang
permasalahan yang diangkat. Hakikat kehidupan, boleh dikatakan
tetap bertahan sepanjang masa. Tidak pernah ketinggalan zaman.
Itulah sebabnya novel serius tetap menarik sepanjang masa, tetap
menarik untuk dibicarakan. Misalnya seperti, Romeo dan Juliet
(Nurgiyantoro, 2013:22).`
b. Novel Populer
Novel popular adalah novel yang popular pada masanya dan
banyak penggemarnya, khususnya pembaca kalangan remaja
(Nurgiyantoro, 2013:21).
Novel popular lebih mudah dibaca dan lebih mudah dinikmati
Karena semata-mata menyampaikan cerita (Nurgiyantoro, 2013:22).
Contoh novel popular pada tahun 70-an seperti, novel Cewek
Komersil, Gita Cinta dari SMA, dan Musim Bercinta. Sedangkan
novel populer pada saat ini seperti, novel Dilan 1990, Dear Nathan,
39
c. Novel Teenlit
Novel teenlit adalah novel yang mengangkat tokoh-tokoh
sebaya yang pada umunya adalah perempuan (Nurgiyantoro, 2013:27).
Biasanya novel teenlit berkisah tentang dunia remaja seperti
percintaan dan persahabatan dengan bahasa gaul yang khas remaja,
maka amat digandrungi oleh kaum remaja putri yang haus akan bacaan
yang sesuai dengan kondisi kejiwaan mereka. Contoh novel
40 BAB III
GAMBARAN UMUM NOVEL AYAHKU (BUKAN) PEMBOHONG
A. Biografi Penulis Novel
Nama “Tere Liye” adalah nama pena seorang penulis berbakat di
tanah air. Yang diambil dari bahasa Indian yang memiki arti untukmu. Tere
Liye mempunyai nama asli Darwis. Untuk sebagian orang yang mendengar
nama Tere Liye, pasti akan beranggapan bahwa dia adalah seorang
perempuan. Meskipun Tere Liye banyak menghasilkan karya-karya best
seller, akan tetapi sangat sulit sekali mencari biodata atau biografi Tere Liye.
Oleh karena Tere Liye tidak seperti penulis lainnya yang mencantumkan
biografi ataupun foto dalam setiap karyanya.Tere Liye tidak ingin
mempublikasikan kehidupan pribadinya pada umum. Bagi para penggemar
yang ingin berkomunikasi dengan Tere Liye hanya dapat melalui email yaitu
darwisdarwis@yahoo.com.Cara inilah yang dia pilih, cukup dengan berusaha
memberikan hasil karya yang terbaik. Hal tersebut terbukti dari beberapa
karyanya yang menjadi best seller dan pernah diangkat ke layar kaca.
Inilah sedikit informasi mengenai biografi Tere Liye yang penulis
dapatkan dari berbagai sumber di internet.Nama asli Tere Liye adalah Darwis,
yang lahir di Lahat pada 21 Mei 1979. Tere Liye lahir dan tumbuh di
pedalaman Sumatera. Istrinya bernama Riski Amelia. Dikaruniai dua orang
41
anak ke enam dari tujuh bersaudara yang berasaldari keluarga sederhana.
Orang tuanya hanya sebagai petani biasa.Namun hal tersebut tidak
menghalanginya untuk terus berjuang menjadi seseorang yang luar biasa.
Tere Liye menyelesaikan masa pendidikan dasar dan menengah
pertama di SD Negeri 2 dan SMP Negeri 2 Kikim Timur, Sumatera
Selatan.Kemudian melanjutkan sekolah menengah atas di SMU Negeri 9
Bandar Lampung.Setelah selesai SMU di Bandar Lampung, ia melanjutkan
pendidikannya di Universitas Indonesia Fakultas Ekonomi.
1. Karakteristik Novel Karya Tere Liye
Setiap penulis memiliki karakteristik yang berbeda-beda pada hasil
karyanya. Sama halnya dengan Tere Liye yang mempunyai karakteristik
tersendiri pada karya-karyanya yang dapat memikat pembacanya. Tere
Liye memiliki ciri khas tersendiri dengan mengangkat tema yang
bernuansa Islami dan kemanusiaan. Dalam setiap karya-karyanya,ia
mampu membuat pembaca tersentuh hatinya, memberikan pelajaran
hidup, dan mampu membius pembaca seolah-olah ikut serta dalam cerita
tersebut.Baik dalam kejadian yang menyedihakn ataupun yang
membahagiakan.Selain itu, dalam penggunaan bahasa Tere Liye lebih
cenderung menggunakan bahasa yang halus, indah, dan mudah dipahami
oleh berbagai kalangan pembaca. Desain cover dan pemberian judul juga
42
menggunakan cover yang berkaitan dengan judul, sehingga mudah sekali
pembaca menebak isi dari novel tersebut. Berbeda dengan Tere Liye yang
sering menggunakan cover dan judul novel yang terkadang jauh sekali
dengan isi novel yang sebenarnya. Sehingga membuat para pembaca
penasaran dengan isinya. Salah satu contoh adalah novel Ayahku (Bukan)
Pembohong yang menggunakan cover atau sampul yang bergambarkan
layang-layang yang tersangut di pohon.Bagi orang yang melihat, hal
tersebut sangatlah tidak menyambung antara judul dengan gambar sampul.
Dari setiap karya-karyanya Tere Liye memberikan pemahaman
bahwa hidup tidaklah serumit seperti yang dipikirkan kebanyakan
orang.Hidup adalah anugerah terindah dari Yang Maha Kuasa yang harus
kita jalani dan syukuri.Ia selalu memberikan pelajaran di setiap karyanya
bahwa kita tidak boleh berhenti berusaha dalam meraih apa yang kita
cita-citakan. Tidak ada yang tidak mungkin selama kita tetap berusaha dan
berdoa.
2. Karya-Karya Tere Liye
Tere Liye merupakan salah satu dari sekian banyak penulis di
tanah air yang menghasilkan karya-karya best seller.Salah satunya adalah
novel Ayahku (Bukan) Pembohong yang menjadi bahan penelitian ini.
43
a. Tentang Kamu (Republika, 2016)
b. Bintang (Gramedia Pustaka Utama, 2017)
c. Daun Yang Jatuh Tak Pernah Membenci Angin (Gramedia Pustaka
Utama, 2010)
d. Moga Bunda Disayang Allah (Republika, 2006)
e. Bidadari-Bidadari Surga (Republika, 2008)
f. Hafalan Shalat Delisa (Republika, 2005)
g. Negeri Di Ujung Tanduk (Gramedia Pustaka Utama, 2013)
h. Hujan (Gramedia Pustaka Utama, 2016)
i. Bulan (Gramedia Pustaka Utama, 2015)
j. Matahari (Gramedia, 2016)
B. Profil Novel
Judul : Ayahku (Bukan) Pembohong
Penulis : Tere Liye
Tahun Terbit : 2016
Cetakan ke :16
Penerbit : PT Gramedia Pustaka Utama
Jl. Palmerah Barat 29-37 Blok 1, Lt 5 Jakarta 10270
44 C. Unsur Instrinsik Novel
Adapun unsur-unsur instrinsik dalam novel Ayahku (Bukan)
Pembohong adalah sebagai berikut :
1. Tema
Tema yang diangkat dalam novel Ayahku (Bukan)
Pembohongmengungkapkan tentang sebuah keluarga yang membesarkan
anak dengan dongeng-dongeng, sederhana, dan tentang definisi
kebahagiaan yang sesungguhnya.
2. Tokoh dan Penokohan
Tokoh-tokoh dalam novel Ayahku (Bukan) Pembohong adalah
sebagai berikut:
a. Dam
1) Tokoh Dam dalam cerita digambarkan sebagai anak laki-laki yang
memiliki tubuh pendek dan berambut keriting. Hal ini ditunjukkan
ketika Jajrit mengejeknya. Yang terdapat pada kalimat sebagai
berikut:
“Ternyata menarik melihat anak pendek, keriting, telanjang bulat
45
2) Dam juga digambarkan memiliki sifat yang pekerja keras. Hal
tersebut tertulis pada kalimat sebagai berikut :
“Satu jam lalu, bahkan saat ayah dan ibu belum bangun, saat
jalanan masih gelap, aku juga sudah menggowes sepeda,
mengantar koran, mengepel lantai, menyiram tanam,
mengerjakan seluruh tugas rumah yang kuabaikan sebuan
terakhir.”(Liye, 2016:57).
3) Memiliki semangat yang tinggi. Hal tersebut tertulis pada kalimat
sebagai berikut:
”Aku berlatih dua kali lebih semangat dibanding anggota klub
lain-datang lebih awal, pulang paling akhir.”(Liye, 2016:51).
4) Menerima resiko dan bertanggung jawab atas apa yang
dilakukannya. Hal tersebut tertulis pada kalimat sebgai berikut:
“Baiklah aku akan membayar denda.Itu malah lebih mudah
dibandingkan membersihkan sesuatu selama
sebulan.”(Liye,2016:200).
5) Membantu sesama, meskipun tidak mengenal orang tersebut. Hal
46
“Dia anak yang baik.Dia menjaga wanita tua ini sepanjang
perjalanan.” Nenek itu tertawa renyah….”(Liye,2016:172).
“Nenek tua itu melakukan perjalanan sendirian, ia bilang
punggungnya sakit kalau terlalu lama duduk.Aku memberikan
separuh kursiku padanya agar ia bisa
bersandar.”(Liye,2016:172).
6) Perhatian dan penuh kasih sayang. Hal tersebut tertulis pada
kalimat sebagai berikut :
“Aku sempat menemani Ibu makan malam di kamarnya, memijat
hingga ia jatuh tertidur.Mematikan lampu, berjinjit keluar.”
(Liye,2016:175).
7) Mandiri. Hal tersebut tertulis pada kalimat sebagai berikut :
“Ini hari libur, sepatu dan seragam sekolah kau belum dicuci,
Dam?Dan kau juga belum mengepel lantai, membersihkan
halaman,” Ibu mengingatkanku yang asyik memasang poster
baru.”(Liye,2016:55).
“Sejak kecil Ayah tidakmembiasakanku minta tolong-bahkan
mengambil sendok di seberang meja makan, aku memilih berdiri
47
8) Optimis. Hal tersebut tertulis pada kalimat sebagai berikut :
“Aku akan mengumpulkan uang Bu.Lihat, aku sudah dewasa, aku
sudah bisa bekerja,” aku berkata menyakinkan, memegang lengan
Ibu.” (Liye, 2016:196).
9) Kreatif, hal tersebut tertulis pada kalimat sebagai berikut :
“Maka esok harinya aku memasang pengumuman tentang
kesempatan bekerja di perkampungan bagi siapa saja yang
berminat.”(Liye,2016:206).
10) Mudah bersosialisasi, hal tersebut tertulis pada kalimat :
“Aku ingin bekerja di luar, membantu perkampungan dekat
Akademi Gajah.Setiap sore, lepas jadwal di kelas, aku bisa
membantu mereka mengurus mereka ngurus ladang, menangkap
ikan, dan jenis pekerjaan yang tersedia.”(Liye,2016:204).
11)Rasa ingin tahu yang besar, hal tersebut terdapat pada kalimat :
“Bagaimana rumah sang kapten, Yah? Besar?Kecil? Ayah ke
kamarnya? Apakah ada poster-poster seperti kamarku? Apakah
sang kapten punya koleksi gambar idolanya?” Aku mencengkram
48
b. Ayah
1) Seorang Ayah yang digambarkan memiliki kehidupan yang sangat
sederhana. Hal tersebut tertulis pada kalimat sebagai berikut :
“Keluarga kami tidak kekurangan, meski tidak juga kaya (jangan
bandingkan dnegan keluarga Jajrit). Walaupun lulusan master
hukum luar negeri, Ayah hanya menjadi pegawai negeri golongan
menengah, bukan hakim, jaksa, atau pejabat penting seperti
teman-temannya yang bahkan lulusan sekolah hukum terbaik
dalam negeri pun tidak. Lebih tepatnya, hidup kami apa
adanya.”(Liye, 2016:51).
2) Memiliki kejujuran yang luar biasa. Hal tersebut tertulis pada
kalimat sebagai berikut :
”Ayahku bukan pembohong.Seluruh penghuni kota kami tahu
ayahku pegawai yang jujur dan sederhana.”(Liye, 2016:141).
3) Perhatian. Hal tersebut tertulis pada kalimat sebagai berikut :
“Pulang sekolah, dengan menumpang angkutan umum, Ayah
menjemputku. Ia langsung mengantarkanku ke klub renang kota
kami.”(Liye,2016:22).
49
“Kau tidak menuduhAyah berbohong kan?”Ayahbertanya
tajam.”(Liye,2016:191).
5) Mudah marah, hal tersebut tertulis pada kalimat :
“Astaga?Setelah bertahun-tahun tidak ada satu pun penduduk kota
yang berani meragukan apa yang keluar dari mulut Ayah, malam
ini, anakku satu-satunya meragukan sendiri ucapanku.”Ayah
berdiri, berkata lantang, menatap tajam, mengacungkan telunjuk.”
(Liye,2016:192).
c. Ibu
1) Penuh kasih sayang , hal tersebut tertulis dalam kalimat :
“Jangan lupa makan, Dam, “Ibu berbisik, setengah menit tidak
melepaskan pelukannya.” (Liye,2016:122).
2) Perhatian, hal tersebut tertulis dalam kalimat :
“Bergegas, Dam. Kau sudah terlambat!”Sambil mengomel, Ibu
memasukkan celana dan kacamata renang ke dalam kantong
plastik, mencari sepatu, sekaligus meneriakiku yang masih
berkutat memasang seragam sekolah.”(Liye,2016:19).
50
“Ibu terharu dan berkata, “ini kado terindah yang pernah Ibu
terima, saying.Terima kasih.”(Liye,2016:191).
d. Taani
1) Optimis, hal tersebut tertulis pada kalimat :
“Aku berani bertaruh, dia paling juga tidak menonton, hanya
melihat beritanya tadi pagi, sekarang berlagak paling
tahu….”(Liye,2016:21).
2) Perhatian, hal tersebut tertulis pada kalimat :
“Sejauh ini, Taani rajin mengunjungi Ayah, mengirimi makanan,
membantu mengurus rumah, dan tentu saja menemani Ayah,
mendengarkan cerita-cerita itu.”(Liye,2016:266).
3) Tanggung jawab, hal tersebut tertulis pada kalimat :
“Taani melakukan apa saja untuk membuat mereka berhenti,
termasuk sengaja meninggalkan buku hariannya lagi di laci meja,
yang di dalamnya sudah ditulis bahwa papa Jajrit juga teman