• Tidak ada hasil yang ditemukan

KAJIAN TEORITIS, KERANGKA BERPIKIR, DAN HIPOTESIS PENELITIAN

D. Pengertian dan Ruang Lingkup Pendidikan Pembangunan Berkelanjutan (PPB)

1. Pengertian Pendidikan Pembangunan Berkelanjutan (PPB)

D. Pengertian dan Ruang Lingkup Pendidikan Pembangunan Berkelanjutan (PPB)

1. Pengertian Pendidikan Pembangunan Berkelanjutan (PPB)

Keberlanjutan merupakan agenda utama dunia, UNESCO telah mengambil inisatif untuk melaksanakan dekade pendidikan untuk pembangunan berkelanjutan (Mahat, Saleh, Hasim, & Nayan, 2016). Munculnya istilah pendidikan pembangunan berkelanjutan (PPB) akibat dari tumbuhnya kesadaran akan globalisasi (Setiawan, 2016). PPB mampu mendorong perubahan pola pikir orang untuk meningkatkan kualitas hidup menjadi lebih aman, sehat dan sejahtera (Ambusaidi & Washahi, 2016).

PPB mampu melengkapi individu, masyarakat, pemerintah untuk hidup dan bertindak secara berkelanjutan dalam memahami aspek lingkungan, aspek sosial, dan aspek ekonomi dari PPB (Anyolo, 2018). Dalam hal untuk membentuk generasi masyarakat masa depan PPB dianggap sebagai faktor untuk mengubah sikap dan prilaku, sehingga sekolah guru dan lembaga pendidikan berperan penting dalam visi PPB (Andersson, 2016).

Melalui agenda abad 21 menyatakan, bahwa dalam pendidikan PPB mulai memasukan isu-isu global (Bell, 2016). Dimana pada abad 21 kehidupan manusia mengalami perubahan-perubahan yang fundamental dengan abad sebelumnya, sehingga pada abad 21 ini juga dikatakan dengan abad yang meminta kualitas dalam segala usaha dan hasil kerja, selain itu dikatakan juga dengan masa knowledge age atau pengetahuan (Wijaya, Sudjimat, & Nyoto, 2016). Dasar PPB memungkinkan adanya keutuhan dan saling ketergantungan segala bentuk kehidupan (Al-Naqib & Alshannag, 2018).

Pendidikan pembangunan berkelanjutan ini telah dibahas oleh kesepakatan dari sidang umum Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) ke-70 bulan September 2015 yang bertepatan di New York, tercantum dalam

17

dokumen yang berjudul Transporming Our World: the 2030 Agenda For

Sustainable Development, yang berisi 17 tujuan dan 169 sasaran berlaku

dari tahun 2016-2030 dikenal dengan istilah Millenium Development Gols (SDGs ) dan sudah di sepakati oleh PPB pada tahun 2000-2015 (Ghany, 2018). Menurut Hasanah, Rosliana, Alfa, & Adjie (2019), 17 tujuan dari PPB yang terintegrasi pada lingkungan, sosial, dan ekonomi di antaranya:

1. Tanpa adanya kemiskinan. 2. Tanpa adanya kelaparan. 3. Kehidupan sehat dan sejahtera. 4. Pendidikan yang berkualitas. 5. Kesetaraan gender.

6. Air bersih dan juga sanitasi layak. 7. Energi bersih dan juga terjangkau.

8. Pertumbuhan ekonomi dan pekerjaan layak. 9. Inovasi, industri dan infrastuktur.

10. Berkurangnya kesenjangan.

11. Kota serta pemukiman yang berkelanjutan. 12. Produksi dan konsumsi berkelanjutan. 13. Penanganan perubahan iklim.

14. Ekosistem lautan. 15. Ekosistem daratan.

16. Keadilan, perdamian serta kelembagaan yang tangguh. 17. Kemitraan untuk mencapai tujuan.

Berikut ini indikator SDGs yang selaras dengan tujuan perubahan iklim, dapat dilihat pada tabel 2.3.

18

Tabel 2.3 Tujuan dan Indikator dari SDGs

Target Tujuan SDGs Indikator Indikator SDGs Tujuan 13 mengambil tindakkan cepat untuk mengatasi perubahan iklim

dan dampaknya 13.1 Memperkuat kapasitas

ketahanan beserta adaptasi terhadap bahaya terkait iklim dan bencana alam di semua Negara.

13.1.1 Dokumen tentang Kajian Pengurangan Risiko Bencana (PRB) tingkat nasional dan daerah.

13.1.2 Jumlah korban

meninggal, hilang, dan terkena dampak bencana per 100.000 orang.

13.2 Mengintegrasikan

tindakan antisipasi perubahan iklim ke dalam kebijakan, strategi, beserta perencanaan nasional. 13.2.1 Dokumen Biennial Updatereport (BUR). 13.2.1 (A) Dokumen pelaporan penurunan emisi Gas Rumah Kaca (GRK).

13.3 Meningkatkan

pendidikan, penumbuhan kesadaran, serta kapasitas manusia dan kelembagaan terkait mitigasi, adaptasi, pengurangan dampak dan peringatan dini perubahan

13.3.1 Jumlah negara yang telah mengintegrasikan mitigasi, adaptasi, pengurangan dampak dan peringatan dini ke dalam kurikulum sekolah dasar, sekolah

19

ikim. perguruan tinggi.

13.3.2 Jumlah negara yang telah mengkomunikasikan penguatan kapasitas kelembagaan, sistem individu untuk melaksanakan adaptasi mitigasi, dan transfer teknologi, serta kegiatan pembangunan. 13.3.A

.

Melaksanakan komitmen negara maju pada The

united nations framework

convention climate

change, untuk tujuan

mobilisasi dana bersama sebesar 100 miliar dolar Amerika per tahun pada tahun 2020 dari semua sumber untuk mengatasi kebutuhan negara berkembang dalam konteks aksi mitigasi yang bermanfaat dan transparansi, dalam pelaksanaannya dan mengoperasionalisasi

13.3.A.1 Mobilisasi sejumlah dana (USD) per tahun mulai tahun 2010 secara akuntabel

mencapai komitmen sebesar 100 milyar USD.

20 secara penuh the green

climate fund melalui

kapitalisasi dana tersebut sesegera mungkin.

13.3.B. Menggalakkan

mekanisme untuk meningkatkan kapasitas perencanaan dan pengelolaan yang efektif terkait perubahan iklim di

negara kurang

berkembang, negara berkembang pulau kecil, termasuk fokus pada perempuan, pemuda, serta masyarakat lokal dan marjinal.

13.3.B.1 Jumlah negara-negara kurang berkembang dan negara berkembang kepulauan kecil yang menerima dukungan khusus dan sejumlah dukungan, termasuk keuangan, teknologi dan peningkatan kapasitas, untuk mekanisme peningkatan kapasitas dalam perencanaan dan pengelolaan yang efektif terkait perubahan iklim, termasuk fokus pada perempuan, generasi muda serta masyarakat lokal dan marjinal (Said, dkk, 2016, hlm.199-202)

21

SDGs menempatkan bidang pendidikan yang paling utama untuk mempersiapkan masyarakat dunia supaya pro terhadap pembangunan berkelanjutan yang dikenal sebagai Education for Sustainable

Development (ESD). Untuk tercapainya masa depan yang berkelanjutan

maka pendidikan memegang peran yang penting untuk membentuk manusianya (Mochtar, dkk, 2014 hlm.7).

Banyak negara-negara yang berpartisipasi dalam program PPB, setelah satu dekade yang dirancangkan oleh Persatuan Bangsa-Bangsa (PBB), di antaranya negara Jepang, Malaysia, Thailand, Filipina, dan China telah melakukan upaya-upaya untuk melaksanakan PPB (Segara, 2015). Definisi dari PPB itu sendiri adalah sebuah visi baru dalam bidang pendidikan, dengan tujuan untuk menciptakan masa depan yang berkalanjutan dalam semua usia (Anggraini, 2017). PPB juga merupakan konsep multidisiplin yang melihat konsep pembangunan dari perspektif sosial, ekonomi, dan lingkungan (Ghany, 2018). Menurut Segara (2015), PPB merupakan pikiran atau gagasan yang berasal dari pendidikan lingkungan.

Kriteria dalam pendidikan pembangunan berkelanjutan itu dibagi menjadi tujuh bagian di antaranya (Mochtar, 2014 hlm.11-15):

1. Fokus terhadap pembelajar, yaitu berpusat kepada siswa (difokuskan kepada kebutuhan, kemampuan, minat, dan gaya belajar siswa) dimana guru hanya sebagai fasilitator dan siswa dituntut untuk aktif.

2. Pendidik yang interdisiplin dan holistik, yang artinya tidak hanya satu subjek akan tetapi ada diberbagai kurikilum.

3. Pendidikan yang menggunakan pendekatan berbagai metode, di antaranya seni, kata-kata, pengalaman, debat, dan beragam ilmu padagogi, peserta bekerja, dan juga main bersama untuk mencapai tujuan pembelajaran.

22

4. Pendidikan berbasis pada pendekatan berpikir sistem, yaitu mencari suatu keterkaitan dan solusi mengenai isu-isu bumi berkelanjutan dan sistem dari kehidupan.

5. Pendidikan yang memunculkan nilai, yaitu pendidikan yang meningkatakan tanggung jawab serta partisipasi dalam membuat keputusan dan meningkatkan cara berpikir kritis, serta membantu peserta didik melihat kepada aspek lingkungan, sosial dan ekonomi serta menemukan solusi dari bumi berkelanjutan.

6. Pendidikan yang mengedepankan isu lokal serta pendekatan kultur lokal, disamping adanya isu global serta menggunakan bahasa yang dapat dimengerti oleh semua pihak.

7. Belajar sepanjang hayat, dimana kegiatan belajar dapat diperoleh dari siapa saja tanpa melihat usia, gender, status sosial serta dapat di laksanakan kapan saja dan di mana saja.

Terdapat tiga aspek dalam PPB, di antarannya yaitu aspek lingkungan, aspek sosial-budaya, dan aspek ekonomi. Dapat di lihat pada gambar berikut keterkaitan antara kimia terhadap lingkungan, sosial-budaya, dan ekonomi (Herlianti, 2015).

23

Agar pembangunan dapat berkelanjutan maka pembangunan yang direncanakan harus ramah lingkungan (environmentally sound),

menguntungkan secara ekonomi (economically viable), dan diterima

secara social (socially acceptable). Dalam pelaksanaan pembangunan

nasional yang lestari dan berkesinambungan sangat penting untuk

memperhatikan tiga pilar pembangunan berkelanjutan, yaitu

pembangunan ekonomi, sosial, dan lingkungan hidup secara seimbang.

Dokumen terkait