• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN

A. Pendidikan dalam Islam

1. Pengertian Pendidikan

Istilah pendidikan adalah terjemahan dari bahasa Yunani paedagogie yang

berarti “pendidikan” dan paedagogia yang berarti “pergaulan dengan anak

-anak”. Sedangkan orang yang tugasnya membimbing atau mendidik alam

pertumbuhannya agar dapat berdidi sendiri disebut paedgogos. Istilah

paedagogos berasal dari kata paedos (anak) dan agoge (saya membimbing, memimpin).

Berpijak dari istilah di atas, pendidikan bisa diartikan sebagai “ usaha yang

dilakukan orang dewasa dalam pergaulannya dengan anak-anak untuk membimbing/memimpin perkembangan jasmani dan rohaninya ke arah

kedewasaan”. Atau dengan kata lain, pendidikan ialah “bimbingan yang

diberikan dengan sengaja oleh orang dewasa kepada anak-anak dalam pertumbuhannya, baik jasmani maupun rohani agar berguna bagi diri sendiri

dan masyarakatnya.”

John Dewey mengartikan pendidikan sebagai organisasi pengalaman hidup, pembentukan kembali pengalaman hidup. Sementara itu, Komisi Nasional Pendidikan mendefinisikan pendidikan adalah usaha nyata menyeluruh yang setiap program dan kegiatannya selalu terkait dengan tujuan akhir pendidikan.

42

Meski berawal dari akar kata yang sama, tetapi pemberian makna terhadap istilah pendidikan begitu beragam. Perbedaan itu secara prinsip dikarenakan tujuan pendidikan yang ingin dicapai berbeda-beda (beragam) pada setip masanya, serta amat dipengaruhi oleh kondisi sosial politik dan geografis, apalagi, pendidikan adalah ilmu pengetahuan yang bercorak teoritis dan praktis (Armai, 2007:16).

2. Pendidikan dalam Islam

Dari sudut pandang manusia, pendidikan ialah proses sosialisasi, yakni memasyarakatkan nilai-nilai, ilmu pengetahuan dan ketrampilan dalam

kehidupan. Sosiologi Emile Durkheim dalam karyanya, Education and

Sociology (1956) mengatakan bahwa pendidikan merupakan produk manusia yang menetapkan kelanggengan kehidupan manusia itu sendiri, yaitu mampu konsisten mengatasi ancaman dan tantangan masa depan. Nabi SAW

bersabda : “Didiklah anakmu-anakmu, sesungguhnya mereka diciptakan untuk

zamannya, dan bukan untuk zamanmu”. Jadi pendidikan harus berorientasi

masa depan dan futuristik (Khoiron Rosyadi, 2004:137).

Ahmad D. Marimba memberikan pengertian pendidikan Islam sebagai program bimbingan sunyek pendidikan (guru, pendidik) kepada objek pendidikan (murid) dengan bahan materi tertentu, dalam jangka waktu tertentu, dengan metode tertentu dan dengan alat perlengkapan yang ada ke arah terciptanya pribadi tertentu disertai evaluasi sesuai ajaran Islam. Menurut Yusuf Qardhawi, pendidikan Islam adalah pendidikan manusia seutuhnya, akal dan hatinya, rohani dan jasmaninya, akhlak dan ketrampilannya.

43

Menurut Muyazin Arifin, hakekat pendidikan Islam adalah usaha orang dewasa muslim yang bertaqwa secara sadar mengarahkan dan membimbing pertumbuhan serta perkembangan fitrah (kemampuan dasar) anak didik melalui ajaran Islam kearah titik maksimal pertumbuhan dan perkembengannya ( Armai, 2007:18).

Secara estimologis, pengertian pendidikan Islam digali dari Al-Qur‟an dan

Hadist sebagai sumber pendidikan Islam. Menurut Muhammad Fadhil Al Jamaly sebagaimana dikutip Muhaimin dan Abdul Mujib, bahwa pendidikan Islam adalah upaya mengembangkan, mendorong serta mengajak manusia lebih maju berlandaskan nili-nilai yang tertinggi dan kehidupan yang mulia, sehingga terbentuk pribadi yang lebih sempurna baik berkaitan dengan akal, perasaan maupun perbuatan (S.M. Ismail, 2008:35)

Pengertian pendidikan seperti yang lazim dipahami sekarang belum terdapat di zaman Nabi. Tetapi usaha dan kegiatan yang dilakukan oleh Nabi dalam menyampaikan seruan agama dengan berdakwah, menyampaikan ajaran, memberi contoh, melatih keterampilan berbuat, memberikan motivasi, dan menciptakan lingkungan sosial yang mendukung pelaksanaan ide pembentukan pribadi muslim itu, telah mencakup arti pendidikan dalam pengertian sekarang.

Bila kita akan melihat pengertian pendidikan dari segi bahasa, maka kita harus melihat kepada kata Arab karena ajaran Islam itu diturunkan dalam

bahasa tersebut. Kata “Pendidikan” yang umum kita gunakan sekarang, dalam

bahasa Arabnya adalah “Tarbiyah”, dengan kata kerja “Rabba”. Kata “pengajaran” dalam bahasa Arabnya adalah “ta‟lim” dengan kata kerjanya

44

“ „allama”. Pendidikan dan Pengajaran dalam bahasa arabnya “Tarbiyah wa ta‟lim”, sedangkan “pendidikan Islam” dalam bahasa Arabnya adalah

“Tarbiyah Islamiyah” (Zakiyah Daradjat, 2012:25).

Dalam konteks pendidikan Islam, kita mengenal terminologi pendidikan

Islam sebagai Al-Ta‟dib, Al-Ta‟lim dan Al-Tarbiyah. Sejak dekade 1970-an,

sering terjadi diskusi berkepanjangan berkenaan dengan persoalan apakah Islam itu memiliki konsep pendidikan atau tidak. Dalam bahasan berikut kita akan menjernihkan dan mencoba mempertajam ketiga istilah tersebut sebagai terminologi pendidikan Islam (Khoiron Rosyadi, 2004:138).

a. Al-Ta‟dib

Adab adalah disiplin tubuh, jiwa dan ruh, disiplin yang menegaskan pengenalan dan pengakuan tempat yang tepat dalam hubungannya dengan kemampuan dan potensi jasmaniah, intelektual dan ruhaniah, pengenalan dan pengakuan akan kenyataan bahwa ilmu dan wujud ditata secara hirarkis sesuai denagn berbagai tingkat dan derajat.

Bagi Al-Attas konsep ta‟dib untuk pendidikan Islam adalah lebih tepat

dari at-Tarbiyah dan at-Ta‟lim. Sementara Dr.Fatah Abdul Jalal beranggapan

sebaliknya karena yang lebih sesuai menurutnya justru al-Ta‟lim. Menurut

Al-Attas, pendidikan adalah beban masyarakat. Penekanan pada adab yang mencakup amal dalam pendidikan dan proses pendidikan adalah untuk

menjamin bahwasanya ilmu („ilm) dipergunakan secara baik di dalam

45

sebagaimana didefinisikan disini, sudah mencakup ilmu dan amal. Simaklah sabda Nabi SAW, yang artinya sebagai berikut :

dari ibnu mas‟ud: Tuhanku telah mendidikku, dan dengan demikian menjadikan pendidikanku yang terbaik (HR.Ibnu Mas‟ud) (Al-Suyuthi, jamius Shaghir I:14)

Terjemahan addaba dalam hadist di atas sebagai “ mendidik” yang menurut

Ibnu Manzhur merupakan padanan kata „allama, dan yang oleh al-Zajjaz

dikatakan sebagi cara Tuhan mengajar NabiNya. Mashdar addaba adalah

Ta‟dib yang diterjemahkan sebagai “pendidikan” dan dapat rekanan

konseptualnya di dalam istilah Ta‟lim.

Dengan jelas dan sistematik, Al-Attas menurunkan penjelasan sebagai berikut :

1) Menurut tradisi ilmiah bahasa Arab, istilah ta‟dib mengandung tiga

unsur: pembangunan iman, ilmu dan amal.

2) Dalam hadis Nabi SAW terdahulu secara eksplisit dipakai istilah ta‟dib

dari addaba yang berarti mendidik. Cara Tuhan mendidik Nabi, tentu

saja mengandung konsep pendidikan yang sempurna.

3) Dalam kerangka pendidikan, istilah ta‟dib mengandung arti : ilmu,

pengetahuan dan pengasuhan yang baik.

4) Dan akhirnya,Al-Attas menekankan pentingnya pembinaan tatakrama,

sopan-santun, adab dan semacamnya, atau secara tegas, akhlak yang

terpuji yang hanya terdapat dalam istilah ta‟dib.

46

Menurut Abdul Fatah Jalal, proses ta‟lim justru lebih universal

dibandingkan proses tarbiyah. Untuk menjelaskan pendapat ini, jalal memulai

uraiannya dengan menjelaskan tingginya kedudukan ilmu (pengetahuan) dalam

Islam. Ia mengutip Al-Qur‟an surah Al-Baqarah ayat 30-34. Menurut jalal,

dalam ayat-ayat itu terkandung pengertian bahwa kata ta‟lim jangkauannya

lebih jauh, serta lebih luas dari pada kata tarbiyah. Kemudian Jalal mengutip

ayat 151 surah Al-Baqarah, yang menurut jalal berdasarkan ayat itu dapat

diketahui bahwa proses ta‟lim lebih universal dibandingkan dengan proses

tarbiyah. Sebab ketika mengajar bacaan Al-Qur‟an kepada kaum muslimin,

Rosul SAW tidak terbatas pada membuat mereka sekedar dapat membaca, tetapi membaca dengan perenungan yang berisi pemahaman, tanggung jawab dan amanah.

Jadi, berdasarkan analisis di atas itu Jala menyimpulkan bahwa menurut

Al-Qur‟an, ta‟lim lebih luas dari tarbiyah. Berbeda dengan Al-Attas, Jalal tidak

membandingkan dengan ta‟dib. Selanjutnya, Jalal menjelaskan bahwa ta‟lim

tidak berhenti pada pengetahuan yang lahiriah, juga tidak sampai pada

pengetahuan taklid. Akan tetapi ta‟lim mencakup pula pengetahuan teoritis,

mengulang kaji secara lisan dan meyeluruh melaksanakan pengetahuan itu.

Ta‟lim mencakup pula aspek-aspek pengetahuan, juga ketrampilan yang dibutuhkan dalam kehidupan serta pedoman berperilaku.

c. Al-Tarbiyah

Menurut Abdurrahman An-Nahlawi, At-Tarbiyah adalah lebih tepat

47

menguraikan secara sistematik semantik, lafal at-Tarbiyah yang (dianggap)

berasal dari tiga kata sebagai berikut :

1) Raba-yarbu yang berarti bertambah dan bertumbuh. Makna ini dapat

dilihat dalam Al-Qur‟an surah Al-Rum ayat 39.

2) Rabiya-yarbu denagn wazan, Khafiya-yakhfa yang berarti, menjadi

besar.

3) Rabba-yarabbu dengan wazan madda-yamuddu, berarti memperbaiki,

menguasai urusan, menuntun, menjaga dan memelihara.

Imam Al-Baidhawi mengatakan, makna asal al-Rabb adalah al-Tarbiyah,

yaitu menyampaikan sesuatu sedikit demi sedikit hingga sempurna. Al-Raghib

Al-Asfahani menyatakan, makna asal al-Rabb adalah al-tarbiyah, yaitu

memelihara sesuatu sedikit demi sedikit hingga sempurna.

Dari ketiga istilah tersebut, Abdurrahman an-Nahwali, menyimpulkan

bahwa pendidikan (al-tarbiyah) terdiri atas empat unsur: pertama, menjaga dan

memelihara fitrah anak menjelang baligh. Kedua, mengembangkan seluruh

potensi dan kesiapan yang bermacam-macam. Ketiga, mengarahkan

keseluruhan fitrah dan potendi ini menuju kepada kebaikan dan kesempurnaan

yang layak baginya. Dan keempat, proses ini dilaksanakan secara bertahap

sebagaimana diisyaratkan oleh Al-Baidhawi dan Al-Raghib, dengan sedikit demi sedikit hingga sempurna.

Tumpang tindih pemakaian dan pemahaman istilah di atas sebenarnya tidak perlu terjadi, jika konsep yang dikandung ketiga istilah tersebut diaplikasikan dalam kegiatan praksis proses edukatif kependidikan. Terdapat kelebihan dan

48

kekurangan dalam masing-masing istilah yang kemudian perlu dirumuskan dan diantisipasikan untuk lebih mencerminkan konsep dan aktivitas pendidikan Islam, sehingga dalam lapangan praksis operasional akan menjadi sebagai berikut :

1) Istilah tarbiyah kirannya bisa disepakati untuk dikembangkan mengingat

kandungan istilah tersebut lebih mencakup dan lebih luas dibanding kedua istilah lainnya.

2) Dalam interaksi edukatif, konsep ta‟lim bagaimanapun juga tidak bisa

diabaikan, mengingat salah satu metode mancapai tujuan tarbiyah

adalah dengan melalui proses ta‟lim, dan,

3) Keduanya, baik tarbiyah maupun ta‟lim, harus lebih mengacu pada

konsep ta‟dib dalam perumusan arah dan tujuan aktivitasnya, tetapi

dengan modifikasi tertentu, sehingga tujuan tidak sekedar dirumuskan

dengan kata-kata singkat “fadilah”, tetapi rumusan tujuan pendidikan

Islam yang lebih memberikan porsi utama pengembangan pada pertumbuhan dan pembinaan keimanan, keIslaman dan keihsanan, disamping juga tidak mengabaikan pertumbuhan dan perkembangan intelektual peserta didik.

Jadi, antara ta‟dib, ta‟lim, dan tarbiyah adalah mempunyai hubungan yang

sangat erat dan saling mengisi kekurangan yang satu akan diisi oleh kelebihan yang lain. Hal demikian sangat terlihat bila pendidikan kita bicarakan dalam bingkai lapangan praksis dalam interaksi edukatif. Maka dari tiga hal di ataslah lahir terminologi-definitif dalam pendidikan Islam.

49

Dokumen terkait