• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

2.2 Pengertian Pengetahuan

Pengetahuan adalah oleh seseorang. Dalam pengertian lain, pengetahuan adalah berbagai gejala yang ditemui dan diperoleh manusia melalui pengamatan akal atau pengetahuan (knowledge) adalah hasil yang diketahui manusia atau sekedar menjawab. Pengetahuan muncul ketika seseorang menggunakan akal budinya untuk mengenali benda atau kejadian tertentu yang belum pernah dilihat atau dirasakan sebelumnya. Bila suatu pengetahuan itu ternyata salah dan keliru, tidak dapat dianggap sebagai pengetahuan, tetapi berubah statusnya menjadi keyakinan saja (Notoatmodjo, 2010).

Pengetahuan adala dan potensi untuk menindaki, yang lantas melekat di benak seseorang. Pada umumnya, pengetahuan memiliki kemampuan prediktif terhadap sesuatu sebagai hasil pengenalan atas suatu pola. Manakala informasi dan

berkemampuan untuk menginformasikan atau bahkan menimbulkan kebingungan, maka pengetahuan berkemampuan untuk mengarahkan tindakan. Inilah yang disebut potensi untuk menindaki. (Meliono, 2007).

Sesorang akan dapat menterjemahkan suatu objek apabila dapat merespon suatu rangsangan melalui panca indera yang baik yang kemudian diterjemahkan dengan penalaran sebagai bahan pengalaman sehingga mereka menjadi tahu. Sebagian besar pengetahuan diperoleh melalui mata dan telinga. (Notoatmodjo, 2010).

2.2.1 Jenis-jenis Pengetahuan

Beberapa jenis-jenis pengetahuan adalah sebagai berikut: a. Pengetahuan Implisit

Pengetahuan implisit adalah pengetahuan yang masih tertanam dalam bentuk pengalaman seseorang dan berisi faktor-faktor yang tidak bersifat nyata seperti keyakinan pribadi, perspektif, dan prinsip. Pengetahuan diam seseorang biasanya sulit untuk ditransfer ke orang lain baik secara tertulis ataupun lisan. Seseorang yang memiliki pengetahuan implisit biasanya tidak menyadari bahwa dia sebenarnya memilikinya dan juga bagaimana pengetahuan itu bisa menguntungkan orang lain. Untuk mendapatkannya, memang dibutuhkan pembelajaran dan keterampilan, namun tidak lantas dalam bentuk-bentuk yang tertulis. Pengetahuan implisit seringkali berisi kebiasaan dan budaya yang bahkan kita tidak menyadarinya. (Meliono, 2007).

b. Pengetahuan Eksplisit

Pengetahuan eksplisit adalah pengetahuan yang telah didokumentasikan atau disimpan dalam wujud nyata berupa media atau semacamnya. Dia telah diartikulasikan ke dalam bahasa formal dan bisa dengan relatif mudah disebarkan secara luas. Informasi yang tersimpan di ensiklopedia (termasuk Wikipedia) adalah contoh yang bagus dari pengetahuan eksplisit (Meliono, 2007).

c. Pengetahuan Empiris

Pengetahuan yang lebih menekankan pengamatan dan pengalaman inderawi dikenal sebagai pengetahuan ini bisa didapatkan dengan melakukan dan rasional. Pengetahuan empiris tersebut juga dapat berkembang menjadi pengetahuan deskriptif bila seseorang dapat melukiskan dan menggambarkan segala ciri, sifat, dan gejala yang ada pada objek empiris tersebut. Pengetahuan empiris juga bisa didapatkan melalui pengalaman pribad berulangkali. Misalnya, seseorang yang sering dipilih untuk memimpi dengan sendirinya akan mendapatkan pengetahuan tenta (Meliono, 2007).

d. Pengetahuan Rasionalisme

Pengetahuan rasionalisme adalah pengetahuan yang diperoleh melalui akal budi. Rasionalisme lebih menekankan pengetahuan yang bersifat apriori, tidak menekankan pada pengalaman. Misalnya pengetahuan tentang matematika. Dalam

empiris, melainkan melalui sebuah pemikiran logis akal budi (Meliono, 2007).

2.3 Pengertian Motivasi

Motivasi dalam bahasa latin adalah moreve diartikan adanya kekuatan dorongan dari dalam diri manusia untuk menggerakkan kita bertindak atau berprilaku tertentu. Pengertian motivasi selalu berhubungan dengan kebutuhan, keinginan, hasrat, dorongan dan tujuan. Tanggapan terhadap kebutuhan diwujudkan dalam bentuk tindakan pemenuhan kebutuhan yang hasilnya orang tersebut merasa puas. Apabila belum direspon (dipenuhi) maka selalu berpotensi untuk muncul kembali sampai terpenuhi kebutuhan tersebut (Notoatmodjo, 2007).

Mempelajari motivasi tidaklah mudah karena motivasi adalah suatu konsep psikologi yang tidak kasat mata. Artinya kita tidak dapat melihat motivasi secara langsung. Hanya dapat mengetahui motivasi seseorang dengan menyimpulkan perilaku, perasaan, dan perkataannya ketika dia ingin mencapai tujuannya. Selain itu adalah konsep yang kompleks karena manusia adalah mahluk yang kompleks. Bahkan tidak semua motivasi itu kita sadari. Penganut Freudian mengatakan bahwa hal yang kita tekan ke alam bawah sadar, atau istilah psikoanalisa disebut represi

dapat memotivasi perilaku kita (Notoatmodjo, 2010).

Teori Mc.Gregor maupun teori motivasi kontemporer, mengartikan motivasi adalah alasan yang mendasari sebuah perbuatan yang dilakukan oleh seorang individu. Seseorang dikatakan memiliki motivasi tinggi dapat diartikan orang tersebut

memiliki alasan yang sangat kuat untuk mencapai apa yang diinginkannya dengan mengerjakan pekerjaannya yang sekarang. Berbeda dengan motivasi dalam pengertian yang berkembang di masyarakat yang seringkali disamakan dengan semangat, seperti contoh dalam percakapan "Saya ingin anak saya memiliki motivasi yang tinggi". Perkataan ini bisa diartikan orang tua tersebut menginginkan anaknya memiliki semangat belajar yang tinggi. Maka, perlu dipahami bahwa ada perbedaan penggunaan istilah motivasi di masyarakat. Ada yang mengartikan motivasi sebagai sebuah alasan, dan ada juga yang mengartikan motivasi sama dengan semangat. 2.3.1 Teori Motivasi

Teori Motivasi terdiri dari dua aliran, yaitu :

a. Teori yang mengkaji motivasi dengan mempelajari kebutuhan yang mendorong seseorang bertingkah laku tertentu (content theory)

b. Teori yang mengkaji motivasi dengan memahami proses berpikir yang ada untuk dapat menyemangati seseorang untuk berperilaku tertentu (process theory).

a) Teori Kebutuhan (Content Theory)

Salah satu teori motivasi yang terkenal oleh teori kebutuhan hierarki dari Maslow. Maslow membagi 2 kategori besar yaitu kebutuhan tingkat dasar dan tingkat tinggi. Secara lebih rinci Maslow membagi kebutuhan menjadi 5 tingkatan yaitu :

i. Kebutuhan fisiologis misalnya kebutuhan untuk makan dan minum, tidur, dan sebagainya.

iii. Kebutuhan untuk mencintai dan dicintai; mencerminkan bahwa manusia adalah makhluk sosial dimana setiap manusia selalu hidup berkelompok untuk mencintai dan dicintai.

iv. Kebutuhan untuk dihargai; yaitu kebutuhan untuk diakui di lingkungannnya.

v. Kebutuhan aktualisasi diri yaitu kebutuhan yang paling sulit dipenuhi dimana seseorang telah mampu sehingga merasa dia sudah memahami potensi dirinya dan mengembangkannya dengan cara unik.

b) Teori Tentang Keadilan

Teori ini mengatakan, jika seseorang merasa diperlakukan tidak adil maka dia tidak akan termotivasi untuk melakukan tugasnya. Teori ini didasari adanya fenomena perbandingan sosial dimana seseorang selalu membandingkan dirinya dengan orang lain. Teori harapan termasuk dalam teori ini. Dimana motivasi seseorang melakukan sesuatu tergantung dari : 1) Seberapa yakin orang itu terhadap hubungan antara usaha dan

keberhasilan.

2) Hubungan antara keberhasilan dengan imbalan yang diterima. 3) Seberapa bernilainya imbalan tersebut baginya (Notoatmodjo, 2007). 2.3.2 Jenis-jenis Motivasi

Untuk memahami lebih dalam lagi tentang motivasi, motivasi dibagi menjadi dua jenis motif, yaitu motif biologis dan motif sosial. Motif biologis ialah motif yang tidak dipelajari dan sudah ada sejak lahir, misalnya rasa lapar, haus dan seks.

Sedangkan motif sosial adalah motif yang kita pelajari, misalnya motif untuk mendapatkan penghargaan, motif untuk berkuasa. (Notoatmodjo, 2007).

Beragam pendekatan dalam mempelajari motivasi yaitu :

1) Pendekatan Instink, awalnya untuk mempelajari motivasi harus mempelajari instink. Sebab instik adalah pola perilaku yang kita bawa sejak lahir diturunkan secara biologis. Mendasari adanya instink menyelamatkan diri dan instink untuk hidup. Seks adalah salah satu contoh dari instink untuk hidup, karena terkait dengan fungsi reproduksi (Notoatmodjo, 2007).

2) Pendekatan Pemuasan Kebutuhan, teori ini menjelaskan motivasi dalam suatu gerak sirkuler. Dalam perilaku kesehatan, penyakit yang menimbulkan ketidakseimbangan akan lebih mudah diintervensi karena pada dasarnya manusia selalu menghindar dari keadaan tidak nyaman. Itulah sebabnya lebih mudah memotivasi seseorang untuk berhenti merokok setelah terserang stroke atau serangan jantung daripada mereka yang belum terserang penyakit.

3) Pendekatan Insentif, mempelajari motif yang berasal dari luar diri individu yang bersangkutan atau disebut sebagai motif ekstrinsik. Insentif merupakan stimulus yang menarik seseorang melakukan sesuatu perilaku tertentu. Imbalan yang menarik akan mendatangkan sesuatu yang meyenangkan.

4) Pendekatan Arousal, mencari jawaban atas tingkah laku yang bertujuan memelihara atau meningkatkan rasa ketegangan. Manusia selalu berusaha mengurangi jika stimulus atau aktivitas terlalu tinggi. Namun jika terlalu rendah maka manusia akan mencari stimulasi atau aktivitas.

5) Pendekatan Kognitif, menjelaskan bahwa motivasi merupakan hasil dari pikiran, harapan dan tujuan seseorang. Dalam pendekatan ini dibedakan antara motif intrinsik dengan motif ekstrinsik. Motif intrinsik mendorong seseorang melakukan perilaku guna memenuhi kesenangannya bukan karena ingin mendapatkan pujian. Sedangkan motif ekstrinsik timbul melakukan perbuatan karena ingin mendapatkan penghargaan atau imbalan (Notoatmodjo, 2007).

2.4 Keyakinan

Keyakinan mengandung arti yang lebih luas daripada agama. Manusia pada dasarnya tidak mampu menghadapi tantangan kehidupan dilingkungannya.Oleh karena itu manusia berusaha mencari perlindungan kepada Tuhan Yang Maha Esa dan yakin mampu mengendalikan permasalahan kehidupannya. Keyakinan dalam konteks agama, adalah sebagai sebahagian dari suatu asas pembangunan moral. Adapun keyakinan itu dinyatakan berkedudukan-memihak, karena ia senantiasa melibatkan penekanan, penuntutan, dan jangkauan daripada seseorang individu mengenai kebenaran sesuatu. Keyakinan sering diperoleh dari orangtua, kakek, atau nenek. Seseorang akan menerima keyakinan itu berdasarkan keyakinan dan tanpa adanya pembuktian terlebih dahulu (Notoatmodjo, 2007).

Keyakinan merupakan variabel yang sangat memengaruhi status kesehatan karena kalau tingkat keyakinan masyarakat terhadap petugas kesehatan rendah usaha untuk meningkatkan derajat kesehatan semakin sulit dilakukan (McKenzie, 2006).

Menurut penelitian Ramdhania (2008), dari 53 responden yang diteliti 91,4% yakin untuk pergi ke pelayanan kesehatan. Hal ini menunjukan bahwa tingkat kepercayaan masyarakat terhadap petugas kesehatan sudah mulai timbul, walaupun di beberapa daerah tingkat keyakinan masyarakat terhadap petugas kesehatan masih rendah. Mereka masih percaya dengan dukun, karena kharismatik dukun itu yang sedemikian tinggi, sehingga masyarakat lebih senang berobat dan meminta tolong pada dukun. Petugas kesehatan dianggap sebagai orang baru yang tidak mengenal masyarakat di wilayahnya dan tidak kharismatik.

Dokumen terkait