• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Pengetahuan dan Motivasi terhadap Pengguna Alat Kontrasepsi Pria (Vasektomi) di Wilayah Kecamatan Kota Pematangsiantar Tahun 2013

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Pengaruh Pengetahuan dan Motivasi terhadap Pengguna Alat Kontrasepsi Pria (Vasektomi) di Wilayah Kecamatan Kota Pematangsiantar Tahun 2013"

Copied!
153
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH PENGETAHUAN DAN MOTIVASI TERHADAP PENGGUNA ALAT KONTRASEPSI PRIA (VASEKTOMI) DI WILAYAH

KECAMATAN KOTA PEMATANGSIANTAR TAHUN 2013

TESIS

Oleh

HAPOSAN ARIZONA SILALAHI 117032217/IKM

PROGRAM STUDI S2 ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

(2)

PENGARUH PENGETAHUAN DAN MOTIVASI TERHADAP PENGGUNA ALAT KONTRASEPSI PRIA (VASEKTOMI) DI WILAYAH

KECAMATAN KOTA PEMATANGSIANTAR TAHUN 2013

TESIS

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat

untuk Memperoleh Gelar Magister Kesehatan (M.Kes) dalam Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat

Minat Studi Kesehatan Reproduksi pada Fakultas Kesehatan Masyarakat

Universitas Sumatera Utara

Oleh

HAPOSAN ARIZONA SILALAHI 117032217/IKM

PROGRAM STUDI S2 ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

(3)

Judul Tesis : PENGARUH PENGETAHUAN DAN MOTIVASI

TERHADAP PENGGUNA ALAT KONTRASEPSI

PRIA (VASEKTOMI) DI WILAYAH

KECAMATAN KOTA PEMATANGSIANTAR TAHUN 2013

Nama Mahasiswa : Haposan Arizona Silalahi Nomor Induk Mahasiswa : 117032217

Program Studi : S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Minat Studi : Kesehatan Reproduksi

Menyetujui Komisi Pembimbing

(Drs. Heru Santosa, M.S, Ph.D) (Drs. Alam Bakti Keloko, M.Kes) Ketua Anggota

Dekan

(Dr.Drs. Surya Utama, M.S)

(4)

Telah Diuji

pada Tanggal : 24 Agustus 2013

PANITIA PENGUJI TESIS

Ketua : Drs. Heru Santosa M.S, Ph.D Anggota 1. Drs. Alam Bakti Keloko, M.Kes

(5)

PERNYATAAN

PENGARUH PENGETAHUAN DAN MOTIVASI TERHADAP PENGGUNA ALAT KONTRASEPSI PRIA (VASEKTOMI) DI WILAYAH

KECAMATAN KOTA PEMATANGSIANTAR TAHUN 2013

TESIS

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam tesis ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Medan, Oktober 2013

(6)

ABSTRAK

Pemakaian alat kontrasepsi vasektomi di wilayah kecamatan kota Pematangsiantar paling sedikit dibandingkan dengan jenis kontrasepsi lainnya dengan proporsi 1,61%. Rendahnya pemakaian kontrasepsi vasektomi terkait dengan pengetahuan, motivasi, dan keyakinan pasangan usia subur.

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisa pengaruh pengetahuan, motivasi dan sikap keyakinan pria PUS (Pasangan Usia Subur) terhadap penggunaan metode kontrasepsi vasektomi pada akseptor KB di wilayah kecamatan kota Pematangsiantar tahun 2013. Jenis penelitian ini adalah desain studi case control. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh akseptor vasektomi yang berjumlah 100 orang sebagai kelompok kasus dan tidak akseptor vasektomi berjumlah 100 orang sebagai kelompok kontrol. Data diperoleh dari wawancara menggunakan kuesioner dan di

analisis dengan uji statistik regresi logistik ganda pada α=5%

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengetahuan pria PUS tentang manfaat program KB akan memengaruhi mereka dalam memilih metode/ alat kontrasepsi vasektomi, motivasi tinggi juga akan memengaruhi pria PUS untuk menggunakan jenis kontrasepsi vasektomi. Keyakinan pria PUS tentang penggunaan kontrasepsi juga memengaruhi untuk penggunaan jenis kontrasepsi Vasektomi. Dari uji regresi logistik ganda ternyata yang mempunyai peluang terhadap penggunaan vasektomi

adalah pengaruh motivasi dan keyakinan dengan prediksi 44,0%. Disarankan agar pemerintah melalui BKKBN meningkatkan sosialisasi manfaat vasektomi bagi pria PUS melalui media telekomunikasi (Televisi, Radio, Koran, Majalah).

(7)

ABSTRACT

The use of vasectomy in the subdistrict area of the City of Pematangsiantar was the least (1.61%) compared with the other kinds of contraceptives. The underutilization of vasetomy is related to the knowledge, motivation and confidence of the couple in reproductive age.

The purpose of this study with case-control design was to analyze the influence of the knowledge, motivation, attitude and confidence of the male of the couple in reproductive age on the use of vasectomy method by the acceptors of Family Planning in the subdistrict area of the City of Pematangsiantar in 2013. The population of this study was all of the 100 vasectomy acceptors as case group and 100 non-vasectomy acceptors as control group. The data for this study were obtained through questionnaire-based interviews. The data obtained were analyzed through multiple logistic regression tests at α 5%.

The result of this study showed that the knowledge of the male of the couple in reproductive age about the benefit of Family Planning program, high motivation and confidence would influence them in choosing the vasectomy method/contraceptives. The result of multiple logistic regression tests showed that the motivation and confidence with prediction of 44.0% had opportunity to influence the use of vasectomy method in the male of the couple in reproductive age. The government, through the National Family Planning Board, is suggested to improve the socialization of the benefit of vasectomy for the male of the couple in reproductive age through media of telecommunication (Television, Radio, Newspaper, Magazine).

(8)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yesus Kristus, Atas segala limpahan dan kasih karunia-Nya, penulis dapat menyelesaikan tesis yang berjudul “Pengaruh Pengetahuan dan Motivasi terhadap Pengguna Alat Kontrasepsi Pria

(Vasektomi) diwilayah Kecamatan kota Pematangsiantar tahun 2013 “

Tesis ini merupakan salah satu persyaratan akademik untuk menyelesaikan pendidikan Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Minat Studi Kesehatan Reproduksi pada Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

Dalam penulisan tesis ini, penulis mendapat bantuan, dorongan, dan bimbingan dari berbagai pihak. Untuk itu pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih dan penghargaan kepada :

1. Prof. Dr. dr. Syahril Pasaribu, DTM&H, M.Sc (CTM), Sp.A(K) selaku Rektor Universitas Sumatera Utara.

2. Dr. Drs. Surya Utama, M.S selaku Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara

3. Dr. Ir. Evawany Aritonang, M.Si selaku Sekretaris Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat, Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

(9)

waktu untuk membimbing penulis mulai dari proposal hingga penulisan tesis selesai.

5. Drs. Alam Bakti Keloko, M.Kes, selaku anggota komisi pembimbing yang dengan penuh perhatian dan kesabaran membimbing, mengarahkan, dan meluangkan waktu untuk membimbing penulis mulai dari proposal hingga penulisan tesis selesai.

6. Prof. dr. Sorimuda Sarumpaet, M.P.H, dan Drs. Tukiman, M.K.M, selaku komisi penguji atau pembanding yang telah banyak memberikan arahan dan masukan demi kesempurnaan penulisan tesis ini.

7. Seluruh dosen dan staf di lingkungan Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Minat Studi Kesehatan Reproduksi, Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara, yang telah memberikan ilmu yang sangat berarti selama penulis mengikuti pendidikan.

8. dr. Ria Telaumbanua, M.Kes selaku Direktur RSUD Dr. Djasamen Saragih Pematangsiantar, yang telah membantu memberikan izin belajar dan dukungan, terimakasih atas izin dan dukungannya.

9. Kepala BP2KB (Badan Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana) serta jajarannya yang telah berkenan memberikan kesempatan kepada penulis untuk memberikan izin sampai selesai penelitian ini.

(10)

Silalahi. Terimakasih ya ma.. atas dukungan dan pengorbananmu, semoga keluarga kita semakin berbahagia dengan selesainya pendidikan ini.

11.Rekan-rekan seperjuangan Mahasiswa Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Angkatan 2011 yang memberi dukungan bagi penulis selama pendidikan dan proses penyusunan tesis serta semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah membantu penulis selama penyusunan tesis ini.

Akhirnya Penulis menyadari atas segala keterbatasan dan kekurangan, untuk itu saran dan kritik yang membangun sangat penulis harapkan demi kesempurnaan tesis ini dengan penuh harapan, semoga tesis ini bermanfaat bagi semua pihak.

Medan, Oktober 2013 Penulis

(11)

RIWAYAT HIDUP

Haposan Arizona Silalahi, lahir di Pematangsiantar, pada tanggal 28 Juni 1968, beragama Kristen Protestan, anak ke-2 dari 9 bersaudara dari pasangan ayahanda Dermawan Silalahi dan Ibunda Almarhumah Komariah Sidabutar.

Pendidikan formal penulis dimulai dari sekolah dasar di sekolah Dasar Negeri no:124385 di Pematangsiantar selesai tahun 1982, Sekolah Menengah Pertama di SMP Negeri no.3 di Pematangsiantar selesai tahun 1984. Sekolah Menengah Atas di SMA Negeri no.1 di Pematangsiantar selesai 1987. Selanjutnya Program S1 Kedokteran Umum di Fakultas Kedokteran Umum Universitas Trisakti Jakarta selesai Tahun 1998.

Penulis mulai bekerja sebagai PNS (Pegawai Negeri Sipil) di kota Pematangsiantar di kota Pematangsiantar sejak 2003 sampai sekarang. Penugasan kerja penulis sampai saat ini di RSUD Djasamen Saragih kota Pematangsiantar.

(12)

DAFTAR ISI

2.1.1 Faktor-faktor yang Memengaruhi Perilaku ... 17

2.2 Pengertian Pengetahuan ... 19

2.2.1 Jenis-jenis Pengetahuan ... 20

2.3 Pengertian Motivasi ... 22

2.3.1 Teori Motivasi... 23

2.3.2 Jenis-jenis Motivasi... 24

2.4 Keyakinan... 26

2.5 Sejarah Keluarga Berencana... . 27

2.6 Amanat Internasional... 29

2.7 Sistem dan Alat Reproduksi Pria ... 31

2.7.1 Bagian Luar ... 31

2.7.2 Bagian Dalam ... 31

2.8 Fungsi Organ/Alat Reproduksi Pria ... 32

2.8.1 Fungsi Organ Luar ... 32

2.8.2 Fungsi Organ Dalam ... 32

2.9 Proses Reproduksi Pria ... 33

2.10 Cara KB Pria ... 34

2.10.1 Pengertian Kontrasepsi Metode Operasi Pria/Vasektomi . 35 2.10.2 Peserta Vasektomi ... 36

2.10.3 Keuntungan Kontrasepsi PriaVasektomi ... 36

2.10.4 Kerugian Kontrasepsi Pria Vasektomi ... 36

(13)

2.10.6 Persiapan Pre-Operatif Kontrasepsi Pria Vasektomi ... 37

2.10.7 Prosedur Kontrasepsi Pria Vasektomi ... 38

2.10.8 Perawatan Post-Operatif Kontrasepsi Pria Vasektomi ... 39

2.10.9 Vasektomi Tanpa Pisau (VTP) ... 39

2.10.10 Prosedur VTP ... 39

2.10.11 Efektivitas Kontrasepsi Pria Vasektomi ... 39

2.10.12 Efek Samping dan Komplikasi Vasektomi ... 40

2.10.13 Efek Sistemik dari Kontrasepsi Pria Vasektomi ... 42

2.10.14 Efek Psikologis dari Kontap Pria Vasektomi ... 42

3.4.4 Uji Validitas dan Reliabilitas ... 48

3.4.4.1 Uji Validitas ... 49

3.4.4.2 Uji Reliabilitas ... 49

3.5 Definisi Operasional Variabel ... 49

3.5.1 Aspek Pengukuran ... 49

4.1 Gambaran Lokasi Penelitian ... 56

4.1.1 Sejarah Perkembangan ... 57

4.1.2 Visi dan Misi ... 57

4.1.3 Gambaran Kepala Keluarga (KK) di Wilayah Kota Pematangsiantar Berdasarkan Kecamatan ... 58

(14)

4.1.5 Gambaran Perkiraan Permintaan Masyarakat (PPM) Peserta KB Baru di Wilayah Kota Pematangsiantar Tahun

2012 ... 59

4.1.6 Gambaran Perkiraan Permintaan Masyarakat (PPM) Terhadap Jenis Kontrasepsi di Wilayah Kota Pematangsiantar Tahun 2012 ... 59

4.1.7 Gambaran Pencapaian Peserta KB Baru s/d Desember 2012 Kota Pematangsiantar Tahun 2012 ... 60

4.2 Analisis Univariat ... 61

4.2.1 Karakteristik Responden ... 61

4.3 Data Khusus ... 65

4.3.1 Pengetahuan Pria PUS tentang Penggunaan KB Pria Vasektomi ... 65

4.3.2 Motivasi Pria PUS tentang Penggunaan KB Pria Vasektomi ... 66

4.3.3 Keyakinan Pria PUS terhadap Penggunaan KB Pria Vasektomi ... 66

4.4 Analisis Bivariat ... 67

4.4.1 Pengaruh Pengetahuan terhadap Pengguna Alat Kontrasepsi Pria (Vasektomi) di Wilayah Kecamatan Siantar Sitalasari dan Kecamatan Siantar Marihat Tahun 2013 ... 67

4.4.2 Pengaruh Motivasi terhadap Pengguna Alat Kontrasepsi Pria (Vasektomi) di Wilayah Kecamatan Siantar Sitalasari dan Kecamatan Siantar Marihat Tahun 2013 ... 68

4.4.3 Pengaruh Keyakinan terhadap Pengguna Alat Kontrasepsi Pria (Vasektomi) di Wilayah Kecamatan Siantar Sitalasari dan Kecamatan Siantar Marihat Tahun 2013 ... 69

4.5 Analisis Multivariat ... 70

BAB 5. PEMBAHASAN ... 74

5.1 Karakteristik Pria PUS yaitu Umur, Pendidikan, Suku, Jumlah Anak, Lama Menikah, Pendapatan ... 74

5.2 Pengaruh Pengetahuan Pria PUS terhadap Penggunaan Vasektomi di Wilayah Kecamatan Siantar Marihat dan Siantar Sitalasari ... 74

5.3 Pengaruh Motivasi Pria PUS terhadap Penggunaan Vasektomi di Wilayah Kecamatan Siantar Marihat dan Siantar Sitalasari ... 77

(15)

BAB 6. KESIMPULAN DAN SARAN ... 83

6.1. Kesimpulan ... 83

6.2. Saran ... 83

DAFTAR PUSTAKA ... 85

(16)

DAFTAR TABEL

No Judul Halaman 3.1 Aspek Pengukuran ... 51 3.2 Dasar Perhitungan Studi Kasus Kontrol ... 55 4.1 Gambaran Kepala Keluarga di Wilayah Kota Pematangsiantar Tahun

2012 ... 58 4.2 Gambaran Pasangan Usia Subur di wilayah Kota Pematangsiantar

Tahun 2012 ... 58 4.3 Gambaran Perkiraan Permintaan Masyarakat Peserta KB Baru Kota

Pematangsiantar Tahun 2012 ... 59 4.4 Gambaran Perkiraan Permintaan Masyarakat (PPM) terhadap Jenis

Kontrasepsi Kota Pematangsiantar Tahun 2012... 60 4.5 Gambaran Pencapaian Peserta KB Baru Kota Pematangsiantar Tahun

2012 ... 60 4.6 Distribusi Umur Pasangan Usia Subur (PUS) di Wilayah Kecamatan

Siantar Sitalasari dan Kecamatan Siantar Marihat Tahun 2013 ... 62 4.7 Distribusi Pendidikan PUS di Wilayah Kecamatan Siantar Sitalasari

dan Kecamatan Siantar Marihat Tahun 2013 ... 62 4.8 Distribusi Jumlah Anak PUS di Wilayah Kecamatan Siantar Sitalasari

dan Kecamatan Siantar Marihat Tahun 2013 ... 63 4.9 Distribusi Suku PUS di Wilayah Kecamatan Siantar Sitalasari dan

Kecamatan Siantar Marihat Tahun 2013 ... 64 4.10 Distribusi Lama Menikah PUS di Wilayah Kecamatan Siantar

Sitalasari dan Kecamatan Siantar Marihat Tahun 2013 ... 64 4.11 Distribusi Pendapatan PUS di Wilayah Kecamatan Siantar Sitalasari

(17)

4.12 Distribusi Pengetahuan PUS terhadap Penggunaan KB Pria Vasektomi

di Wilayah Kecamatan Siantar Sitalasari dan Kecamatan Siantar Marihat Tahun 2013... 65 4.13 Distribusi Motivasi PUS terhadap Penggunaan KB Pria Vasektomi di

Wilayah Kecamatan Siantar Sitalasari dan Kecamatan Siantar Marihat Tahun 2013 ... 66 4.14 Distribusi Keyakinan PUS terhadap Penggunaan KB Pria Vasektomi di

Wilayah Kecamatan Siantar Sitalasari dan Kecamatan Siantar Marihat Tahun 2013 ... 67 4.15 Hubungan Pengetahuan terhadap Pengguna Alat Kontrasepsi Pria

(Vasektomi) di Wilayah Kecamatan Siantar Sitalasari dan Kecamatan Siantar Marihat Tahun 2013 ... 68 4.16 Hubungan Motivasi terhadap Pengguna Alat Kontrasepsi Pria

(Vasektomi) di Wilayah Kecamatan Siantar Sitalasari dan Kecamatan Siantar Marihat Tahun 2013 ... 69 4.17 Hubungan Keyakinan terhadap Pengguna Alat Kontrasepsi Pria

(Vasektomi) di Wilayah Kecamatan Siantar Sitalasari dan Kecamatan Siantar Marihat Tahun 2013 ... 69 4.18 Variabel-variabel Kandidat Model Multivariat ... 70 4.19 Hasil Analisis Regresi Logistik Ganda Pengaruh Pengetahuan,

Motivasi, dan Keyakinan terhadap Pengguna Alat Kontrasepsi Pria (Vasektomi) di Wilayah Kecamatan Siantar Sitalasari dan Kecamatan Siantar Marihat Tahun 2013 ... 71 4.20 Hasil Uji Regresi Logistik Ganda untuk Identifikasi Variabel yang

(18)

DAFTAR GAMBAR

(19)

DAFTAR LAMPIRAN

No Judul Halaman

1. Kuesioner Penelitian ... 89

2. Master Data... 99

3. Output Olahan Data SPSS ... 109

4. Surat Permohonan Izin Penelitian ... 130

(20)

ABSTRAK

Pemakaian alat kontrasepsi vasektomi di wilayah kecamatan kota Pematangsiantar paling sedikit dibandingkan dengan jenis kontrasepsi lainnya dengan proporsi 1,61%. Rendahnya pemakaian kontrasepsi vasektomi terkait dengan pengetahuan, motivasi, dan keyakinan pasangan usia subur.

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisa pengaruh pengetahuan, motivasi dan sikap keyakinan pria PUS (Pasangan Usia Subur) terhadap penggunaan metode kontrasepsi vasektomi pada akseptor KB di wilayah kecamatan kota Pematangsiantar tahun 2013. Jenis penelitian ini adalah desain studi case control. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh akseptor vasektomi yang berjumlah 100 orang sebagai kelompok kasus dan tidak akseptor vasektomi berjumlah 100 orang sebagai kelompok kontrol. Data diperoleh dari wawancara menggunakan kuesioner dan di

analisis dengan uji statistik regresi logistik ganda pada α=5%

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengetahuan pria PUS tentang manfaat program KB akan memengaruhi mereka dalam memilih metode/ alat kontrasepsi vasektomi, motivasi tinggi juga akan memengaruhi pria PUS untuk menggunakan jenis kontrasepsi vasektomi. Keyakinan pria PUS tentang penggunaan kontrasepsi juga memengaruhi untuk penggunaan jenis kontrasepsi Vasektomi. Dari uji regresi logistik ganda ternyata yang mempunyai peluang terhadap penggunaan vasektomi

adalah pengaruh motivasi dan keyakinan dengan prediksi 44,0%. Disarankan agar pemerintah melalui BKKBN meningkatkan sosialisasi manfaat vasektomi bagi pria PUS melalui media telekomunikasi (Televisi, Radio, Koran, Majalah).

(21)

ABSTRACT

The use of vasectomy in the subdistrict area of the City of Pematangsiantar was the least (1.61%) compared with the other kinds of contraceptives. The underutilization of vasetomy is related to the knowledge, motivation and confidence of the couple in reproductive age.

The purpose of this study with case-control design was to analyze the influence of the knowledge, motivation, attitude and confidence of the male of the couple in reproductive age on the use of vasectomy method by the acceptors of Family Planning in the subdistrict area of the City of Pematangsiantar in 2013. The population of this study was all of the 100 vasectomy acceptors as case group and 100 non-vasectomy acceptors as control group. The data for this study were obtained through questionnaire-based interviews. The data obtained were analyzed through multiple logistic regression tests at α 5%.

The result of this study showed that the knowledge of the male of the couple in reproductive age about the benefit of Family Planning program, high motivation and confidence would influence them in choosing the vasectomy method/contraceptives. The result of multiple logistic regression tests showed that the motivation and confidence with prediction of 44.0% had opportunity to influence the use of vasectomy method in the male of the couple in reproductive age. The government, through the National Family Planning Board, is suggested to improve the socialization of the benefit of vasectomy for the male of the couple in reproductive age through media of telecommunication (Television, Radio, Newspaper, Magazine).

(22)

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Program Keluarga Berencana (KB) merupakan bagian integral dari Pembangunan Nasio nal. Program keluarga Berencana yang mengedepankan hak– hak reproduksi, pemberdayaan perempuan, dan kesetaraan gender telah disepakati oleh semua Negara pada Konferensi Kependudukan dan Pembangunan di Cairo tahun 1994. Salah satu tugas pokok pembangunan KB menuju pembangunan keluarga sejahtera adalah melalui upaya pengaturan kelahiran yang dapat dilakukan dengan pemakaian kontrasepsi. The International Conference on Population and Development (ICPD) 1994 menyatakan bahwa penggunaan alat kontrasepsi merupakan bagian dari hak – hak reproduksi yaitu bagian dari hak – hak asasi yang universal (Nafis, 2011).

Hak–hak reproduksi yang paling pokok adalah hak setiap individu dan pasangan untuk menentukan kapan akan melahirkan, berapa jumlah anak dan jarak anak yang akan dilahirkan, serta memilih upaya untuk mewujudkan hak–hak tersebut. Sejak Tahun 2004 BKKBN mulai menggalakan Program KB Pria di Indonesia, dengan tekad yang kuat untuk mengajak kaum pria ber–KB. Peningkatan keikutsertaan Pria dalam ber-KB merupakan salah satu dari banyaknya sasaran yang akan dicapai dalam program jangka panjang untuk mencapai keluarga kecil bahagia dan sejahtera ( BKKBN, 2006).

(23)

Program KB Nasional merupakan salah satu program untuk meningkatkan kualitas penduduk, mutu sumber daya manusia, kesehatan dan kesejahteraan sosial, yang selama ini dilaksanakan melalui pengaturan kelahiran, pendewasaan usia kawin, peningkatan ketahanan keluarga dan kesejahteraan keluarga. Dimana pendekatan KB awalnya lebih ditujukan pada aspek demografi dengan prioritas utama adalah pengendalian jumlah penduduk dan penurunan fertilitas (TFR). Namun sejak program KB Nasional diterapkan, yang menjadi sasaran pertama pada saat diterapkan adalah kaum perempuan. Dimana kaum perempuan yang harus diatur kehamilannya dengan tujuan untuk mengendalikan pertambahan penduduk yang terus meningkat dari tahun ke tahun. Masyarakat beranggapan bahwa perempuanlah yang hamil dan melahirkan karena itu untuk mengendalikannya maka kaum perempuan harus diatur kehamilannya. Selama itu pula akses informasi KB paling banyak dilakukan oleh kaum perempuan. Hal ini terlihat dari sejak program KB diterapkan yang menjadi objek sasaran adalah kaum perempuan. Terbukti alat konterasepsi sebagian besar diarahkan untuk kaum perempuan (Nafis, 2011).

(24)

Konferensi Internasional tentang Kependuduk an dan Pembangunan (ICPD, 1994) menyepakati perubahan paradigma dari pendekatan pengendalian populasi dan penurunan fertilitas, menjadi lebih kearah pendekatan kesehatan reproduksi dengan memperhatikan hak-hak reproduksi dan kesetaraan gender. Hasil pertemuan konferensi ini disepakati oleh anggota termasuk Indonesia. Oleh karena itu program KB Nasional di Indonesia juga mengalami perubahan orientasi dari nuansa demografis ke nuansa kesehatan reproduksi yang didalamnya terkandung pengertian bahwa KB adalah suatu program yang dimaksudkan untuk membantu pasangan usia subur baik istri atau suami dalam mencapai tujuan reproduksinya. (BKKBN, 2006).

Sensus penduduk dimulai pada tahun 1930 pada masa pemerintahaan Hindia Belanda dengan jumlah penduduk sebanyak 60,7 juta jiwa. Sensus penduduk pertama setelah Indonesia merdeka pada tahun 1961 dengan jumlah penduduk sebanyak 97,1 juta jiwa. Pada tahun 1971 penduduk Indonesia berjumlah 119,2 juta jiwa, tahun 1980 penduduk Indonesia 146,9 juta jiwa, tahun 1990 sebanyak 178,6 juta jiwa, tahun 2000 sebanyak 205,1 juta jiwa dan pada tahun 2010 sebanyak 237,6 juta jiwa (Nafis, 2011).

(25)

Secara nasional Laju Pertumbuhan Penduduk (LPP) Indonesia pertahun selama sepuluh tahun terakhir (2000-2010) adalah sebesar 1,49 %. Dengan LPP sebesar ini, jika tidak ada pengurangan pada tahun-tahun mendatang, maka jumlah penduduk Indonesia pada tahun 2050 diprediksikan mencapai 365 juta jiwa lebih. Jumlah penduduk Indonesia yang sangat besar ini menggambarkan masih banyak pasangan memiliki anak lebih dari dua di Indonesia. Dengan kata lain masih banyak terdapat keluarga besar di Indonesia. Sangat disayangkan kualitasnya masih rendah, dapat dilihat pada peringkat Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Indonesia berada diurutan nomor 108 dari 188 negara (Nafis, 2011).

Sebagai pembanding negara Cina sukses menekan laju pertumbuhan penduduknya sejak tahun 1995, dengan rata-rata kelahiran per tahun sekitar 21 juta jiwa, dan pertumbuhan penduduk tahunan 14 juta jiwa, hampir 20 juta penduduk usia kerja setiap tahun. Sampai sekarang jumlah penduduk Cina telah mencapai 1,2 miliar jiwa. Manfaat ini dibuktikan dari perubahan paradigma dari pendekatan pelayanan KB satu anak setiap keluarga digeser ke pendekatan kualitas penduduk yang membawa Cina menjadi negara maju dengan pendapatan per kapita yang sangat tinggi, dengan proporsi sturktur penduduk usia dibawah 10 tahun sangat rendah dan negara ini telah mencapai jendela peluang demografi (Widyaiswara, 2012).

(26)

sebanyak 27.440 dengan pencapaian sampai akhir Desember 2012 sebanyak 27.680. Proporsinya terhadap PPM sebanyak 100,87 %, tetapi bila dilihat per-mix (per- jenis) kontrasepsi secara keseluruhan maka proporsinya hanya 0,29 %. Kemudian Program KB nasional di tingkat provinsi yaitu provinsi Sumatera Utara menargetkan PPM peserta KB baru jenis kontap (vasektomi) sebanyak 2.958, dengan tingkat pencapaian pada tahun 2012 sebanyak 4.871. Proporsinya terhadap PPM 164,67 %, tetapi bila dilihat per-mix (per-jenis) kontrasepsi secara keseluruhan proporsinya masih rendah yaitu 1,72 %. Selanjutnya program KB nasional di kota Pematangsiantar menargetkan PPM peserta KB vasektomi sebanyak 43 dengan pencapaian sampai akhir tahun 2012 sebanyak 134. Proporsinya terhadap PPM 311 %. Tetapi bila dilihat per-mix (per-jenis) kontrasepsi secara keseluruhan maka proporsinya hanya 1,61 %. Rendahnya partisipasi pria dalam ber-KB dan kesehatan reproduksi pada dasarnya tidak terlepas dari sosialisasi program KB yang selama ini dilaksanakan hanya mengarah kepada wanita sebagai sasaran.

(27)

Perwakilan BKKBN provinsi Sumatera Utara ditargetkan untuk tahun 2012 TFR-nya 3,8 hasil capaian yang didapat terjadi penurunan menjadi 3,0 . Capaian ini merupakan penurunan yang paling tinggi dari 33 provinsi di Indonesia. Hasil kerja keras ini membuat BKKBN provinsi Sumut meraih juara 1 terbaik Nasional pengelolaan program Keluarga Berencana (Wanda, 2013).

Dalam Rencana Kerja Pemerintah (RKP) tahun 2013 telah ditetapkan tema pembangunan nasional yaitu memperkuat perekonomian domestik bagi peningkatan dan perluasan kesejahteraan rakyat yang dijabarkan menjadi 11 prioritas nasional, termasuk didalamnya prioritas kesehatan. Pengendalian penduduk termasuk dalam fokus untuk mencapai prioritas peningkatan kualitas SDM sebagai prasyarat menuju penduduk tumbuh seimbang tahun 2015. Adapun sasaran RKP tahun 2013 di bidang pengendalian penduduk dan KB adalah:

a. Peserta baru KB meningkat menjadi 7,5 juta dan KB aktif 29 juta. b. Peserta baru KB miskin meningkat menjadi 3,97 juta.

c. Peserta KB aktif miskin meningkat menjadi 12,8 juta. d. Peserta baru KB mandiri meningkat menjadi 3,5 juta.

e. Meningkatkan kualitas dan jangkauan layanan KB melalui 23.500 klinik pemerintah dan swasta (Widodo, 2013).

Vasektomi adalah salah-satu jenis KB pria yang permanen dimana operasinya lokal dan tidak memerlukan bius umum dan aman. Kenyataannya peserta vasektomi

(28)

saluran sperma (vasdeferens ) sehingga tidak dapat lagi menghamili pasangannya. Di Amerika Serikat vasektomi adalah pilihan KB yang sangat populer tercatat pada tahun 1960 sebanyak 45000 telah vasektomi kemudian tahun1970 tercatat 750000 pria menjalani vasektomi (Gema, 2006).

Lalu mengapa vasektomi belum familiar di Indonesia? Dari hasil survei lebih beralasan klasik yaitu larangan keluarga, kurang pengetahuan, kurang informasi, kurang dukungan, kurang kemitraan, kurang dana dana tenaga, serta kurang komitmen. Apa kata pria Indonesia ? “Hanya ada 2 pilihan yaitu kondom katanya tidak nyaman dan bisa lepas di dalam sedangkan vasektomi menakutkan dan bisa mengganggu fungsi seksual”. Dan apa kata perempuan Indonesia ? “Saya sudah mohon suami untuk ber-KB tapi suami bilang itu urusan perempuan, tolong suami dikonseling KB pria dan bukan hanya perempuan saja!” Dilain pihak perempuan juga berkata : “Saya tidak ingin suami di vasektomi sebab membuatnya bebas bermain dengan perempuan lain”. Alasan di ataslah memengaruhi rendahnya partisipasi pria ber-KB

(29)

favorable (menyenangkan) atau unfavorable (tidak menyenangkan) terhadap benda, orang, kejadian yang kemudian diekspresikan dalam bentuk kognitif (pengetahuan, keyakinan, kepercayaan, pandangan), afektif (perasaan dan emosi) dan konatif (kecenderungan bertindak). Ketiga komponen ini secara bersama-sama dapat membentuk sikap yang utuh bagi pria dalam menggunakan alat KB.

Pendidikan adalah upaya persuasif atau pembelajaran kepada masyarakat agar masyarakat mau melakukan tindakan-tindakan (praktik) untuk memelihara (mengatasi masalah-masalah) dan meningkatkan kesehatannya. Perubahan atau tindakan pemeliharaan dan peningkatan kesehatan yang dihasilkan oleh pendidikan kesehatan ini didasarkan kepada pengetahuan dan kesadaran melalui proses pembelajaran (Notoatmodjo. S, 2010).

(30)

Keyakinan seseorang terhadap program KB juga sangat cenderung memengaruhinya untuk mengikuti program KB tersebut. Keyakinan tersebut dapat timbul melalui pengetahuan seseorang tentang program KB, selain mengetahui alat-alat KB itu sendiri, juga memahami bagaimana akibat positif dan akibat negatif yang terjadi dalam keikutsertaan program KB. Semakin banyak akibat positif dari program KB yang diketahui oleh seseorang maka cenderung akan meningkatkan keyakinannya untuk ikutserta dalam program KB, sebaliknya jika semakin banyak akibat negatif dari program KB yang diketahui oleh seseorang maka cenderung akan memengaruhinya untuk tidak mengikutinya.

(31)

Saat ini tingkat keyakinan pria untuk mengikuti program KB masih tergolong rendah, terlihat dari hasil survey yang telah dilakukan bahwa kebanyakan peserta KB adalah perempuan. Salah satu penyebab masih rendahnya partisipasi pria dalam ber-KB adalah karena informasi tentang manfaat ber-KB pria belum banyak dipahami oleh masyarakat dan pada umumnya masih ada pandangan bahwa KB merupakan urusan wanita saja. Hal ini dapat menggambarkan bahwa tingkat keyakinan pria terhadap program KB masih rendah karena kurangnya pengetahuan yang diperoleh dan kurangnya dukungan dari orang-orang yang berada di sekitarnya.

Motivasi pada dasarnya merupakan interaksi seseorang dengan situasi tertentu yang dihadapinya. Didalam diri seseorang terdapat ‘kebutuhan’ atau ‘keinginan’ terhadap kesehatannya, kemudian bagaimana seseorang tersebut menghubungkan antara kebutuhan dengan ‘situasi diluar’ kesehatan tersebut dalam rangka memenuhi kebutuhan yang dimaksud. Oleh sebab itu, motivasi adalah suatu alasan (reasoning) seseorang untuk bertindak dalam rangka memenuhi kebutuhan hidupnya.

Sehubungan dengan hal tersebut, diperlukan terobosan baru dalam berbagai bentuk upaya untuk meningkatkan partisipasi pria ber-KB diantaranya melalui pemberian informasi kepada calon pengantin, bahwa program KB tidak hanya diperuntukkan bagi wanita saja namun juga bagi pria, baik dari segi kepedulian maupun dalam penggunaan kontrasepsi karena hal ini merupakan kepentingan bersama (Ekarini, 2008).

(32)

yang membahayakan jiwa. Harapan kedepannya dapat dijelaskan kepada kaum bapak pasangan usia subur untuk tergerak ikut berpartisipasi KB. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia pada tahun 2008 memperoleh data penggunaan KB kontrasepsi hormonal pada wanita lebih tinggi daripada kontrasepsi non-hormonal yaitu sebesar 86,78 %. Beberapa efek samping dari penggunaan metode KB hormonal antara lain adalah sebagai berikut : KB jenis suntik adalah pendarahan yang tidak menentu, terjadinya amenorhea, berat badan naik, sakit kepala, spotting, methoragia, keputihan dan hematoma. Sementara untuk penggunaan metode KB pil mempunyai efek samping diantaranya nausea, nyeri payudara, gangguan haid, hipertensi, jerawat dan penambahan berat badan. Penggunaan pil KB dalam jangka waktu yang panjang akan memicu terjadinya stroke (Surachmat, 2005). Demikian juga dengan metode KB susuk mempunyai efek samping diantaranya gangguan haid, sakit kepala, mual, mulut kering, payudara tegang, perubahan selera makan dan perubahan berat badan. Efek samping KB yang telah disebutkan diatas menjadi salah satu penyebab pemicu terjadinya penyakit diantaranya penyakit kanker pada alat reproduksi, penyakit susunan saraf dan hipertensi, dimana hipertensi turut berperan pemicu terjadinya penyakit jantung (Hartanto, 2004).

(33)

kontrasepsi bagi pasutri (pasangan suami istri) merupakan tanggung jawab bersama antara suami dan istri, sehingga metode yang dipilih mencerminkan kebutuhan serta keinginan suami istri tanpa mengesampingkan hak reproduksi masing-masing (BPS, 2008).

Menurut pandangan TOKOH MASYARAKAT/TOKOH AGAMA, keterlibatan suami/pria dalam KB adalah hanya memberikan kesempatan kepada istri untuk peduli kesehatan reproduksinya, berperan menentukan kehamilan, jumlah anak, jarak kelahiran. Tetapi untuk ikut MOP (metode operasi pria) yaitu vasektomi, pasangan usia subur suami (pria) masih banyak yang belum berminat. TOKOH MASYARAKAT/TOKOH AGAMA kurang menganjurkan karena tidak tidak mudah masyarakat menerima agar pria berpartisipasi aktif dalam program KB yang diakibatkan oleh berbagai alasan dan rumor adanya kekhawatiran setelah vasektomi mereka akan kehilangan kejantanannya. Juga adanya salah persepsi dan pandangan yang negatif bahwa vasektomi itu adalah pengebirian (BKKBN, 2006). Berdasarkan pandangan tersebut maka keyakinan pria untuk ber-KB menjadi rendah karena dipengaruhi oleh asumsi negatif dari orang-orang yang berada di sekitarnya, hal inilah yang membuat pengguna KB Pria menjadi sangat rendah di masyarakat.

(34)

oleh masyarakat dalam mewujudkan tujuan program KB nasional. Hal tersebut dapat diwujudkan apabila semua stake holder dapat termotivasi dari hulu sampai hilir. Progaram KB pria memiliki stake holder antara lain pria itu sendiri, istri, keluarga, petugas lapangan KB, instansi terkait lainya yang harus mampu bersinergi untuk mewujudkan keberhasilan program (BKKBN, 2007).

(35)

mantap pria MOP (Vasektomi) di wilayah kecamatan kota Pematangsiantar Tahun 2013.

1.2 Permasalahan

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, yang menjadi permasalahan dalam penelitian ini adalah :

1. Mengapa dari 8 kecamatan, 7 kecamatan di kota Pematangsiantar rendah pencapaian target MOP (vasektomi) dan hanya 1 kecamatan saja yang mencapai target bahkan melebihi target program KB Nasional Kota Pematangsiantar? 2. Apakah ada pengaruh pengetahuan,motivasi dan keyakinan terhadap pengguna

kontrasepsi mantap pria MOP (vasektomi) yang menyebabkan atau memengaruhi tidak tercapainya target di 7 kecamatan tersebut?

1.3 Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui seberapa jauh pengaruh pengetahuan,motivasi dan keyakinan terhadap pengguna alat kontrasepsi pria (vasektomi) di seluruh wilayah kecamatan Kota Pematangsintar.

1.4Hipotesis

1. Pengetahuan mempunyai pengaruh terhadap pengguna alat kotrasepsi pria MOP (vasektomi) di wilayah Kecamatan Kota Pematangsiantar.

(36)

3. Keyakinan mempunyai pengaruh terhadap pengguna alat kontrasepsi pria MOP (vasektomi ) di wilayah Kecamatan Kota Pematangsiantar.

1.5 Manfaat Penelitian

(37)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Perilaku

Perilaku baru terjadi apabila ada sesuatu yang diperlukan untuk menimbulkan reaksi, yang disebut rangsangan. Berarti rangsangan tertentu akan menghasilkan perilaku tertentu (Sunaryo, 2004). Perilaku individu tidak timbul dengan sendirinya, tetapi sebagai akibat adanya rangsangan (stimulus) baik dari dalam dirinya sendiri (internal) maupun dari luar individu (eksternal). Pada hakekatnya perilaku individu mencakup perilaku yang tampak (overt behaviour) dan perilaku yang tidak tampak (inert behavior atau covert behavior). Perilaku yang tampak adalah perilaku yang dapat diketahui oleh orang lain tanpa menggunakan alat bantu, sedangkan perilaku yang tidak tampak adalah perilaku yang hanya dapat dimengerti dengan menggunakan alat atau metode tertentu, misalnya berpikir, sedih, berkhayal, bermimpi, takut (Ngalim, 1999).

(38)

pengalaman yang dialami individu pada masa silam dan cita-citanya kelak dikemudian hari, menentukan perilaku individu di masa kini yang berbeda-beda pula (Sunaryo, 2004; Ngalim, 1999).

2.1.1 Faktor-faktor yang Memengaruhi Perilaku

Menurut Green (2000), perilaku dipengaruhi oleh 3 faktor utama yaitu: faktor predisposisi ( predisposing factor), faktor pemungkin (enabling factor), dan faktor penguat (reinforcing factor) (Notoatmodjo. S, 2003; Green, 2000).

1. Faktor-faktor Predisposisi (Predisposing Factor) Terwujud dalam: a. Pengetahuan

Pengetahuan adalah hasil dari tahu yang terjadi melalui proses sensori khususnya mata dan telinga terhadap obyek tertentu. Pengetahuan merupakan domain yang sangat penting untuk terbetuknya perilaku terbuka (overt behavior). Perilaku yang didasari pengetahuan umumnya bersifat langgeng (Sunaryo, 2004; Notoatmodjo, 2003).

b. Sikap

(39)

c. Nilai-nilai

Nilai-nilai atau norma yang berlaku akan membentuk perilaku yang sesuai dengan nilai-nilai atau norma yang telah melekat pada diri seseorang ( Green, 2000 ). d. Kepercayaan/KeyakSinan

Seseorang yang mempunyai atau meyakini suatu kepercayaan tertentu akan mempengaruhi perilakunya dalam menghadapi suatu penyakit yang akan berpengaruh terhadap kesehatannya ( Green, 2000 ).

e. Persepsi

Persepsi merupakan proses yang menyatu dalam diri individu terhadap stimulus yang diterimanya. Persepsi merupakan proses pengorganisasian, penginterprestasian terhadap rangsang yang diterima oleh organisme atau individu sehingga merupakan sesuatu yang berarti dan merupakan respon yang menyeluruh dalam diri individu. Oleh karena itu dalam penginderaan orang akan mengaitkan dengan stimulus, sedangkan dalam persepsi orang akan mengaitkan dengan obyek. Persepsi pada individu akan menyadari tentang keadaan sekitarnya dan juga keadaan dirinya. Orang yang mempunyai persepsi yang baik tentang sesuatu cenderung akan berperilaku sesuai dengan persepsi yang dimilikinya (Sunaryo, 2004; Notoatmodjo, 2003 ).

2. Faktor-faktor Pendukung (Enabling Factor)

(40)

mencakup ketersediaan sarana dan prasarana atau fasilitas. Sarana dan fasilitas ini pada hakekatnya mendukung atau memungkinkan terwujudnya suatu perilaku, sehingga disebut sebagai faktor pendukung atau faktor pemungkin.

3. Faktor-faktor Pendorong (Reinforcing Factor)

Faktor-faktor pendorong (reinforcing factor) merupakan penguat terhadap timbulnya sikap dan niat untuk melakukan sesuatu atau berperilaku. Suatu pujian, sanjungan dan penilaian yang baik akan memotivasi, sebaliknya hukuman dan pandangan negatif seseorang akan menjadi hambatan proses terbentuknya perilaku

2.2Pengertian Pengetahuan

Pengetahuan adalah oleh seseorang. Dalam pengertian lain, pengetahuan adalah berbagai gejala yang ditemui dan diperoleh manusia melalui pengamatan akal atau pengetahuan (knowledge) adalah hasil yang diketahui manusia atau sekedar menjawab. Pengetahuan muncul ketika seseorang menggunakan akal budinya untuk mengenali benda atau kejadian tertentu yang belum pernah dilihat atau dirasakan sebelumnya. Bila suatu pengetahuan itu ternyata salah dan keliru, tidak dapat dianggap sebagai pengetahuan, tetapi berubah statusnya menjadi keyakinan saja (Notoatmodjo, 2010).

(41)

berkemampuan untuk menginformasikan atau bahkan menimbulkan kebingungan, maka pengetahuan berkemampuan untuk mengarahkan tindakan. Inilah yang disebut potensi untuk menindaki. (Meliono, 2007).

Sesorang akan dapat menterjemahkan suatu objek apabila dapat merespon suatu rangsangan melalui panca indera yang baik yang kemudian diterjemahkan dengan penalaran sebagai bahan pengalaman sehingga mereka menjadi tahu. Sebagian besar pengetahuan diperoleh melalui mata dan telinga. (Notoatmodjo, 2010).

2.2.1 Jenis-jenis Pengetahuan

Beberapa jenis-jenis pengetahuan adalah sebagai berikut: a. Pengetahuan Implisit

(42)

b. Pengetahuan Eksplisit

Pengetahuan eksplisit adalah pengetahuan yang telah didokumentasikan atau disimpan dalam wujud nyata berupa media atau semacamnya. Dia telah diartikulasikan ke dalam bahasa formal dan bisa dengan relatif mudah disebarkan secara luas. Informasi yang tersimpan di ensiklopedia (termasuk Wikipedia) adalah contoh yang bagus dari pengetahuan eksplisit (Meliono, 2007).

c. Pengetahuan Empiris

Pengetahuan yang lebih menekankan pengamatan dan pengalaman inderawi dikenal sebagai pengetahuan ini bisa didapatkan dengan melakukan dan rasional. Pengetahuan empiris tersebut juga dapat berkembang menjadi pengetahuan deskriptif bila seseorang dapat melukiskan dan menggambarkan segala ciri, sifat, dan gejala yang ada pada objek empiris tersebut. Pengetahuan empiris juga bisa didapatkan melalui pengalaman pribad berulangkali. Misalnya, seseorang yang sering dipilih untuk memimpi dengan sendirinya akan mendapatkan pengetahuan tenta (Meliono, 2007).

d. Pengetahuan Rasionalisme

(43)

empiris, melainkan melalui sebuah pemikiran logis akal budi (Meliono, 2007).

2.3 Pengertian Motivasi

Motivasi dalam bahasa latin adalah moreve diartikan adanya kekuatan dorongan dari dalam diri manusia untuk menggerakkan kita bertindak atau berprilaku tertentu. Pengertian motivasi selalu berhubungan dengan kebutuhan, keinginan, hasrat, dorongan dan tujuan. Tanggapan terhadap kebutuhan diwujudkan dalam bentuk tindakan pemenuhan kebutuhan yang hasilnya orang tersebut merasa puas. Apabila belum direspon (dipenuhi) maka selalu berpotensi untuk muncul kembali sampai terpenuhi kebutuhan tersebut (Notoatmodjo, 2007).

Mempelajari motivasi tidaklah mudah karena motivasi adalah suatu konsep psikologi yang tidak kasat mata. Artinya kita tidak dapat melihat motivasi secara langsung. Hanya dapat mengetahui motivasi seseorang dengan menyimpulkan perilaku, perasaan, dan perkataannya ketika dia ingin mencapai tujuannya. Selain itu adalah konsep yang kompleks karena manusia adalah mahluk yang kompleks. Bahkan tidak semua motivasi itu kita sadari. Penganut Freudian mengatakan bahwa hal yang kita tekan ke alam bawah sadar, atau istilah psikoanalisa disebut represi

dapat memotivasi perilaku kita (Notoatmodjo, 2010).

(44)

memiliki alasan yang sangat kuat untuk mencapai apa yang diinginkannya dengan mengerjakan pekerjaannya yang sekarang. Berbeda dengan motivasi dalam pengertian yang berkembang di masyarakat yang seringkali disamakan dengan semangat, seperti contoh dalam percakapan "Saya ingin anak saya memiliki motivasi yang tinggi". Perkataan ini bisa diartikan orang tua tersebut menginginkan anaknya memiliki semangat belajar yang tinggi. Maka, perlu dipahami bahwa ada perbedaan penggunaan istilah motivasi di masyarakat. Ada yang mengartikan motivasi sebagai sebuah alasan, dan ada juga yang mengartikan motivasi sama dengan semangat. 2.3.1 Teori Motivasi

Teori Motivasi terdiri dari dua aliran, yaitu :

a. Teori yang mengkaji motivasi dengan mempelajari kebutuhan yang mendorong seseorang bertingkah laku tertentu (content theory)

b. Teori yang mengkaji motivasi dengan memahami proses berpikir yang ada untuk dapat menyemangati seseorang untuk berperilaku tertentu (process theory).

a) Teori Kebutuhan (Content Theory)

Salah satu teori motivasi yang terkenal oleh teori kebutuhan hierarki dari Maslow. Maslow membagi 2 kategori besar yaitu kebutuhan tingkat dasar dan tingkat tinggi. Secara lebih rinci Maslow membagi kebutuhan menjadi 5 tingkatan yaitu :

i. Kebutuhan fisiologis misalnya kebutuhan untuk makan dan minum, tidur, dan sebagainya.

(45)

iii. Kebutuhan untuk mencintai dan dicintai; mencerminkan bahwa manusia adalah makhluk sosial dimana setiap manusia selalu hidup berkelompok untuk mencintai dan dicintai.

iv. Kebutuhan untuk dihargai; yaitu kebutuhan untuk diakui di lingkungannnya.

v. Kebutuhan aktualisasi diri yaitu kebutuhan yang paling sulit dipenuhi dimana seseorang telah mampu sehingga merasa dia sudah memahami potensi dirinya dan mengembangkannya dengan cara unik.

b) Teori Tentang Keadilan

Teori ini mengatakan, jika seseorang merasa diperlakukan tidak adil maka dia tidak akan termotivasi untuk melakukan tugasnya. Teori ini didasari adanya fenomena perbandingan sosial dimana seseorang selalu membandingkan dirinya dengan orang lain. Teori harapan termasuk dalam teori ini. Dimana motivasi seseorang melakukan sesuatu tergantung dari : 1) Seberapa yakin orang itu terhadap hubungan antara usaha dan

keberhasilan.

2) Hubungan antara keberhasilan dengan imbalan yang diterima. 3) Seberapa bernilainya imbalan tersebut baginya (Notoatmodjo, 2007). 2.3.2 Jenis-jenis Motivasi

(46)

Sedangkan motif sosial adalah motif yang kita pelajari, misalnya motif untuk mendapatkan penghargaan, motif untuk berkuasa. (Notoatmodjo, 2007).

Beragam pendekatan dalam mempelajari motivasi yaitu :

1) Pendekatan Instink, awalnya untuk mempelajari motivasi harus mempelajari instink. Sebab instik adalah pola perilaku yang kita bawa sejak lahir diturunkan secara biologis. Mendasari adanya instink menyelamatkan diri dan instink untuk hidup. Seks adalah salah satu contoh dari instink untuk hidup, karena terkait dengan fungsi reproduksi (Notoatmodjo, 2007).

2) Pendekatan Pemuasan Kebutuhan, teori ini menjelaskan motivasi dalam suatu gerak sirkuler. Dalam perilaku kesehatan, penyakit yang menimbulkan ketidakseimbangan akan lebih mudah diintervensi karena pada dasarnya manusia selalu menghindar dari keadaan tidak nyaman. Itulah sebabnya lebih mudah memotivasi seseorang untuk berhenti merokok setelah terserang stroke atau serangan jantung daripada mereka yang belum terserang penyakit.

3) Pendekatan Insentif, mempelajari motif yang berasal dari luar diri individu yang bersangkutan atau disebut sebagai motif ekstrinsik. Insentif merupakan stimulus yang menarik seseorang melakukan sesuatu perilaku tertentu. Imbalan yang menarik akan mendatangkan sesuatu yang meyenangkan.

(47)

5) Pendekatan Kognitif, menjelaskan bahwa motivasi merupakan hasil dari pikiran, harapan dan tujuan seseorang. Dalam pendekatan ini dibedakan antara motif intrinsik dengan motif ekstrinsik. Motif intrinsik mendorong seseorang melakukan perilaku guna memenuhi kesenangannya bukan karena ingin mendapatkan pujian. Sedangkan motif ekstrinsik timbul melakukan perbuatan karena ingin mendapatkan penghargaan atau imbalan (Notoatmodjo, 2007).

2.4 Keyakinan

Keyakinan mengandung arti yang lebih luas daripada agama. Manusia pada dasarnya tidak mampu menghadapi tantangan kehidupan dilingkungannya.Oleh karena itu manusia berusaha mencari perlindungan kepada Tuhan Yang Maha Esa dan yakin mampu mengendalikan permasalahan kehidupannya. Keyakinan dalam konteks agama, adalah sebagai sebahagian dari suatu asas pembangunan moral. Adapun keyakinan itu dinyatakan berkedudukan-memihak, karena ia senantiasa melibatkan penekanan, penuntutan, dan jangkauan daripada seseorang individu mengenai kebenaran sesuatu. Keyakinan sering diperoleh dari orangtua, kakek, atau nenek. Seseorang akan menerima keyakinan itu berdasarkan keyakinan dan tanpa adanya pembuktian terlebih dahulu (Notoatmodjo, 2007).

(48)

Menurut penelitian Ramdhania (2008), dari 53 responden yang diteliti 91,4% yakin untuk pergi ke pelayanan kesehatan. Hal ini menunjukan bahwa tingkat kepercayaan masyarakat terhadap petugas kesehatan sudah mulai timbul, walaupun di beberapa daerah tingkat keyakinan masyarakat terhadap petugas kesehatan masih rendah. Mereka masih percaya dengan dukun, karena kharismatik dukun itu yang sedemikian tinggi, sehingga masyarakat lebih senang berobat dan meminta tolong pada dukun. Petugas kesehatan dianggap sebagai orang baru yang tidak mengenal masyarakat di wilayahnya dan tidak kharismatik.

2.5 Sejarah Keluarga Berencana

Sesungguhnya keluarga berencana bukanlah hal yang baru, karena menurut catatan-catatan dan tulisan-tulisan yang berasal dari Mesir Kuno, Yunani Kuno, Tiongkok Kuno, dan India. Hal ini telah mulai dipraktekkan sejak berabad-abad yang lalu, tetapi pada waktu itu cara-cara yang dikaji masih kuno dan primitif. Demikian juga zaman Nabi-Nabi dan pengikutnya, keluarga berencana telah dilaksanakan dalam mengatur kelahiran, namun dengan cara-cara sederhana (Manuaba, 2010).

(49)

pertama dilakukan adalah jalan berdoa dan memakai jimat anti hamil (Manuaba, 2010).

Pada zaman Yunani Kuno, Soranus dan Ephenus telah membuat tulisan ilmah tentang cara menjarangkan kehamilan seperti mengeluarkan air mani dengan membersihkan vagina dengan kain dan minyak, memakai alat-alat sederhana yang dapat menghalangi sperma dengan memasukkan rumput atau kain perca ke vagina.

Menurut beberapa ahli, pada zaman Mesir Kuno dari relief dan manuskrip berhuruf hiroglif mengenai bagaimana cara menjarangkan kehamilan, dan menurut Avicena (Ibnu Sina), seorang tabib dari Persia juga telah menganjurkan cara-cara menjarangkan kehamilan (Prawiroharjo, 1997).

Di Indonesia, sejak dulu menggunakan jamu untuk mencegah kehamilan, dan Irian Jaya terkenal karena obat alaminya yang dapat menjarangkan kehamilan, sedangkan di Bali sendiri hanya ada nama untuk empat anak, supaya menganjurkan keluarga agar hanya ada empat anak (Manuaba, 2010).

Keluarga berencana modern di Indonesia dikenal sejak tahun 1953, mulai diperkenalkan kepada masyarakat oleh ahli kesehatan, kebidanan, tentang adanya obat pencegah kehamilan (BKKBN, 2004).

(50)

yang berdiri tahun 1970. Fungsi BKKBN adalah sebagai pengkoordinasi, perencana, perumus, kebijaksanaan, pengawas pelaksanaan dan evaluasi.

Program Keluarga Berencana adalah suatu program yang dimaksudkan untuk membantu para pasangan dan perorangan dalam mencapai tujuan reproduksi, mencegah kehamilan yang tidak diinginkan dan mengurangi insidens kehamilan beresiko tinggi, kesakitan dan kematian, membuat pelayanan yang bermutu, terjangkau, diterima dan mudah diperoleh bagi semua orang yang membutuhkan, meningkatkan mutu nasihat, komunikasi, edukasi, konseling dan meningkatkan pemberian Air Susu Ibu (ASI) untuk penjarangan kehamilan serta meningkatkan peran serta pria/suami ber-KB (BKKBN, 2006).

2.6 Amanat Internasional

(51)

paksaan, dan kekerasan dalam menentukan jumlah, jarak, dan waktu melahirkan mendapatkan derajat kesehatan reproduksi dan kesehatan seksual yang terbaik bagi dirinya atau pasangannya, memperoleh informasi dan pelayanan yang diperlukan untuk mewujudkan hak-hak tersebut, yang tidak bertentangan dengan agama, norma budaya dan adat istiadat, hukum dan perundang-undangan yang berlaku (BKKBN, 2006).

Pentingnya pria terlibat dalam KB dan kesehatan reproduksi didasarkan pada : 1) Pria adalah mitra reproduksi dan seksual, sehingga sangat beralasan apabila pria

dan wanita berbagi tanggung jawab dan peran secara simbang untuk mencapai kepuasaan kehidupan seksual dan berbagi beban untuk mencegah penyakit serta komplikasi kesehatan.

2) Pria bertanggung jawab secara sosial dan ekonomi termasuk untuk anak-anaknya, sehingga keterlibatan pria dalam keputusan reproduksi akan membentuk ikatan yang lebih kuat antara mereka dan keturunannya.

(52)

2.7 Sistem dan Alat Reproduksi Pria 2.7.1 Bagian Luar

a) Zakar (penis) adalah suatu alat yang berbentuk silindris yang dalam keadaan tidak tegang/normal panjangnya 6-8 cm, dimana didalamnya terdapat saluran kencing.

b) Kantong zakar (scrotum) adalah kantong yang terdiri dari jaringan ikat jarang, terletak dibelakang zakar, diantaranya kedua paha dan berisi dua buah testis (buah zakar).

2.7.2 Bagian Dalam

i. Buah zakar atau testis berjumlah dua buah, yang terletak dalam scrotum, berbentuk bulat telur yang merupakan kelenjar seks utama pria.

ii. Epididimis merupakan saluran berkelok-belok seperti spiral yang terletak disamping belakang testis. Epididimis dihubungkan dengan testis oleh saluran yang disebut vas deverens.

iii. Saluran mani (vas deverens) terdiri dari dua buah (kiri-kanan) yang berasal dari testis masuk ke dalam tali mani.

iv. Saluran kantung air mani adalah kelenjar tubuler terletak di sebelah kanan dan kiri di belakang leher kandung kencing. Saluran dari vecisa seminalis (saluran kantong air mani) bergabung dengan ductus deferens untuk membentuk saluran enjakulator.

(53)

saluran-saluran dan otot polos. Bentuknya seperti buah kenari dan beratnya kurang lebih 20 gram. Pada orangtua biasanya kelenjar ini membesar dan hal ini akan membendung saluran kencing sehingga mengalami gangguan waktu kencing.

vi. Kelenjar cowperi adalah kelenjar yang menghasilkan cairan mukus, bening, dan bersifat basa.

2.8 Fungsi Alat/Organ Reproduksi Pria 2.8.1 Fungsi Organ Luar

1. Penis berfungsi sebagai penyalur sperma melalui proses senggama.

2. Testis berfungsi untuk memproduksi hormon testosteron mempengaruhi metabolisme dalam tubuh, seperti produksi sel dalam darah, pembentukan masa tulang dan otot, perkembangan kelenjar prostat dan pertumbuhan rambut.

2.8.2 Fungsi Organ Dalam

1 . Buah zakar mempunyai dua fungsi:

a. Memproduksi spermatozoa (sel mani) yang merupakan sel reproduksi pria b. Memproduksi hormon androgenik, khususnya testosteron yang dialirkan

dalam darah. Hormon ini memberi sifat kejantanan (sifat seks sekunder) kepada pria dewasa, misalnya suara yang besar, pertumbuhan rambut di dada dan sebagainya.

2. Epididimis berfungsi:

(54)

b. Sebagai lumbung pertama sperma.

c. Mengeluarkan getah/cairan yang berguna untuk perkembangan dan proses pematangan spermatozoa

d. Mengabsorsi cairan testis yang mengandung sperma.

3. Saluran mani (vas deferens) berfungsi untuk sebagai tempat penyimpanan air mani sebelum disemprotkan.

4. Saluran kantong air mani untuk menyimpan sperma dan menghasilkan cairan yang kaya dengan zat gula (mungkin untuk makanan sperma)

5. Kelenjar prostat (glandula prostate) berfungsi untuk mempertahankan hidupnya sperma.

6. Kelenjaran cowperi untuk menghasilkan cairan mukus, cairan basa yang digunakan sebagai pelicin saat bersenggama.

7. Saluran kencing (uretra) untuk menyaluran air mani dan air kencing. Air kencing dan air mani tidak mungkin keluar secara bersamaan karena secara refleks diatur oleh sebuah klep yang terletak di muara pertemuan saluran kencing dan air mani.

2.9 Proses Reproduksi Pria

(55)

Produk organ reproduksi pria antara lain:

1. Air mani terdiri atas cairan kental yang berwarna keputih-putihan. Setiap ejakulasi dipancarkan 2-5 mililiter air mani yang setiap ml mengandung 20-120 juta sel mani (spermatozoa). Air mani bersifat basa dan dalam lingkungan ini sperma dapat hidup untuk ±3 hari.

2. Sel mani (spermatozoa), dibuat di dalam testis melalui proses spermatogenesis. Terdiri dari kepala, leher, badan, dan ekor yang panjangnya antara 50-60 mikron (1/20mm). Pada bagian kepala terdapat suatu ‘selubung’ yang menutupi ⅔ bagian daerah kepala dan disebut akrosom. Selubung ini mengandung enzim yang digunakan untuk penetrasi sel telur dalam proses pembuahan. Spermatozoa

bergerak dengan ekornya seperti berenang dengan kecepatan 2-4 mm/menit sehingga waktu yang digunakan untuk bergerak dari mulut rahim ke saluran telur 1-2 jam. Spermatozoa hidup hanya 8 jam saat di vagina, tetapi saat berada di tuba dapat hidup 2-3 hari.

2.10 Cara KB Pria

(56)

vasektomi. Cara berkala (kalender sistem) dan senggama terputus merupakan cara alamiah atau sederhana yang perlu kehati-hatian.

Banyak pakar Internasional yang menggolongkan cara ini sebagai salah satu cara ber-KB yang dianjurkan meskipun cara ini bukan sebagai partisipasi pria semata, akan tetapi memerlukan kesepakatan suami-istri.

Cara KB pria/laki-laki yang dikenal saat ini adalah pemakaian Kondom dan

Vasektomi (Metode Operasi Pria) serta KB alamiah yang melibatkan pria/suami seperti : senggama terputus (coitus interruptus), perhitungan haid/sistem kalender, pengamatan lendir vagina serta pengukuran suhu badan. Selain daripada itu terdapat berbagai cara KB yang masih dalam taraf penelitian seperti : Vasoklusi, dan penggunaan bahan dari tumbuh-tumbuhan.

2.10.1 Pengertian Kontrasepsi Metode Operasi Pria/Vasektomi

Vasektomi adalah suatu prosedur klinik yang dilakukan untuk menghentikan kapasitas reproduksi pria dengan jalan melakukan oklusi vasa deferensia sehingga alur transportasi sperma terhambat dan proses fertilisasi (penyatuan dengan ovum) tidak terjadi.

(57)

menit, dengan cara mengikat dan memotong saluran mani yang terdapat di dalam kantong buah zakar.

2.10.2 Peserta Vasektomi

1. Suami dari pasangan usia subur yang dengan sukarela mau melakukan vasektomi serta sebelumnya telah mendapat konseling tentang vasektomi.

2. Mendapat persetujuan dari isteri :

a. Jumlah anak yang ideal, sehat jasmani dan rohani b. Umur istri sekurang-kurangnya 25 tahun

c. Mengetahui prosedur vasektomi dan akibatnya

d. Menandatangani formulir persetujuan (informed consent) 2.10.3 Keuntungan Kontrasepsi Pria Vasektomi

1) Efektivitas tinggi untuk melindungi kehamilan 2) Tidak ada kematian dan angka kesakitannya rendah

3) Biaya lebih murah, karena membutuhkan satu kali tindakan saja 4) Prosedur medis dilakukan hanya sekitar 15-45 menit

5) Tidak mengganggu hubungan seksual

6) Secara kultural sangat dianjurkan di negara-negara dimana wanita merasa malu untuk ditangani oleh dokter pria atau kurang tersedia dokter wanita dan paramedis wanita.

2.10.4 Kerugian Kontrasepsi Pria Vasektomi

(58)

ii. Tidak melindungi pasangan dari penyakit menular seksual. Harus menggunakan kondom selama 12-15 kali senggama agar sel mani menjadi negatif.

iii. Pada orang yang mempunyai problem psikologis dalam hubungan seksual, dapat menyebabkan keadaan semakin terganggu.

iv. Diperlukan suatu tindakan operatif.

v. Kadang kadang menyebabkan komplikasi seperti perdarahan atau infeksi. vi. Kontap pria belum memberikan perlindungan total sampai semua spermatozoa,

yang sudah ada didalam sistem reproduksi distal dari tempat oklusivas deferens, dikeluarkan. Problem psikologis yang berhubungan dengan prilaku seksual mungkin bertambah parah setelah tindakan operatif yang menyangkut sistem reproduksi pria (Hartanto, 2004).

2.10.5 Kontra-Indikasi Kontrasepsi Pria

1) Penyakit sekitar organ kelamin (genital): infeksi kulit lokal, misalnya

Scabie, infeksi traktus genitalia, kelainan skrotum, hernia inguinalis

2) Penyakit sistemik: penyakit-penyakit perdarahan, diabetes mellitus, penyakit jantung koroner yang baru.

3) Riwayat perkawinan, psikologis atau seksual yang tidak stabil (Hartanto, 2004).

2.10.6 Persiapan Pre-Operatif Kontrasepsi Pria Vasektomi

1) Rambut pubis sebaiknya dicukur.

(59)

2.10.7 Prosedur Kontrasepsi Pria Vasektomi

Prosedur kontap-pria meliputi beberapa langkah tindakan :

1) Identifikasi dan isolasi vas deferens, kedua vas deferens merupakan struktur paling padat di daerah mid- scrotum, berbeda dengan pembuluh darah.

2) Kesukaran kadang-kadang terjadi dalam identifikasi dan isolasi vas deferens

seperti pada keadaan : kulit scrotum tebal, vas deferens yang sangat tipis,

spermatic cord yang tebal, testis yang tidak turun, otot cremaster berkontraksi dan menarik testis keatas.

3) Dilakukan mobilisasi vas deferens diantara ibu jari dan telunjuk atau memakai klem (doek-klem atau klem lainnya).

4) Dilakukan penyuntikkan anestesi lokal lalu insisi scrotum secara horizontal atau vertikal, dapat dilakukan secara tunggal, di garis tengah (scrotalraphe).

5) Memisahkan lapisan-lapisan superfisial dari jaringan-jaringan sehingga vas deferens dapat diisolasi. Umumnya dilakukan pemotongan/reseksi suatu segmen dari kedua vas deferens (1-3 cm), yang harus dilakukan jauh dari epididymis. Ujung-ujung vas deferens setelah dipotong dapat diikat dengan chromic catgut (ini yang paling sering dilakukan). Dapat pula dengan benang yang tidak diserap (silk), tetapi kadang-kadang dapat menyebabkan iritasi jaringan atau granuloma.

(60)

2.10.8 Perawatan Post-Operatif Kontrasepsi Pria Vasektomi

1) Istirahat 1-2 jam di klinik.

2) Menghindari pekerjaan berat selama 2-3 hari. 3) Kompres dingin/es pada skrotum.

4) Analgetika (pereda nyeri).

5) Memakai penunjang skrotum (scrotal support) selama 7-8 hari. 6) Luka operasi jangan kena air selama 24 jam.

7) Dipersilakan berbaring selama 15 menit. 8) Amati rasa nyeri dan perdarahan pada luka.

9) Pasien dapat dipulangkan bila keadaan pasien dan luka operasi baik. 2.10.9 Vasektomi Tanpa Pisau (VTP)

Untuk mengurangi atau menghilangkan rasa takut calon akseptor kontap-pria akan tindakan operasi (yang umumnya dihubungkan dengan pemakaian pisau operasi), dan juga untuk lebih menggalakkan penerimaan/pelaksanaan kontap-pria, di indonesia sekarang telah di perkenalkan dan telah dilaksanakan metode vasektomi tanpa pisau (VTP) (Hartanto, 2004).

2.10.10 Prosedur VTP

(61)

cm. Akan terlihat vas deferens yang liat dan keras seperti kawat baja. Selaput pembungkus vas deferens disisihkan ke tepi, akan tampak jelas saluran sperma (vas deferens) yang berwarna putih mengkilap bagai mutiara, selanjutnya dilakukan oklusi

vas deferens dengan ligasi dan reseksi pada vas deferens, kemudian penutupan luka operasi.

2.10.11 Efektifitas Kontrasepsi Pria Vasektomi

1) Angka kegagalan: 0–22 % umumnya < 1%.

2) Kegagalan kontap-pria umumnya disebabkan oleh :

i. Senggama yang tidak terlindung sebelum semen/ejakulat bebas sama sekali dari spermatozoa.

ii. Rekanalisasi spontan dari vas deferens, umunya terjadi setelah pembentukkan

granuloma spermatozoa.

iii. Pemotongan dan oklusi struktur jaringan lain selama operasi.

iv. Jarang yaitu Duplikasi congenital dari vas deferens (terdapat lebih dari satu

vas deferens pada satu sisi), (Hartanto, 2004).

2.10.12 Efek Samping dan Komplikasi Kontrasepsi Pria Vasektomi

Komplikasi Minor :

1) Ecchymosis, terjadi pada 2 s/d 65 %. Penyebabnya : pecahnya pembuluh darah kecil sub-kutan sehingga terjadi perembesan darah dibawah kulit. Tidak memerlukan terapi dan akan hilang sendiri dalam 1 – 2 minggu post-operatif.

(62)

4) Terapi butir 2 dan 3 : kompres es, analgetika. Komplikasi Mayor:

1) Hematoma insidens : < 1%, terjadi pembentukkan masa bekuan darah dalam kantung skrotum yang berasal dari pembuluh darah yang pecah.

2) Infeksi jarang terjadi,hanya kira-kira pada < 2%. Infeksi dapat terjadi pada beberapa tempat : Insisi, Vasdeferens, Epididymis.

3) Sperma granuloma adalah suatu abses non-bakterial, yang terdiri dari

spermatozoa, sel-sel epitel dan lymphocyt, dan merupakan suatu responsin flammatoir terhadap spermatozoa yang merembes ke dalam jaringan sekitarnya. Penyebab dan timbulnya sperma granuloma merembes dan bocornya spermatozoa

ke dalam jaringan sekitarnya, yang disebabkan oleh: Absorpsi dari benang jahitan sebelum terbentuk jaringan parut. Oklusi yang tidak kuat dari vas deferens selama operasi. Ikatan jahitan terlalu keras sehingga memotong vas deferens. Tekanan yang meninggi belakang ujung vas deferens yang dipotong. Infeksi vas deferens

(63)

2.10.13 Efek Sistemik dari Kontrasepsi Pria Vasektomi

Tidak ditemukan efeksistemik dari prosedur kontap pria. Fungsi kelenjar prostat, seminal vesicles dan kelenjar urethra tidak mengalami perubahan sebagai akibat dari kontap pria karena fungsi mereka ditentukan oleh kadar androgen di dalam darah (yang tidak berubah karena kontap pria) tidak ditemukan efek kontap pria terhadap timbulnya penyakit jantung, karsinoma, penyakit paru paru, saraf, gastrointestinal dan endokrin (Hanafi,2004).

2.10.14 Efek Psikologis dari Kontap Pria Vasektomi

Problem psikologis terjadi pada <15 % dari akseptor kontap pria, dengan keluhan rasa takut yang timbul setelah menjadi kontap pria yang meliputi rasa takut “trauma” tubuh berkurangnya kekuatan fisik tubuh, rasa lelah, insomnia, sakit kepala, depressi, berat badan menurun, rasa takut “trauma” seks seperti libido menurun, rasa takut “trauma” akan kehilangan anak, terutama di daerah/negara dengan mortalitas anak yang tinggi, rasa takut “trauma” moral, adanya konflik yang berhubungan dengan agama, kebudayaan, dan ketakutan bahwa pria yang telah menjalani kontap-pria akan melakukan perbuatan serong/penyelewengan.

2.11 Landasan Teori

Adapun landasan teori dari penelitian ini adalah:

(64)

tindakan. Sebagian besar pengetahuan berasal dari indera penglihatan dan pendengaran.Beberapa jenis pengetahuan yaitu:

a. Pengetahuan Implisit, tidak bersifat nyata seperti keyakinan pribadi,prinsip. Biasanya sulit ditransfer ke orang lain baik secara lisan ataupun tertulis. b. Pengetahuan Eksplisit, telah didokumentasikan dalam wujud nyata berupa

media diartikulasikan dalam bahasa formal dan mudah disebarluaskan.

c. Pengetahuan Empiris, lebih menekankan pengamatan dan pengalaman pribadi.

d. Pengetahuan Rasionalisme, diperoleh melalui pemikiran logis akal budi. 2. Motivasi adalah suatu dorongan dari dalam diri manusia untuk bertindak atau

berperilaku tertentu. Pendekatan instink adalah salahsatu cara pendekatan mempelajari motivasi.Seks adalah instink untuk hidup berkaitan dengan fungsi reproduksi. Apabila seseorang (suami) mengerti jelas akan manfaat vasektomi maka timbul motivasi ber-KB.

3. Keyakinan adalah suatu kepercayaan tertentu manusia yang dapat mempengaruhi perilakunya dalam menghadapi suatu penyakit. Semakin tinggi keyakinan suami akan manfaat ber-KB terhadap kesehatannya maka makin yakin suami untuk ikut ber-KB.

(65)

meningkatkan kesadaran masyarakat untuk ber-Kb khusus pria (suami) karena sangat bermanfaat untuk membentuk keluarga berkualitas.

2.12 Kerangka Konsep

Untuk memberikan gambaran yang lebih jelas dan arah dari alur penelitian ini adalah seperti tergambar dalam kerangka konsep dibawah ini :

Gambar 2.1. Kerangka Konsep Penelitian Pengaruh Pengetahuan, Motivasi, dan Keyakinan terhadap Pengguna dan tidak Pengguna Alat Kontrasepsi Pria (Vasektomi)

Karateristik Responden/akseptor KB Pria terhadap:Umur, Tingkat Pendidikan, Suku

Bangsa, Jumlah Anak, Lama Menikah, Pendapatan

Peserta MOP/Vasektomi

Tidak Peserta MOP/Vasektomi Pengetahuan

Responden Pria/Suami

Motivasi Responden Pria/Suami

Variabel Independen Variabel Dependen

(66)

BAB 3

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian observasional yaitu penelitian tanpa ada melakukan intervensi atau perlakuan terhadap objek yang diteliti. Dalam rancangan penelitian observasional ini menggunakan metode case control. Case control

merupakan rancangan penelitian dengan cara membandingkan kelompok kasus dengan kelompok kontrol dengan tujuan untuk mengetahui proporsi kejadian berdasarkan ada tidaknya pengaruh faktor resiko (pengetahuan, motivasi, dan keyakinan) terhadap faktor efek (pengguna vasektomi dan tidak vasektomi). Studi yang digunakan adalah studi retrospektif yaitu mengukur pengaruh suatu peristiwa setelah peristiwa itu terjadi (Thomas , 2005). Oleh karena itu penelitian ini mencoba melihat pengaruh pengetahuan, motivasi, dan keyakinan terhadap pengguna dan tidak pengguna alat kontrasepsi pria jenis vasektomi di wilayah kecamatan Pematangsiantar tahun 2013.

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian 3.2.1 Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan wilayah Pematangsiantar 2013 dengan alasan:

a. Dari 8 kecamatan yang berada di wilayah Pematangsiantar dimana terdapat 7 kecamatan yang tidak tercapai target MOP/Vasektomi pada tahun 2012 yaitu

Gambar

Gambar 2.1.  Kerangka Konsep Penelitian Pengaruh Pengetahuan, Motivasi, dan Keyakinan terhadap Pengguna dan tidak Pengguna Alat Kontrasepsi Pria (Vasektomi)
Tabel 3.1 Aspek Pengukuran
Tabel 3.2. Dasar Perhitungan Studi Kasus Kontrol
Tabel 4.2. Gambaran Pasangan Usia Subur di Wilayah  Kota Pematangsiantar Tahun 2012
+7

Referensi

Dokumen terkait

Puisi yang dirangkai dari hasil imajinasi pengarang, membentuk susunan kalimat sering melibatkan manusia, hewan bahkan mahluk yang lainnya secara abstrak

Pilih Menu “GENERAL INFO” Isi dengan data yang diperlukan Isi ukuran cold storage.. Bila ingin memulai dari awal, tekan

Dari grafik 1, dapat dilihat bahwa daya yang dihasilkan turbin pada 1 nozle lebih besar dibanding 2 nozle, dimana daya maksimum yang dihasilkan pada 1 nozle adalah 7,04 W,

Proses reuse ini pun tidak boleh dilakukan dalam hal minyak jelantah karena menggunakan kembali minyak goreng bekas sama saja membunuh secara perlahan-lahan diri kita sendiri,

Hasil yang akan dicapai dalam pembuatan situs web ini adalah kepuasan pelanggan, perluasan hubungan kemitraan, serta proses bisnis yang efisien, informasi yang akurat dan

Sedangkan menurut Mulyasa (2007:24) dalam Manajemen Berbasis Sekolah, MBS adalah merupakan salah satu wujud dari reformasi pendidikan yang menawarkan kepada sekolah untuk

pertanian jika tidak tersedia maka dapat digantikan dengan jenis produk agronomi yang lain..  Produk hasil pertanian baik

Tulis Identitas Peserta (Nama, Sekolah, Kab/Kota, Propinsi) pada setiap halaman lembar jawaban Pilihan Ganda dan Isian/Essay. Tulis mata pelajaran yang diujikan dan Tingkat