• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERANG

B. Pengertian Perang Dalam Islam

Kata jihad sudah tidak asing lagi di telinga kita, apalagi akhir-akhir ini Islam sedang menjadi sorotan dunia dengan tuduhan aksi terorismenya yang

mengatasnamakan jihad. Jihad berasal dari kata jahada yang berarti berusaha,

7

Lihat Pasal 13 Piagam PBB 8

berusaha sekuat tenaga di jalan Allah untuk menyebarkan keimanan dan firman Allah

ke seluruh dunia.9 Menurut bahasa, al-Jihad berasal dari kata jahada-yajhadu-jahda

atau juhdan, yaitu keluasan atau kekuatan.10 Dalam Islam, Allah mewajibkan manusia

untuk menyebarkan ajaran-Nya ke seluruh penjuru dunia. Ketika penyebaran ini menemui berbagai hambatan berupa penolakan terhadap masuknya ajaran agama Islam di tanah mereka, dengan kondisi ini jihad pun diperlukan. Jihad, dalam arti luas, tidak selalu bermakna perang atau mengobarkan peperangan, sebab melangkah di jalan Allah bisa dicapai dengan cara damai ataupun tindak kekerasan. Jihad dianggap sebagai suatu propaganda religius yang dilakukan persuasif ataupun

pedang.11

Islam tidak membenarkan peperangan yang bertujuan menaklukan suatu negara, atau perluasan wilayah, dan mendiktekan kehendak (offensive war), perang yang diajarkan oleh ajaran Islam (masyru’iyah/legal) adalah perang untuk menolak serangan musuh, atau mempertahankan hak yang sah yang dilanggar oleh musuh atau

untuk melindungi keamanan dakwah (depensive war).12 Artinya, dakwah kepada

kebenaran dan keadilan serta kepada prinsip-prinsip yang mulia tidak boleh dihalangi dan ditindas oleh penguasa manapun. Dan perang yang sah di dalam Islam ialah perang pembelaan diri yakni untuk membalas serangan yang benar-benar telah terjadi

9

Majid Khadduri, War and Peace in the Law of Islam, Yogyakarta, Tarawang Press, 2002, h. 46.

10

Dr. Abdullah Azzam, Perang Jihad Di Jaman Modern, (Jakarta: Gema Insani Press), 1992, hal. 11

11

Khadduri, War and Peace, Yogyakarta, Tarawang Press, 2002, h. 46. 12

Prof. H. A. Djazuli, Fiqh Siyasah: Implementasi Kemaslhatan Umat Dalam Rambu-Rambu Syariah, Jakarta, Kencana, 2003, Cet. 3, h. 146

terhadap kaum muslimin. Dan perang yang tidak sah ialah perang yang bermaksud

merampas, atau menduduki, atau membuat kerusakan.13

Para ahli hukum membedakan 4 (empat) cara bagi umat untuk memenuhi panggilan jihad yaitu: dengan hati, dengan lidah, dengan panggilan dan dengan pedang. Cara pertama (hati) berkenaan dengan perintah melawan setan dan berusaha menghindari bujuk rayu setan dan jihad ini bagi nabi Muhammad dianggap sebagai jihad terbesar. Cara kedua (lidah) dan ketiga (tangan) dilakukan untuk penegakan kebenaran serta mengoreksi kesalahan. Cara keempat (pedang) setara dengan makna perang dan dititikberatkan pada peperangan melawan orang kafir serta musuh Islam

atas nama iman.14

Berikut ayat-ayat al-Qur’an mengenai perintah perang:

Artinya: “Telah diizinkan (berperang) bagi orang-orang yang diperangi, karena sesungguhnya mereka telah dianiaya. Dan sesungguhnya Allah benar-benar Maha Kuasa menolong mereka itu. (Yaitu) orang-orang yang telah diusir dari kampong halaman mereka tanpa alas an yang benar, kecuali karena mereka berkata: “Tuhan kami hanyalah Allah”… ”

Ayat ini merupakan ayat yang pertama kali diturunkan Allah berkenaan dengan peperangan. Menurut al-Sarakhi, sebelum memerintahkan perang, Allah lebih dulu memberikan beberapa tuntutan menghadapi orang-orang yang menganggu Islam

13

Ibid., h. 144 14

Majid Khadduri, War and Peace in the Law of Islam, Yogyakarta, Tarawang Press, 2002, h. 47.

dan umatnya. Pertama, Allah memerintahkan kepada Nabi untuk membuat pernyataan sikap dan menarik diri dari mereka (kaum musyrik), jika mereka masih melakukan penolakan terhadap Islam dan menggangu umat Islam. Hal ini dinyatakan Allah dalam surat al-Hijr ayat 94, “Maka sampaikanlah olehmu secara terang-terangan segala apa yang diperintahkan (kepadamu) dan berpalinglah dari

orang-orang yang musyrik.”. Kedua, Allah memerintahkan Nabi untuk mengadakan

perdebatan-perdebatan dengan baik, seperti yang dijelaskan dalam surat an-Nahl,”…

(kalau kamu berdebat) bantahlah mereka dengan cara-cara yang baik pula.”. Ketiga,

apabila mereka (kaum musyrik) tidak mau menerima dan menggangu umat Islam, maka Allah mengizinkan Nabi dan orang mukmin untuk mempertahankan diri,

seperti halnya dimaksudkan dalam surat al-Hajj di atas.15

!

"

#

$

!%

&'(

Artinya: “Dan apabila ia berpaling darimu ia berjalan di muka bumi untuk mengadakan kerusakan, menghancurkan tanaman-tanaman dan binatang ternak, sedangkan Allah tidak menyukai kerusakan.”

15

Muhammad Iqbal, Fiqh Siyasah: Kontekstualisasi Doktrin Politik Islam, Jakarta, Gaya Media Pratama, 2007, Cet. 2, h. 250.

#

) *

"#+

$

,% "

- !&

.

Artinya: “Kampung akhirat itu akan dijadikan bagi orang-orang yang tidak ingin menyombongkan diri dan berbuat kerusakan di (muka) bumi. Dan akhir yang baik adalah bagi orang-orang yang bertakwa.”

Sejarah peperangan Nabi Muhammad merupakan awal dari kehormatan dari sebuah perikemanusiaan karena Nabi Muhammad mengajarkan etika perang yang beradab dan berperikemanusiaan. Agenda perjanjian gencatan senjata, pengiriman delegasi keluar negeri, dan strategi Nabi di medan perang itu mempunyai pengertian yuridis yang secara tidak langsung sama dan mendukung Hukum Internasional, yaitu meminimalisir jatuhnya korban dan menghindari kerusakan-kerusakan. Pada dasarnya peperangan Nabi Muhammad merupakan respon terhadap tindakan-tindakan resisten yang dilakukan oleh lawan-lawan politiknya atau tindakan untuk

mempertahankan diri (self defence) dari segala bentuk serangan.16 Rasulullah saw.

tidak akan memerangi suatu kaum kecuali berdakwah dan menyerukan agama Islam. Hal ini sesuai dengan Hadits Nabi, ”Bisyr bin As-Sirry menceritakan dari Sufyan dari Ibnu Abi Najih dari ayahnya dari Ibnu Abbas ra., ia berkata: Rasulullah SAW tidak

16

akan memerangi suatu kaum melainkan terlebih dahulu ia berdakwah mengajak mereka kepada Islam. (HR. Ahmad).”17

Dalam sebuah hadis yang diriwayatkan oleh Imam Muslim dari Abdullah ibn Abi Awfa, Nabi menyatakan, “Janganlah kalian berharap bertemu musuh, dan berdoalah kepada Allah untuk perdamaian. Namun bila kalian bertemu musuh, hadapilah dengan kesabaran.” Hadis-hadis ini menunjukkan bahwa damai adalah prinsip utama dalam Islam, sedangkan penggunaan kekuatan senjata dikarenakan keadaan yang sangat terpaksa untuk mempertahankan kedamaian tersebut.

Seperti yang dijelaskan di atas tujuan perang dalam Islam ialah untuk memelihara perdamaian, keamanan dan kesejahteraan umat serta untuk melindungi kemerdekaan penyiaran dakwah islamiyah. Selain tujuan tersebut, adapun tujuan yang lainnya, yaitu:

1. Untuk menolak permusuhan kepada Islam dan kaum Muslimin, yang

dilakukan oleh kaum musyrik, kafir, pembangkangan dan orang-orang yang dendam terhadap Islam.

2. Untuk mengokohkan dakwah Islam agar bisa sampai kepada orang-orang

yang berhak mengetahuinya.

3. Untuk menawarkan Islam kepada kaum musrikin, kaum kafirin, orang-orang

yang zhalim dan orang-orang yang mempunyai prasangka buruk kepada Allah.

4. Untuk mengokohkan agama dan syariat Allah.18

17

Dokumen terkait