• Tidak ada hasil yang ditemukan

Sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat untuk manusia yang lain

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Perseps

1. Pengertian Perseps

Secara etimologis, persepsi atau dalam bahasa Inggris perception

berasal dari bahasa latin; dari percipere, yang artinya menerima atau

mengambil.

Persepsi adalah sumber pengetahuan kita tentang dunia, yang

didefinisikan sebagai proses menerima, menyeleksi, mengorganisasikan,

mengartikan, menguji dan memberikan reaksi kepada rangsangan

pancaindra atau data. (Pareek: 1984). Dari definisi tersebut diketahui

bahwa terjadinya persepsi pada seseorang melalui serangkaian proses yang

18

Proses persepsi yang terjadi secara bertahap pada diri seseorang

melibatkan psikologisnya sebagaimana yang disampaikan oleh Gibson

(1996) bahwa persepsi merupakan proses dari seseorang dalam memahami

lingkungannya yang melibatkan pengorganisasian dan penafsiran sebagai

rangsangan dalam suatu pengalaman psikologis. Dimaksudkan bahwa

persepsi dari seseorang merupakan suatu bentuk dari pengalaman

psikologisnya dalam usaha memahami lingkungan disekitarnya dengan

menggunakan penafsiran yang ada didalam dirinya.

Menurut Robins (2001) persepsi sebagai suatu proses dengan mana

individu-individu mengorganisasikan dan menafsirkan kesan-kesan indera

mereka agar memberikan makna bagi lingkungan mereka.

Keith & Newstron (1993) mengatakan persepsi merupakan

pandangan seseorang tentang lingkungan yang dihadapi, dimana reaksinya

terhadap sesuatu akan disaring melalui persepsi. Pada umumnya seseorang

dalam mempersepsikan lingkungan mereka dalam kerangka yang

terorganisasi, dimana telah dibentuk berdasarkan pengalaman dan nilai-

nilai pada diri mereka. Masalahnya, kepentingan dan latar belakang

mereka mengendalikan persepsinya terhadap setiap situasi.

Kreitner & Kinicki (1995) mendefinisikan persepsi: “Perception is a mental and cognitives process that enables us to interpret and understand

our surroundings”. Jadi persepsi merupakan proses sadar yang

19

sesuatu yang ada disekelilingnya. Dengan demikian pemahaman terhadap

suatu objek dalam proses ini merupakan fungsi yang utama.

Karena pemahaman merupakan yang utama dalam persepsi maka

kadangkala apa yang dipersepsikan bisa berbeda dari realitasnya.

Sebagaimana definisi dari Makmuri (1999), bahwa persepsi merupakan

proses kognitif yang kompleks yang dapat memberikan gambaran yang

unik tentang dunia yang sangat berbeda dengan realitasnya.

Sebagaimana yang dikatakan Wexley & A. Yulk (1992), bahwa

seseorang memberikan reaksi atau tanggapan sesuai dengan persepsi

dirinya terhadap dunianya daripada kondisi-kondisi obyektif dimana

mereka sebenarnya berada. Seseorang hanya bisa menggunakan sebagian

kecil rangsangan kesadaran (sensory stimuli) yang ada pada suatu

peristiwa dan bagian ini diiterpretasikan sesuai dengan harapan, nilai-nilai

serta keyakinannya.

Persepsi (perception) dalam arti sempit ialah penglihatan, bagaimana

cara seseorang melihat sesuatu; sedangkan dalam arti luas ialah pandangan

atau pengertian yaitu bagaimana seseorang memandang atau mengartikan

sesuatu (Leavitt, 1978). Menurut DeVito (1997:75), persepsi adalah proses

ketika kita menjadi sadar akan banyaknya stimulus yang mempengaruhi

indra kita. Yusuf (1991:108) menyebut persepsi sebagai “pemaknaan hasil pengamatan”.

Gulo (1982:207) mendefinisikan persepsi sebagai proses seseorang

20

indra yang dimilikinya. Rakhmat (1994:51) menyatakan bahwa persepsi

adalah pengalaman tentang objek, peristiwa atau hubungan-hubungan yang

diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan menafsirkan pesan.

Chaplin (1999) memandang persepsi sebagai proses mengetahui atau

mengenali objek dan kejadian objektif dengan bantuan indra. Proses

perseptual ini dimulai dengan perhatian, yaitu merupakan proses

pengamatan selektif. Didalamnya mencakup pemahaman dan mengenali

atau mengetahui objek-objek serta kejadian-kejadian. Menurut Verbeek

(1978), persepsi dapat dirumuskan sebagai suatu fungsi yang manusia

secara langsung dapat mengenal dunia riil yang fisik.

Brouwer (1983:21) menyatakan bahwa persepsi (pengamatan) ialah

suatu replika dari benda diluar manusia yang intrapsikis, dibentuk berdasar

rangsangan-rangsangan dari objek. Pareek (1996:13) memberikan definisi

yang lebih luas ihwal persepsi ini; dinyatakan “Persepsi dapat didefinisikan sebagai proses menerima, menyeleksi, mengorganisasikan,

menguji dan memberikan reaksi kepada pancaindra atau data.”

Solihin Abdul Wahab (2001:95) menyatakan bahwa persepsi adalah

proses dengan mana seseorang atau sekelompok orang memberikan

muatan makna yang berasal dari luar dirinya.

Persepsi sangat dipengaruhi oleh pikiran. Sebagaimana yang

disampaikan oleh Mar’at (1982:82) bahwa persepsi merupakan proses

pengamatan seseorang yang berasal dari komponen kognisi. Persepsi ini

21

pengetahuannya. Sedangkan menurut Ruch (1967:300), persepsi adalah suatu proses tentang petunjuk-petunjuk indrawi (sensory) dan pengalaman

masa lampau yang relevan kemudian diorganisasikan untuk memberikan

kepada kita gambaran yang terstruktur dan bermakna pada suatu situasi

tertentu. Senada dengan hal tersebut Atkinson dan Hilgard (1991: 201) mengemukakan bahwa persepsi adalah proses dimana kita menafsirkan

dan mengorganisasikan pola stimulus dalam lingkungan. Gibson dan

Donely (1994: 53) menjelaskan bahwa persepsi adalah proses pemberian arti terhadap lingkungan oleh seorang individu.

Dari beberapa pengertian mengenai persepsi, diketahui bahwa nilai

subyektivitas seseorang sangat dominan dalam mempersepsikan sesuatu,

sehingga seringkali asumsi-asumsi tentang persepsi orang lain adalah

salah, yang disebabkan asumsi-asumsinya tidak lengkap. Demikian pula

yang terjadi pada suatu organisasi pemerintahan, dimana pejabat bawahan

dapat saja keliru mempersepsikan atasannya (pimpinan) atau sebaliknya

atasan keliru mempersepsikan pejabat bawahannya. Ketika dihadapkan

pada sebuah realita tentang mutasi jabatan maka akan muncul beberapa

respon persepsi dari pejabat yang menerima mutasi jabatan tersebut,

apakah positif, negatif ataupun biasa-biasa saja (netral) sesuai dengan

penafsiran dan pengorganisasian maknanya masing-masing.

2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Persepsi

Persepsi seseorang bisa berbeda satu sama lainnya, karena ada faktor

22

untuk membentuk dan dapat memutarbalikkan persepsi seseorang yang

berasal dari pelaku persepsi (perceive), obyek atau target yang

dipersepsikan ataupun konteks dari situasi dimana persepsi dilakukan.

Ketika manusia menerima rangsangan atau data dari berbagai

sumber, kebanyakan data diterima melalui pancaindera. Kita melihat,

mencium, mendengar, merasakan atau menyentuhnya, sehingga kita

mempelajari segi-segi lain dari sesuatu itu. Setelah diterima, rangsangan

atau data diseleksi, karena tidak mungkin untuk memperhatikan semua

rangsangan yang telah diterima. Untuk menghemat perhatian yang

digunakan, rangsangan-rangsangan itu disaring dan diseleksi untuk

diproses lebih lanjut.

Menurut Alex Sobur (2003:452-455), ada dua kumpulan faktor

menentukan seleksi rangsangan itu, yaitu faktor intern dan faktor ekstern.

a. Faktor intern yang mempengaruhi seleksi persepsi

1) Kebutuhan psikologis

Kebutuhan psikologis seseorang mempengaruhi persepsinya.

Kadang-kadang, ada hal yang “kelihatan” (yang sebenarnya tidak ada), karena kebutuhan psikologis.

2) Latar belakang

Latar belakang mempengaruhi hal-hal dipilih dalam persepsi. Orang-

orang dengan latar belakang tertentu mencari orang-orang dengan

latar belakang sama. Mereka mengikuti dimensi tertentu yang serupa

23

3) Pengalaman

Pengalaman mempersiapkan seseorang untuk mencari orang-orang,

hal-hal, gejala-gejala yang mungkin serupa dengan pengalaman

pribadinya. Seseorang dengan pengalaman buruk ketika bekerja

dengan jenis orang tertentu, mungkin dia akan menyeleksi orang-

orang ini dengan jenis persepsi tertentu.

4) Kepribadian

Kepribadian juga mempengaruhi persepsi. Seorang yang introvert

mungkin akan tertarik kepada orang-orang yang serupa atau sama

sekali berbeda. Berbagai faktor dalam kepribadian mempengaruhi

seleksi dalam persepsi.

5) Sikap dan kepercayaan umum

Sikap dan kepercayaan umum juga mempengaruhi persepsi. Pegawai

yang mempunyai sikap tertentu terhadap mutasi jabatan, besar

kemungkinan akan melihat berbagai hal-hal kecil yang tidak

diperhatikan oleh pegawai lain. Dia akan berasumsi dan memberikan

sikap berbeda.

6) Penerimaan diri

Penerimaan diri merupakan sifat penting yang mempengaruhi

persepsi. Seseorang dengan jati diri yang kuat akan lebih cepat

mempersepsi sesuatu, jika dibandingkan dengan orang yang

24

b. Faktor ekstern yang mempengaruhi seleksi persepsi

1) Intensitas

Pada umumnya, rangsangan yang lebih intensif mendapatkan lebih

banyak tanggapan daripada rangsangan yang kurang intens. Berita

atau kupasan terhadap sebuah informasi yang dilakukan berulang-

ulang akan lebih cepat mempengaruhi persepsi seseorang.

2) Ukuran

Umumnya, benda-benda yang lebih besar menarik perhatian. Sesuatu

yang lebih besar akan lebih cepat dilihat.

3) Kontras

Biasanya, hal-hal lain dari yang biasa kita lihat akan cepat menarik

perhatian.

4) Gerakan

Hal-hal yang bergerak lebih menarik perhatian daripada hal-hal yang

diam. Isu-isu akan terjadinya pelantikan pejabat yang muncul dalam

berbagai segmen dan kreasi kupasan yang berbeda tentu akan

menarik perhatian orang. Apalagi yang diikuti dengan adanya “live interaction” sehingga pemirsa bisa langsung ikut mengomentari

beritanya.

5) Ulangan

Biasanya hal-hal yang berulang dapat menarik perhatian. Pada

waktu-waktu tertentu, adanya isu-isu akan terjadinya pelantikan

25

besaran. Ulangan seperti itu, akan membuat orang ingat akan isu-isu

pelantikan dan mereka akan lebih memperhatikannya daripada hal-

hal lainnya yang mungkin tidak cukup sering kupas atau diberitakan.

Tetapi, ulangan yang terlalu sering juga dapat menimbulkan

kejenuhan semantik dan dapat kehilangan arti perseptif. Karena itu,

ulangan mempunyai nilai yang menarik perhatian selama digunakan

dengan hati-hati.

6) Keakraban

Hal-hal yang akrab atau lebih dikenal lebih menarik perhatian. Hal

ini terutama jika hal tertentu tidak diharapkan dalam rangka tertentu.

Misalnya, ketika menghadiri sebuah sosialisasi dan berada diantara

orang-orang yang tidak kita kenal atau tidak seide dengan kita, tiba-

tiba kita akan merasa lebih akrab dengan orang yang minimal kita

kenal atau mungkin pemikirannya sama dengan kita.

7) Sesuatu yang baru

Faktor ini kedengarannya bertentangan dengan keakraban. Tetapi,

hal-hal baru juga menarik perhatian. Jika orang sudah terbiasa

dengan kerangka yang sudah dikenal, sesuatu yang baru akan lebih

menarik.

Dalam kenyataan, terhadap objek sama, individu dimungkinkan

memiliki persepsi yang berbeda. Oleh karena itu, Milton (1981:23)

mengemukakan adanya beberapa faktor yang berpengaruh dalam persepsi.

26

mempersepsi (perceiver), persepsi diri, dan pengamatan terhadap orang

lain.

Pareek (1984:13) mengemukakan ada empat faktor utama yang

menyebabkan terjadinya perbedaan persepsi.

a. Perhatian

Terjadinya persepsi pertama kali diawali oleh adanya perhatian. Tidak

semua stimulus yang ada di sekitar kita dapat kita tangkap semuanya

secara bersamaan. Perhatian kita hanya tertuju pada satu atau dua objek

yang menarik bagi kita.

b. Kebutuhan

Setiap orang mempunyai kebutuhan yang harus dipenuhi, baik itu

kebutuhan menetap maupun kebutuhan yang sesaat.

c. Kesediaan

Adalah harapan seseorang terhadap suatu stimulus yang muncul, agar

memberikan reaksi terhadap stimulus yang diterima lebih efisien

sehingga akan lebih baik apabila orang tersebut telah siap terlebih dulu.

d. Sistem Nilai

Sistem nilai yang berlaku dalam diri seseorang atau masyarakat akan

berpengaruh terhadap persepsi seseorang.

Lebih luas lagi Pareek (1984:15), faktor-faktor yang dsebutnya dapat

mempengaruhi penafsiran seseorang terhadap rangsangan atau data

perceptual adalah dimensi konteks. Faktor dimensi konteks yang harus

27

menyelaraskan orang-orangnya dengan tujuan organisasi adalah sebagai

berikut:

a. Konteks antar-pribadi

Dimaksudkan bahwa hubungan yang terjalin antara penerima

rangsangan dengan orang lain dalam suatu keadaan tertentu, akan

mempengaruhi penafsiran atas petunjuk-petunjuk yang diterimanya.

Jika sebelumnya, diantara mereka sudah terjalin hubungan antar pribadi

yang cukup harmonis dan menyenangkan maka mereka juga cenderung

akan dan mempersepsikannya sama seperti dirinya sendiri, sedangkan

apabila hubungan antar pribadi kurang harmonis diantara mereka maka

mereka juga cenderung memandangnya sebagai orang yang berbeda.

Dengan demikian, pengaruh hubungan antar pribadi dalam suatu

organisasi cukup penting, dimana hubungan antar pribadi yang terjalin

harmonis diantara karyawan maupun antar karyawan dengan pimpinan,

menyebabkan persepsi mereka atas orang lain dipandang sama atau

mirip dengan dirinya. Adanya kesamaan persepsi diantara orang-orang

pada suatu organisasi akan menyebabkan pencapaian tujuan organisasi

akan mudah dilakukan.

b. Konteks latar belakang orang lain

Dimaksudkan bahwa orang-orang yang telah dikenal atau orang yang

tidak dikenal terlebih dahulu, mempunyai pengaruh yang berlainan

terhadap persepsi seseorang. Menurut Pareek (1984), fakta dan

28

dipercaya dan orang cenderung menanggapi informasi tersebut dengan

lebih baik. Namun bisa juga kebalikannya, dimana kita seringkali

menganggap remeh orang lain dan memandang sebelah mata pada

orang yang belum dikenal, sehingga persepsi terhadap fakta dan

informasi yang diberikannyapun bisa keliru.

c. Konteks keoorganisasian

Konteks keorganisasi yang dimaksud adalah suasana kerja atau tempat

kerja dimana seseorang berada. Suasana kerja dan tempat orang

melakukan rutinitas pekerjaannya didalam suatu organisasi, orang

melakukan rutinitas pekerjaannya didalam suatu organisasi mempunyai

pengaruh yang besar terhadap persepsi seseorang. Jika suasana kerjanya

menyenangkan, kebanyakan dari persepsinya akan lebih baik. Suasana

kerja yang bersahabat, ramah dan menyenangkan mengakibatkan

persepsi atas perilaku yang dikaitkan dengan tujuan organisasi lebih

tepat. Sehingga menciptakan suatu organisasi dengan suasana kerja

yang ramah dan menyenangkan sangat penting dan perlu diupayakan,

karena persepsi orang-orang terhadap tujuan organisasi akan lebih baik,

akibatnya setiap usaha untuk mewujudkan tujuan organisasi akan lebih

mudah diwujudkan.

Salah satu segi khusus dari konteks keorganisasian adalah dengan

menciptakan kelompok acuan, dimana kelompok mempengaruhi

persepsi anggotanya. Telaah dikemukakan oleh Pareek (1984)

29

menurut perasaan mereka tentang kelompoknya. Pimpinan biasanya

akan lebih memperhatikan keadaan dan gejala-gejala yang terjadi dalam

kelompoknya yang menurutnya layak untuk diperhatikan. Hal ini

merupakan segi yang menarik dari persepsi, untuk itu perlunya untuk

meningkatkan perhatian pimpinan dalam urusan seluruh organisasi

dengan cara membantunya menjadi anggota pada kelompok-kelompok

kerja di antara bagian, maka perhatiannya terhadap hal-hal yang terjadi

dalam bagian akan lebih besar dan bertambah. Sebab jika pimpinan

hanya terbatas berada pada bagian-bagian tertentu saja maka

persepsinya tentang seluruh organisasi atau bagian-bagian akan terbatas

juga.