AKUNTANSI PERUSAHAAN DAGANG
1.1 Pengertian Perusahaan Dagang Dan Masalah Khusus
Perusahaan dagang adalah suatu perusahaan yang kegiatan utamanya membeli barang jadi dan menjual kembali, tanpa melakukan pengolahan lagi. Contoh
perusahaan dagang yang ada di Indonesia, seperti dealer, toko kelontong, pasar swalayan, toko serba ada, dan lainnya. Sedangkan wadah dari perusahaan dagang tadi dapat perorangan, persekutuan ataupun perseroan terbatas, misalnya, FD Makro, CV Lima, PT Siloam Motor, dan lain sebagainya.
Ketiga badan usaha tersebut merupakan badan usaha swasta, maksudnya adalah perusahaan tersebut didirikan oleh orang atau badan swasta. Saat ini perekonomian di Indonesia disokong oleh tiga pilar pelaku ekonomi yaitu Swasta, Koperasi dan Badan Usaha Milik Negara.
Dalam suatu perusahaan dagang kegiatan yang terjadi meliputi: 1. Pembelian Barang Dagangan
2. Pembayaran/Pengeluaran Uang 3. Penjualan Barang Dagangan 4. Penerimaan Uang Tunai
Masalah Khusus Dalam Perusahaan Dagang
Dalam perusahaan dagang banyak hal-hal yang perlu diperhatikan, seperti keempat hal di atas:
1. Pembelian
Dalam perusahaan dagang, pembelian yang utama dilakukan adalah Barang Dagangan, serta pembelian barang lainnya seperti perlengkapan kantor, perlengkapan toko, aktiva tetap untuk digunakan dalam operasional perusahaan.
Pembelian ini dapat dilakukan secara tunai maupun kredit. Saat terjadi transaksi harus diperhatikan Barang Dagangan yang dibeli dan syarat jual beli. Barang yang dibeli akan tiba diperusahaan, kemudian diperiksa sesuai tidaknya dengan surat pesanan, kalau sesuai dibuat laporan penerimaan barang dan barang disimpan di gudang.
Bilamana barang dagangan yang datang ada yang rusak atau tidak sesuai dengan pesanan, maka barang dagangan tadi dan dikembalikan untuk ditukar atau diganti. Seandainya tidak ada pengganti atau penukar, maka hal tersebut disebut dengan retur atau pengembalian, akibatnya akan muncul potongan harga (allowance).
Barang dagangan yang datang akan disimpan dan dicatat oleh petugas gudang. Pencatatan barang dapat menggunakan metode periodic ataupun metode perpetual, tergantung pada jenis barang dagangan yang dijual. Biasanya kalau barang dagangan terdiri dari berbagai jenis dan perputarannya tinggi seperti pada toko kelontong ataupun swalayan, maka biasanya akan digunakan metoda periodik. Sedangkan untuk barang dagangan yang jenisnya sedikit atau hanya satu jenis saja dan perputarannya rendah, biasanya digunakan metode perpetual.
Penggunaan metode pencatatan ini akan berpengaruh pada cara pencatatan, misalnya periodic akan lebih efektif dan efisien bilamana menggunakan jurnal khusus, sedangkan perpetual cukup dengan jurnal umum saja, walaupun memungkinkan untuk menggunakan jurnal khusus.
2. Pembayaran/Pengeluaran Uang Tunai
Pada saat barang dagangan dibeli secara tunai, maka perusahaan harus langsung membayar, dengan kata lain “ada uang ada barang”. Tapi bilamana pembelian dilakukan secara kredit maka akan muncul “Hutang Usaha” atau mungkin “Hutang Wesel”, hal ini terjadi tergantung pada perjanjian saat pembelian terjadi.
Bilamana tanggal jatuh tempo sudah tiba, maka hutang usaha harus dibayar. Biasa juga terjadi perusahaan membayar pada periode potongan atau sebelum
tanggal jatuh tempo. Kalau pada periode potongan maka jumlah uang yang dibayarkan akan lebih kecil dari yang seharusnya, hal ini terjadi karena perusahaan mendapat potongan. Periode potongan dalam transaksi disebut “termin atau Term” dan terjadi sesuai dengan kesepakatan atau perjanjian saat transaksi pembelian terjadi.
3. Penjualan
Barang dagangan yang ada di perusahaan, disimpan hanya sementara, karena “penyimpanan” dapat dilakukan di gudang ataupun ditoko dengan cara dipajang. Pada saat barang dagangan dijual dapat dilakukan secara tunai atau kredit. Barang dagangan yang dijual mungkin saja akan mengalami kerusakan ataupun tidak sesuai dengan pesanan saat tiba di tempat tujuan. Bilamana hal ini terjadi kalau ada pengganti atau penukar, secepatnya harus dilakukan, tapi bilamana tidak ada, maka akan muncul “retur dan pengurangan harga” (returns & allowance. Metode yang digunakan pun harus konsisten tidak bisa di ubah-ubah.
4. Penerimaan Uang Tunai
Pada saat terjadi penjualan tunai, maka pada saat itu perusahaan akan menerima sejumlah uang tunai. Tapi bilamana yang terjadi adalah penjualan kredit maka akan muncul “piutang usaha”. Selanjutnya pelunasan atas piutang usaha ini akan terjadi pada suatu waktu yang sudah disepakati bersama, hal tersebut tergantung pada termin dan perjanjian saat transaksi terjadi.
Kalau tanggal jatuh tempo sudah tiba, maka akan terjadi pembayaran atau pelunasan atas piutang usaha, biasa juga terjadi pembayaran atau pelunasan atas piutang usaha pada jangka waktu potongan, maka jumlah uang yang
diterima perusahaan tidak sebesar yang seharusnya karena sudah dikurangi dengan potongan harga.
Syarat Jual Beli
Pada saat terjadi transaksi pembelian dan penjualan ada beberapa hal syarat jual beli yang harus diperhitungkan seperti:
a. Jangka Waktu (syarat pembayaran)
Pada saat terjadi transaksi pembelian ataupun penjualan secara kredit, selalu disebutkan bagaiamana syarat pembayaran, hal ini biasanya berhubungan dengan jangka waktu dan cara pembayaran, dan biasa ditulis sebagai berikut: % / waktu 1, N / waktu 2%, adalah besarnya potongan yang dinyatakan dalam persentasse tertentu, bilamana dilakukan pembayaran dalam jangka waktu potongan.
Waktu 1, adalah jangka waktu potongan, besarnya dihitung sejak tanggal transaksi sampai dengan beberapa hari kedepan.
N (net) adalah jumlah yang harus dilunasi pada tanggal jatuh tempo. Waktu Z, adalah maksimal jangka waktu pelunasan.
Contoh: 2/10, n/30 dibaca potongan 2% bilamana dibayar dalam jangka waktu 10 hari sejak tanggal transaksi, dan harus dilunasi dalam 30 hari 2/10, n/EOM, dibaca potongan 2% bilamana dibayar dalam jangka waktu 10 hari sejak transaksi dan harus dilunasi pada End of Month (EOM-akhir bulan)
b. Biaya angkut
Selain potongan ada lagi yang harus diperhatikan, yaitu biaya angkut saat pembelian ataupun saat penjualan, karena biaya angkut ini bisa dengan Loco Gudang ataupun Franco Gudang ataupun dengan cara lain seperti FOB (free on board). Bilamana tempat tujuan barang dagangan tidak melewati suatu “perairan”, maka biasa digunakan istilah loco ataupun franco,
sedangkan kalau melewati suatu perairan maka bisa digunakan FOB baik shipping point ataupun destinator.
Pada syarat jual beli dengan loco gudang, maka pembeli akan menanggung semua biaya kirim dari gudang penjual ke gudang sendiri, sedangkan kalau semua biaya kirim ditanggung oleh penjual, maka disebut dengan franco gudang.
Kalau FOB Shipping point, pembeli akan menanggung semua biaya kirim dari pelabuhan penjual sampai gudang pembeli. Sedangkan FOB Destination, penjual yang menanggung semua biaya kirim sampai barang tiba di gudang pembeli.
Pada saat transaksi pembelian dan penjualan terjadi, bukan hanya biaya angkut yang muncul, ada biaya lain seperti biaya asuransi, bea cukai dan biaya lainnya.
c. Bukti transaksi
Bukti transaksi yang biasa digunakan dalam suatu perusahaan dagang adalah: o Faktur, yang bisa digunakan untuk transaksi tunai ataupun kredit, dan
juga untuk barang kena pajak.
o Nota kredit, akan digunakan bilamana ada barang yang dikembalikan. o Kuitansi (bukti penerimaan kas), yang digunakan untuk menerima
sejumlah uang.
o Nota debit, akan digunakan bilamana ada barang yang dikembalikan o Cek, yang digunakan untuk mengeluarkan sejumlah uang.