• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR

A. Kajian tentang pola asuh orang tua

3. Pengertian Pola Asuh

Pola asuh menurut agama ialah cara memperlakukan anak sesuai dengan ajaran agama berarti memahami anak dan belajar berbagai aspek dan memahami anak dengan memberikan pola asuh yang baik, menjaga anak dan harta anak yatim, menerima, memberi perlindungan, pemeliharaan, perawatan dan kasih sayang sebaik-baiknya, (QS. al-Baqarah (2):220)

Pola asuh orang tua merupakan salah satu faktor penting dalam mengembangkan ataupun menghambat tumbuhnya kreativitas, seorang anak dibiasakan dengan suasana keluarga yang terbuka, saling menghargai, saling menerima dan mendengarkan pendapat anggota keluarganya, maka ia akan tumbuh menjadi generasi yang terbuka, fleksibel, penuh inisiatif, dan produktif, suka akan tantangan dan percaya diri. Perilaku kreatif dapat tumbuh dan berkembang dengan baik. Lain halnya jika seorang anak dibesarkan dengan pola asuh yang mengutamakan kedisplinan yang tidak dibarengi dengan toleransi, wajib menaati peraturan, memaksakan kehendak, yang tidak memberi peluang bagi anak untuk berinisiatif, maka yang muncul adalah generasi yang tidak memiliki visi masa depan, tidak punya keinginan untuk maju dan berkembang, siap berubah dan beradaptasi dengan baik, terbiasa berpikir satu arah (linier), dan lain sebagainya. Kehidupan keluarga merupakan lingkungan pertama dan utama bagi anak. Oleh karena itu, pola pengasuhan orang tua menjadi sangat penting bagi anak dan akan memengaruhi kehidupan anak hingga ia dewasa.

Dari urian diatas penulis menyimpulkan bahwa pola asuh adalah cara orang tua dalam mendidik/mengasuh anak juga berpengaruh terhadap cara belajar anak.

Karena anak pada usia remaja masih sangat membutuhkan bimbingan dan arahan dari orang tua.

a. Jenis-Jenis Pola Asuh Orang Tua 1). Pola Asuh Demokratis

Pola asuh demokratis adalah pola asuh yang memprioritaskan kepentingan anak, akan tetapi tidak ragu-ragu mengendalikan mereka. Orang tua dengan perilaku

20

ini bersikap rasioanal selalu mendasari tindakannya pada rasio atau pemikiran.

Orangtua ini bertipe realistis terhadap kemampuan anak, tidak berharap yang lebih yang melampaui kemampuan anak. Orangtua tipe ini juga memberikan kebebasan kepada anak untuk memilih dan melakukan suatu tindakan dan berpendekatan hangat kepada anak. Contoh: ketika orangtua menetapkan untuk mengetuk pintu ketika memasuki kamar orangtau dengan diberi penjelasan, mengajak anak untuk berdiskusi tentang hal yang tidak boleh dilakukan anak, misalnya tidak boleh keluar dari kamar mandi dengan telanjang, anak juga diajak berkompromi(belajar bermusyawarah).

(Debri,2013)

2). Pola Asuh Otoriter

Pola asuh ini cenderung menetepkan standar yang mutlak harus dituruti, biasanya diikuti dengan ancaman-ancaman,memerintah, dan menghukum apabila anak tidak mau melakukan apa yang dikatakan oleh orangtua, maka tipe orang tua ini tidak segan menghukum anak. Orangtua tipe ini tidak mengenal kompromi dan komunikasi biasanya bersifat satu arah. Orangtua tipe ini tidak memerlukan umpan balik dari anaknya untuk mengerti mengenai anaknya. Contoh melarang anak bertanya kenapa dia dan anak dilarang bertanya tentang lawan jenisnya.

3). Pola Asuh Permisif

Pola asuh ini memberikan pengawasan yang sangat longgar. Memberikan kesempatan kepada anaknya untuk melakukan sesuatu tanpa pengawasan yang cukup darinya. Mereka cenderung tidak menegur atau memperingati anaknya apabila anak sedang dalam bahaya, dan sangat sedikit bimbingan yang diberikan oleh mereka.

Orangtua tipe ini sering hangat, sehingga sering disukai oleh anak. Contoh: anak tidak diberi batas jam main dan anak tidak diberi batas waktu menonton TV.

4). Pola Asuh Temporizer

Pola asuh ini merupakan pola asuh yang paling tidak konsisten. Orangtua sering tidak memilki pendirian. Contoh, dari pola asuh ini kadang orangtua marah besar bila anak bermain hingga lupa waktu, namun kadang orangtua membiarkannya. Hal ini membuat anak bingung dan bertanya-tanya.

5). Pola Asuh Appeasears

Appeasears merupakan pola asuh orang tua yang sangat khawatir akan anaknya, takut menjadi yang tidak baik (overprotective). Contoh: orangtua memarahi anaknya apabila bermain dengan anak tetangga, karena takut anaknya menjadi tidak benar, selalu tidak mengizinkan anaknya tidak pergi camping karena khawatir terjadi hal yang tidak diinginkan, sehingga anak tidak pernah bebas. (Spock, 2012)

Terlalu memberikan kebebasan kepada anak berdampak sangat tidak baik bagi anak, karena anak dapat menjadi salah bergaul. Terlalu khawatir akan anak juga akan berakibat tidak baik untuk anak, kerana anak akan sulit untuk bergaul.

b. Faktor-Faktor Yang memengaruhi Pola Asuh Orang Tua terhadap Anak Setiap orang mempunyai kisah sejarah sendiri dan latar belakang yang sering sangat jauh berbeda. Perbedaan ini sangat memungkinkan terjadinya pola asuh yang berbeda kepada anak. Menurut Maccoby & Mcloby (2008) ada beberapa faktor yang memengaruhi pola asuh orangtua, yaitu:

22

1). Faktor social ekonomi

Lingkungan sosial berkaitan dengan pola hubungan social atau pergaulan yang dibentuk oleh orangtua maupun anak dengan lingkungan sekitarnya. Anak dari orangtua yang sosial ekonominya rendah cenderung tidak melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi atau bahkan tidak pernah mengenal bangku pendidikan sama sekali terkendala faktor status ekonomi.

2). Pendidikan

Pendidikan berarti bimbingan atau pertolongan yang diberikan dengan sengaja terhadap anak didik oleh orang dewasa agar ia menjadi dewasa. Latar belakang pendidikan orangtua dapat mempengaruhi pola pikir orangtua dari formal maupun informal, lalu akan berpengaruh pada atau harapan orang tua kepada anaknya.

3). Nilai agama yang dianut oleh orangtua

Nilai-nilai agama juga menjadi hal penting yang ditanamkan orangtua kepada anak dalam pengasuhan yang dilakukan sehingga lembaga keagamaan juga turut berperan didalamnya.

4). Kepribadian

Dalam mengasuh anak, orangtua tidak hanya mengomunikasikan fakta, gagasan, dan pengetahuan saja, melainkan membantu menumbuhkembangkan kepribadian anak. Pendapat tersebut berdasar pada teori humanistik yang menitikberatkan pendidikan yang pertumpu pada peserta didik, artinya anak perlu mendapat perhatian dalam membangun sistem pendidikan. Jika anak telah menunjukkan gejala-gejala yang kurang baik, berarti mereka sudah tidak menunjukkan niat

belajar yang sesungguhnya. Bila hal ini dibiarkan terus-menerus akan menjadi masalah di dalam mencapai keberhasilan belajar pada diri anak.

5). Jumlah pemilikan anak

Jumlah anak yang dimiliki keluarga akan mempengaruhi pola asuh yang ditetapkan para orangtua. Semakin banyak jumlah anak dalam keluarga akan ada kecenderungan orangtua tidak begitu menerapkan pola pengasuhan secara maksimal pada anak karena perhatian dan waktunya terbagi antara anak satu dan lainnya. (Sofia. 2013)

Menurut Hurlock (1993) ada beberapa faktor yang mempengaruhi pola asuh, yaitu:

1) Pendidikan orang tua

Hal ini dapat dikatakan bahwa pendidikan orang tua mempengaruhi dalam menetapkan pola asuh.

2) Kelas sosial

Orang tua yang berada dalam kelas sosial menengah lebih menetapkan pola asuh permissif dibandingkan dengan orang tua yang memiliki kelas sosial bawah.

3) Konsep tentang peran

Orang tua yang memiliki konsep tradisional cenderung menetapkan pola asuh yang ketat terhadap anak dibandingkan dengan orang tua yang memiliki konsep nontradisional atau lebih modern dapat lebih memberi kebebasan kepada anak

24

untuk melakukan kegiatan yang disenanginya tapi masih masuk dalam kegiatan yang positif.

4) Kepribadian orang tua

Dalam hal ini kepribadian oran tua mempengaruhi dalam menetapkan pola asuh orang tua.

5) Kepribadian anak

Tidak hanya kepribadian orang tua yang mempengaruhi pola asuh orang tua tetapi juga keprbadian anak. Anak yang berpikiran terbuka akan lebih mudah menerima kritik, saran dan rangsangan dari luar sehingga lebih mudah untuk dikendalikan daripada anak yang bersifat tertutup.

6) Usia anak

Usia anak juga mempengaruhi bagaimana orang tua menetapkan pola asuh, terutama pada anak pra sekolah yang masih sangat membutuhkan perhatian dari orang tua tentu saja pola asuhnya akan berbeda dengan anak yang sudah remaja yang perlu sedikit kebebasan dalam bergaul dengan teman seusianya.

Dari pendapat yang dikemukakan dapat diambil kesimpulan bahwa ada beberapa faktor yang mempengaruhi pola asuh oran tua seperti pendidikan orang tua, kelas sosial orang tua, konsep tentang peran, kepribadian orang tua, kepribadian anak serta usia anak.

c. Karakteristik Anak Akibat Pola Asuh Orang Tua

Pola asuh orang tua yang berbeda juga akan memberi dampak yang berbeda dalam pembentukan karakteristik siswa satu dengan yang lain. Dibawah ini akan dijelaskan karakteristik yang ada pada anak sesuai dengan akibat yang ada pada ketiga macam pola asuh diatas yang di kemukakan oleh Sugihartono dkk (2007:31):

1) Pola asuh otoriter

Pola asuh otoriter ini yang mana sikap dari orang tua dalam mengasuh anaknya menitik beratkan kepada kekuasaan, kedisiplinan dan kepatuhan kepada orang tua.

Jadi dapat dikatakan bahwa sikap orang tua yang seperti ini anak harus selalu mengikutinya dan melaksanakan karena kebanyakan orang tua yang seperti ini akan memberi hukuman atau teguran yang cukup keras kepada anaknya sendiri apabila si anak tidak mengikuti aturan atau perintah orang tua. Dan anak yang dibesarkan dengan pola asuh ini dapat menjadi penyendiri, mengalami kemunduran dalam kematangannya, ragu dalam bertindak, mudah gugup, serta lambat berinisiatif.

2) Pola asuh permissif

Pola asuh permissif ini yang mana sikap orang tua dalam mengasuh anaknya dapat dikatakan kurang berwibawa, kurang tegas, terlalu membebaskan anak dan terkadang tidak peduli atau acuh kepada anak. Pola asuh orang tua yang seperti ini sangat tidak baik dan tidak dianjurkan karena anak akan menjadi semena-mena dan sesuka hatinya. Dan sifat dari keluarga ini biasanya bersikap agresif, tidak dapat

26

bekerja sama dengan orang lain, kurang dapat beradaptasi, labil dan memiliki sikap gampang curiga dengan orang lain.

3) Pola asuh autoritatif

Pola asuh autoritatif ini yang mana pola asuh ini sangat dianjurkan dalam mendidik anak karena dengan menggunakan pola asuh ini anak diajarkan cara bertanggung jawab, serta lebih dapat menyesuaikan diri atau beradaptasi dengan lingkungan baru, dapat bersikap fleksibel, dapat menguasai diri, mau melengkapi dan menerima saran, kritik serta pendapat dari orang lain, bersikap aktif serta stabil.

Dari ketiga macam bentuk pola asuh orang tua yang sudah dijelaskan diatas, dapat diidentifikasi pengaruh dari berbagai macam pola asuh orang tua terhadap prestasi belajar. Orang tua yang menerapkan pola asuh autoritatif akan melibatkan anak sepenuhnya dalam pembagian tanggung jawab dirumah. Memiliki tingkat pengendalian yang tinggi dan mengharuskan anak-anaknya bertindak pada tingkat intelektual dan sosial sesuai usia dan kemampuan mereka. Karena orang tua dapat bersikap realistis terhadap kemampuan yang dimiliki oleh anak dan tidak mengaharapkan hal yang terlalu berlebihan dan memaksakan kepada anak karena orang tua sampai dimana kemampuan anak. Orang tua juga dalam melakukan pendekatan kepada anak dengan bersikap hangat sehingga anak merasa nyaman dan juga merasa di hargai oleh orang tua.

Sedang orang tua yang menerapkan pola asuh otoriter yang mana orang tua menuntut dan mengendalikan anak hanya agar anak mematuhi orang tua dan juga membatasi anak. Anak-anak dengan orangtua seperti ini cenderung memiliki

kompetensi dan tanggung jawab sedang, cenderung menarik diri secara social dan tidak memiliki sikap spontanitas. Anak perempuan akan tergantung pada orangtuanya dan tidak memiliki motivasi untuk maju, anak laki-laki cenderung lebih agresif dibandingkan anak laki-laki yang lain. Lain lagi dengan pola asuh permissif yang mana anak menjadi tidak terkontrol karena anak tidak diajari untuk bertanggung jawab, hanya diberi kebebasan untuk bertindak. Padahal anak pada usia remaja masih sangat membutuhkan arahan serta bimbingan dari orang tua.

B. Kajian tentang Pembelajaran Matematika

Dokumen terkait