• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN

5. Pengertian portofolio

Merupakan terjemahan dari bahasa Inggris ‘Portfolio’, yang berarti

kumpulan berkas atau arsip yang disimpan dalam kemasan berbentuk jilid (Bundle) ataupun arsip dalam file khusus (Map)23. Sementara menurut Depdiknas tahun 2004 portofolio sebagai instrument penilaian, difokuskan pada dokumen tentang kerja siswa yang

produktif, yaitu ‘bukti’ tentang apa yang dapat dilakukan oleh siswa,

bukan apa yang tidak dapat dikerjakan (dijawab atau dipecahkan) oleh siswa24.

Apabila portofolio dikaitkan dengan pembelajaran, dapat diartikan sebagai kumpulan hasil karya (artifact) yang dimiliki anak didik baik yang berbentuk tertulis, maupun berbagai penampilan yang tersimpan dengan rapi, yang menggambarkan perkembangan belajar ataupun menunjukkan prestasi terbaik yang dihasilkan peserta didik di dalam

21

Ibid, h.8-9

22

Ibid, h. 99

23

Trianto, Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2009), h.275

24

kelas ataupun diluar kelas selama mengikuti program pembelajaran, berdasarkan indikator dan kriteria yang ditetapkan25.

Bagi guru, portofolio menyajikan wawasan tentang banyak segi perkembangan siswa dalam belajarnya, cara berpikirnya, pemahamannya atas atas pelajaran yang bersangkutan, kemampuannya mengungkapkan gagasan-gagasannya, sikapnya terhadap mata pelajaran yang bersangkutan, dan sebagainya26.

Sebagai salah satu alat penilaian autentik, telah dianjurkan untuk digunakan di Amerika Serikat sejak tahun 1985, dengan beberapa alasan, yakni: (a) memungkinkan siswa melakukan refleksi terhadap kemajuan belajarnya, (b) memungkinkan siswa memilih sendiri hasil karya yang menjadi isi Portofolionya dan memberi alasan mengapa hasil karya tersebut penting, (c) siswa harus mampu menunjukkan kemampuan berpikir dan keterampilannya, (d) memberi gambaran atas apa yang diketahui dan apa yang dapat dilakukan siswa, (e) memungkinkan guru mengetahui hasil belajar yang penting menurut siswa, (f) menjadi bukti otentik hasil belajar siswa bagi siswa, orang tua dan masyarakat.

Portofolio bagi siswa merupakan bukti autentik dari hasil belajarnya, dan bagi guru dapat digunakan sebagai alat penilaian ketercapaian kompetensi siswa dan kompetensi diri sendiri, sedangkan bagi orang tua dan masyarakat merupakan merupakan bukti hasil belajar siswa secara nyata. Pada Kurikulum 2004, portofolio diposisikan sebagai tugas yang terstruktur. Portofolio berisi hasil karya siswa yang diberikan guru dan penyelesaiannya membutuhkan kemandirian dan keberanian siswa mencari dan bertanya mengenai tugas yang diberikan. Dengan demikian Portofolio hendaknya memenuhi tiga kriteria utama, yaitu: (1) pada dasarnya disusun oleh

25

Ibid, h. 275

26

siswa, (2) memiliki kriteria penilaian yang jelas (Explicit Criteria), dan (3) menggambarkan pencapaian Kompetensi Dasar tertentu.

Portofolio adalah koleksi dokumen atau tugas-tugas yang diorganisasikan dan dipilih untuk mencapai tujuan dan sebagai bukti nyata dari seseorang yang memiliki pertumbuhan dalam bidang pengetahuannya, disposisi, dan keterampilan27. Portofolio dapat digunakan untuk mendokumentasikan perkembangan siswa. Karena menyadari proses belajar sangat penting untuk keberhasilan hidup, portofolio dapat digunakan oleh siswa untuk melihat kemajuan mereka sendiri terutama dalam hal perkembangan, sikap keterampilan dan ekspresinya terhadap sesuatu. Secara umum, portofolio merupakan kumpulan hasil karya siswa atau catatan mengenai siswa yang didokumentasikan secara baik dan teratur. Portofolio dapat berbentuk tugas-tugas yang dikerjakan siswa, jawaban siswa atas pertanyaan guru, catatan hasil observasi guru, catatan hasil wawancara guru dengan siswa, laporan kegiatan siswa dan karangan atau jurnal yang dibuat siswa.

Portofolio biasanya merupakan karya terpilih dari seorang siswa, tetapi dapat juga berupa karya terpilih dari satu kelas secara keseluruhan yang bekerja sama secara kooperatif dalam memecahkan masalah. Karya terpilih dari portofolio yang harus menjadi kumpulan karya siswa harus yang dapat menggambarkan usaha terbaik siswa dalam mengerjakan tugas-tugas yang diberikan atau kata lain Portofolio bukanlah kumpulan bahan-bahan yang tidak relefan atau kurang signifikan dengan bahan atau topik pembelajaran.

Pembelajaran berbasis portofolio bisa juga dikatakan merupakan hal yang relatif baru dikelas tetapi, sebenarnya portofolio telah dikenal

27

Arnie Fajar, Portofolio dalam Pembelajaran IPS, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2002),h.48

lama. Portofolio tersebut biasanya merupakan karya utama/ topic utama pada berbagai diskusi/ presentasi28.

6. Landasan Pemikiran Model Pembelajaran Berbasis Portofolio

Model pembelajaran berbasis portofolio, merupakan salah satu hasil inovasi di dalam model pembelajaran yang antara lain dilandasi pemikiran sebagai berikut:

1. Empat Pilar Pendidikan

Menurut UNESCO tahun 1999 dalam buku Tukiran Taniredja 2013, jika ingin berhasil melaksanakan tugas-tugasnya, maka pendidikan hendaknya diatur disekitar empat jenis belajar yang fundamental sifatnya yang sepanjang kehidupan seseorang. Yang meliputi:29

a.) Belajar mengetahui (Learning to know) yaitu mendapatkan instrumen atau pemahaman. Jenis belajar ini bukanlah persoalan memperoleh informasi yang sudah dirinci, dikodifikasi (disusun dengan suatu sistem) melainkan instrumen-instrumen itu sendiri.

b.) Belajar berbuat (Learning to do) sehingga mampu bertindak kreatif di lingkungannya. belajar mengetahui dan belajar berbuat sampai batas yang luas bukanlah dua hal yang tidak berhubungan, namun belajar berbuat terkait lebih dekat dengan pertanyaan pelatihan kejuruan: bagaimana kita mengajar anak-anak untuk mempratikkan apa yang sudah dipelajarinya dan bagaimana pendidikan dapat diadaptasikan dengan pekerjaan dimasa depan jika tidak mungkin untuk meramal dengan tepat bagaimana pekerjaan berkembang? Berbuat untuk dapat memperoleh bukan hanya suatu kerja, tetapi juga lebih luas sifatnya, kompetensi untuk berurusan dengan banyak situasi dan bekerja dalam regu-regu.

28

Tukiran Taniredja Dkk, Model-model Pembelajaran Inovatif dan Efektif, (Bandung: Alfabeta, 2013), h.6

29

c.) Belajar hidup bersama (Learning to live together), sehingga mampu berperan serta dan bekerja sama dengan orang-orang lain dalam semua kegiatan manusia.

d.) Belajar menjadi seseorang Learning to be) suatu kemajuan penting yang merupakan kelanjutan dari ketiga sendi diatas. Pendidikan hendaknya menyumbang perkembangan seutuhnya dari setiap orang-jiwa dan raga, inteligensi, kepekaan, rasa estetika, tanggung jawab pribadi, dan nilai-nilai spiritual. 2. Pandangan Konstruktivisme

Merupakan salah satu aliran filsafat pengetahuan yang menekankan bahwa pengetahuan kita merupakan hasil konstruksi/ bentukan kita sendiri. Pandangan kontruktivisme sebagai filosofi pendidikan mutakhir menganggap semua peserta didik mulai dari usia taman kanak-kanak sampai dengan perguruan tinggi memiliki gagasan/ pengetahuan ini sering kali naïf dan miskonsepsi30.

Menurut Boediono 2002 dalm buku Tukian Taniredja 2013, landasan berpikir konstruktivisme agak berbeda dengan pandangan kaum bjektivis, yang lebih menekankan pada hasil pembelajaran. 3. Democratic Teaching

Democratic Teaching adalah suatu bentuk upaya untuk menjadikan sekolah atau kampus sebagai pusat kehidupan demokrasi melalui proses pembelajaran yang demokratis. Dengan kata lain Democtratic Teaching adalah proses pembelajaran yang dilandasi oelh nilai-nilai demokrasi, yaitu penghargaan terhadap kemampuan, menjunjung keadilan, menerapkan persamaan kesempatan, dan memperhatikan keragaman peserta didik sebagi insane yang harus dihargai kemampuannya dan diberi kesempatan untuk mengembangkan potensinya31.

30

Ibid, h.12

31

7. Prinsip-prinsip Dasar Model Pembelajaran Berbasis Portofolio

Dalam Majelis Pendidikan Tinggi Penelitian dan Pengembangan Pimpinan Pusat Muhammadiyah No 71 Tahun 2004 berpendapat

bahwa, “Model pembelajaran berbasis portofolio merupakan suatu

inovasi pemebelajaran yang dirancang untuk membantu peserta didik memahami materi perkuliahan Civic Education secara mendalam dan luas melalui pengembangan materi yang telah dikaji di kelas dengan menggunakan berbagai sumber bacaan atau referensi. Model ini memiliki beberapa keunggulan, seperti : (1) mampu mendorong keaktifan mahasiswa apabila pengambangan materi ditugaskan kepada mahasiswa secara mandiri atau kelompok kecil; (2) mendorong eksploasi materi yang relevan dengan pokok bahasan sehingga adapat diperoleh sejumlah dokumen bahan kuliah sebagai upaya perluasan pengetahuan mahasiswa dan dosen; (3) mudah dilakukan apabila tersedia perpustakaan yang memadahi, Compact Disc (CD) maupun internet; (4) sangat menguntungkan dalam keluasan pengetahuan karena melalui pengembangan materi yang beragam atas satu topik sejenis akan diperoleh sejumlah besar materi namun memiliki sudut pandang berbeda-beda; (5) dapat menjadi program pendidikan yang mendorong kompetensi, tanggung jawab dan partisipasi peserta didik, seperti belajar menilai dan mempengaruhi kebijakan umum (public policy), memberanikan diri untukberperan serta dalam kegiatan antara mahasiswa, antar-sekolah dan antar-anggota masyarakat; (6) mengacu pada sejumlah prinsip dasar pembelajaran, yaitu prinsip belajar mahasiswa aktif, (student active learning), kelompok belajar kooperatif (cooperative learning), pembelajaran partisipatorik dan mengajar yang reaktif (reactive teaching)”32.

32

https://bagawanabiyasa.wordpress.com/2013/04/28/ model-pembelajaran-berbasis-portofolio/diakses pada 22 mei 2015

Budimansyah menyebutkan, terdapat empat prinsip-prinsip dasar model pembelajaran berbasis portofolio, yaitu:

1.) Prinsip belajar siswa aktif

Proses pembelajaran dengan menggunakan Model Pembelajaran Berbasis Portofolio (MPBP) berpusat pada siswa. Dengan demikian model ini menganut prinsip belajar siswa aktif. Aktifitas siswa hampir seluruh proses pembelajaran dari mulai fase perencanaan kelas, kegiatan lapangan, dan pelaporan33.

2.) Kelompok Belajar Kooperatif

Prinsip ini merupakan pembelajaran yang berbasis kerjasama. Kerja sama antar siswa dan antar komponen-komponen lain di sekolah, termasuk kerja sama sekolah dengan orang tua siswa dan lembaga terkait. Kerja sama antar siswa jelas terlihat pada saat kelas sudah memilih satu masalah untuk bahan kajian bersama. Semua pekerjaan disusun, oarng-orangnya ditentukan, siapa mengerjakan apa, merupakan satu bentuk kerjasama itu34.

3.) Pembelajaran Partisipatorik

Model pembelajalaran portofolio melatih siswa belajar sambil melakoni (Learning by doing). Salah satu bentuk pelakonan itu adalah siswa belajar hidup berdemokrasi. Sebab dalam tiap langkah dalam model ini memiliki makna yang ada hubungannya dengan praktik hidup demokrasi35.

4.) Reactive Teaching

Dalam menerapkan model pembelajaran berbasis portofolio, guru perlu menciptakan strategi yang tepat agar siswa mempunyai motivasi belajar yang tinggi. Motivasi yang seperti itu akan tercipta jika guru dapat menyakinkan siswa akan kegunaan materi bagi kehidupan nyata. Demikian juga guru harus dapat menciptakan situasi sehingga materi pelajaran selalu menarik, tidak membosankan. Guru harus punya sensitivitas yang tinggi untuk segera mengetahui apakah kegiatan pembelajaran sudah membosankan siswa. Jika hal ini terjadi, guru harus segera mencari cara untuk menanggulanginya. Inilah cirri guru yang reaktif. Ciri guru yang reaktif antara lain; a) menjadikan siswa sebgai pusat kegiatan belajar, b) pembelajaran dimulai denan hal-hal yang sudah diketahui dan dipahami siswa, hal yang menarik dan berguna bagi kehidupan siswa, c) selalu berupaya membangkitkan motivasi belajar siswa dengan membuat materi pelahran sebagai susuatu hal yang menarik dan berguna bagi kehidupan siswa, dan d) segera mengenali materi atau metode pembelajartan yang membuat siswa bosan, bila hal ini ditemui, ia segera menangggulanginya36.

33

Tukiran Taniredja Dkk, Model-model Pembelajaran Inovatif dan Efektif, h. 14

34 Ibid, h. 15 35 Ibid, h. 16 36 Ibid, h. 17

8. Langkah-langkah portofolio sebagai model pembelajaran 1. Mengidentifikasi masalah yang ada dimasyarakat.

Pada tahap ini terdapat beberapa kegiatan yang dilakukan guru bersama siswa yaitu: mendiskusikan tujuan, mencari masalah apa saja yang siswa ketahui tentang masalah-masalah dimasyarakat, dan memberi tugas Pekerjaan Rumah tentang masalah-masalah yang ada dilingkungan masyarakat yang mereka anggap sangat berarti/ penting sesuai dengan kemampuan siswa, seperti:

a.) Masalah umum di masyarakat b.) Masalah-masalah di sekolah

c.) Masalah-masalah yang menyangkut standar masyarakat d.) Masalah-masalah lingkungan

e.) Masalah-masalah yang berkaitan dengan usia anak-anak muda, dan lain-lain

Dalam mengerjakan Pekerjaan Rumah tersebut siswa diharapkan untuk mnecari informasi tentang masalah yang akan dikaji dengan cara:

a.) Mewawancarai orang tua/ keluarga, teman, tetangga, dan orang lain yang dianggap mneguasai masalah yang dikaji,

b.) Melalui sumber-sumber cetak seperti majalah, Koran dan tabloid,

c.) Melalui elektronika seperti radio, TV, dan internet.

Pada tahap ini guru membagi kelompok kelas kedalam kelompok-kelompok kecil (4-5 orang siswa), dan setiap kelompok mengambil undian untuk menentukan pokok pembahasan apa yang harus dikaji. Berikutnya supaya mereka (kelompok kecil) mencari dan mendiskusikan masalah-masalah yang sesuai dengan pokok pembahasan yang diperolehnya.

Proses diskusi kelompok kecil ini tentunya belum cukup. Oleh karena itu kelompok kecil ini harus melanjutkan sebagai Pekerjaan Rumah, berupa tugas wawancara dengan orang yng dipandang

memahami masalah yang sedang dikaji. Disamping itu kelompok kecil ini juga harus mencari informasi-informasi dari media cetak dan elektronik lainnya37.

2. Memilih masalah untuk kajian kelas.

Sebelum memilih masalah yang akan dipelajari atau dikaji, hendaknya para siswa (kelas) mengkaji terlebih dahulu pengetahuan yang telah mereka miliki tentang masalah-masalah di masyarakat, dengan langkah sebagai berikut:

a.) Mengkaji informasi yang telah dikumpulkan, selanjutnya menuliskannya dipapantulis/ white board atau kertas gambar lebar yang dijepit masalah yang akan mereka kaji (beberapa siswa menuliskan),

b.) Mengadakan pemilihan secara demokratis tentang permasalahan yang akan mereka kaji dengan cara memilih undian yang sudah disediakan oleh guru.

c.) Melakukan penelitian lanjutan tentang masalah yang terpilih untuk dikaji dengan mengumpukan informasi38.

3. Mengumpulkan Informasi tentang masalah yang akan dikaji oleh Kelas.

Pada langkah ini, masing-masing kelompok kecil bermusyawarah dan berdiskusi serta mengidentifikasi sumber-sumber informasi yang akan memberikan banyak informasi sesuai dengan masalah yang akan dikaji. Setelah menentukan sumber-sumber informasi, kelompok membagi kedalam tim-tim peneliti, yang tiap-tiap tim peneliti hendaknya mengumpulkan informasi dari salah satu sumber yang telah diidentifikasikan.

Guru hendaknya membimbing siswa dalam mendiskusikan sumber-sumber informasi berkenaan dengan masalah yang dikaji, misalnya mencari sumber-sumber informasi melalui perpustakaan,

37

Ibid, h. 18-19

38

kantor penerbit surat kabar, pakar, professional (hakim,dokter, pengacara), organisasi masyarakat dan kelompok kepentingan, kantor legislative, lembaga pemerintahan dan jaringan informasi elektronik serta membuat dan menyebarkan angket atau polling39.

Paduan untuk mencari informasi dari media cetak (buku, mjalah, Koran, tabloid, hasil printer internet dan lain-lain) memuat jawaban dari pertanyaan-pertanyaan berikut:

1. Nama siswa pencari informasi

2. Tanggal pelaksanaan pencarian informasi

3. Nama media seperti buku, majalah, koarn, tabloid, dan lain-lain 4. Waktu penerbitan

5. Pokok masalah atau artikel

6. Hal-hal penting apa saja yang ditulis oleh sumber informasi berkenaan dengan masalah yang dikaji?

7. Siapakah (individu, kelompok masyarakat, lembaga pemerintah/ swasta) yang bertanggung jawab terhadap masalah tersebut?

8. Dari mana saya dapat memperoleh informasi lebih banyak mengenai masalah tersebut?40

4. Mengembangkan/ membuat portofolio kelas

Pada tahap ini siswa hendaknya telah menyelesaikan penelitian yang memadai untuk memulai membuat portooio kelas. Langkah selanjutnya sebagai berikut: Masing-masing kelompok dibagi menjadi empat kelompok dan setiap kelompok akan bertanggung jawab untuk membuat satu bagian portofolio. Keempat kelompok tersebut adalah:

Kelompok 1 bertugas: menjelaskan serta mengidentifikasikan masalah yang dikaji.

39

Ibid, h. 67

40

Kelompok 2 bertugas: menjelaskan berbagai kebijakan alternatif untuk mengatasi masalah.

Kelompok 3 bertugas: mengusulkan kebijakan untuk mengatasi masalah.

Kelompok 4 bertugas: membuat rencana tindakan yang dilakukan untuk pemecahan masalah41.

5. Penyajian Portofolio(Show Case)

Penyajian portofolio Show Casedilaksanakan setelah kelas menyelesaikan portofolio tampilan (tayangan) maupun portofolio dokumentasinya42. Pelaksanaan ini dapat dilakukan pada akhir semester satu atau semester dua bersamaan denan kenaikan kelas (tergantung situasi dna kondisi sekolah). Kegiatan ini akan memberikan pengalaman yang sangat berharga kepada siswa dalam menyajikan gagasan-gagasan kepada orang lain, dan belajar meyakinkan mereka agar dapat memahami dan menerima gagasan tersebut43.

6. Merefleksi Pada Pengalaman Belajar

Dalam melakukan refleksi pengalaman belajar siswa, guru melakukan upaya evaluasi untuk mengetahui seberapa jauh siswa telah mempelajari berbagai hal yang berkenaan dengan topik yang dipelajari sebagai upaya pembelajaran kooperatif44. Penyajian portofolio kelas kepada audien yang telah dilakukan, sangat bermanfaat dalam pelaksanaan refleksi ini, sebab pertanyaan-pertanyaan dan reaksi-reaksi dari audien memberikan umpan balik yang penting bagi kelas.

9. Elemen Penilaian Berbasis Portofolio

Yang dimaksud dengan elemen penilaian dalam ini adalah unsur-unsur pokok yang dapat menjelaskan kemamuan peserta didik (siswa)

41

Arnie Fajar,Portofolio dalam Pembelajaran IPS,h. 71

42

Ibid, h. 79

43

Taniredja Dkk, Model-model Pembelajaran Inovatif dan Efektif, h.20

44

yaitu setelah siswa mengikuti proses pembelajaran IPS selama satu semester. Sebenarnya cukup banyak elemen yang dipandang cukup senitif dan penting, meliputi:

1. Perilaku harian di sekolah.

Perilaku harian disekolah siswa baik yang positif mupun yang negatif yang dapat diamati oleh peneliti selama siswa berada disekolah yang meliputi akhlak kepada Tuhan Yang Maha Esa, akhlak kepada sesame manusia, daan akhlak terhadap makhluk lain/ lingkungan. Sedangkan sikap demokratis siswa secara garis besar meliputi kebebasan menyatakan pendapat, kebebasan berkelompok, kebebasan berpartisipasi, kesetaraan antar warga, dan rasa percaya.(instrument terampir)

2. Perubahan sikap dan perilaku siswa.

Diharapkan setelah siswa selesai mengikuti proses pembelajaran IPS selama satu semester terjadi perubahn sikap yang positif, yang meliputi tanggapan siswa terhadap pembelajarn IPS, bersikap demokratis, berrakhlak mulia, memiliki prestasi hasil belajar IPS yang baik, terdapatnya peningkatan kualitas siswa sebagai makhluk individu dan makhluk sosial, serta sebagai warga Negara yang baik dan bertaggung jawab.(instrument terampir)

3. Ujian tengah semester dan ujian akhir semester.

Ujian tengah semester dilaksanakan setelah siswa mengikuti proses pembelajran IPS selama setengah semester. Sedangkan ujian akhir semester dilaksanakan setelah siswa mengikuti proses pembelajaran IPS Selama satu semester. Kedua ujian ini dilaksanakaan secara tertulis dan soalnya dibuatkan oleh guru IPS.(instrument terampir)

4. Tugas-tugas terstruktur.

Tugas terstruktur merupakan tugas wajib dikerjakan oeh siswa guna mendalami dan memperluas penguasaan materi yang ada kaitannya dengan materi pembelajaran IPS. Dalam penelitian

ini siswa diberikan tugas terstruktr, berupa membuat lporan buku/

book reportdari sebuah buku yang menunjang pembelajaran IPS. Tugas terstruktur lainnya adalah membuat portofolio secara kelompok, yang berisi karangan/ karya terbaik mahasiswa, kliping surat kabar/ majah/ internet/, laporan tertulis hasil wawancara dengan anggota masyarakat, aporan tertulis ulasan radi/ televise, catatan dari komunikasi dengan kelompok-kelompok lainny dalam masyarakat, dan lain-lain.(instrument terampir)45

Dokumen terkait