• Tidak ada hasil yang ditemukan

KAJIAN PUSTAKA

1. Pengertian prestasi belajar

Prestasi merupakan suatu hasil yang dicapai setelah adanya usaha atau aktifitas, prestasi tidak akan pernah dihasilkan tanpa suatu usaha baik berupa pengetahuan maupun keterampilan. (http//www.Pengaruh beasiswa terhadap prestasi belajar.id.com)

Belajar dapat diartikan sebagai perubahan tingkah laku pada diri individu berkat adanya interaksi antara individu dengan individu dan individu dengan lingkungannya sehingga mereka mampu-mampu berinteraksi dengan lingkungannya (W.H. Burton, the Quidance Learning activities, 1984).

Dalam pengertian ini terdapat change atau “perubahan” yang berati bahwa seseorang yang telah mengalami proses belajar akan mengalami perubahan tingkah laku baik dalam aspek pengetahuan, keteramplannya, maupun dalam sikapnya.

Perubahan tingkah laku dalam aspek pengetahuan ialah dari tidak mengerti menjadi mengerti dari bodoh menjadi pintar dalam aspek keterampilan ialah dari tidak bisa menjadi bisa, dari tiak terampil menjadi terampil, dalam aspek sikap ialah dari dari ragu-ragu menjadi yakin dari tidak sopan menjadi sopan, dari kurang ajar menjadi terpelajar.

H.C. Witherington dalam bukunya Education Psichology

mengemukakan bahwa “Belajar adalah suatu perubahan didalam

kepribadian yang menyatakan diri sebagai suatu pola baru dari reaksi yang barupa kecakapan, sikap kebiasaan, kepribadian. Ketiga devinsi tersebut menunjukan bahwa belajar adalah suatu proses perubahan tingkah laku atau kecakapan manusia. (Uzer Usman, 1993: 4-5).

Secara umum belajar boleh dikatakan juga sebagai suatu proses interaksi antara diri manusia (id-ego-super ego) dengan lingkungannya yang mungkin berwujud pribadi, fakta, konsep atau teori dalam hal terkandung suatu maksud bahwa proses interaksi itu adalah :

a. Proses internalisasi dari suatu ke dalam di yang belajar.

b. Dilakukan sesara aktif, dengan segenap panca indra ikut berperan. (Sardiman.A.M,2009:23).

Tujuan belajar ada tiga jenis:

a. Untuk mendapatkan pengetahuan

Hal ini ditandai dengan kemampuan berfikir, pemilikan kemampuan berfikir sebagai yang tidak dapat dipisahkan, dengan kata lain tidak dapat mengembangkan Kemampuan Tanpa Bahan Pengetahuan

sebaliknya Kemampuan berfikir akan memperkaya pengetahuan. Tujuan inilah yang memiliki kecenderungan lebih besar perkembangannya didalam kegiatan belajar. Dalam hal ini peranan guru sebagai pengajar lebih menonjol.

b. Penanaman konsep dan keterampilan

Penanaman konsep atau merumuskan konsep, juga memerlukan suatu kerterampilan. Jadi soal keterampilan bersifat jasmani maupun rohani. Keterampilan jasmaniyah adalah keterampilan-keterampilan yang dapat dilihat, diamati, sehingga akan menitik beratkan pada keterampilan gerak/penampilan dari anggota tubuh seseorang yang sedang balajar. Sedangkan keterampilan rohani lebih rumit, karena tidak selalu berurusan dengan masalah-masalah keterampilan yang dapat diliat bagaimana ujung pangkalnya, tetapi lebih abstrak menyangkut persoalan-persoalan penghayatan, dan keterampilan berfikir serta kreatifitas untuk menyelesaikan dan merumuskan suatu masalah atau konsep. Jadi semata-mata bukan soal “pengulangan” tetapi mencari jawab yang cepat dan tepat.

c. Pembentukan Sikap

Dalam menmabahkan sikap mental perilaku dan peribadi anak didik, guru harus lebih bijak dan hati-hati dalam pendekatannya. Untuk itu dibutuhkan kecakapan dalam mengarahkan motivasi dan berfikir

dengan tidak lupa menggunakan pribadi guru itu sendiri sebagai contoh atau model. (Sardiman A. M. 2009:27-28).

Faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar. Prestasi belajar siswa banyak dipengaruhi oleh berbagai faktor baik berasal dari dirinya (Internal) maupun dari luar dirinya (Eksternal) prestasi yang dicapai siswa pada hakikatnya merupakan hasil interaksi antara berbagai faktor tersebut adapun faktor-faktor yang dimaksud meliputi hal-hal sebagai berikut :

a. Faktor yang berasal dari diri sendiri (internal)

1) Faktor jasmaniyah (fisiologi) baik yang bersifat bawaan maupun yang diperoleh yang termasuk faktor ini ialah panca indra yang tidak berfungsi sebagaimana mestinya, seperti mengalami sakit, cacat tubuh, atau perkembangan yang tidak sempurna, berfungsinya kelenjar tubuh yang membawa kelainan tingkah laku.

2) Faktor Psikologi baik yang bersifat bawaan maupun yang diperoleh terdiri atas :

a) Faktor intelektif yang meliputi : faktor potensial yaitu kecerdasan dan bakat serta faktor kecakapan nyata yaitu prestasi yang dimiliki.

b) Faktor non intelektif yaitu unsur-unsur kepribadian tertentu seperti, sikap, kebiasaan, minat kebutuhan, motivasi, emosi dan penyesuaian diri.

3) Faktor kematangan fisik maupun psikis. b. Faktor yang berasal dari luar diri (eksternal)

1) faktor sosial yang terdiri atas : a) lingkungan keluarga b) lingkungan sekolah c) lingkungan masyarakat d) lingkungan kelompok

2) faktor budaya seperti: adat istiadat,ilmu pengetahuan,teknologi dan kesenian.

3) Faktor lingkungan fisik seperti: fasilitas rumah dan fasilitas belajar.

4) Faktor spiritual atau keagamaan.(muh.Uzer Usman,1993:10).

2. Ukuran Prestasi Belajar

Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan mengamanatkan bahwa Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) jenjang pendidikan dasar dan menengah disusun oleh satuan pendidikan dengan mengacu pada Standar isi (SI) dan Standar Kompetensi Lulusan (SKL) serta berpedoman pada panduan yang disusun oleh Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP). Dalam KTSP mengatur tentang Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM), standar kenaikan kelas (SKK), dan Standar Kompetensi Kelulusan (SKL).

Pengukuran dari hasil atau prestasi belajar siswa berdasarkan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM), standar kenaikan kelas (SKK), dan Standar Kompetensi Kelulusan (SKL) yang telah ditetapkan pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Kriteria Ketuntasan Minimum (KKM) Belajar adalah tingkat pencapaian standar kompetensi dan kompetensi dasar mata pelajaran oleh siswa per mata pelajaran. Penentuan kriteria ketuntasan minimal belajar ini ditetapkan dengan memperhatikan (1) Tingkat esensial (kepentingan) pencapaian standar kompetensi yang harus dicapai oleh siswa; (2) Tingkat kompleksitas (kesulitan dan kerumitan) setiap indikator pencapaian kompetensi Dasar yang harus di capai oleh siswa; (3) Tingkat kemampuan (intake) rata-rata siswa madrasah; dan (4) ketersediaan sumber daya pendukung dalam penyelenggaraan pembelajaran.

Berdasarkan PP No. 19 Tahun 2005 Pasal 72 ayat 1 tentang Standar Nasional Pendidikan, maka peserta didik dinyatakan lulus sekolah apabila telah memenuhi persyaratan sebagai berikut :

a. Telah menyelesaikan seluruh program pembelajaran yang ada di sekolah.

b. Memperoleh nilai baik pada penilaian akhir untuk seluruh mata pelajaran, kelompok mata pelajaran agama dan akhlak mulia, kewarganegaraan dan kepribadian, estetika, dan kelompok mata pelajaran jasmani, olahraga, dan kesehatan.

c. Lulus ujian akhir sekolah unuk kelompok mata pelajaran ilmu pengetahuan dan teknologi.

d. Lulus ujian nasional atau UASBN. Dari uraian di atas adalah ukuran prestasi belajar secara menyeluruh sampai Kelas Enam Sedangkan Pada Kelas Tiga Ukuran Prestasi Belajar yang digunakan adalah menggunakan KKM ( Kriteria Ketuntasan Minimal ) yaitu dengan nilai KKM 70. ( Dokumen sekolah: 25 ).

3. Pendidikan Agama Islam

a) Pengertian pendidikan agama islam

Pendidikan agama islam, adalah proses penyampain informasi dalam rangka pembentukan insan yang beriman dan bertakwa agar manusia menyadari kedudukan, tugas dan fungsinya sebagai maupun kholifah di bumi dengan selalu bertaqwa dalam makna memelihara hubunganya dengan Allah, dirinya sendiri masyarakat dan alam sekitarnya serta bertanggung jawab kepada tuhan yang maha esa. (Muh.Daud Ali.2008:181). Pendidikan Agama Islam adalah, upaya sabar dan terencana dalam menyiapakan peserta didik untuk mengenal, memahami, menghayati sehingga mengimani ajaran agama islam. Di barengi dengan tuntunan untuk menghormati penganut agama lain dalam hubungan dengan kerukunan antar umat beragama hingga terwujud kesatuan n persatuan bangsa. (Diknas 2002:3).

Pendidikan agama islam adalah usaha yang lebih kusus ditekankan untuk mengembangkan fitrah keberagaman dan

sumberdaya insani lainnya agar mampu memahami, menghayati, dan mengamalkan ajaran islam (Ahmadi:1992:103).

b) Tujuan Pendidikan Agama Islam

Tujuan Pendidikan adalah untuk mengantarkan peserta didik agar menjadi manusia yang berpengetahuan luas, berakhlak mulia dan memiliki ketrampilan tertentu. Beberapa pakar pendidikan terdapat bahwa fungsi dan tujuan pendidikan islam ada tiga semua bersifat normatif, yaitu:

1) Memberikan arah bagi proses pendidikan.

2) Memberikan motifasi dalam aktifitas pendidikan karena pada dasarkan tujuan pendidikan merupakan nilai-nilai yang ingin dicapai dan internalisasikan pada anak atau subjek didik.

3) Tujuan pendidikan merupakan kriteria atau ukuran dalam evaluasi pendidikan.

Sedangkan menurut Omar Muhammad atau Umy Asy-Syaebani tujuan Pendidikan Islam memiliki empat ciri pokok:

1. Sifat yang bercorak agama atau akhlak.

2. Sifat menyeluruh yang menyangkut/ mencakup segala aspek pribadi pelajar atau (subjek didik) dan semua aspek perkembangan dalam masyarakat.

3. Sifat keseimbangan, kejelasan, tidak adanya perkembangan antara unsur-unsur dan cara pelaksanaan

4. Sifat realistik dan dapat dilaksanakan, penekanan pada perubahan yang dikehendaki pada tingkah laku, dan pada kehidupan, memperhitungkan perbedaan-perbedaan, perseorangan diantara individu-individu, (Achmadi:1992:59) secara formal tujuan pendidikan islam tentu mengacu kepada cita-cita bangsa indonesia yang dituangkan kedalam undang-undang nomer 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional, Bab 11 pasal 4 yang menyebutkan:

“Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan membentuk watak serta peradapan bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa bertujuan untuk berkembangnya potensi diri agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada tuhan yang maha esa. Berakhalak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreaktif, mandiri dan menjadi warga negara

yang demokratis serta bertanggung jawab “(Undang-Undang Nomor 20, 2003: 9).

Dari beberapa pendapat diatas maka dapat disimpulkan bahwa Tujuan dari pendidikan agama islam adalah membentuk manusia indonesia yang berdasarkan pancasila UUD 1945, yang beriman dan bertaqwa pada Tuhan Yang Maha Esa serta mempunyai ilmu pengetahuan dan mampu mengembangkan potensinya dengan teknologi untuk kesejahteraan umat manusia sebagai kodratnya sebagai kholifah dibumi.

Dokumen terkait