• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II LANDASAN TEORITIS

2. Pengertian Produksi

Produksi (peliputan) adalah semua kegiatan liputan (shooting) baik di studio, dilapangan, atau studio dan dilapangan. Proses liputan (shooting) juga disebut taping.5 Ketika tahap perencanaan dan persiapan

3

Mattew B.Milles dan A. Michael Huberman, Analisis Data Kualitatif Penerjemah Tjetjep Rohendi Rohidi (Jakarta: UI Press,1992), h.16-19

4

Rahmat Kriyantono, Tekhnik Praktis Riset Komunikasi, (Jakarta: PT.Kencana Prenata Media Group, 2007), Cet ke-2 h.163.

5

J. B. Wahyudi, Tekhnologi Informasi dan Produksi Citra Bergerak , (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama , 1992), cet ke-1, h.75.

sudah selesai, barulah pelaksanaan produksi dimulai. Sutradara bekerjasama dengan para artis atau talent dan crew mencoba mewujudkan apa yang direncanakan dalam kertas dan tulisan (Shooting script) menjadi gambar, susunan gambar yang dapat bercerita.

Dalam pelaksanaan produksi ini sutradara menentukan jenis shoot yang akan diambil adegan (scene). Biasanya sutradara mempersiapkan daftar shoot list dari setiap adegan. Semua shoot yang dibuat, dicatat oleh bagian pencatat kode waktu dengan nomor pada pita. Nomor itu berputar ketika kamera dihidupkan dan terekam dalam gambar. Catatan kode waktu nanti akan berguna dalam proses editing.

Berfikir tentang produksi program televisi bagi produser profesional, berarti mengembangkan gagasan bagaimana materi produksi itu, selain untuk menghibur, dapat menjadi suatu sajian yang bernilai dan memiliki makna. Produksi yang bernilai atau berbobot hanya dapat diciptakan oleh seorang produser yang memiliki visi. Visi tersebut harus tumbuh dari suatu acuan mendalam yang bermuara pada orientasi, ideologi, religi dan pemikiran-pemikiran kritis atau sarana yang dipakai untuk menampilkan materi produksi.

Merencanakan sebuah produksi program televisi, seorang produser professional akan dihadapkan pada lima hal sekaligus yang memerlukan pemikiran mendalam, yaitu materi produksi, sarana produksi (equipment),

biaya produksi (financial), organisasi pelaksana produksi, dan tahapan pelaksanaan produksi.6

a. Materi Produksi

Bagi seorang produser, materi produksi dapat berupa apa saja. Kejadian, pengalaman, hasil karya, benda, binatang, dan manusia merupakan bahan yang dapat diolah menjadi produksi yang bermutu. Suatu kejadian yang istimewa biasanya merupakan materi produksi

yang baik untuk program-program dokumenter atau sinetron. Tentu saja kejadian itu masih harus dilengkapi dengan latar belakang kejadian dan hal-hal lain yang perlu untuk menjadikan program itu sebuah program yang utuh. Untuk itu, masih diperlukan riset yang lebih mendalam agar semua data yang bersangkut-paut dengan materi hasil produksi itu lengkap.

Dari hasil riset materi produksi, muncul gagasan atau ide yang kemudian akan diubah menjadi tema untuk program dokumenter atau sinetron (film televisi). Mungkin juga gagasan itu langsung menjadi konsep program. Tema ataupun konsep program kemudian diwujudkan menjadi treatment. Treatment adalah langkah pelaksanaan perwujudan gagasan menjadi program. Oleh karena itu, treatment untuk setiap format program berbeda-beda.

Dari treatment akan diciptakan naskah (script) atau langsung dilaksanakan produksi program. Bobot atau muatan sebuah program sebetulnya sudah tampak ketika gagasan diwujudkan menjadi treatment.

6

Fred Wibowo, Teknik Produksi Program Televisi (Yogyakarta: Pinus Book Publisher, 2007), cet. I, h. 23.

Dari sinilah penyempurnaan konsep program dapat dilaksanakan sehingga menghasilkan naskah atau program yang baik.

b. Sarana Produksi

Sarana produksi adalah sarana yang menjadi penunjang terwujudnya ide menjadi konkret, yaitu hasil produksi. Tentu saja diperlukan kualitas alat standar yang mampu menghasilkan gambar dan suara secara bagus.

Ada tiga unit pokok peralatan yang diperlukan sebagai alat produksi, yaitu unit peralatan perekam gambar, unit peralatan perekam suara, dan unit peralatan pencahayaan. Kualitas standar dari ketiga unit peralatan ini menjadi pertimbangan utama seorang produser ketika ia mulai dalam perencanaan produksinya. Selebihnya berfungsi sebagai peralatan penunjang produksi. Seperti alat transportasi untuk produksi luar studio dan unit studio dengan dekorasi untuk produksi dalam studio.

c. Biaya Produksi

Tidak terlalu sederhana merencanakan biaya untuk suatu program produksi. Dalam hal ini, seorang produser dapat memikirkan sampai sejauh mana produksi itu kiranya akan memperoleh dukungan financial dari suatu pusat produksi atau stasiun televisi. Oleh karena itu, perencanaan budget atau biaya produksi dapat didasarkan pada dua kemungkinan, yaitu:

1. Financial Oriented

Perencanaan biaya produksi yang didasarkan pada kemungkinan keuangan yang ada. Kalau keuangan terbatas berarti

tuntutan-tuntutan tertentu untuk kebutuhan produksi harus pula dibatasi. Misalnya: tidak menggunakan artis yang pembayarannya mahal, menggunakan lokasi shooting yang tidak terlalu jauh, konsumsi yang tidak terlalu mewah. Segala sesuatunya didasari atas kemungkinan keuangan.

2. Quality Oriented

Perencanaan biaya produksi yang didasarkan atas tuntutan kualitas hasil produksi yang maksimal. Dalam hal ini, tidak ada masalah keuangan. Produksi dengan orientasi budget semacam ini biasanya produksi prestige. Produksi yang diharapkan mendatangkan keuntungan besar, baik dari segi nama maupun financial. Untuk menghasilkan kualitas yang paling tinggi dari produksi itu, produser boleh melibatkan semua orang nomor satu dibidangnya.

Menentukan biaya produksi suatu program televisi dengan video bagi produser atau manager siapa pun merupakan hal yang rumit. Banyak faktor tidak terduga yang sewaktu-waktu dapat terjadi. Oleh karena itu, membuat perencanaan anggaran produksi seolah-olah mengharuskan mata dan pikiran melihat hal-hal tersembunyi atau yang sekiranya tidak ketahuan dan yang mungkin memerlukan biaya. Estimasi biaya yang tertera dalam rencana anggaran, paling tidak dapat membuat batasan-batasan yang baik ketika pelaksanaan produksi dan mencegah pemborosan. Bagaimanapun tidak ada produksi yang ingin menderita

kerugian dan menjadi macet karena kekeliruan dalam melaksanakan rencana anggaran atau membuat estimasi biaya.

d. Organisasi Pelaksanaan Produksi

Suatu produksi program televisi melibatkan banyak orang, misalnya para artis, crew, dan fungsionaris lembaga penyelenggara, polisi, aparat setempat dimana lokasi shooting dilaksanakan, dan pejabat yang bersangkut-paut dengan masalah perijinan. Supaya pelaksanaan shooting dapat berjalan lancar, produser harus memikirkan juga penyusunan organisasi pelaksana produksi yang serapi-rapinya. Dalam hal ini, produser dapat dibantu oleh asisten produser atau sering disebut produser pelaksana atau production manager. Ia mendampingi sutradara dalam mengendalikan organisasi.

Produser pelaksana membawahi bendahara dan kasir yang mengatur keuangan dan membayar kebutuhan-kebutuhan yang diperlukan. Sementara itu, sekretariat mengerjakan hal-hal yang berhubungan dengan surat menyurat, kontrak, dan perijinan. Tanggungjawab untuk pelaksanaan dari organisasi yang bersifat lapangan ini dipikul oleh bagian yang disebut unit manager. Bagian ini menanggung tugas dari dua sisi sekaligus; sisi organisasi dan sisi artistik. Bidang yang langsung di bawah koordinasi pelaksana unit manager, misalnya perijinan, transportasi, konsumsi, dan akomodasi. Lokasi, setting/dekorasi, property (perlengkapan), kostum dan make-up, pelaksanaan lapangan berada dalam koordinasi unit manager, tetapi segi

artistik sepenuhnya dibawah tanggung jawab art designer atau art director.

Sutradara dibantu sepenuhnya oleh art designer dan director of photography (kamerawan). Sementara kamerawan membawahi bagian pencahayaan (lighting) dan suara (sound). Sutradara adalah penanggungjawab penuh suatu produksi.

Pelaksanaan produksi untuk produksi program televisi di studio memiliki nama yang berbeda pula. Sutradara disebut pengarah program atau program director (PD). Fungsi dan tugasnya mirip dengan sutradara, Hanya ia bekerja di belakang meja kontrol di ruang kontrol. Asisten sutradara disebut Floor Director (FD) tugasnya membantu sutradara mengarahkan pemain dan crew di dalam studio rekaman gambar. Pembantu pengarah program yang lain adalah switcher. Ia bertugas membantu pengarah acara men-switch kamera melalui tombol di meja kontrol. Pelaksana produksi lain sama dengan pelaksana produksi shooting lapangan. Bedanya pada jumlah kamerawan. Dengan multikamera diperlukan dua sampai empat kamerawan sekaligus.

e. Tahap Pelaksanaan Produksi

Suatu produksi program televisi yang melibatkan banyak peralatan, orang dan dengan sendirinya biaya yang besar, selain memerlukan suatu organisasi yang rapi juga perlu suatu tahap pelaksanaan produksi yang jelas dan efisien. Tahapan produksi terdiri dari tiga bagian di televisi yang lazim disebut standart operasion procedure (SOP).

Menurut Alan Wurtzel dalam Darwanto Subroto, menguraikan prosedur kerja untuk memproduksi siaran televisi, disebut sebagai Four Stage of Television Production. Keempat tahapannya adalah sebagai berikut:7

1. Pre Production Planning

Pada tahapan ini merupakan proses awal dari seluruh kegiatan yang akan datang, atau juga disebut sebagai tahap perencanaan. Perencanaan adalah fungsi manajemen yang paling pokok dan sangat luas meliputi perkiraan dan perhitungan mengenai kegiatan yang akan dilaksanakan pada waktu yang akan datang mengikuti suatu urutan tertentu.

Perencanaan merupakan salah satu sarana manajemen untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan karena itu setiap tingkat manajemen dalam organisasi sangat membutuhkan aktivitas perencanaan. Tujuan perencanaan harus tegas, jelas dan mudah dimengerti.8 Seringkali perencanaan harus mengalami perubahan, oleh karena itu perencanaan harus besifat luwes dan terbuka untuk dapat diubah bila diperlukan. Sifat luwes ini mengakibatkan pelaksanaan kegiatannya harus dimonitor dan dikendalikan terus menerus yang disesuaikan dengan kondisi yang ada namun perencanaan harus tetap pada tujuan yang ditetapkan.

7

Darwanto Sastro Subroto, Produksi Acara Televisi,( Duta Wacana Press, 1994), h.157. 8

Richard B. Chase dan Nicholas J. Aquilano, Production and Operations Management, edisi ketiga, Richard D, (Homewood, Illinois: Irwin, Inc, 1981), h. 4-5.

Tahap ini sangat penting sebab jika tahap ini dilaksanakan dengan rinci dan baik, sebagian pekerjaan dari produksi yang direncanakan sudah beres. Tahap pra-produksi meliputi tiga bagian, sebagai berikut:9

a. Penemuan ide

Tahap ini dimulai ketika produser menemukan ide atau gagasan, membuat riset dan menuliskan naskah atau meminta penulis naskah mengembangkan gagasan menjadi naskah sesudah riset.

b. Perencanaan

Tahap ini meliputi penetapan jangka waktu kerja, penyempurnaan naskah, pemilihan narasumber, lokasi dan crew. Selain estimasi biaya, penyediaan biaya dan rencana alokasi merupakan bagian dari perencanaan yang perlu dibuat secara hati-hati dan teliti.

c. Persiapan

Tahap ini meliputi pemberesan semua kontrak, perizinan, dan surat menyurat. Latihan para kru dan pembuat setting, meneliti dan melengkapi peralatan yang diperlukan. Semua persiapan ini paling baik diselesaikan jangka waktu kerja yang sudah ditetapkan.

Dalam perencanaan produksi setiap tim produksi selalu menginginkan agar diperoleh perencanaan produksi yang baik. Maka sebuah perusahaan atau tim haruslah memperhatikan teknik berproduksi yang baru, akibat automatisasi dan sistem pengendalian yang maju, kemampuan para pesaingnya untuk menyediakan

9

Fred Wibowo, Teknik Produksi Program Televisi (Yogyakarta: Pinus Book Publisher, 2007), cet. I, h. 39.

fasilitas yang baru.10 Pada dasarnya merencanakan proses produksi bukanlah hal yang mudah karena banyaknya faktor yang mempengaruhinya. Terlebih produksi tersebut berbentuk program acara televisi yang aspek kelayakannya langsung dilihat dan dinilai oleh masyarakat luas.

2. Setup and Rehearsal

Setup merupakan tahapan persiapan yang bersifat teknis dan dilakukan oleh anggota inti bersama kerabat kerjanya, dari hal yang terkecil sampai yang terbesar dalam produksi. Sedang masalah latihan (rehearsal) tidak saja berlaku bagi para artis pendukungnya, tetapi sangat penting pula bagi anggota kerabat kerja (semua crew yang terlibat) dalam latihan ini dipimpin langsung oleh pengarah acara.

3. Production

Yang dimaksud dengan produksi adalah mengubah bentuk naskah menjadi bentuk audiotif bagi radio dan audio visual untuk televisi.

Karakter produksi dibagi/ ditentukan menurut lokasinya: a. Produksi yang diselenggarakan sepenuhnya di dalam studio b. Produksi yang diselenggarakan sepenuhnya di luar studio c. Produksinya merupakan gabungan di dalam dan di luar studio.

Sesudah menentukan karakter produksi dan proses perencanaan serta persiapan selesai betul, pelaksanaan produksi dimulai. Sutradara bekerja sama dengan para artis (talent) , crew mencoba mewujudkan apa

10

yang direncanakan dalam kertas dan tulisan (shooting script) menjadi: gambar, susunan gambar yang dapat bercerita.

Dalam pelaksanaan produksi ini sutradara menentukan jenis shoot yang akan diambil dalam adegan (scene). Berikut ini adalah beberapa posisi kamera (camera position), yang apabila terangkaikan akan menjadi suatu cerita yang hidup:11

a. Shoot jauh (long shoot)

Suatu pengambilan objek oleh kamera dari jarak jauhnya yang cukup untuk mengambil pemandangan yang lengkap dari suatu adegan. b. Shoot dekat (close shoot)

Suatu pengambilan objek dari bahu ke atas. Close shoot dalam naskah kamera disingkat CS.

c. Shoot agak dekat (medium shoot)

Suatu pengambilan objek oleh kamera dari dada ke atas. Dalam naskah kamera istilah itu disingkat MSC.

d. Shoot sewajah (close-up)

Suatu pengambilan objek untuk menghasilkan gambar wajah seseorang sebatas dagu ke atas. Istilah ini disingkat CJ.

e. Shoot terdekat (big close-up)

Pengambilan sebuah objek secara khusus oleh kamera untuk menampilkan salah satu bagian dari tubuh manusia atau sudut benda tertentu sehingga tampak amat sangat jelas. Big close-up yang lazim disingkat BCU, kadang-kadang disebut juga Extra close-up dan

11

Sunandar, Telaah Format Program Keagamaan di Televisi; Studi Deskriptif Analisis Televisi Pendidikan Indonesia, Tesis (Yogyakarta: IAIN Sunan Kali Jaga, 1998), h. 65.

Extreme close-up. Dengan big close-up dapat ditampilkan mata, hidung, bibir, dan lain-lain scara khusus untuk memberikan kesan tertentu kepada pemirsa.

f. Shoot sedang (medium shoot)

Suatu pengambilan objek oleh kamera sebatas pinggang keatas. Dan naskah kamera, objek tersebut disingkat MS.

g. Shoot agak jauh (medium long shoot)

Suatu pengambilan oleh kamera sebatas lutut ke atas. Shoot yang sering kali disingkat MLS ini dinamakan juga shoot lutut (knee shoot). h. Shoot dua (two shoot)

Pengambilan objek oleh kamera yang menampilkan dua orang sebatas dada ke atas.

i. Shoot kelompok (group shoot)

Pengambilan objek oleh kamera yang menampilkan sejumlah orang sebatas dada ke atas.

j. Shoot udara (aerial shoot)

Pengambilan objek oleh kamera dari udara untuk menghasilkan suatu pemandangan yang mengesankan.

k. Shoot lebar (wide shoot)

Pengambilan suatu objek yang tidak teralu jauh, suatu pengambilan gambar oleh kamerayang melingkupi area yang luas.

l. Shoot amat jauh (very long shoot)

Suatu pengambilan objek oleh kamera yang melingkupi area yang amat luas dimana terdapat suatu objek.

Semua shoot yang dibuat dicatat oleh bagian pencatat shoot dengan mencatat time code pada saat mulai pegambilan, isi shoot dan time code pada akhirnya pengambilan adegan. Kode waktu (time code) adalah nomor pada pita. Nomor itu beputar pada saat kamera dihidupkan dan dalam gambar. Catatan kode waktu ini nanti akan berguna pada proses editing.

Biasanya gambar hasil shooting dikontrol setiap malam si akhir shooting hari itu untuk melihat apakah hasil pengambilan gambar sungguh baik. Apabila tidak maka adegan itu perlu diulang pengambilan gambarnya. Sesudah semua adegan dalam naskah selesai diambil maka hasil gambar asli (oridinal material foot age) dibuat catatannya (logging) untuk kemudian masuk dalam proses post production, yaitu editing.

4. Post Production

Pada tahap terakhir atau tahap post production,dimaksudkan merupakan tahap penyelesaian atau tahap penyempurnaan, dari bahan baik yang berupa pita auditif maupun pita audio visual, demikian pula untuk televisi apakah digunakan satu atau lebih kameranya.

Pasca produksi memiliki tiga langkah utama, yaitu editing offline, editing online, dan mixing. Dalam hal ini, terdapat dua macam editing, yaitu : pertama, yang disebut editing dengan teknik analog atau linier. Kedua , editing dengan teknik digital atau non linier dengan komputer.12 a. Editing offline dengan teknik analog

Setelah shooting selesai, script boy/girl membuat logging, yaitu mencatat kembali semua hasil shooting berdasarkan catatan shooting

12

Fred wibowo, Teknik Produksi Program Televisi (Yogyakarta : Pinus Book Publisher, 2007), cet, ke-1, h. 42.

dan gambar. Kemudian berdasarkan catatan itu sutradara akan membuat editing kasar yang disebut editing offline (dengan copy video VHS supaya murah) sesuai dengan gagasan yang ada dalam synopsis dan treatment. Materi hasil shooting langsung dipilih dan disambung-sambung dalam pita VHS. Sesudah editing kasar ini jadi, hasilnya dilihat dengan seksama dalam screening. Apabila masih perlu ditambah atau diedit lagi, pekerjaan ini dapat langsung dikerjakan sampai hasilnya memuaskan. Sesudah hasil editing offline ini telah dirasa pas dan memuaskan barulah dibuat editing script. Naskah editing ini sudah dilengkapi dengan uraian untuk narasi dan bagian-bagian yang perlu diisi dengan ilustrasi musik. Naskah editing ini formatnya sama dengan skenario.

b. Editing online dengan teknik analog

Berdasarkan naskah editing, editor mengedit hasil shooting asli. Sambungan-sambungan setiap shoot dan adegan (scene) dibuat tepat berdasarkan catatan time-code dalam naskah editing. Demikian pula sound asli dimasukkan dengan level yang seimbang dan sempurna. Setelah editing online ini siap, proses berlanjut dengan mixing.

c. Mixing (percampuran gambar dengan suara)

Narasi yang sudah direkam dan ilustrasi musik yang juga sudah direkam, dimasukkan ke dalam pita hasil editing online sesuai dengan petunjuk atau ketentuan yang tertulis dalam naskah editing. Keseimbangan antara sound effect, suara asli, suara narasi dan musik

harus dibuat sedemikian rupa sehingga tidak saling mengganggu dan terdengar jelas.

d. Editing online dengan teknik digital atau non-linier

Editing non-linier atau editing digital adalah editing yang menggunakan komputer dengan peralatan khusus untuk editing. Alat editing tersebut bermacam-macam nama jenis dan fasilitasnya, misalnya : Pinacle-Maltrox- Canopus – Premiere, dan lain-lain. Tahap pertama, yang harus dilakukan adalah memasukkan seluruh hasil shoot (gambar) yang dalam catatan logging memperoleh OK, ke dalam hardisk. Proses ini disebut capturing atau digitizing, yaitu mengubah hasil gambar dalam pita menjadi file, yang ketika diperlukan dapat dipanggil untuk disusun berdasarkan urutan yang diinginkan sutradara. Sesudah tersusun baik baru urutan kemudian dipersatukan agar shoot-shoot yang sudah disambungkan dapat dilihat secara utuh, proses ini disebut render. Setelah render dapat dilakukan screening. Apabila dengan menambah, mengurangi, atau mensisipi shoot yang diperlukan.

e. Editing online dengan tekhnik digital

Editing Online dengan teknik digital sebenarnya tinggal penyempurnaan hasil editing offline dalam komputer, sekaligus mixing dengan musik ilustrasi atau efek gambar (misalnya perlu animasi atau wipe effect) dan suara (sound effect atau narasi) yang harus dimasukkan. Sesudah semua sempurna, hasil online ini kemudian

dimasukkan pita, boleh dikatakan pekerjaan selesai dan kelanjutannya adalah bagian dari pekerjaan di stasiun televisi.

Dokumen terkait