• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Produktivitas Kerja

1. Pengertian Produktivitas Kerja

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A.Produktivitas Kerja

1. Pengertian Produktivitas Kerja

Indonesia telah mengenal konsep produktivitas sejak tahun 1958 waktu konsep tersebut diperkenalkan di ITB dalam program Teknik Produksi di Bagian Mesin. Yang dipelajari saat itu adalah produktivitas pabrik dan stasiun kerja. Namun, karena pada waktu itu suatu universitas atau perguruan tinggi dipandang sebagai pusat “textbook thinkers” seperti diucapkan oleh Presiden Sukarno, maka dunia usaha tidak menaruh perhatian pada issue produktivitas. Lebih-lebih lagi bila diperhatikan sistem ekonomi terpimpin yang dilaksanakan, yang memiliki kebijaksanaan “berdikari” tanpa kesiapan yang memadai untuk itu, menghasilkan struktur pasar yang “sellers market” dengan kelangkaan barang yang sangat menyolok di pasar. Akibatnya sudah jelas bahwa harga-harga barang meningkat dengan tajam. Gejala ini diperkuat lagi dengan diterapkannya “deficit financing” oleh pemerintah, mencetak uang praktis tanpa batas, menyebabkan terjadinya inflasi yang meroket.

Peningkatan profesionalitas kerja bagaimanapun juga tidak bisa dilepaskan dari arah peningkatan produktivitas. Meningkatkan profesionalisme kerja dimaksud juga untuk meningkatkan produktivitas. Organisasi manapun, terlepas dari tujuannya, misinya, jenisnya, struktur dan ukurannya tidak ada titik jenuh dalam upaya meningkatkan produktivitas

kerjanya. Artinya, produktivitas suatu organisasi selalu dapat ditingkatkan, baik pada tingkat individual, pada tingkat kelompok, maupun pada tingkat organisasi secara keseluruhan. Produktivitas kerja berlaku di setiap jenis organisasi, baik yang bergerak di bidang kenegaraan, politik, ekonomi, bisnis, sosial budaya, kesehatan, LSM, organisasi keagamaan, dan organisasi-organisasi nirlaba lainnya. Produktivitas dalam lingkup yang besar pada tingkat kelompok dan organisasi tidak terlepas dari produktivitas kerja pada tingkat individual.

Produktivitas kerja adalah perbandingan kegiatan antara efektivitas keluaran dengan efesiensi masukan, artinya sebagai sikap mental yang diperlukan untuk melakukan perbaikan dan peningkatan dalam setiap pekerjaannya. (Kussriyanto, 1993)

Dewan produktivitas nasional memberikan rumusan produktivitas yang berbunyi sebagai berikut: suatu sikap mental yang selalu mempunyai pandangan bahwa mutu kehidupan hari ini harus lebih baik dari kemarin dan hari esok harus lebih baik dari hari ini. Para ahli ekonomi mengartikan produktivitas sebagai “perbandingan” antara kuantitas barang dan jasa yang dihasilkan dengan “kuantitas dana dan daya yang digunakan” untuk menghasilkan barang dan jasa itu. Dengan demikian produktivitas dinyatakan dalam “perbandingan” atau “ratio”. Produktivitas dikatakan naik atau meningkat jika:

a. Masukan tetap, keluaran bertambah dan meningkat b. Masukan berkurang, sedangkan keluaran tetap

c. Masukan berkurang dan keluaran bertambah

d. Masukan berkurang dan keluaran juga berkurang, tetapi berkurangnya output tidak sebesar berkurangnya masukan

e. Masukan bertambah (misal sebesar X), tetapi keluarannya bertambah banyak (misal sebesar X + 1)

Peningkatan produktivitas akan berpengaruh langsung terhadap pengusaha dan karyawan, secra langsung maupun tidak langsung. Berikut adalah sejumlah tipikal pendekatan yang dilakukan perusahaan terkait dengan produktivitas dan konsekuensinya.

a. Sistem penggajian dengan upah borong, peningkatan produksi akan meningkatkan upah secara langsung dan ini memacu semangat kerja. b. Bagi perusahaan yang menerapkan sistem insentif menurut hasil produksi

atau produktivitasnya, insentif atau uang perangsang yang diterima akan naik secara langsung sesuai hasil kerjanya.

c. Peningkatan produktivitas berarti penurunan harga produksi. Dengan harga yang sama, perusahaaan akan memperoleh keuntungan yang lebih besar. Dengan begitu, kemampuan perusahaan akan bertambah untuk menaikkan upah dan meningkatkan kesejahteraan karyawan

d. Peningkatan produktivitas berarti penurunan biaya produksi. Dengan keuntungan tetap, perusahaan dapat menjual lebih murah, meningkatkan daya saing, dan meningkatkan volume penjualan, yang pada akhirnya secara keseluruhan dapat meningkatkan jumlah keuntungan dalam suatu periode (misalnya 1 tahun)

Produktivitas merupakan nisbah atau rasio antara hasil kegiatan (output atau luaran) dan segala pengorbanan (biaya) untuk mewujudkan hasil tersebut (input, masukan) (Kussriyanto, 1993). Input bisa mencakup biaya produksi (production cost) dan biaya peralatan (equipment cost). Sedangkan output bisa terdiri dari penjualan (sales), earnings (pendapatan), market share, dan kerusakan (Gomes, 2000).

Produktivitas tenaga kerja adalah salah satu ukuran perusahaan dalam mencapai tujuannya. Sumber daya manusia merupakan elemen yang paling strategik dalam organisasi, harus diakui dan diterima oleh manajemen. Peningkatan produktivitas kerja hanya mungkin dilakukan oleh manusia (Siagian, 2002). Oleh karena itu tenaga kerja merupakan faktor penting dalam mengukur produktivitas. Hal ini disebabkan oleh dua hal, antara lain; pertama, karena besarnya biaya yang dikorbankan untuk tenaga kerja sebagai bagian dari biaya yang terbesar untuk pengadaan produk atau jasa; kedua, karena masukan pada faktor-faktor lain seperti modal (Kussriyanto, 1993).

Menurut Anoraga dan Suyati (1995), produktivitas mengandung pengertian yang berkenaan dengan konsep ekonomis, filosofis dan sistem. Sebagai konsep ekonomis, produktivitas berkenaan dengan usaha atau kegiatan manusia untuk menghasilkan barang atau jasa yang berguna untuk pemenuhan kebutuhan manusia dan masyarakat pada umumnya. Sebagai konsep filosofis, produktivitas mengandung pandangan hidup dan sikap mental yang selalu berusaha untuk meningkatkan mutu kehidupan dimana keadaan hari ini harus lebih baik dari hari kemarin, dan mutu kehidupan hari

esok harus lebih baik dari hari ini. Hal inilah yang memberi dorongan untuk berusaha dan mengembangkan diri. Sedangkan konsep sistem, memberikan pedoman pemikiran bahwa pencapaian suatu tujuan harus ada kerja sama atau keterpaduan dari unsur-unsur yang relevan sebagai sistem.

Dapat dikatakan bahwa produktivitas adalah perbandingan antara hasil dari suatu pekerjaan karyawan dengan pengorbanan yang telah dikeluarkan. Hal ini sesuai dengan pendapat Siagian (2002) bahwa produktivitas adalah: “Kemampuan memperoleh manfaat yang sebesar-besarnya dari sarana dan prasarana yang tersedia dengan menghasilkan output yang optimal bahkan kalau mungkin yang maksimal.”

Banyak hasil penelitian yang memperlihatkan bahwa produktivitas sangat dipengaruhi oleh faktor: knowledge, skills, abilities, attitudes, dan behaviours dari para pekerja yang ada di dalam organisasi sehingga banyak program perbaikan produktivitas meletakkan hal-hal tersebut sebagai asumsi-asumsi dasarnya (Gomes, 2000). Pengertian lain dari produktivitas adalah suatu konsep universal yang menciptakan lebih banyak barang dan jasa bagi kehidupan manusia, dengan menggunakan sumber daya yang serba terbatas (Tarwaka, Bakri, dan Sudiajeng, 2004).

Menurut Manuaba (1992) peningkatan produktivitas dapat dicapai dengan menekan sekecil-kecilnya segala macam biaya termasuk dalam memanfaatkan sumber daya manusia (do the right thing) dan meningkatkan keluaran sebesar-besarnya (do the thing right). Dengan kata lain bahwa

produktivitas merupakan pencerminan dari tingkat efisiensi dan efektivitas kerja secara total (Tarwaka, Bakri, dan Sudiajeng, 2004).

Menurut Sinungan (2005), secara umum produktivitas diartikan sebagai hubungan antara hasil nyata maupun fisik (barang-barang atau jasa) dengan masuknya yang sebenarnya. Ukuran produktivitas yang paling terkenal berkaitan dengan tenaga kerja yang dapat dihitung dengan membagi pengeluaran oleh jumlah yang digunakan atau jam-jam kerja orang.

Dokumen terkait