• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II ASPEK HUKUM STANDARDISASI BARANG DI INDONESIA

B. Pengertian, Proses, dan Jenis Standardisasi di Indonesia

1. Pengertian standardisasi

Sepanjang sejarah manusia, penemuan dan penerapan teknologi telah didampingi dengan perkembangan standar. Pengertian dasar dari standar teknis yaitu persetujuan mengenai bentuk dan karakteristik dari suatu teknologi dapat

diperbandingkan. Standar didukung oleh kesesuaian dan perbedaan. Standar tidak dapat dielakkan dimana berbagai aspek dan kualiatas dari barang diperlukan. Standar juga dapat menjadi kodifikasi dari berbagai pengalaman teknologi.32

Makna kata standar dalam bahasa Indonesia pada dasarnya merupakan sebuah dokumen yang berisikan persyaratan tertentu yang disusun berdasarkan consensus oleh pihak-pihak yang berkepentingan dan disetujui oleh suatu lembaga yang telah diakui bersama. Definisi standar dan standardisasi yang digunakan BSN diacu dari Pasal 1 UU SPK adalah sebagai berikut :

Standar adalah persyaratan teknis atau sesuatu yang dibakukan, termasuk tata cara dan metode yang disusun berdasarkan konsensus semua pihak/Pemerintah/ keputusan internasional yang terkait dengan memperhatikan syarat keselamatan, keamanan, kesehatan, lingkungan hidup, perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, pengalaman, serta perkembangan masa kini dan masa depan untuk memperoleh manfaat yang sebesar-besarnya.33

Standardisasi adalah proses merencanakan, merumuskan, menetapkan, menerapkan, memberlakukan, memelihara, dan mengawasi Standar yang dilaksanakan secara tertib dan bekerja sama dengan semua Pemangku Kepentingan.34

Definisi sesuai ISO/IEC Guide 2: 2004 adalah sebagai berikut : 35

“Standard is A document, established by consensus and approved by a recognized body, that provides, for common and repeated use, rules, guidelines or characteristics for activities or their results, aimed at the achievement of the optimum degree of order in a given context.”

32

M.Spifak Steven, F Cecil Brenner, Standardization Essential, Principle and Practice, (New York: Marcel Dekker Inc, 2001), hlm. 1.

33

Pasal 1 angka 3 UU SPK. 34

Pasal 1 angka 1 UU SPK. 35

Standardization is (The) activity of establishing, with regard to actual or potential problems, provisions for common and repeated use, aimed at the achievement of the optimum degree of order in a given context.

Terjemahan bebas :

Standar adalah Sebuah dokumen yang berisikan persyaratan tertentu yang disusun berdasarkan konsensus oleh pihak-pihak yang berkepentingan dan disetujui oleh suatu lembaga yang telah diakui bersama.

Standardisasi adalah kegiatan merumuskan, berkaitan dengan masalah aktual atau potensial, ketentuan untuk pemakaian umum dan berulang, yang bertujuan untuk pencapaian derajat keteraturan optimum dalam konteks tertentu.

Dari berbagai pengertian diatas, dapat ditarik unsur-unsur terkait dengan standardisasi yaitu :

a. proses standardisasi; b. standar sebagai objek; c. pemangku kepentingan.

Standar dibuat sebagai alat untuk tukar menukar informasi, memastikan kualitas, dan mencapai keinginan publik. Sebagai contoh persyaratan standar emisi dan bensin dapat memberikan kontribusi agar udara tidak terpolusi. Standar dapat meningkatkan alur informasi antara produsen dan konsumen melalui karakteristik dan kualitas produk, sehingga dapat memfasilitasi transaksi dalam pasar. Proses standardisasi dapat mengurangi biaya yang tidak dapat diprediksi. Standar berguna bagi konsumen untuk membandingkan barang-barang yang memiliki kesamaan karakteristik. Selain itu standar juga berguna untuk meningkatkan elastisitas barang substitusi diantara produk yang sejenis.

2. Proses Standardisasi

Proses Standarisasi diatur secara jelas dalam UU SPK yang meliputi : a. Tahap Perencanaan

Perencanaan perumusan SNI disusun dalam suatu Program Nasional Perumusan Standar (selanjutnya disebut dengan PNPS) yang ditetapkan dengan Keputusan Kepala BSN.36 PNPS tersebut memuat program perumusan SNI dengan judul SNI yang akan dirumuskan beserta pertimbangannya.37 PNPS sebagaimana disusun dengan memperhatikan: 38

1) kebijakan nasional Standardisasi dan Penilaian Kesesuaian; 2) perlindungan konsumen;

3) kebutuhan pasar;

4) perkembangan Standardisasi internasional; 5) kesepakatan regional dan internasional; 6) kemampuan ilmu pengetahuan dan teknologi; 7) kondisi flora, fauna, dan lingkungan hidup;

8) kemampuan dan kebutuhan industri dalam negeri; 9) keyakinan beragama; dan

10) budaya dan kearifan lokal.

36 Pasal 10 ayat (1) UU SPK. 37 Pasal 10 ayat (2) UU SPK. 38 Pasal 10 ayat (3) UU SPK.

Penyusunan PNPS dilakukan setiap tahun oleh BSN bersama-sama dengan pemangku kepentingan.39 Dalam rangka meningkatkan mutu barang dan/atau jasa unggulan daerah, Pemerintah Daerah dapat mengajukan rencana perumusan SNI kepada BSN.40

b. Tahap perumusan

Perumusan SNI didasarkan pada PNPS yang dilakukan dengan memperhatikan waktu penyelesaian yang efektif dan efisien.41 Dalam hal keadaan luar biasa atau terjadinya bencana alam, atau untuk kepentingan nasional, kementerian dan/atau lembaga pemerintah nonkementerian dapat mengusulkan perumusan SNI yang tidak termasuk dalam PNPS pada tahun berjalan.42 Usulan perumusan SNI disampaikan kepada BSN dengan disertai penjelasan yang mendukung.43 SNI dirumuskan dengan memperhatikan ketersediaan sumber daya, kepentingan nasional, hasil penelitian, inovasi, dan/atau pengalaman.44 Dalam hal terdapat standar internasional, SNI dirumuskan selaras dengan standar internasional melalui: 45

1) Adopsi standar internasional dengan mempertimbangkan kepentingan nasional untuk menghadapi perdagangan global atau

39 Pasal 10 ayat (4) UU SPK. 40 Pasal 10 ayat (5) UU SPK. 41 Pasal 12 ayat (1) UU SPK. 42 Pasal 12 ayat (3) UU SPK. 43 Pasal 12 ayat (4) UU SPK. 44 Pasal 13 ayat (1) UU SPK. 45 Pasal 13 ayat (2) UU SPK.

2) Modifikasi standar internasional disesuaikan dengan perbedaan iklim, lingkungan, geologi, geografis, kemampuan teknologi, dan kondisi spesifik lain.

3) Untuk kepentingan nasional, SNI dapat dirumuskan tidak selaras dengan standar internasional.

Hasil perumusan SNI berupa rancangan SNI.46 Dalam melaksanakan perumusan SNI, BSN membentuk komite teknis yang terdiri atas unsur: 47

a) pemerintah dan/atau Pemerintah Daerah; b) pelaku Usaha dan/atau asosiasi terkait; c) konsumen dan/atau asosiasi terkait; dan d) pakar dan/atau akademisi.

Pembentukan dan ruang lingkup serta susunan keanggotaan komite teknis ditetapkan dengan Keputusan Kepala BSN.48 BSN melakukan jajak pendapat atas rancangan SNI yang dirumuskan oleh komite teknis.49 Masyarakat dapat memberikan masukan terhadap rancangan SNI yang akan menjadi bahan pertimbangan bagi komite teknis.50

46 Pasal 14 ayat (2) UU SPK. 47 Pasal 14 ayat (4) UU SPK. 48 Pasal 14 ayat (5) UU SPK. 49 Pasal 15 ayat (1) UU SPK. 50 Pasal 15 ayat (2) UU SPK.

c. Tahap penetapan

Rancangan SNI ditetapkan menjadi SNI dengan Keputusan Kepala BSN.51 SNI dipublikasikan melalui sistem informasi Standardisasi dan Penilaian Kesesuaian.52

d. Tahap penerapan dan pemberlakuan

Penerapan SNI dilakukan dengan cara menerapkan persyaratan SNI terhadap barang, jasa, sistem, proses, atau personal.53 Penerapan dilaksanakan secara sukarela atau diberlakukan secara wajib.54 Penerapan SNI dibuktikan melalui pemilikan sertifikat dan/atau pembubuhan tanda SNI dan/atau tanda kesesuaian.55

e. Pemeliharaan

Pemeliharaan SNI dilakukan untuk: 56

1) menjaga kesesuaian SNI terhadap kepentingan nasional dan kebutuhan pasar;

2) mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan, inovasi, dan teknologi; 3) menilai kelayakan dan kekiniannya; dan

4) menjamin ketersediaan SNI.

Pemeliharaan SNI dapat dilakukan melalui kaji ulang SNI.57 Kaji ulang SNI dilakukan paling sedikit 1 (satu) kali dalam 5 (lima) tahun setelah ditetapkan.58

51 Pasal 17 UU SPK. 52 Pasal 18 UU SPK. 53 Pasal 20 ayat (1) UU SPK. 54 Pasal 20 ayat (2) UU SPK. 55 Pasal 20 ayat (3) UU SPK. 56 Pasal 27 UU SPK.

f. Penelitian dan pengembangan

Dalam rangka perencanaan, perumusan, penerapan dan pemberlakuan, serta pemeliharaan SNI, BSN dan/atau kementerian/lembaga pemerintah nonkementerian lainnya secara bersama-sama atau sendiri-sendiri dapat melakukan kegiatan penelitian dan pengembangan standardisasi.59

Semua proses standardisasi diatas diatur lebih rinci dengan peraturan pemerintah.

3. Jenis standardisasi

Dalam UU SPK tidak menerangkan secara jelas terkait dengan jenis standardisasi, namun pada pasal 4 UU SPK mengatakan bahwa : “standardisasi dan penilaian kesesuaian berlaku terhadap barang, jasa, sistem, proses, atau personal.” Dalam pasal tersebut terdapat pembatasan bidang yang dapat dilakukan proses standardisasi dan penilaian kesesuaian. Dengan kata lain pasal tersebut telah merumuskan jenis standardisasi. jenis standardisasi yang dimaksud adalah :

a. Standardisasi barang

Standardisasi barang merupakan proses merencanakan, merumuskan, menetapkan, menerapkan, memberlakukan, memelihara, dan mengawasi Standar terhadap barang yang beredar dalam perdagangan yang dilaksanakan secara tertib dan bekerja sama dengan semua pemangku kepentingan. Dalam hal ini, Barang adalah setiap benda, baik berwujud maupun tidak berwujud,

57 Pasal 28 ayat (1) UU SPK. 58 Pasal 28 ayat (2) UU SPK. 59 Pasal 29 UU SPK.

baik bergerak maupun tidak bergerak, baik dapat dihabiskan maupun tidak dapat dihabiskan, dan dapat diperdagangkan, dipakai, digunakan, atau dimanfaatkan oleh konsumen atau pelaku usaha.60

b. Standardisasi jasa

Standardisasi jasa merupakan proses merencanakan, merumuskan, menetapkan, menerapkan, memberlakukan, memelihara, dan mengawasi standar terhadap jasa dalam perdagangan yang dilaksanakan secara tertib dan bekerja sama dengan semua pemangku kepentingan. Dalam hal ini, jasa adalah setiap layanan dan unjuk kerja berbentuk pekerjaan atau hasil kerja yang dicapai, yang disediakan oleh satu pihak ke pihak lain dalam masyarakat untuk dimanfaatkan oleh konsumen atau pelaku usaha.61

c. Standardisasi sistem

Standardisasi sistem merupakan proses merencanakan, merumuskan, menetapkan, menerapkan, memberlakukan, memelihara, dan mengawasi standar terhadap sistem yang ada dalam perdagangan yang dilaksanakan secara tertib dan bekerja sama dengan semua pemangku kepentingan. Dalam hal ini, sistem adalah perangkat unsur yang secara teratur saling berkaitan untuk menjalankan suatu kegiatan.62

60 Pasal 1 angka 12 UU SPK. 61 Pasal 1 angka 13 UU SPK. 62 Pasal 1 angka 14 UU SPK.

d. Standardisasi proses

Standardisasi proses merupakan proses merencanakan, merumuskan, menetapkan, menerapkan, memberlakukan, memelihara, dan mengawasi standar terhadap proses yang ada dalam perdagangan yang dilaksanakan secara tertib dan bekerja sama dengan semua pemangku kepentingan. Dalam hal ini, proses adalah rangkaian tindakan, perbuatan, atau pengolahan yang mengubah masukan menjadi keluaran.63

e. Standardisasi personal

Standardisasi personal merupakan proses merencanakan, merumuskan, menetapkan, menerapkan, memberlakukan, memelihara, dan mengawasi standar terhadap personal yang ada dalam perdagangan yang dilaksanakan secara tertib dan bekerja sama dengan semua pemangku kepentingan. Dalam hal ini, personal adalah perseorangan yang bertindak untuk diri sendiri yang berkaitan dengan pembuktian kompetensi.64

Untuk membuat SNI tidak hanya mengklasifikasikan standardisasi namun juga terdapat jenis/tipe standar, antara lain :

65

a. Standar istilah (vocabulary standards) seperti glosari, lambang dan tanda Standar istilah mencakup glosari dan definisi istilah. Standar ini bertujuan untuk memberikan pengertian seragam mengenai istilah yang digunakan dalam berbagai standar. Seringkali suatu standar memuat juga uraian mengenai istilah

63 Pasal 1 angka 15 UU SPK. 64 Pasal 1 angka 16 UU SPK. 65

yang digunakan dalam standar tersebut atau bila sudah ada suatu glosari tersendiri maka cukup dengan mengacu glosari tersebut. ISO telah menerbitkan sekitar 150 kosa kata (vocabulary). Sebagai contoh: kosa kata untuk industri plastik, industri refraktori (bahan tahan api), pemrosesan informasi dan untuk kertas dan lain-lain. Demikian pula IEC, telah menerbitkan kosa kata mencakup lebih dari 8,500 istilah dan definisi. Lambang dan tanda, mudah diterima dan merupakan cara canggih untuk mengatasi masalah perbedaan bahasa. Sebagai contoh: tanda lalu lintas, tanda di jalan tol atau di lapangan terbang. Di bidang “bahasa teknik” (bidang teknik menggambar) telah tersedia standar seperti: menggambar teknik, ukuran kertas gambar teknik, menggambar sambungan las; penyelesaian permukaan dan lain-lain.

b. Standar dasar

Standar dengan ruang lingkup yang luas atau yang memuat ketentuan umum untuk satu bidang tertentu. Contoh: standar pengujian sifat mekanik dan lain-lain. Standar dasar besaran fisik adalah suatu bentuk fisik/benda yang diwujudkan dari definisi satuan-satuan dasar bagi besaran panjang, massa, waktu, arus listrik, suhutermodinamika, kuat cahaya dan kuantitas zat (satuan SI).

c. Standar produk

Standar ini merupakan standar yang sangat banyak digunakan. Jenis standar ini mencakup: persyaratan yang harus dipenuhi oleh produk, material setengah jadi dan material; pedoman untuk produksi, pemprosesan, penjualan, pembelian dan

penggunaan produk; dimensi, kinerja, metode sampling, metode pengujian, cara pengemasan dan cara penandaan. Standar spesifikasi memuat tiga kategori persyaratan, yaitu persyaratan wajib (karakteristik yang diperlukan untuk memastikan daya guna suatu produk); persyaratan bersifat rekomendasi (berguna untuk meningkatkan daya pakai produk atau untuk memenuhi persyaratan spesifik bagi pelanggan khusus) dan persyaratan yang bersifat informatif belaka.

d. Standar untuk metode pengujian dan analisa dan inspeksi metode sampling dan inspeksi seringkali sudah dicakup dalam suatu standar spesifikasi tertentu. Namun disamping itu ada standar terpisah seperti standar pengambilan contoh untuk komoditi curah seperti terigu, semen, beras, bijih besi dan batu bara. Metode pengujian dan analisis seringkali sudah dicakup dalam suatu standar spesifikasi tertentu. Namun disamping itu ada standar terpisah seperti standar pengujian sampel air, peralatan listrik, bahan pelumas dsbnya. Metode grading kadang-kadang dicakup dalam suatu standar spesifikasi tertentu. Tetapi untuk berbagai jenis material curah atau material setengah jadi terdapat metode grading terpisah; untuk grade umumnya dipakai notasi Grade A, Grade B dan sebagainya atau Kelas 1, Kelas 2 dan seterusnya untuk menggambarkan hirarki grade secara individual. Persyaratan pengemasan dan penandaan dapat menjadi bagian dari standar atau merupakan standar yang terpisah. Telah ada standar untuk berbagai jenis material pengemasan seperti kertas kantong, karton, plastik

(tetrapack) dll. Untuk kemasan sendiri seperti kaleng makanan dan minuman, drum, tabung gas, dsbnya telah tersedia standar tersendiri.

e. Standar dengan focus pada organisasi, seperti logistic, pemeliharaan, manajemen inventaris, manajemen mutu, manajemen proyek dan manajemen produksi tersedia standar seperti: QMS ISO 9000 (Manajemen mutu); EMS ISO 14000 (Manajemen lingkungan), OHSAS 18000 (Spesifikasi untuk sistem manajemen kesehatan dan keselamatan kerja); HACCP; QS 9000 (Sistem manajemen untuk pemasok otomotif) dsbnya.

Selain pengelompokan yang telah dijelaskan di atas, dikenal pula tipe standar berdasarkan fungsi. Tipe standar teknik berdasarkan fungsi : 66

a. standar Informasi dan standar referens (information and reference standards); b. standar pengurangan variasi (variety reducing standards);

c. standar kompatibilitas dan standar antar muka (compatibility and interface standards);

d. standar kualitas minimum dan standar keselamatan (minimum quality and safety standards).

Pengelompokan ini sering digunakan dalam berbagai analisis ekonomi mengenai standar dan standardisasi.

66

Dokumen terkait