• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.2 Pengertian Sampah

Menurut Slamet J.S (2002), sampah adalah segala sesuatu yang tidak lagi dikehendaki oleh yang punya dan bersifat padat. Sementara didalam Naskah Akademis Rancangan Undang-undang Persampahan disebutkan sampah adalah sisa suatu usaha dan atau kegiatan yang berujud padat atau semi padat berupa zat organik atau an organik bersifat dapat terurai maupun tidak dapat terurai yang dianggap sudah tidak berguna lagi dan dibuang ke lingkungan.

Sampah dapat didefinisikan sebagai semua buangan yang dihasilkan dari aktivitas manusia dan hewan yang berupa padatan, yang dibuang karena sudah tidak berguna atau diperlukan lagi. Pengertian sampah menurut SK SNI T – 13 – 1990 – F adalah limbah yang bersifat padat terdiri dari zat organik dan zat anorganik yang dianggap tidak berguna lagi dan harus dikelola agar tidak membahayakan lingkungan dan melindungi investasi pembangunan. Sedangkan menurut WHO, sampah adalah sesuatu yang tidak digunakan, tidak dipakai, tidak disenangi atau sesuatu yang dibuang berasal dari kegiatan manusia dan tidak terjadi dengan sendirinya.

Dalam Bahar Yul, H. (1986), sampah diidentifikasikan menurut jenis-jenisnya yaitu :

a. Garbage atau sampah basah yaitu sampah yang berasal dari sisa pengolahan, sisa pemasakan, atau sisa makanan yang telah membusuk, tetapi masih dapat digunakan sebagai bahan makanan organisme lainnya.

b. Rubbish atau sampah kering yaitu sampah sisa pengolahan yang tidak mudah membusuk dan dapat pula dibagi atas dua golongan, yaitu :

- Sampah yang tidak mudah membusuk, tetapi mudah terbakar - Sampah yang tidak mudah membusuk dan tidak mudah terbakar

c. Ashes dan cinder, yaitu berbagai jenis abu dan arang yang berasal dari kegiatan pembakaran

d. Dead animal, yaitu sampah yang berasal dari bangkai hewan

e. Street sweeping,yaitu sampah atau kotoran yang berserakan di sepanjang jalan

f. Industrial waste merupakan sampah berasal dari kegiatan industri, sampah jenis ini biasanya lebih homogen bila dibandingkan dengan sampah jenis lainnya

Menurut Dirjen Cipta Karya (1992), sampah diklasifikasikan sebagai berikut: a. Sampah basah (garbage), yaitu sampah yang berasal dari sisa hasil

pengolahan, sisa makanan atau sisa makanan yang telah membusuk, tetapi masih dapat digunakan sebagai makanan organisme lainnya

b. Sampah kering (rubbish), yaitu sampah sisa pengolahan yang tidak mudah membusuk. Sampah kering dapat dibagi menjadi dua golongan, yaitu

sampah yang tidak mudah membusuk tetapi mudah terbakar

c. Sampah lembut, yaitu sampah yang berasal dari berbagai jenis abu, merupakan partikel-partikel kecil yang mudah berterbangan dan dapat mengganggu pernafasan dan mata

d. Sampah berbahaya, terdiri dari sampah patogen (berasal dari rumah sakit atau klinik), sampah beracun (yaitu sampah sisa-sisa pestisida, kertas bekas pembungkus bahan-bahan beracun, dan lain-lain), sampah radioaktif (sampah dari bahan nuklir), dan sampah yang dapat meledak (petasan, mesiu, dan sebagainya).

e. Sampah balokan (bulky waste), seperti mobil rusak, kulkas rusak, pohon tumbang, balok kayu, dan sebagainya

f. Sampah jalan, yaitu sampah atau kotoran yang berserakan di sepanjang jalan seperti sisa-sisa pembungkus dan sisa makanan, kertas, dan daun

g. Sampah binatang mati, seperti bangkai tikus, ayam, dan lain-lain

h. Sampah bangunan, seperti potongan kayu, pecahan atap genteng, bata, buangan adukan

i. Sampah industri, merupakan sampah yang berasal dari kegiatan industri. j. Sampah khusus, yaitu sampah dari benda-benda berharga, atau sampah

dokumentasi

k. Sampah kandang atau pemotongan hewan, dapat pula berupa kotoran hewan, sisa makananya, sisa-sisa daging, tulang, isi perut, dan sebagainya l. Sampah lumpur, yaitu sampah setengah padat yang dapat berasal dari

tank, dan sebagainya.

Menurut Dirjen Cipta Karya (1992), sampah mempunyai karakteristik yang berbeda antara lain sebagai berikut:

1) Komposisi sampah

Komposisi sampah dibagi menjadi dua golongan, yaitu: a. Komposisi fisik

Komposisi fisik sampah mencakup besarnya prosentase dari komponen pembentuk sampah yang terdiri dari organik, kertas, kayu, logam, kaca, plastik, dan lain-lain.

b. Komposisi kimia

Umumnya komposisi kimia sampah terdiri dari unsur Karbon, Hidrogen, Oksigen, Nitrogen, Sulfur, Fosfor, serta unsur lainnya yang terdapat dalam protein, karbohidrat, dan lemak. Komposisi kimia sampah erat kaitannya dengan pemilihan alternatif pengelolaan dan pemanfaatan tanah.

2) Kepadatan sampah

Kepadatan sampah menyatakan berat sampah persatuan volume (Tchobanoglous, et al, 1993). Dirjen Cipta Karya (1992) menyebutkan bahwa informasi kepadatan sampah diperlukan untuk menentukan ketebalan dari lapisan sampah yang akan dibuang pada sistem Sanitary Landfill. Sedangkan bila menggunakan sistem pengolahan maka informasi ini diperlukan untuk merencanakan dimensi unit proses.

2.2.1 Jenis-jenis Sampah

Menurut Gelbert dkk. (1996) sampah dikelompokan berdasarkan asalnya, sampah padat dapat digolongkan sebagai :

1) Sampah Organik, terdiri dari bahan-bahan penyusun tumbuhan dan hewan yang diambil dari alam atau dihasilkan dari kegiatan pertanian, perikanan atau yang lain. Sampah ini dengan mudah diuraikan dalam proses alami. Sampah rumah tangga sebagian besar merupakan bahan organik. Termasuk sampah organik, misalnya sampah dari dapur, sisa tepung, sayuran, kulit buah, dan daun.

2) Sampah Anorganik, berasal dari sumber daya alam tak terbarui seperti mineral dan minyak bumi, atau dari proses industri. Beberapa dari bahan ini tidak terdapat di alam seperti plastik dan aluminium. Sebagian zat anorganik secara keseluruhan tidak dapat diuraikan oleh alam, sedang sebagian lainnya hanya dapat diuraikan dalam waktu yang sangat lama. Sampah jenis ini pada tingkat rumah tangga, misalnya berupa botol, botol plastik, tas plastik, dan kaleng.

2.2.2 Sumber-Sumber Timbulan Sampah

Menurut Gelbert dkk. (1996), sumber-sumber timbulan sampah adalah sebagai berikut :

1) Sampah permukiman, yaitu sampah rumah tangga berupa sisa pengolahan makanan, perlengkapan rumah tangga bekas, kertas, kardus, gelas, kain, sampah kebun/halaman, dan lain-lain.

bahan organik, seperti jerami dan sejenisnya. Sebagian besar sampah yang dihasilkan selama musim panen dibakar atau dimanfaatkan untuk pupuk. Untuk sampah bahan kimia seperti pestisida dan pupuk buatan perlu perlakuan khusus agar tidak mencemari lingkungan. Sampah pertanian lainnya adalah lembaran plastik penutup tempat tumbuh- tumbuhan yang berfungsi untuk mengurangi penguapan dan penghambat pertumbuhan gulma, namun plastik ini bisa didaur ulang.

3) Sampah dari sisa bangunan dan konstruksi gedung. Sampah yang berasal dari kegiatan pembangunan dan pemugaran gedung ini bisa berupa bahan organik maupun anorganik. Sampah organik, misalnya: kayu, bambu, triplek. Sampah anorganik, misalnya : semen, pasir, spesi, batu bata, ubin, besi dan baja, kaca, dan kaleng.

4) Sampah dari perdagangan dan perkantoran. Sampah yang berasal dari daerah perdagangan seperti : toko, pasar tradisional, warung, pasar swalayan ini terdiri dari kardus, pembungkus, kertas, dan bahan organik termasuk sampah makanan dan restoran.Sampah yang berasal dari lembaga pendidikan, kantor pemerintah dan swasta biasanya terdiri dari kertas, alat tulis-menulis (bolpoint, pensil, spidol, dll), toner foto copy, pita printer, kotak tinta printer, baterai, bahan kimia dari laboratorium, pita mesin ketik, klise film, computer rusak, dan lain-lain.

5) Sampah dari industri Sampah ini berasal dari seluruh rangkaian proses produksi (bahan-bahan kimia serpihan/potongan bahan), perlakuan dan pengemasan produk (kertas, kayu, plastik, kain/lap yang jenuh dengan

pelarut untuk pembersihan). Sampah industri berupa bahan kimia yang seringkali beracun memerlukan perlakuan khusus sebelum dibuang.

2.2.3 Timbulan Sampah

Faktor-faktor yang mempengaruhi timbulan sampah adalah :

1. Jumlah penduduk, artinya jumlah penduduk meningkat timbulan sampah meningkat

2. Keadan sosial ekonomi, semakin tinggi keadaan sosial ekonomi seseorang akan semakin banyak timbulan sampah perkapita yang dihasilkan

3. Kemajuan teknologi, akan menambah jumlah dan kualitas sampahnya, rata-rata timbulan sampah biasanya akan bervariasi dari hari ke hari, antara satu daerah dengan daerah lainnya, antara satu negara dengan negara lain Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi timbulan sampah antara lain : a. Tingkat hidup makin tinggi, tingkat hidup makin banyak sampah yang

ditimbulkan

b. Pola hidup dan mobilitas masyarakat c. Kepadatan dan Jumlah penduduk d. Iklim dan musim

e. Pola penyediaan kebutuhan hidup dan penanganan makanan f. Letak geografis dan topografi

Berdasarkan data BPS tahun 2000 dalam Wibowo dan Djajawinata (2004), dari 384 kota menimbulkan sampah sebesar 80.235,87 ton setiap hari, penanganan sampah yang diangkut ke dan dibuang ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA) adalah sebesar 4,2 %, yang dibakar sebesar 37,6% , yang dibuang ke

sungai 4,9 % dan tidak tertangani sebesar 53,3 %.1 Hal tersebut disebabkan oleh beberapa hal, diantaranya pertambahan penduduk dan arus urbanisasi yang pesat telah menyebabkan timbulan sampah pada perkotaan semakin tinggi, kendaraan pengangkut yang jumlah maupun kondisinya kurang memadai, sistem pengelolaan TPA yang kurang tepat dan tidak ramah lingkungan, dan belum diterapkannya pendekatan reduce, reuse dan recycle (3 R)

Meningkatnya populasi mahasiswa disetiap tahun nya maka jumlah sampah yang di hasilkan setiap perguruan tingggi atau sekolah makin meningkat. Secara umum komposisi dari timbulan sampah Berdasarkan data pada SK SNI S-00-1993-03 tentang spesifikasi timbulan sampah di Indonsia berdasarkan komponen-komponen sumber sampah adalah sebagai berikut :

Tabel 2.2 Besaran Timbulan Sampah berdasarkan komponen-komponen Sumber Timbulan

No Sumber Sampah Satuan Volume (liter) Berat (Kg) 1 Rumah Permanen Per orang/hari 2,25-2,50 0,35-0,40 2 RumahSemi permanen Per orang/hari 2,00-2,25 0,30-0,35 3 Rumah nonpermanen Per orang/hari 1,75-2,00 0,25-0,30

4 Kantor Per pegawai/hari 0,50-0,75 0,025-0,10 5 Toko/ruko Per petugas/hari 2,50 - 3,00 0,15 - 0,35 6 Sekolah Per murid/hari 0,10 - 0,15 0,01 – 0,02 7 Jalan arteri sekunder Per meter/hari 0,10 – 0,15 0,02 – 0,10 8 Jalan kolektor sekunder Per meter/hari 0,10 – 0,15 0,01 – 0,05

9 Jalan lokal Per meter/hari 0,05 – 0,10 0,005 – 0,025 10 Pasar Per meter2/hari 0,20 – 0,60 0,1 – 0,3 Sumber : SNI S – 04 – 1993 – 03

Timbulan sampah dapat dinyatakan dalam (Damanhuri, 2004):

1. Satuan berat: kilogram per orang per hari (Kg/org/h) atau kilogram per meter persegi bangunan per hari (Kg/m2/h) atau kilogram per tempat tidur per hari (Kg/bed/h) dan sebagainya

2. Satuan volume: liter/orang/hari(L/o/h) liter per meter persegi bangunan per hari (L/m2/h)

Jumlah timbulan sampah yang ditimbulkan dapat dikelompokkan berdasarkan harian, mingguan, bulanan, atau berdasarkan musim. Jumlah timbulan sampah yang ditimbulkan dipengaruhi oleh banyak faktor, diantaranya adalah sebagai berikut (Tchnobanoglous, 1993) :

1) Proses reduksi di sumber, dapat dilakukan dengan cara a. Minimasi bahan-bahan yang bersifat toksik

b. Meminimasi volume material dan ukuran bahan pembungkus c. Memperpanjang masa pemakaian produk

d. Meningkatkan jumlah material yang dapat didaur ulang 2) Faktor recycle

Dengan adanya berbagai program daur ulang (recycle) akan mempengaruhi jumlah sampah yang ditimbulkan atau yang akan dibuang

3) Peraturan

Peraturan atau legislasi ini merupakan faktor penting yang mempengaruhi timbulan sampah yang ditimbulkan, peraturan mengatur pemakaian material spesifik

4) Faktor geografi dan faktor fisik Faktor ini terdiri atas:

a. Lokasi

b. Faktor lokasi sangat berpengaruh terhadap jumlah dan tipe sampah tertentu yang dihasilkan, serta periode waktu dihasilkannya sampah tersebut

Jumlah sampah yang ditimbulkan dapat sama, tapi belum tentu frekuensi pengumpulannya bersamaan. Pada umumya, tempat pengumpulan disediakan tidak terbatas, sehingga banyak sampah yang terkumpul, dan juga sampah ini tidak dibuang sekaligus dalam satu waktu

d. Musim

Musim juga mempengaruhi jumlah dan tipe sampah yang ditimbulkan, dan biasanya akan bervariasi pada musim yang berbeda. Faktor ini haruslah dievaluasi secara terpisah untuk masing-masing situasi.

Besar timbulan sampah dalam satu hari dinyatakan sebagai debit timbulan sampah (Q). Debit timbulan sampah domestik dan komersil (QT) adalah penjumlahan debit timbulan untuk daerah domestik (Qd) yang merupakan perkalian satuan timbulan sampah kota untuk daerah domestik (qd) dengan jumlah populasi domestik (Pd) dengan debit timbulan sampah komersil (Qk) yang merupakan perkalian dari satuan timbulan sampah komersil (qk) dengan luas daerah komersil (Ak) (Damanhuri, 2004).

Kuantitas sampah dalam satu hari dinyatakan sebagai debit timbulan sampah (Q). Debit timbulan sampah domestik dan komersil (QT) adalah penjumlahan debit timbulan untuk daerah domestik (Qd) yang merupakan perkalian satuan timbulan sampah kota untuk daerah domestik (qd) dengan jumlah populasi domestik (Pd) dengan debit timbulan sampah komersil (Qk) yang merupakan perkalian dari satuan timbulan sampah komersil (qk) dengan luas daerah komersil (Ak) (Damanhuri, 2004).

Sedangkan timbulan sampah domestik dan komersil (qt) adalah penjumlahan satuan timbulan sampah kota untuk daerah domestik (qd) dengan satuan timbulan sampah komersil yang diekivalenkan (qc)

Pertambahan jumlah timbulan sampah dari tahun ke tahun bersifat kuadratis. Proyeksi timbulan sampah dapat dihitung dengan persamaan berikut :

keterangan: qn = Proyeksi timbulan sampah pada tahun ke-n qo = Proyeksi timbulan awal tahun perencanaan n = Waktu perencanaan TPA (20-25 tahun)

q = Dipengaruhi oleh pertumbuhan pertanian, industri,

pertambahan penduduk dan income

QT = Qd + Qk Qd = qd x Pd Qk = qk x Ak qt = qd + qe qe = qk x Ak qn = qo n q       ) 100 ( 1

keterangan: m = Pertambahan produksi makanan/pertanian, %

∆i = Pertambahan industri, %

∆g = Pertambahan gross national income, % ∆p = Pertambahan penduduk.

Debit timbulan sampah dapat dihitung dengan cara:

keterangan: qe = Debit satuan ekivalen (Lkh) Ak = Luas daerah komersil (Ha) P = Populasi kota

qk = Debit timbulan sampah daerah komersil (L/Ha/h) qt = Debit satuan sampah seluruh kota (Lkh)

qd = Debit satuan sampah daerah domestik (Lkh)

Penentuan timbulan sampah mempunyai ruang lingkup bahwa yang diamati adalah pola timbulan sampah pada suatu daerah dengan pengamatan yang meliputi (Damanhuri, 2004):

a. Timbulan sampah

b. Tingkat timbulan sampah

c. Komposisi fisik serta pemisahan organik dan anorganik

q =            ) 1 ( ) ( 3 1 1 p g i m qc = qk P AK       qt = (qd + qe) lkh

d. Komposisi kimiawi

Prinsip dasar penentuan timbulan sampah adalah sebagai berikut (Damanhuri, 2004) :

a. Menggunakan metode yang tepat b. Periode dilaksanakan secara konsisten c. Menggunakan alat ukur yang sama d. Jumlah sampel yang mencukupi

e. Disajikan dalam format informasi sesuai dengan yang dibutuhkan

Langkah umum penentuan timbulan sampah untuk pengelolaan persampahan pada suatu wilayah adalah (Damanhuri, 2004)

a. Penetapan tujuan

b. Penentuan satuan timbulan sampah diperlukan untuk perencanaan, evaluasi atau untuk keperluan lainnya

c. Penyiapan data-data yang diperlukan

d. Penetapan metode sampling dan jumlah sampel e. Penetapan periodesasi mingguan dan bulanan f. Pelaksanaan

g. Penyajian dan pengolahan data disesuaikan dengan sasaran kebutuhan informasi.

Estimasi terhadap kuantitas sampah dapat dilakukan dengan menggunakan beberapa metode, yaitu (Damanhuri, 2004):

1. Analisis perhitungan beban

Dihitung berdasarkan beban masing-masing kendaraan dan karakteristik sampah pada periode tertentu

2. Analisis berat volume

Cara mendapatkan data dengan menimbang dan mengukur beban kendaraan 3. Analisis keseimbangan material

Dengan menentukan keseimbangan material dari tiap-tiap sumber, proses yang harus dilakukan:

a. Menentukan daerah studinya

b. Mengidentifikasi aktivitas yang menghasilkan sampah c. Menghitung timbulan sampah yang dihasilkan

Rata-rata timbulan sampah biasanya akan bervariasi dari hari ke hari, antara satu daerah dengan daerah lainnya dan antara satu negara dengan negara lainnya. Variasi ini terutama disebabkan oleh perbedaan, antara lain (Damanhuri, 2004):

1. Jumlah penduduk dan tingkat pertumbuhannya 2. Tingkat hidup

3. Makin tinggi tingkat hidup masyarakat, makin besar timbulan sampahnya; 4. Musim

5. Di Negara barat, timbulan sampah akan mencapai angka minimum pada musim panas

7. Iklim

Dokumen terkait