• Tidak ada hasil yang ditemukan

STUDI PENGELOLAAN SAMPAH DI KAMPUS SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI INDUSTRI (STTIND) PADANG. Oleh: RIDHO KURNIA PUTRA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "STUDI PENGELOLAAN SAMPAH DI KAMPUS SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI INDUSTRI (STTIND) PADANG. Oleh: RIDHO KURNIA PUTRA"

Copied!
119
0
0

Teks penuh

(1)

STUDI PENGELOLAAN SAMPAH DI KAMPUS

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI INDUSTRI

(STTIND) PADANG

Oleh:

RIDHO KURNIA PUTRA

TEKNIK LINGKUNGAN

YAYASAN MUHAMMAD YAMIN

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI INDUSTRI

( STTIND ) PADANG

(2)

STUDI PENGELOLAAN SAMPAH DI KAMPUS

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI INDUSTRI

(STTIND) PADANG

TUGAS AKHIR

Untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh gelar Sarjana Teknik

Oleh:

RIDHO KURNIA PUTRA 1310024428022

TEKNIK LINGKUNGAN

YAYASAN MUHAMMAD YAMIN

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI INDUSTRI

( STTIND ) PADANG

(3)

HALAMAN PERSETUJUAN TUGAS AKHIR

Judul : Studi Pengelolaan Sampah di Kampus Sekolah Tinggi Teknologi Industri (STTIND Padang)

Nama : Ridho Kurnia Putra

NPM : 1310024428022

Program Studi : Teknik Lingkungan

Padang, 20 Juli 2018 Menyetujui : Pembimbing I, YAUMAL ARBI, MT NIDN : 1007058407 Pembimbing II,

SRI YANTI LISHA, ST., M.Si NIDN : 1028017902

Ketua Jurusan,

YAUMAL ARBI, MT NIDN : 1007058407

Ketua STTIND Padang,

RIKO ERVIL, MT NIDN : 1014057501

(4)

STUDI PENGELOLAAN SAMPAH DI KAMPUS

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI INDUSTRI

(STTIND) PADANG

Nama : Ridho Kurnia Putra

NPM : 1310024428022

Pembimbing I : Yaumal Arbi, MT

Pembimbing II : Sri Yanti Lisha, ST, M.Si RINGKASAN

Sampah merupakan material sisa yang sudah tidak dipakai, tidak disenangi atau sesuatu yang harus dibuang, yang umumnya berasal dari kegiatan yang dilakukan oleh manusia tetapi bukan kegiatan biologis. Dalam berkegiatan, manusia memproduksi sampah. Karena semakin banyaknya sampah yang dihasilkan manusia perlu melakukan pengelolaan sampah, dengan tujuan mengubah sampah menjadi material yang memiliki nilai ekonomis atau mengolah sampah agar menjadi material yang tidak membahayakan bagi lingkungan hidup. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif dengan mengambil studi kasus di kampus STTIND Padang. Permasalahan sampah yang ada kampus STTIND Padang yaitu manajemen pengelolaan sampah, setelah dilakukan penelitian selama 8 hari didapatkan data timbulan sampah yang dihasilkan mahasiswa/org/hr yaitu 0,2 L/Org/hr. Total kapasitas daya tampung tong sampah gedung satu STTIND Padang yaitu sebanyak 214 L dan gedung dua 60 L, rata-rata jumlah sampah yang dihasilkan perhari pada gedung 1 sebanyak 45,75 L dan pada gedung 2 sebanyak 24,6 L. sedangkan sistem pengelolaan sampah di STTIND Padang masih menganut sistem paradigma lama yaitu tampung, kumpul dan angkut yang tidak melakukan pemilahan sampah terlebih dahulu berdasarkan komponen di sumber lokasi sampah. Adapun perencanaan untuk pengelolaan sampah yang ada dikampus STTIND Padang yaitu menggunakan wadah utama berukuran 20 L setiap wadahnya dengan 5 jenis pemilahan yaitu warna hijau untuk compostable

(sampah mudah terurai), biru untuk recyclables (sampah yang dapat didaur ulang), kuning untuk paper & cardboard (sampah kertas dan karton), abu-abu untuk trash only (sampah residu).

(5)

RUBBISH MANAGEMENT STUDY IN COLLEGE

OF INDUSTRIAL TECHNOLOGY

(STTIND) PADANG

Name : Ridho Kurnia Putra

NPM : 1310024428022 Advisor Lecturer I : Yaumal Arbi, MT Advisor Lecturer II

: Sri Yanti Lisha, ST, M.Si

ABSTRACT

Rubbish is a waste material that is not used, not liked or something to be discarded, which generally comes from activities carried out by humans but not biological activities. In activities, humans produce waste. Because of the increasing amount of waste produced by humans need to do waste management, with the aim of converting waste into materials that have economic value or processing waste to be material that is not harmful to the environment. The method of discussion using descriptive method by taking case study at campus STTIND Padang. The existing garbage problem of STTIND Padang campus is waste management, after 8 days of research, it is found that the data of waste generation produced by student / org / hr is 0.2 L / Org / hr. The total capacity of garbage pit for one building of STTIND Padang is 214 L and building two 60 L, the average amount of waste produced per day in building 1 is 45,75 L and in building 2 is 24,6 L. while waste management system in STTIND Padang still adheres to the old paradigm system that is tampung, collect and transport that do not do waste separation in advance based on components in the source of waste location. The planning for the existing waste management dikampus STTIND Padang that is using the main container measuring 20 L each container with 5 types of separation of the green color for Compostable (Garbage easy to decompose), blue for Recyclables (Recyclable Garbage), Yellow for Paper & Cardboard (Paper and Cardboard Waste), gray for TrashOnly (Trash residue). Keywords: rubbish, waste management, STTIND Padang

(6)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT karena berkat Rahmat dan Karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan tugas akhir ini dengan judul

“Studi Pengelolaan Sampah di Kampus Sekolah Tinggi Teknologi Industri

(STTIND) Padang)” Shalawat beserta salam semoga senantiasa terlimpah curahkan kepada Nabi Muhammad SAW, kepada keluarganya, para sahabatnya, hingga kepada umatnya hingga akhir zaman, amin.

Penulisan tugas akhir ini diajukan untuk memenuhi salah satu syarat kelulusan dalam jenjang perkuliahan Strata I Teknik Lingkungan Sekolah Tinggi Teknologi Industri (STTIND) Padang.

Terselesaikannya tugas akhir ini tidak terlepas dari bantuan banyak pihak, oleh karena itu, penulis dalam kesempatan ini menyampaikan ucapan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada:

1. Bapak Antonius, SE selaku Ketua Yayasan Muhammad Yamin Padang

2. Bapak Riko Ervil, MT selaku Ketua Sekolah Tinggi Teknologi (STTIND) Padang

3. Bapak Yaumal Arbi, MT selaku Ketua Program Studi Teknik Lingkungan Sekolah Tinggi Teknologi Industri (STTIND) Padang sekaligus sebagai Dosen Pembimbing 1 yang telah meluangkan banyak waktu dalam memberikan bantuan moral, spiritual dan material sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan tugas akhir ini

(7)

4. Ibu Sri Yanti Lisha, ST, M.Si selaku Dosen Pembimbing 2 yang telah meluangkan banyak waktu dalam memberikan bantuan moral, spiritual dan material sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan tugas akhir ini

5. Ibu Eka Rahmatul Aidha, M.Pd selaku Sekretaris Program Studi Teknik Lingkungan yang telah banyak membantu penulis dalam administrasi maupun penyusunan tugas akhir ini

6. Orang tua dari penulis yang telah memberikan bantuan baik dari segi moril ataupun materil dalam mendukung penyeleseian tugas akhir ini

7. Teman-teman mahasiswa Teknik Lingkungan Sekolah Tinggi Teknologi Industri (STTIND) Padang yang telah banyak membantu dalam penyelesaian tugas akhir ini

Akhirnya, penulis menyadari bahwa tugas akhir ini jauh dari sempurna sehingga penulis membutuhkan kritik dan saran yang bersifat membangun untuk kemajuan ilmu pengetahuan di masa yang akan datang. Maka daripada itu, penulis sangat mengharapkan kritik dan saran dari pembaca, atas kritik dan saran terlebih dahulu penulis ucapkan terima kasih.

Padang, Februari 2018

(8)

DAFTAR ISI

Halaman

Kata Pengantar ... i

Daftar Isi ... iii

Daftar Tabel ... v

Daftar Gambar ... vi

Daftar Lampiran ... vii

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1 1.2 Identifikasi Masalah ... 5 1.3 Batasan Masalah... 5 1.4 Rumusan Masalah ... 5 1.5 Tujuan Penelitian ... 6 1.6 Manfaat Penelitian ... 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Umum STTIND Padang ... 7

2.1.1 Sarana dan Prasarana Kampus STTIND Padang ... 8

2.1.2 Jumlah Mahasiswa dan Pegawai Kampus STTIND Padang .... 9

2.2 Pengertian Sampah ... 10

2.2.1 Jenis - jenis Sampah... 14

2.2.2 Sumber – Sumber Timbulan Sampah ... 14

2.2.3 Timbulan Sampah ... 16

2.3 Cara dan Teknik Pengelolaan Sampah ... 25

2.4 Sistem Pengelolaan Sampah ... 28

2.4.1 Aspek Teknis Operasional ... 29

2.4.1.1 Sistem Pewadahan ... 29

2.4.1.2 Sistem Pengumpulan ... 34

2.4.1.3 Sistem Transfer dan Transportasi ... 40

(9)

2.4.2 Aspek Non Teknis ... 47

2.5 Kerangka Konseptual ... 54

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian ... 55

3.2 Lokasi Penelitian ... 55

3.3 Populasi dan Sampel ... 55

3.3.1 Populasi ... 55

3.3.2 Sampel ... 55

3.4 Variabel Penelitian ... 56

3.5 Data dan Sumber Data ... 56

3.6 Teknik Pengambilan Sampel... 57

3.7 Peralatan yang digunakan ... 58

3.8 Pengolahan Data... 59

3.9 Kerangka Metodologi ... 61

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Mengetahui jumlah timbulan sampah di kampus STTIND ... 62

4.1.1 Lokasi Sampling di Gedung 1 ... 63

4.1.2 Lokasi Sampling di Gedung 2 ... 72

4.2 Sarana Prasarana Pewadahan Sampah di Kampus STTIND... 80

4.3 Sistem Pengelolaan Sampah di Kampus STTIND Padang ... 83

4.4 Rencana Pengelolaan sampah di Kampus STTIND Padang ... 86

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan ... 93

5.2 Saran ... 95 DAFTAR KEPUSTAKAAN

(10)

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 2.1 Jumlah Mahasiswa dan Pegawai STTIND Padang ... 10

Tabel 2.2 Besaran Timbulan Sampah ... 18

Tabel 2.3 Hubungan antara Elemen Pengelolaan Sampah ... 29

Tabel 2.4 Pola dan Karakteristik Pewadahan Sampah ... 34

Tabel 2.5 Pengangkutan Sampah Non Container ... 42

Tabel 2.6 Bagan Kerangka Konseptual ... 54

Tabel 3.1 Kerangka Metodologi ... 61

Tabel 4.1 Sampling hari Senin 04 Desember 2017 Gedung 1 ... 63

Tabel 4.2 Sampling hari Selasa 05 Desember 2017 ... 64

Tabel 4.3 Sampling hari Rabu 06 Desember 2017 ... 65

Tabel 4.4 Sampling hari Kamis 07 Desember 2017 ... 65

Tabel 4.5 Sampling hari Jum’at 08 Desember 2017 ... 66

Tabel 4.6 Sampling hari Sabtu 09 Desember 2017 ... 67

Tabel 4.7 Sampling hari Minggu 10 Desember 2017 ... 68

Tabel 4.8 Sampling hari Senin 11 Desember 2017 ... 69

Tabel 4.9 Total timbulan Sampah Harian Gedung 1... 70

Tabel 4.10 Sampling hari Senin 04 Desember 2017 Gedung 2 ... 72

Tabel 4.11 Sampling hari Selasa 05 Desember 2017 ... 73

Tabel 4.12 Sampling hari Rabu 06 Desember 2017 ... 74

Tabel 4.13 Sampling hari Kamis 07 Desember 2017 ... 74

Tabel 4.14 Sampling hari Jum’at 08 Desember 2017 ... 75

Tabel 4.15 Sampling hari Sabtu 09 Desember 2017 ... 76

Tabel 4.16 Sampling hari Minggu 10 Desember 2017 ... 77

Tabel 4.17 Sampling hari Senin 11 Desember 2017 ... 77

Tabel 4.18 Total timbulan Sampah Harian Gedung 2... 78

Tabel 4.19 Daya Tampung Tong Sampah Gedung 1 ... 80

(11)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 2.1 Peta Lokasi STTIND Padang ... 7

Gambar 2.2 Pola Pengumpulan Sampah ... 39

Gambar 2.3 Pola Pengangkutan dengan Sistem Pengosongan Kontainer 1 43 Gambar 2.4 Pola Pengangkutan dengan Sistem Pengosongan Kontainer 2 44 Gambar 2.5 Pola Pengangkutan dengan Sistem Pengosongan Kontainer 3 45 Gambar 2.6 Pola Pengangkutan dengan Sistem Kontainer Tetap ... 46

Gambar 4.1 Grafik jumlah timbulan sampah gedung 1 ... 70

Gambar 4.2 Grafik jumlah timbulan sampah gedung 2 ... 79

Gambar 4.3 Sampah Kampus STTIND Padang ... 83

Gambar 4.4 Pewadahan Tong Sampah Gedung 1 ... 84

Gambar 4.5 Pewadahan Tong Sampah Gedung 2 ... 84

Gambar 4.6 Skema Rencana Pengelolaan Sampah STTIND ... 86

Gambar 4.7 Desain Wadah Sampah ... 88

Gambar 4.8 Desain Kontainer Wadah Pengumpulan Sampah ... 89

Gambar 4.9 Desain Alat Angkut ... 90

(12)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran A : Denah Kampus STTIND Padang Lampiran B : Dokumentasi Penelitian

Lampiran C : Timbulan dan Komposisi Sampah Harian Kampus STTIND Padang

(13)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Dalam setiap aktifitasnya, manusia akan menghasilkan residu yang salah satunya berbentuk padat yang disebut sebagai limbah padat atau sampah. Jumlah atau volume sampah sebanding dengan tingkat konsumsi kita terhadap barang/material yang kita gunakan sehari-hari. Di tengah kepadatan aktivitas manusia, penanganan sampah masih menjadi permasalahan serius yang belum bisa tertangani dengan tuntas, terutama di kota-kota besar. Pasalnya, rata-rata tiap orang perhari dapat menghasilkan sampah 1-2 kg dan akan bertambah sejalan dengan meningkatnya kesejahteraan dan gaya hidup masyarakat. Sampah yang tidak mendapat penanganan serius bisa mengakibatkan pencemaran, baik polusi udara, polusi air, maupun polusi tanah (Hadisuwito, 2007).

Salah salah satu tempat yang memiliki potensi produksi sampah yang tinggi dalam suatu kota adalah perguruan tinggi atau universitas. Sekolah Tinggi Teknologi Industri (STTIND) Padang dibawahi oleh Yayasan Muhammad Yamin yang didirikan pada tahun 1982, Kampus STTIND merupakan kampus milik sendiri, yang terletak di dalam kota dan di pinggir jalan utama yaitu Jl. Hamka No. 121 Padang. Tepatnya di depan Bandara Tabing, yang memiliki 2 buah gedung dan terdiri 3 lantai. Dengan pengguna tetap yang berada di perguruan tinggi yang memiliki aktivitas rutin tentu terdapat berbagai jenis sampah setiap harinya. Sampah yang biasa dihasilkan pada bangunan pendidikan seperti sebuah perguruan tinggi berupa sampah organik dan anorganik, sampah yang dapat

(14)

didaur ulang, dan sampah yang tidak dapat olah . Sampah organik berasal dari sisa-sisa makanan atau jajanan para siswa atau pun sisa-sisa masakan dari kantin atau warung makan yang berada lingkungan kampus.

Sampah terdiri dua jenis yaitu sampah organik dan anorganik. Kedua jenis sampah tersebut, menurut Undang-undang nomor 18 tahun 2008, perlu adanya pengelolaan sehingga tidak menimbulkan dampak negatif terhadap kesehatan masyarakat dan lingkungan. Sampah yang merupakan sisa aktivitas manusia setiap hari sering kali menjadi penyebab kotornya lingkungan. Menurut Dwiyatmo (2007:25), bersih atau kotornya lingkungan sangat dipengaruhi oleh manusia yang berada di lingkungan itu.

Manusia sebagai makhluk berakal mendapatkan tugas dari Tuhan untuk memelihara lingkungan ini. Bukan berarti dengan manusia yang memiliki akal bertugas memelihara lingkungan, lingkungan menjadi bersih dan aman. Berbagai permasalahan lingkungan pun bermunculan Permasalahan lingkungan yang dimaksud di sini adalah menyangkut pencemaran, baik pencemaran tanah, air, udara, dan suara, Pencemaran terjadi murni aktivitas manusia dalam rangka memenuhi kebutuhannya.

Suatu institusi perguruan tinggi umumnya terletak di dalam suatu kawasan yang sangat luas dan selalu mengalami perkembangan, baik perkembangan kuantitas bangunan maupun perkembangan dalam jumlah karyawan dan mahasiswa. Semakin banyak jumlah karyawan dan mahasiswa dengan segala aktivitasnya, maka akan semakin banyak pula sampah yang dihasilkan (Purnaini, 2011). Segala kegiatan di dalam kampus bisa menyebabkan dampak negatif dalam

(15)

tingkatan tertentu terhadap lingkungan, Salah satu dari dampak tersebut adalah timbulnya sampah.

Bila dilihat dari sistem pengelolaan persampahan dimana kampus STTIND ini masih menggunakan paradigma lama kumpul – angkut - buang. Pada kenyataannya, penerapakan paradigma lama ini memberikan dampak negatif karena sampah tidak dikelola dan tidak ada upaya pengurangan timbulan sampah. Akibatnya, tempat pembuangan akhir (landfill) menjadi cepat penuh, Padahal kondisi saat ini, mencari lokasi baru untuk landfill sangat sulit & umumnya selalu ditolak oleh masyarakat, dan sampah kalau dibiarkan menumpuk akan menimbulkan bau busuk yang dapat mengganggu lingkungan sekitar. Konsep pengelolaan sampah dengan menggunakan paradigma lama ini sudah saatnya diganti dengan paradigma baru yang menerapkan pengelolaan sampah terpadu. Pengelolaan sampah terpadu ini tidak hanya mengelola sampah tetapi sudah termasuk didalamnya pengurangan sampah sehingga dapat membantu mengurangi beban TPA. Selain itu, adanya pengurangan sampah juga dapat membantu mengurangi tidak hanya peralatan yang digunakan seperti peralatan pengumpulan dan pengangkutan tetapi juga biaya operasional.

Rendahnya kesadaran mahasiswa terhadap lingkungan ini dapat disebabkan oleh minimnya informasi dan pembelajaran bagi mahasiswa mengenai pentingnya pengelolaan kebersihan di lingkungan. Dalam hal operasional pengelolaan sampah, perlu segera diarahkan menuju terciptanya reduksi beban pengelolaan dengan meningkatkan pemanfaatan dan pengolahan sampah melalui pendekatan pola partisipasi mahasiswa. Hal ini dilakukan untuk mengantisipasi terjadinya

(16)

peningkatan beban pengelolaan di masa depan, seperti yang telah dicanangkan secara Nasional di dalam Undang – Undang Persampahan No. 18 Tahun 2008 yang menyatakan bahwa pengelolaan sampah di Indonesia harus menganut paradigma minimasi sampah terbuang ke alam dengan meningkatkan upaya pengurangan (Reduce), penggunaan kembali (Reuse), dan pendaur ulangan (Recycle), dan sangat disadari bahwa pengelolaan sampah memerlukan pemikiran multi dimensi, dengan dilibatkannya peran masyarakat, pengembangan kelembagaan, penataan pembiayaan dan penataan aturan hukum (regulasi).

Seharusnya memiliki sistem pengelolaan sampah yang baik, agar sampah-sampah yang dihasilkan dapat dikelola dengan tepat dan sampah-sampah-sampah-sampah tersebut dapat dimanfaatkan kembali. Banyaknya sampah yang dihasilkan menyebabkan semakin terbatasnya tempat penampungan sampah. Oleh karena itu maka perlu adanya pembahasan dan mengkaji aspek teknis tentang pengelolaan sampah yang ada di Sekolah Tinggi Teknologi Industri (STTIND) Padang.

Berdasarkan latar belakang tersebut, maka penulis ingin melakukan penelitian tentang “Studi Pengelolaan Sampah di Kampus Sekolah Tinggi

(17)

1.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas dapat di identifikasikan beberapa masalah diantaranya :

1. Masih kurangnya pengelolaan sampah di kampus sekolah tinggi teknologi industri (STTIND) Padang

2. Sampah yang menumpuk terlalu lama di kampus STTIND Padang akan menyebabkan bau tidak sedap

3. Sampah yang berserakan di kampus STTIND Padang dapat merusak estetika lingkungan

4. Belum tersedianya fasilitas pewadahan di sumber-sumber timbulan sampah. 5. Sarana dan prasarana pewadahan yang dimiliki belum dimanfaatkan

secara maksimal 1.3 Batasan Masalah

Agar penelitian ini lebih terarah dan sesuai dengan tujuan penelitian yang ingin dicapai, maka ditetapkan batasan masalah yaitu hanya mengkaji aspek teknis pengelolaan sampah dan menghitung jumlah timbulan sampah yang ada di Sekolah Tinggi Teknologi Industri (STTIND) Padang berdasarkan SNI 19-3964-1994

1.4 Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah di peroleh yaitu :

1. Berapa jumlah timbulan sampah yang ada di kampus STTIND Padang ? 2. Bagaimana sarana dan prasarana pewadahan terkait dengan pengelolaan

(18)

3. Bagaimana sistem pengelolaan sampah di kampus STTIND Padang ? 4. Langkah-langkah apa yang perlu dilakukan dalam meningkatkan pengelolaan

sampah di kampus STTIND Padang? 1.5 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian adalah :

1. Mengetahui jumlah timbulan sampah di kampus STTIND Padang

2. Mengetahui sarana dan prasarana pewadahan terkait dengan pengelolaan sampah di kampus STTIND Padang berdasarkan SNI 19-2454-2002

3. Mengetahui sistem pengelolaan sampah di kampus STTIND Padang 4. Menyusun rencana pengelolaan sampah di kampus STTIND Padang 1.6 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari penelitian tersebut adalah sebagai berikut : 1. Bagi penulis

Penulis dapat mengaplikasikan ilmu yang didapat di bangku perkuliahan ke dalam bentuk penelitian, dan meningkatkan kemampuan penulis dalam menganalisa suatu permasalahan serta menambah wawasan penulis khususnya di bidang keilmuan teknik lingkungan.

2. Bagi institusi STTIND Padang

Dapat dijadikan sebagai salah satu masukan untuk pembuatan jurnal dan dapat dijadikan sebagai referensi dan pedoman bagi mahasiswa yang akan melakukan penelitian, dapat di jadikan perbaikan sarana dan prasarana dalam tempat pewadahan sampah biar lebih terkelola.

(19)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan Umum STTIND Padang

Sekolah Tinggi Teknologi Industri Padang dibawahi oleh Yayasan Muhammad Yamin yang didirikan pada tahun 1982, Kampus STTIND merupakan kampus milik sendiri, yang terletak di dalam kota dan di pinggir jalan utama yaitu Jl. Hamka No. 121 Padang. Tepatnya di depan Bandara Tabing, yang memiliki 2 (dua) buah gedung dan terdiri ruang kantin, laboratorium, perpustakaan dan ruang kuliah dengan tiga (3) lantai, sedangkan gedung dua (2) terdiri dari 2 (dua) lantai.

(20)

2.1.1 Sarana dan Prasarana Kampus STTIND Padang

Berdasarkan pengamatan pendahuluan di lapangan, timbulan sampah yang ada di kampus STTIND Padang berasal dari seluruh sarana prasarana sekolah baik dari sarana prasarana utama maupun sarana penunjang. Berikut beberapa sarana dan prasarana yang ada di kampus STTIND Padang :

a. Ruang kuliah terdiri dari ruang berlantai 3 dengan 8 ruang serta dilengkapi whiteboard, Over Head Projector dan AC dan Fan

b. Aula dengan fasilitas AC, LCD Proyektor, Layar, Whiteboard

c. Ruang seminar yang dilengkapi dengan whiteboard, Over Head Projector dan kipas angin

d. Perpustakaan STTIND tersedia koleksi buku -buku yang relevan dengan mata kuliah bagi mahasiswa untuk dipinjam dalam rangka menunjang proses perkuliahan

e. Laboratorium Komputer sistem Warlles dan LAN Internet, yang digunakan untuk praktek komputer dalam rangka meningkatkan kemampuan mahasiswa dalam bidang informasi dan komputer

f. Laboratorium Proses Produksi : terdiri dari berbagai fasilitas mesin produksi seperti mesin bubut, mesin bor, mesin gerinda dan lain lain untuk menunjang perkuliahan Proses Produksi I dan Proses Produksi II g. Laboratorium Perancangan Sistem Kerja dan Ergonomi : Laboratorium

ini digunakan dalam Praktek Perancangan Sistem Kerja dan Ergonomi yang tujuannya untuk meningkat kualitas mahasiswa dalam perancangan sistem kerja dan ergonomi

(21)

h. Laboratorium Sistem Produksi : Laboratorium ini digunakan dalam praktek Perencanaan dan Pengendalian Produksi dan Sistem Produksi

i. Studio TLFP : Studio ini digunakan dalam Praktikum Perancangan Tata Letak Fasilitas Pabrik

j. Laboratorium biologi dan mikrobiologi, laboratorium Air, digunakan untuk pratikum praktek Laboratorium lingkungan

k. Jaringan Local Area Network (LAN) seluruh unit komputer yang ada. Untuk gambar denah kampus gedung 1 dan gedung 2 STTIND Padang dapat dilihat pada lampiran belakang

2.1.2 Jumlah Mahasiswa dan Pegawai Kampus STTIND Padang

Kampus STTIND Padang terdapat empat (4) program studi yang terdiri dari : a. Teknik pertambangan

b. Teknik industri c. Teknik lingkungan d. Sistem informasi

Jumlah mahasiswa teknik pertambangan 427 orang, jumlah mahasiswa teknik lingkungan 116 orang, jumlah mahasiswa teknik industri 137 orang dan jumlah mahasiswa sistem informasi 58 orang. Sedangkan jumlah karyawan/pegawai terdiri dari pustakawan 2 orang, teknisi/operator penjaga labor ada 6 orang, administrasi 16 orang dan satpam 3 orang.

(22)

Tabel 2.1 Jumlah mahasiswa dan pegawai aktif kampus STTIND Padang No Nama populasi (orang) Jumlah populasi (orang)

1. Mahasiswa 738

2. Pegawai 27

Total 765

Sumber : bagian Kepegawaian sttind Padang 2017

2.2 Pengertian Sampah

Menurut Slamet J.S (2002), sampah adalah segala sesuatu yang tidak lagi dikehendaki oleh yang punya dan bersifat padat. Sementara didalam Naskah Akademis Rancangan Undang-undang Persampahan disebutkan sampah adalah sisa suatu usaha dan atau kegiatan yang berujud padat atau semi padat berupa zat organik atau an organik bersifat dapat terurai maupun tidak dapat terurai yang dianggap sudah tidak berguna lagi dan dibuang ke lingkungan.

Sampah dapat didefinisikan sebagai semua buangan yang dihasilkan dari aktivitas manusia dan hewan yang berupa padatan, yang dibuang karena sudah tidak berguna atau diperlukan lagi. Pengertian sampah menurut SK SNI T – 13 – 1990 – F adalah limbah yang bersifat padat terdiri dari zat organik dan zat anorganik yang dianggap tidak berguna lagi dan harus dikelola agar tidak membahayakan lingkungan dan melindungi investasi pembangunan. Sedangkan menurut WHO, sampah adalah sesuatu yang tidak digunakan, tidak dipakai, tidak disenangi atau sesuatu yang dibuang berasal dari kegiatan manusia dan tidak terjadi dengan sendirinya.

(23)

Dalam Bahar Yul, H. (1986), sampah diidentifikasikan menurut jenis-jenisnya yaitu :

a. Garbage atau sampah basah yaitu sampah yang berasal dari sisa pengolahan, sisa pemasakan, atau sisa makanan yang telah membusuk, tetapi masih dapat digunakan sebagai bahan makanan organisme lainnya.

b. Rubbish atau sampah kering yaitu sampah sisa pengolahan yang tidak mudah membusuk dan dapat pula dibagi atas dua golongan, yaitu :

- Sampah yang tidak mudah membusuk, tetapi mudah terbakar - Sampah yang tidak mudah membusuk dan tidak mudah terbakar

c. Ashes dan cinder, yaitu berbagai jenis abu dan arang yang berasal dari kegiatan pembakaran

d. Dead animal, yaitu sampah yang berasal dari bangkai hewan

e. Street sweeping,yaitu sampah atau kotoran yang berserakan di sepanjang jalan

f. Industrial waste merupakan sampah berasal dari kegiatan industri, sampah jenis ini biasanya lebih homogen bila dibandingkan dengan sampah jenis lainnya

Menurut Dirjen Cipta Karya (1992), sampah diklasifikasikan sebagai berikut: a. Sampah basah (garbage), yaitu sampah yang berasal dari sisa hasil

pengolahan, sisa makanan atau sisa makanan yang telah membusuk, tetapi masih dapat digunakan sebagai makanan organisme lainnya

b. Sampah kering (rubbish), yaitu sampah sisa pengolahan yang tidak mudah membusuk. Sampah kering dapat dibagi menjadi dua golongan, yaitu

(24)

sampah yang tidak mudah membusuk tetapi mudah terbakar

c. Sampah lembut, yaitu sampah yang berasal dari berbagai jenis abu, merupakan partikel-partikel kecil yang mudah berterbangan dan dapat mengganggu pernafasan dan mata

d. Sampah berbahaya, terdiri dari sampah patogen (berasal dari rumah sakit atau klinik), sampah beracun (yaitu sampah sisa-sisa pestisida, kertas bekas pembungkus bahan-bahan beracun, dan lain-lain), sampah radioaktif (sampah dari bahan nuklir), dan sampah yang dapat meledak (petasan, mesiu, dan sebagainya).

e. Sampah balokan (bulky waste), seperti mobil rusak, kulkas rusak, pohon tumbang, balok kayu, dan sebagainya

f. Sampah jalan, yaitu sampah atau kotoran yang berserakan di sepanjang jalan seperti sisa-sisa pembungkus dan sisa makanan, kertas, dan daun

g. Sampah binatang mati, seperti bangkai tikus, ayam, dan lain-lain

h. Sampah bangunan, seperti potongan kayu, pecahan atap genteng, bata, buangan adukan

i. Sampah industri, merupakan sampah yang berasal dari kegiatan industri. j. Sampah khusus, yaitu sampah dari benda-benda berharga, atau sampah

dokumentasi

k. Sampah kandang atau pemotongan hewan, dapat pula berupa kotoran hewan, sisa makananya, sisa-sisa daging, tulang, isi perut, dan sebagainya l. Sampah lumpur, yaitu sampah setengah padat yang dapat berasal dari

(25)

tank, dan sebagainya.

Menurut Dirjen Cipta Karya (1992), sampah mempunyai karakteristik yang berbeda antara lain sebagai berikut:

1) Komposisi sampah

Komposisi sampah dibagi menjadi dua golongan, yaitu: a. Komposisi fisik

Komposisi fisik sampah mencakup besarnya prosentase dari komponen pembentuk sampah yang terdiri dari organik, kertas, kayu, logam, kaca, plastik, dan lain-lain.

b. Komposisi kimia

Umumnya komposisi kimia sampah terdiri dari unsur Karbon, Hidrogen, Oksigen, Nitrogen, Sulfur, Fosfor, serta unsur lainnya yang terdapat dalam protein, karbohidrat, dan lemak. Komposisi kimia sampah erat kaitannya dengan pemilihan alternatif pengelolaan dan pemanfaatan tanah.

2) Kepadatan sampah

Kepadatan sampah menyatakan berat sampah persatuan volume (Tchobanoglous, et al, 1993). Dirjen Cipta Karya (1992) menyebutkan bahwa informasi kepadatan sampah diperlukan untuk menentukan ketebalan dari lapisan sampah yang akan dibuang pada sistem Sanitary Landfill. Sedangkan bila menggunakan sistem pengolahan maka informasi ini diperlukan untuk merencanakan dimensi unit proses.

(26)

2.2.1 Jenis-jenis Sampah

Menurut Gelbert dkk. (1996) sampah dikelompokan berdasarkan asalnya, sampah padat dapat digolongkan sebagai :

1) Sampah Organik, terdiri dari bahan-bahan penyusun tumbuhan dan hewan yang diambil dari alam atau dihasilkan dari kegiatan pertanian, perikanan atau yang lain. Sampah ini dengan mudah diuraikan dalam proses alami. Sampah rumah tangga sebagian besar merupakan bahan organik. Termasuk sampah organik, misalnya sampah dari dapur, sisa tepung, sayuran, kulit buah, dan daun.

2) Sampah Anorganik, berasal dari sumber daya alam tak terbarui seperti mineral dan minyak bumi, atau dari proses industri. Beberapa dari bahan ini tidak terdapat di alam seperti plastik dan aluminium. Sebagian zat anorganik secara keseluruhan tidak dapat diuraikan oleh alam, sedang sebagian lainnya hanya dapat diuraikan dalam waktu yang sangat lama. Sampah jenis ini pada tingkat rumah tangga, misalnya berupa botol, botol plastik, tas plastik, dan kaleng.

2.2.2 Sumber-Sumber Timbulan Sampah

Menurut Gelbert dkk. (1996), sumber-sumber timbulan sampah adalah sebagai berikut :

1) Sampah permukiman, yaitu sampah rumah tangga berupa sisa pengolahan makanan, perlengkapan rumah tangga bekas, kertas, kardus, gelas, kain, sampah kebun/halaman, dan lain-lain.

(27)

bahan organik, seperti jerami dan sejenisnya. Sebagian besar sampah yang dihasilkan selama musim panen dibakar atau dimanfaatkan untuk pupuk. Untuk sampah bahan kimia seperti pestisida dan pupuk buatan perlu perlakuan khusus agar tidak mencemari lingkungan. Sampah pertanian lainnya adalah lembaran plastik penutup tempat tumbuh- tumbuhan yang berfungsi untuk mengurangi penguapan dan penghambat pertumbuhan gulma, namun plastik ini bisa didaur ulang.

3) Sampah dari sisa bangunan dan konstruksi gedung. Sampah yang berasal dari kegiatan pembangunan dan pemugaran gedung ini bisa berupa bahan organik maupun anorganik. Sampah organik, misalnya: kayu, bambu, triplek. Sampah anorganik, misalnya : semen, pasir, spesi, batu bata, ubin, besi dan baja, kaca, dan kaleng.

4) Sampah dari perdagangan dan perkantoran. Sampah yang berasal dari daerah perdagangan seperti : toko, pasar tradisional, warung, pasar swalayan ini terdiri dari kardus, pembungkus, kertas, dan bahan organik termasuk sampah makanan dan restoran.Sampah yang berasal dari lembaga pendidikan, kantor pemerintah dan swasta biasanya terdiri dari kertas, alat tulis-menulis (bolpoint, pensil, spidol, dll), toner foto copy, pita printer, kotak tinta printer, baterai, bahan kimia dari laboratorium, pita mesin ketik, klise film, computer rusak, dan lain-lain.

5) Sampah dari industri Sampah ini berasal dari seluruh rangkaian proses produksi (bahan-bahan kimia serpihan/potongan bahan), perlakuan dan pengemasan produk (kertas, kayu, plastik, kain/lap yang jenuh dengan

(28)

pelarut untuk pembersihan). Sampah industri berupa bahan kimia yang seringkali beracun memerlukan perlakuan khusus sebelum dibuang.

2.2.3 Timbulan Sampah

Faktor-faktor yang mempengaruhi timbulan sampah adalah :

1. Jumlah penduduk, artinya jumlah penduduk meningkat timbulan sampah meningkat

2. Keadan sosial ekonomi, semakin tinggi keadaan sosial ekonomi seseorang akan semakin banyak timbulan sampah perkapita yang dihasilkan

3. Kemajuan teknologi, akan menambah jumlah dan kualitas sampahnya, rata-rata timbulan sampah biasanya akan bervariasi dari hari ke hari, antara satu daerah dengan daerah lainnya, antara satu negara dengan negara lain Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi timbulan sampah antara lain : a. Tingkat hidup makin tinggi, tingkat hidup makin banyak sampah yang

ditimbulkan

b. Pola hidup dan mobilitas masyarakat c. Kepadatan dan Jumlah penduduk d. Iklim dan musim

e. Pola penyediaan kebutuhan hidup dan penanganan makanan f. Letak geografis dan topografi

Berdasarkan data BPS tahun 2000 dalam Wibowo dan Djajawinata (2004), dari 384 kota menimbulkan sampah sebesar 80.235,87 ton setiap hari, penanganan sampah yang diangkut ke dan dibuang ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA) adalah sebesar 4,2 %, yang dibakar sebesar 37,6% , yang dibuang ke

(29)

sungai 4,9 % dan tidak tertangani sebesar 53,3 %.1 Hal tersebut disebabkan oleh beberapa hal, diantaranya pertambahan penduduk dan arus urbanisasi yang pesat telah menyebabkan timbulan sampah pada perkotaan semakin tinggi, kendaraan pengangkut yang jumlah maupun kondisinya kurang memadai, sistem pengelolaan TPA yang kurang tepat dan tidak ramah lingkungan, dan belum diterapkannya pendekatan reduce, reuse dan recycle (3 R)

Meningkatnya populasi mahasiswa disetiap tahun nya maka jumlah sampah yang di hasilkan setiap perguruan tingggi atau sekolah makin meningkat. Secara umum komposisi dari timbulan sampah Berdasarkan data pada SK SNI S-00-1993-03 tentang spesifikasi timbulan sampah di Indonsia berdasarkan komponen-komponen sumber sampah adalah sebagai berikut :

(30)

Tabel 2.2 Besaran Timbulan Sampah berdasarkan komponen-komponen Sumber Timbulan

No Sumber Sampah Satuan Volume (liter) Berat (Kg) 1 Rumah Permanen Per orang/hari 2,25-2,50 0,35-0,40 2 RumahSemi permanen Per orang/hari 2,00-2,25 0,30-0,35 3 Rumah nonpermanen Per orang/hari 1,75-2,00 0,25-0,30

4 Kantor Per pegawai/hari 0,50-0,75 0,025-0,10 5 Toko/ruko Per petugas/hari 2,50 - 3,00 0,15 - 0,35 6 Sekolah Per murid/hari 0,10 - 0,15 0,01 – 0,02 7 Jalan arteri sekunder Per meter/hari 0,10 – 0,15 0,02 – 0,10 8 Jalan kolektor sekunder Per meter/hari 0,10 – 0,15 0,01 – 0,05

9 Jalan lokal Per meter/hari 0,05 – 0,10 0,005 – 0,025 10 Pasar Per meter2/hari 0,20 – 0,60 0,1 – 0,3 Sumber : SNI S – 04 – 1993 – 03

Timbulan sampah dapat dinyatakan dalam (Damanhuri, 2004):

1. Satuan berat: kilogram per orang per hari (Kg/org/h) atau kilogram per meter persegi bangunan per hari (Kg/m2/h) atau kilogram per tempat tidur per hari (Kg/bed/h) dan sebagainya

2. Satuan volume: liter/orang/hari(L/o/h) liter per meter persegi bangunan per hari (L/m2/h)

(31)

Jumlah timbulan sampah yang ditimbulkan dapat dikelompokkan berdasarkan harian, mingguan, bulanan, atau berdasarkan musim. Jumlah timbulan sampah yang ditimbulkan dipengaruhi oleh banyak faktor, diantaranya adalah sebagai berikut (Tchnobanoglous, 1993) :

1) Proses reduksi di sumber, dapat dilakukan dengan cara a. Minimasi bahan-bahan yang bersifat toksik

b. Meminimasi volume material dan ukuran bahan pembungkus c. Memperpanjang masa pemakaian produk

d. Meningkatkan jumlah material yang dapat didaur ulang 2) Faktor recycle

Dengan adanya berbagai program daur ulang (recycle) akan mempengaruhi jumlah sampah yang ditimbulkan atau yang akan dibuang

3) Peraturan

Peraturan atau legislasi ini merupakan faktor penting yang mempengaruhi timbulan sampah yang ditimbulkan, peraturan mengatur pemakaian material spesifik

4) Faktor geografi dan faktor fisik Faktor ini terdiri atas:

a. Lokasi

b. Faktor lokasi sangat berpengaruh terhadap jumlah dan tipe sampah tertentu yang dihasilkan, serta periode waktu dihasilkannya sampah tersebut

(32)

Jumlah sampah yang ditimbulkan dapat sama, tapi belum tentu frekuensi pengumpulannya bersamaan. Pada umumya, tempat pengumpulan disediakan tidak terbatas, sehingga banyak sampah yang terkumpul, dan juga sampah ini tidak dibuang sekaligus dalam satu waktu

d. Musim

Musim juga mempengaruhi jumlah dan tipe sampah yang ditimbulkan, dan biasanya akan bervariasi pada musim yang berbeda. Faktor ini haruslah dievaluasi secara terpisah untuk masing-masing situasi.

Besar timbulan sampah dalam satu hari dinyatakan sebagai debit timbulan sampah (Q). Debit timbulan sampah domestik dan komersil (QT) adalah penjumlahan debit timbulan untuk daerah domestik (Qd) yang merupakan perkalian satuan timbulan sampah kota untuk daerah domestik (qd) dengan jumlah populasi domestik (Pd) dengan debit timbulan sampah komersil (Qk) yang merupakan perkalian dari satuan timbulan sampah komersil (qk) dengan luas daerah komersil (Ak) (Damanhuri, 2004).

Kuantitas sampah dalam satu hari dinyatakan sebagai debit timbulan sampah (Q). Debit timbulan sampah domestik dan komersil (QT) adalah penjumlahan debit timbulan untuk daerah domestik (Qd) yang merupakan perkalian satuan timbulan sampah kota untuk daerah domestik (qd) dengan jumlah populasi domestik (Pd) dengan debit timbulan sampah komersil (Qk) yang merupakan perkalian dari satuan timbulan sampah komersil (qk) dengan luas daerah komersil (Ak) (Damanhuri, 2004).

(33)

Sedangkan timbulan sampah domestik dan komersil (qt) adalah penjumlahan satuan timbulan sampah kota untuk daerah domestik (qd) dengan satuan timbulan sampah komersil yang diekivalenkan (qc)

Pertambahan jumlah timbulan sampah dari tahun ke tahun bersifat kuadratis. Proyeksi timbulan sampah dapat dihitung dengan persamaan berikut :

keterangan: qn = Proyeksi timbulan sampah pada tahun ke-n qo = Proyeksi timbulan awal tahun perencanaan n = Waktu perencanaan TPA (20-25 tahun)

q = Dipengaruhi oleh pertumbuhan pertanian, industri, pertambahan penduduk dan income

QT = Qd + Qk Qd = qd x Pd Qk = qk x Ak qt = qd + qe qe = qk x Ak qn = qo n q       ) 100 ( 1

(34)

keterangan: m = Pertambahan produksi makanan/pertanian, % ∆i = Pertambahan industri, %

∆g = Pertambahan gross national income, % ∆p = Pertambahan penduduk.

Debit timbulan sampah dapat dihitung dengan cara:

keterangan: qe = Debit satuan ekivalen (Lkh) Ak = Luas daerah komersil (Ha) P = Populasi kota

qk = Debit timbulan sampah daerah komersil (L/Ha/h) qt = Debit satuan sampah seluruh kota (Lkh)

qd = Debit satuan sampah daerah domestik (Lkh)

Penentuan timbulan sampah mempunyai ruang lingkup bahwa yang diamati adalah pola timbulan sampah pada suatu daerah dengan pengamatan yang meliputi (Damanhuri, 2004):

a. Timbulan sampah

b. Tingkat timbulan sampah

c. Komposisi fisik serta pemisahan organik dan anorganik

q =             ) 1 ( ) ( 3 1 1 p g i m qc = qk P AK       qt = (qd + qe) lkh

(35)

d. Komposisi kimiawi

Prinsip dasar penentuan timbulan sampah adalah sebagai berikut (Damanhuri, 2004) :

a. Menggunakan metode yang tepat b. Periode dilaksanakan secara konsisten c. Menggunakan alat ukur yang sama d. Jumlah sampel yang mencukupi

e. Disajikan dalam format informasi sesuai dengan yang dibutuhkan

Langkah umum penentuan timbulan sampah untuk pengelolaan persampahan pada suatu wilayah adalah (Damanhuri, 2004)

a. Penetapan tujuan

b. Penentuan satuan timbulan sampah diperlukan untuk perencanaan, evaluasi atau untuk keperluan lainnya

c. Penyiapan data-data yang diperlukan

d. Penetapan metode sampling dan jumlah sampel e. Penetapan periodesasi mingguan dan bulanan f. Pelaksanaan

g. Penyajian dan pengolahan data disesuaikan dengan sasaran kebutuhan informasi.

(36)

Estimasi terhadap kuantitas sampah dapat dilakukan dengan menggunakan beberapa metode, yaitu (Damanhuri, 2004):

1. Analisis perhitungan beban

Dihitung berdasarkan beban masing-masing kendaraan dan karakteristik sampah pada periode tertentu

2. Analisis berat volume

Cara mendapatkan data dengan menimbang dan mengukur beban kendaraan 3. Analisis keseimbangan material

Dengan menentukan keseimbangan material dari tiap-tiap sumber, proses yang harus dilakukan:

a. Menentukan daerah studinya

b. Mengidentifikasi aktivitas yang menghasilkan sampah c. Menghitung timbulan sampah yang dihasilkan

Rata-rata timbulan sampah biasanya akan bervariasi dari hari ke hari, antara satu daerah dengan daerah lainnya dan antara satu negara dengan negara lainnya. Variasi ini terutama disebabkan oleh perbedaan, antara lain (Damanhuri, 2004):

1. Jumlah penduduk dan tingkat pertumbuhannya 2. Tingkat hidup

3. Makin tinggi tingkat hidup masyarakat, makin besar timbulan sampahnya; 4. Musim

5. Di Negara barat, timbulan sampah akan mencapai angka minimum pada musim panas

(37)

7. Iklim

2.3 Cara dan Teknik Pengelolaan Sampah

Pengelolaan sampah dapat didefinisikan sebagai suatu bidang yang berhubungan dengan pengendalian terhadap timbulan sampah, penyimpanan, pengumpulan, pemindahan dan pengangkutan, pengolahan, dan pembuangan sampah dengan suatu cara yang sesuai dengan prinsip-prinsip terbaik yang berhubungan dengan kesehatan masyarakat, ekonomi, teknik, perlindungan alam, keindahan dan pertimbangan lingkungan lainnya serta mempertimbangkan masyarakat luas. (Tchobanoglous et all, 1993). Dengan demikian pengelolaan sampah merupakan suatu cara untuk menyikapi sampah agar dapat memberikan suatu manfaat dan tidak merusak lingkungan.

1. Cara Pengelolaan Sampah

Untuk mengelola sampah yang terkumpul tersedia 3 cara yang dapat dilakukan, yaitu dengan menimbun di suatu tempat, dengan mengabukan dan dengan daur ulang atau recycling ke proses-proses lain.

a. Penimbunan

Cara penimbunan sampah yang paling sederhana ialah penimbunan terbuka, yaitu sampah dikumpulkan begitu saja disuatu tempat yang dipilih jauh dari tempat aktifitas masyarakat, sehingga tidak menimbulkan banyak gangguan. Cara penimbunan sampah yang baik ialah dengan cara menimbun sampah di bawah tanah, atau digunakan untuk mengurug tanah berawa yang kemudian ditutup dengan lapisan tanah. Dengan demikian proses dekomposisi berlangsung

(38)

dibawah tanah, sehingga apabila terdapat kuman berbahaya tidak tersebar ke dalam udara. Namun cara ini juga masih menimbulkan masalah seperti pencemaran air tanah yang dapat mempengaruhi air sumur dan air selokan yang dekat dengan sampah tersebut.

Pengelolaan sampah dengan cara penimbunan melibatkan beberapa pihak dengan urutan :

1) Masyarakat membuang sampah ke tempat pembuangan sampah sementara 2) Petugas dinas kebersihan mengangkut sampah dari tempat timbunan

sementara dengan memadatkan sampah terlebih dahulu lalu dibuang ke tempat pembuangan akhir

3) Pemungut sampah memungut sampah- sampah seperti botol, bahan plastik, rongsokan besi

4) Sampah yang ditimbun di tempat penimbunan akhir sebaiknya ditimbun di dalam tanah agar hancur oleh mikroorganisme

b. Mengabukan

Mengabukan atau insinerasi (incineration) sampah, ini sering dilakukan untuk mengurangi jumlah sampah yang ada. Prosesnya tidak sama dengan membakar sampah begitu saja di tempat terbuka. Sampah dibakar di dalam dapur khusus, pencemaran-pencemaran yang keluar dari hasil pembakaran yang berupa abu dan bahan-bahan lain yang volumenya tinggal sedikit, ditimbun atau dipendam di tempat yang telah disediakan. Pada proses insinerasi timbul panas, sehingga merupakan sumber energi yang dapat dimanfaatkan untuk membangkitkan tenaga uap atau listrik.

(39)

Proses insinerasi mempunyai beberapa keuntungan :

1) Mengurangi masalah kesehatan yang berhubungan penimbunan sampah 2) Mengurangi volume sampah hingga 80%

3) Kotoran dan sampah dapat dikerjakan bercampur, tidak perlu dipisah- pisahkan

4) Alat yang digunakan dapat dibuat untuk berbagai ukuran, untuk keperluan besar, sedang, atau kecil Sisa pembakarannya kecil dan tidak berbau dan mudah ditangani

c. Daur-ulang atau recycling

Recycling ialah suatu proses yang memungkinkan bahwa, bahan-bahan yang terbuang dapat dimanfaatkan lagi, sehingga seolah-olah tidak ada bahan buangan. Terdapat berbagai bentuk pemanfaatan buangan sehingga sebagian besar dari masalah sampah dapat teratasi. Bahan organik seperti daun, kayu, kertas, dan sisa makanan, kotoran, dan sebagainya dapat dijadikan kompos dengan pertolongan mikro-organisme.

Kompos berupa bahan organik yang mengalami dekomposisi seperti humus yang berguna sebagai pupuk dan juga dapat memperbaiki struktur tanah. Sampah yang terdiri dari logam dapat diolah lagi menjadi bahan mentah industry.

Recycling lain yang dapat dilakukan ialah dengan melakukan proses destilasi kering. Sampah dimasukkan kedalam ruang tertutup dipanaskan tanpa diberi udara. Karena dengan pemanasan tersebut sampah mengeluarkan berbagai macam gas yang dapat dimanfaatkan.

(40)

2.4 Sistem Pengelolaan Sampah

Pengelolaan sampah adalah pengaturan yang berhubungan dengan pengendalian timbulan sampah, penyimpanan, pengumpulan, pemindahan dan pengangkutan, pengolahan dan pembuangan sampah dengan cara yang merujuk pada dasar-dasar yang terbaik mengenai kesehatan masyarakat, ekonomi, teknik, konservasi, estetika dan pertimbangan lingkungan yang lain dan juga tanggap terhadap perilaku massa.

Pengelolaan persampahan mempunyai tujuan yang sangat mendasar yang meliputi meningkatkan kesehatan lingkungan dan masyarakat, melindungi sumber daya alam (air), melindungi fasilitas sosial ekonomi dan menunjang sektor strategis .

Sistem pengelolaan sampah pada dasarnya dilihat sebagai komponen-komponen sub sistem yang saling mendukung satu sama lain untuk mencapai tujuan yaitu kampus yang bersih, sehat dan teratur. Komponen-komponen tersebut meliputi :

1. Sub sistem teknis Operasional (sub sistem teknik)

2. Sub sistem organisasi dan manajemen (sub sistem Institusi) 3. Sub sistem hukum dan Peraturan (sub sistem Hukum) 4. Sub sistem Pembiayaan (sub sistem finansial)

(41)

2.4.1 Aspek Teknis Operasional

Aspek teknis operasional ini meliputi sistem pewadahan, sistem pengumpulan, sistem transfer dan transportasi dan sistem pembuangan akhir. Elemen-elemen yang terdapat pada pengelolaan sampah dan hubungan antar elemen tersebut dapat dilihat pada diagram berikut:

Tabel 2.3 Hubungan antara elemen-elemen pengelolaan sampah

Sumber: Tchobanoglous, 1993

2.4.1.1 Sistem Pewadahan

Pewadahan merupakan langkah awal dalam sistem pengelolaan sampah. Pewadahan sangat dibutuhkan karena sampah yang dihasilkan bila dibiarkan akan berdampak pada kesehatan masyarakat dan estetika. Setiap sampah yang ditimbulkan dari sumber akan ditampung dalam suatu wadah, baik itu permanen ataupun tidak. Sumber Sampah Pewadahan Pengumpulan Transfer dan Transport Pengolahan Pembuangan akh

(42)

Pewadahan sampah merupakan cara penampungan sampah sementara di sumbernya baik individual maupun komunal. Wadah sampah individual biasanya ditempatkan di depan rumah atau bangunan lainnya. Sedangkan wadah sampah komunal ditempatkan di tempat terbuka yang mudah diakses. Sampah diberi wadah untuk memudahkan dalam pengangkutan (Damanhuri, 2004).

Pewadahan adalah aktivitas menampung sampah sementara dalam suatu wadah individual atau komunal ditempat sumber sampah (SNI 19-2454-2002). Pewadahan merupakan tahap awal dalam sistem pengelolaan sampah terpadu metode 3R yang merupakan komponen yang bersentuhan langsung dengan masyarakat. Dalam pemilihan teknologi untuk pewadahan, maka ada beberapa kriteria yang sebaiknya diikuti dengan benar yaitu :

1. Volume pewadahan minimal dapat menampung sampah dari penghuni untuk jangka waktu minimal 3 hari untuk sampah non organik dan 1 hari untuk sampah organik

2. Terbuat dari bahan yang cukup kuat, tahan basah untuk sampah organik, sehingga umur teknis dari pewadahan minimal dapat mencapai 6 bulan 3. Pada metode pewadahan terpilah sesuai prinsip 3R maka setiap wadah dapat

menyimpan sesuai jenis sampah yang akan disimpan. Oleh karena itu, pada perencanaan perlu dirujuk hasil penelitian lapangan komposisi sampah setempat

4. Bahan wadah yang paling baik dapat diperoleh secara lokal

5. Pada metode pewadahan terpilah 3R, warna wadah sebaiknya spesifik untuk tiap jenis sampah

(43)

6. Wadah dilengkapi dengan tutup untuk menambah estetika yang lebih baik 7. Mudah dalam operasi pemasukan sampah maupun pengosongan sampah 8. Mudah dalam perawatan

Mengingat bahaya-bahaya yang dapat ditimbulkan oleh sampah, maka wadah sampah yang digunakan sebaiknya memenuhi persyaratan sebagai berikut (Damanhuri, 2004):

a. Kuat dan tahan terhadap korosi b. Kedap air

c. Tidak mengeluarkan bau

d. Tidak dapat dimasuki serangga dan binatang

e. Kapasitasnya sesuai dengan sampah yang akan ditampung

Dalam penentuan jenis dan sistem pewadahan yang akan digunakan perlu diperhatikan faktor-faktor berikut (Damanhuri, 2004):

a. Pengaruh pewadahan terhadap komponen sampah b. Tipe wadah/kontainer yang akan digunakan c. Lokasi kontainer

d. Kesehatan masyarakat dan segi estetika

Berdasarkan ketentuan dari SNI 19-2454-2002 jenis pewadahan terbagi dua, yaitu:

1. Pewadahan individual

Pewadahan individual adalah aktivitas penanganan penampungan sampah sementara, dalam suatu wadah khusus untuk dan dari sampah individu

(44)

2. Pewadahan komunal

Pewadahan komunal adalah aktivitas penanganan penampungan sampah sementara, dalam suatu wadah bersama baik dari berbagai sumber maupun sumber umum

Berdasarkan letak dan kebutuhan dalam sistem penanganan sampah maka pewadahan sampah dapat dibagi menjadi beberapa tingkat (level), yaitu (Damanhuri, 2004):

1) Level-1: wadah sampah yang menampung sampah langsung di sumbernya. Pada umumnya wadah sampah pertama ini diletakkan di tempat-tempat yang terlihat dan mudah dicapai oleh pemakai, misalnya diletakkan di dapur, di ruang kerja dan sebagainya. Biasanya wadah sampah jenis ini adalah tidak statis, tetapi mudah diangkat dan dibawa ke wadah sampah level-2

2) Level-2: bersifat sebagai pengumpul sementara, merupakan wadah yang menampung sampah dari wadah level-1 maupun langsung dari sumbernya. Wadah sampah level-2 ini diletakkan di luar kantor, sekolah, rumah, atau tepi jalan atau dalam ruang yang disediakan, seperti dalam apartemen bertingkat. Melihat perannya yang berfungsi sebagai titik temu antara sumber sampah dan sistem pengumpul, maka guna kemudahan dalam pemindahannya, wadah sampah ini seharusnya tidak bersifat permanen, seperti yang diarahkan dalam SNI tentang pengelolaan sampah di Indonesia namun pada kenyataannya di permukiman pemanen, akan dijumpai wadah

(45)

sampah dalam bentuk bak sampah permanen di depan rumah, yang menambah waktu operasi untuk pengosongannya.

3) Level-3: merupakan wadah sentral, biasanya bervolume besar yang akan menampung sampah dari wadah level-2, bisa sistem memang membutuhkan. Wadah sampah ini sebaiknya terbuat dari konstruksi khusus dan ditempatkan sesuai dengan sistem pengangkutan sampahnya. Mengingat bahaya-bahaya yang dapat ditimbulkan oleh sampah tersebut, maka wadah sampah yang digunakan sebaiknya memenuhi persyaratan sebagai berikut: kuat dan tahan terhadap korosi, kedap air, tidak mengeluarkan bau, tidak dapat dimasuki serangga dan binatang, serta kapasitasnya sesuai dengan sampah yang akan ditampung.

Jenis-jenis pewadahan yang biasa digunakan adalah (Damanhuri, 2004):

a. Untuk pemukiman, biasanya digunakan kantong plastik ( 30 liter), bin atau tong plastik m ( 40 liter) dan bak sampah

b. Untuk pasar, biasanya digunakan bin atau tong (70 liter, 120 liter, 240 liter), bak sampah dan gerobak sampah (1 m3)

c. Untuk pertokoan, biasanya digunakan kantong plastik (30 liter) dan bin atau tong (40 liter, 70 liter, 120 liter, 240 liter)

d. Untuk bangunan institusi, biasanya digunakan kontainer (1m3, 8m3) dan bak sampah

e. Untuk tempat umum dan jalan taman, biasanya digunakan bin (120 liter, 240 liter), tong (70 liter) dan bak sampah

(46)

Tipikal Pola dan karakteristik pewadahan sampah dapat dilihat pada tabel 2.4

Tabel 2.4 Pola dan Karakteristik Pewadahan Sampah

No Karakteristik dan Pola Pewadahan

Individual Komunal

1. Bentuk Jenis - Kotak, silinder, kontainer, bin (tong), semua tertutup dan kantong

- Kotak, silinder, kontainer, bin (tong), semua tertutup dan kantong

2. Sifat - Ringan, mudah

dipindahkan dan dikosongkan

- Ringan, mudah dipindahkan dan dikosongkan

3. Bahan - Logam, plastik,

fiberglass (GRP), kayu, bambu, rotan, kertas

- Logam., plastik, fiberglass (GRP), kayu, bambu, rotan 4. Volume - Pemukiman dan toko

kecil ukuran 10-40 ltr - Kantor, toko besar,

hotel, rumah makan ukuran 100– 500 ltr;

- Pinggir jalan dan taman ukuran 30–40 ltr

- Untuk pemukiman dan pasar ukuran 100-1000 ltr;

5. Pengadaan - Pribadi, instansi, pengelolaan.

- Intstansi pengelola.

Sumber: Damanhuri, 2004

2.4.1.2 Sistem Pengumpulan

Pengumpulan sampah merupakan kegiatan operasi yang dimulai dari sumber sampah ke tempat pembuangan sementara (transfer), sebelum dibuang ke tempat pembuangan akhir. Dalam pengelolaan persampahan diperkirakan 50% sampai 70 % biaya yang digunakan pada sistem pengumpulan ini. Oleh sebab itu sistem ini perlu diperhatikan sebaik-baiknya agar persentase tersebut dapat dikurangi sehingga biaya pengelolaan sampah dapat ditekan. Pengumpulan dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu (Damanhuri, 2004):

(47)

1. Secara langsung (door to door)

Pada sistem ini proses pengumpulan dan pengangkutan sampah dilakukan bersamaan. Sampah dari tiap-tiap sumber akan diambil, dikumpulkan dan langsung diangkut ke tempat pemprosesan, atau ke tempat pembuangan akhir 2. Secara tidak langsung (Communal)

Pada sistem ini, sebelum diangkut ke tempat pemprosesan, atau ke tempat pembuangan akhir, sampah dari masing-masing sumber akan dikumpulkan dahulu oleh sarana pengumpul, seperti dalam gerobak sampah. Dalam hal ini, TPS dapat pula berfungsi sebagai lokasi pemprosesan skala kawasan guna mengurangi jumlah sampah yang harus diangkut ke pemprosesan akhir. Pada sistem communal ini, sampah dari masing-masing sumber akan dikumpulkan dahulu dalam gerobak tangan (hand cart) atau yang sejenis dan diangkut ke TPS. Gerobak tangan merupakan alat pengangkutan sampah sederhana yang paling umum dijumpai di kota-kota di Indonesia, dan memiliki kriteria persyaratan sebagai berikut:

a. Mudah dalam loading dan unloading

b. Memiliki kontruksi yang ringan dan sesuai dengan kondisi jalan yang ditempuh

c. Mempunyai tutup

Sistem pengumpulan dapat dibedakan berdasarkan model operasi, perlengkapan yang digunakan dan jenis sampah yang dikumpulkan. Berdasarkan model operasi, sistem pengumpulan dapat dibagi atas:

(48)

1. Hauled Container System (HCS)

Kontainer dibawa ke tempat pengumpulan, dikosongkan dan dikembalikan ke lokasi semula

2. Stationary Container System (SCS)

Kontainer tetap di tempat semula, sampah dipindahkan ke kontainer kosong yang dibawa sebelumnya

Pengumpulan sampah merupakan subsistem setelah pewadahan. Pengumpulan sampah dapat dilakukan langsung oleh kendaraan pengangkut sampah atau tidak langsung melalui penggunaan gerobak atau motor sampah. Pada kasus sistem pengelolaan sampah 3R maka pengumpulan dilakukan melalui penggunaan gerobak atau motor sampah. Dalam perencanaan teknologi pengumpulan maka digunakan beberapa kriteria sebagai berikut :

1. Volume gerobak atau motor sampah 1 m3 atau disesuaikan dengan kondisi timbulan yang ada

2. Kondisi topografi yang berbukit hanya dapat dilayani dengan motor sampah 3. Kondisi topografi yang datar dapat menggunakan gerobak atau motor sampah 4. Pengumpulan sampah terpilah dapat dilakukan menggunakan sarana sebagai

berikut:

a. Gerobak atau motor sampah 3R yang bersekat sesuai jenis sampah yang

terpilah digunakan sesuai hasil pemilahan

(49)

5. Mempunyai umur teknis minimal 1 tahun

Pola pengumpulan sampah terdiri dari (Damanhuri, 2004)

1.) Pola individu langsung oleh truk pengangkut ke pemprosesan. Syaratnya adalah sebagai berikut:

a. Bila kondisi topografi bergelombang (rata-rata >5%), hanya alat pengumpul mesin yang dapat beroperasi, sedang alat pengumpul non-mesin akan sulit beroperasi

b. Kondisi jalan cukup lebar dan operasi tidak mengganggu pemakai jalan lainnya

c. Kondisi dan jumlah alat memadai d. Jumlah timbulan sampah >0,3 m3/hari

e. Biasanya daerah layanan adalah pertokoan, kawasan pemukiman yang tersusun rapi, dan jalan protokol

f. Layanan dapat pula diterapkan pada daerah gang. Petugas mengangkut tidak masuk ke gang, hanya akan memberi tanda bila sarana pengangkut ini datang, misal dengan bunyi-bunyian

2.) Pola individu tidak langsung, yakni dengan menggunakan pengumpul sejenis gerobak sampah. Syaratnya adalah sebagai berikut:

a. Lahan untuk lokasi pemindahan tersedia. Lahan ini dapat difungsikan sebagai tempat pemprosesan sampah skala kawasan

b. Kondisi topografi relatif datar (rata-rata <5%), dapat digunakan alat pengumpul non mesin (gerobak, becak)

(50)

d. Lebar jalan atau gang cukup lebar untuk dapat dilalui alat pengumpul tanpa mengganggu pemakai jalan lainnya

e. Terdapat organisasi pengelola pengumpulan sampah, dengan sistem pengendaliannya

3.) Pola komunal langsung oleh truk pengangkut. Syaratnya adalah sebagai berikut:

a. Alat angkut terbatas

b. Kemampuan pengendalian personil dan peralatan relatif rendah

c. Alat pengumpul sulit menjangkau sumber-sumber sampah individual (kondisi daerah berbukit, gang/jalan sempit)

d. Peran serta masyarakat tinggi

e. Wadah komunal ditempatkan sesuai dengan kebutuhan dan di lokasi yang mudah dijangkau oleh alat pengangkut (truk)

f. Pemukiman tidak teratur

4.) Pola komunal tidak langsung. Syaratnya adalah sebagai berikut: a. Peran serta masyarakat tinggi

b. Wadah komunal ditempatkan sesuai dengan kebutuhan dan dilokasi yang mudah dijangkau alat pengumpul

c. Lahan untuk lokasi pemindahan tersedia. Lahan ini dapat difungsikan sebagai tempat pemeprosesan sampah skala kawasan

d. Bagi kondisi topografi yang relatif datar (rata-rata <5%) dapat digunakan alat pengumpul non mesin (gerobak, becak) dan bagi kondisi topografi >5%

(51)

dapat digunakan cara lain seperti pukulan, kontainer kecil beroda dan karung

e. Harus ada organisasi pengelola pengumpulan sampah 5.) Pola penyapuan jalan harus memenuhi syarat sebagai berikut:

a. Juru sapu harus mengetahui cara penyapuan untuk setiap daerah pelayanan (tanah, lapangan rumput dan lain-lain)

b. Penanganan penyapuan jalan untuk setiap daerah berbeda tergantung pada fungsi dan nilai daerah yang dilayani

c. Pengumpulan sampah hasil penyapuan jalan diangkut ke lokasi pemindahan untuk kemudian diangkut ke pemerosesan akhir

d. Pengendalian personel dan peralatan harus baik

Gambar 2.2 Pola Pengumpulan Sampah Sumber: SNI 19-2454-2002

(52)

Keterangan:

: Sumber timbulan sampah pewadahan individual

: Gerakan alat pengumpul : Pewadahan komunal : Gerakan alat pengangkut

: Lokasi pemindahan : Gerakan penduduk ke wadah komunal

Perencanaan operasional pengumpulan harus memperhatikan (Damanhuri, 2004): 1. Ritasi antara 1-4 rit per hari

2. Periodisasi: untuk sampah mudah membusuk maksimal 3 hari sekali namun sebaiknya setiap hari, tergantung dari kapasitas kerja, desain peralatan, kualitas kerja, serta kondisi komposisi sampah. Semakin besar persentase sampah organik, periodisasi pelayanan semakin sering. Untuk sampah kering, periode pengumpulannya dapat dilakukan lebih dari 3 hari 1 kali. Sedang sampah B3 disesuaikan dengan ketentuan yang berlaku

3. Mempunyai daerah pelayanan tertentu dan tetap

4. Mempunyai petugas pelaksana yang tetap dan perlu dipindahkan secara periodik

5. Pembebanan pekerjaan diusahakan merata dengan kriteria jumlah sampah terangkut, jarak tempuh, kondisi daerah, dan jenis sampah yang akan terangkut

2.4.1.3 Sistem Transfer dan Transportasi

Transfer dan transport merupakan fasilitas yang digunakan untuk memindahkan sampah dari satu lokasi ke lokasi lain. Hal ini dilakukan jika jarak angkut ke tempat pembuangan akhir (TPA) cukup jauh. Operasi transfer harus cocok untuk semua jenis kendaraan pengumpul dan sistem konveyor.

(53)

Pengangkutan sampah adalah sub-sistem yang bersasaran membawa sampah dari lokasi pemindahan atau dari sumber secara langsung menuju Tempat Pemprosesan Akhir (TPA). Pengangkutan sampah merupakan salah satu komponen penting dan membutuhkan perhitungan yang cukup teliti, dengan sasaran mengoptimalisasikan waktu angkutan yang diperlukan dalam sistem tersebut (Damanhuri, 2004).

Faktor-faktor yang menyebabkan diperlukan operasi transfer : 1) Menghindari terjadinya pembuangan sampah illegal

2) Lokasi TPA yang jauh dari tempat pengumpulan, lebih dari 10 mil 3) Kapasitas kendaraan pengumpulan yang kecil

4) Daerah pelayanan kecil

5) Menggunakan sistem HCS dengan kontainer kecil 6) Menggunakan sistem pengumpulan secara hidrolis Transfer station dibedakan atas:

1. Direct Load

Pada jenis ini sampah langsung di masukkan ke trailer/kendaraan angkut dipadatkan dan dibawa ke TPA

2. Storage Load

Sampah dimasukkan ke wadah penampungan dengan kapasitas penyimpanan 1-3 hari, baru dibawa ke TPA

3. Kombinasi Direct Load dan Storage Load

(54)

TPS TPA

Pool Kendaraan

Sistem pengangkutan (transport) sampah dapat dilakukan dengan cara-cara berikut ini :

1.) Non kontainer

Untuk pengumpulan sampah yang dilakukan dengan menggunakan LPS non kontainer, sistem yang dapat diterapkan adalah sebagai berikut :

a. Kendaraan pengangkut yang keluar dari pool lokasi kendaraan langsung menuju ke LPS untuk mengangkut sampah menuju LPA

b. Setelah sampah dibuang, kendaraan kembali menuju ke LPS yang sama atau yang lain untuk kembali mengangkut sampah pada ritase berikutnya.

Tabel 2.5 Pengangkutan Sampah Non Container

Sumber: Tchobagnolous, 1993

2.) Sistem Kontainer

Ada dua jenis sistem pengangkutan sampah dengan menggunakan container antara lain: HCS (Hauled Container System) yaitu kontainer yang berfungsi sebagai pengumpul sampah diangkut menuju LPA dan LPS (Stationary Container Sistem) yaitu dengan kondisi kontainer tetap berada ditempatnya. Keduanya memiliki cara persamaan tersendiri dalam menentukan jumlah sampah terangkut dan ritasi yang dapat diperoleh.

(55)

Untuk pengumpulan sampah dengan sistem kontainer, terdapat beberapa pola 5pengangkutan sebagai berikut :

a.) Pola pengangkutan dengan sistem pengosongan kontainer Cara 1 (Gambar 2.3)

1. Kendaraan dari pool menuju kontainer isi pertama untuk mengangkut sampah ke TPA

2. Kontainer kosong dikembalikan ke tempat semula

3. Menuju ke kontainer isi berikutnya untuk diangkut ke TPA 4. Kontainer kosong dikembalikan ke tempat semula

5. Demikian seterusnya sampai rute terakhir

Pola pengangkutan dengan sistem pengosongan kontainer cara 1 dapat dilihat pada gambar berikut ini

Gambar 2.3 Pola Pengangkutan dengan Sistem Pengosongan Kontainer Cara 1

Sumber: Tchobagnolous, 1993

b.) Pola pengangkutan dengan sistem pengosongan kontainer Cara 2 (Gambar 2.4) TPA isi A kosong A B B C pool 1 2 3 4 5 kontainer C 6 7 8 9 10 Ke pool

(56)

1. Kendaraan dari pool menuju kontainer isi pertama untuk mengangkut sampah ke pemerosesan atau TPA

2. Kemudian kendaraan dengan kontainer kosong menuju ke lokasi kedua untuk menurunkan kontainer kosong dan membawa kontainer isi untuk diangkut ke TPA

3. Demikian seterusnya sampai terakhir

4. Pada rute terakhir, kontainer kosong dari TPA menuju ke lokasi kontainer pertama

5. Sistem ini diberlakukan pada kondisi tertentu misal untuk pengambilan pada jam tertentu atau mengurangi kemacetan lalu lintas

Pola pengangkutan dengan sistem pengosongan kontainer cara 2 dapat dilihat pada gambar berikut ini.

Gambar 2.4 Pola Pengangkutan dengan Sistem Pengosongan Kontainer cara 2

Sumber: Tchobagnolous, 1993

c.) Pola pengangkutan dengan sistem pengosongan kontainer Cara 3 (Gambar 2.5)

1. Kendaraan dari pool dengan membawa kontainer kosong menuju lokasi kontainer isi untuk mengganti dan langsung membawanya ke TPA

TPA isi A kosong A B B C pool 1 2 3 4 5 kontainer Ke lokasi kontainer 6 7

(57)

2. Kendaraan dengan membawa kontainer kosong dari TPA menuju ke kontainer isi berikutnya

3. Demikian seterusnya sampai rute terakhir

Pola pengangkutan dengan sistem pengosongan kontainer cara 3 dapat dilihat pada gambar berikut ini

Gambar 2.5 Pola pengangkutan dengan sistem pengosongan kontainer cara 3

Sumber: Tchobagnolous, 1993

d.) Pola pengangkutan dengan sistem pengosongan kontainer Cara 4 (Gambar 2.6)

1. Kendaraan dari pool menuju kontainer pertama, sampah dituangkan kedalam truk kompaktor dan meletakkan kembali kontainer kosong; 2. Kendaraan menuju ke kontainer berikutnya sehingga truk penuh,

kemudian langsung ke TPA;

3. Demikian seterusnya sampai rute terakhir.

Pola pengangkutan dengan sistem kontainer tetap dapat dilihat pada gambar berikut ini TPA isi kosong pool 1 2 3 4 5 kontainer 6 7 Ke pool

Gambar

Gambar 2.1 Peta Lokasi STTIND Padang
Tabel 2.1 Jumlah mahasiswa dan pegawai aktif kampus STTIND Padang  No   Nama populasi (orang)  Jumlah populasi (orang)
Tabel 2.2  Besaran  Timbulan  Sampah  berdasarkan  komponen-komponen  Sumber Timbulan
Tabel 2.3 Hubungan antara elemen-elemen pengelolaan sampah
+7

Referensi

Dokumen terkait